Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI TERHADAP

HARGA SAHAM DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN


SEBAGAI MODERATOR PADA PERUSAHAAN FARMASI
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Dosen :
Dr. Djuminah S.E.,M.Si.,Ak

Disusun Oleh :
Reviska Sekar Dipta Savita
F0316085

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2019
Profil Penulis

Reviska Sekar Dipta Savita


F0316085/Statistika Induktif B

A. JUDUL PENELITIAN
Judul yang penulis pilih, berdasarkan kasus “Apakah keputusan
investasi (Price Earning Ratio) dapat mempengaruhi harga saham dengann
kebijakan dividen (Divident Payout Ratio) sebagai moderator?”
Oleh karena itu, untuk menjawab kasus dari pertayaan diatas, penulis
mencoba menganalisisnya dengan membuat judul penelitian :
“PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI TERHADAP HARGA
SAHAM DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI MODERATOR
PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA”

B. LATAR BELAKANG PEMILIHAN OBJEK PENELITIAN


Menurut Sutrisno (2007) keputusan investasi mempunyai dimensi
waktu jangka panjang, sehingga keputusan yang akan diambil harus
dipertimbangkan dengan baik, karena mempunyai konsekuensi berjangka
panjang pula. Keputusan Investasi yang dilakukan oleh investor memberikan
dampak terhadap kenaikan maupun penurunan harga saham. Semakin banyak
investor yang memutuskan untuk membeli saham di suatu perusahaan, maka
harga saham akan semakin efektif.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan perusahaan farmasi yang
ada di Bursa Efek Indonesia karena baru-baru ini komitmen investasi dibidang
farmasi mengalami kelonjakan sebesar 118% dibanding tahun 2017.
Komitmen investasi ini didapat dari penanaman modal asing (PMA)
senilai US$105,8 juta setara Rp 1,4 triliun dan penanaman modal dalam
negeri (PMDN) senilai Rp5,1 triliun. Pembukaan sektor farmasi dalam daftar
negatif investasi juga bertujuan menarik investor bahan baku obat. Sehingga
Dalam beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti lain,
keputusan berivestasi yang dilakukan oleh investor dapat mempengaruhi
naik/turunnya harga saham. Namun, penulis belum menemukan apakah
dengan kebijakan dividen sebagai moderator dapat memperkuat hubungan
antara keputusan investasi dan harga saham. Karena dalam beberapa kasus,
jumlah dividen yang dibayarkan/dividen yang diterima oleh investor itu tidak
selalu mempengaruhi investor untuk membeli saham perusahaan tersebut,
karena investor juga mempertimbangkan unsur lain seperti badnews dan
goodnews yang terjadi di perusahaan, merger dan akuisisi, kenaikan laba, dan
lain sebagainya. Sehingga kebijakan dividen dalam suatu perusahaan
bukanlah satu-satunya pengaruh bagi investor untuk berinvestasi dan belum
tentu dapat mempengaruhi harga saham. Jadi, penulis ingin mencoba
menganalisis kebijakan dividen sebagai moderator antara keputusan investasi
dengan harga saham di suatu perusahaan.

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh keputusan investasi (Price Earning Ratio)
terhadap harga saham perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI?
2. Bagaimana pengaruh kebijakan dividen (Divident Payout Ratio) pada
hubungan keputusan investasi (Price Earning Ratio) terhadap harga
saham perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI?

Mengacu pada rumusan masalah diatas maka dapat dibentuk tujuan


pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh keputusan investasi (Price Earning


Ratio) terhadap harga saham perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI
.
2. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan dividen (Divident Payout
Ratio) pada hubungan keputusan investasi (Price Earning Ratio)
terhadap harga saham perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI.

D. OPERASIONALISASI VARIABEL PENELITIAN


1. Dependent Variable : Harga Saham
Harga saham merupakan harga jual perlembar saham yang
diperdagangkan kepada investor dipasar modal.

2. Independent Variable : Keputusan Investasi


Keputusan investasi sering disebut sebagai capital budgeting
yakni keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan
mengenai pengeluaran dana yang jangka waktu kembalinya dana
tersebut melebihi satu tahun. Dapat dihitung degan menggunakan
rumus :

𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒
Price Earning Ratio (PER) = 𝑒𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 𝑥 100%
3. Moderator Variable : Kebijakan Dividen
Dividen diartikan sejumlah uang sebagai hasil keuntungan
yang dibayarkan kepada pemegang saham (dalam suatu perseroan),
dengan rumus :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚


Divident Payout Ratio (DPR) = x 100%
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚

KEPUTUSAN
INVESTASI (PER) HARGA SAHAM

KEBIJAKAN
DIVIDEN (DPR)

(Gambar : Kerangka Penelitian)

E. STRUKTUR MODEL PENELITIAN


i. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel independen dan variabel dependen. Hasil dari
analisis deskriptif adalah Nilai minimum, nilai maksimum, nilai mean
serta terdapat standar deviasi merupakan indikator untuk menunjukkan
penyimpangan.
ii. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian analisis regresi linier berganda
terhadap hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu perlu dilakukan
suatu pengujian asumsi klasik sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t
dan F mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal.
Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak
dilakukan uji statistik Kolmogorov-Smirnov Test. Residual
berdistribusi normal jika memiliki nilai signifikansi >0,05 .
b. Uji Multikolinieritas
Bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antara keputusan investasi (PER) dan kebijakan
dividen (DPR). Untuk menguji multikolinieritas dengan cara
melihat nilai VIF masing-masing variabel independen, jika nilai
VIF < 10, maka dapat disimpulkan data bebas dari gejala
multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Tidak terjadi heteroskedastisitas apabila
tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y.
d. Uji Autokorelasi
Bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
iii. Moderated Regression Analysis (MRA)
MRA adalah aplikasi khusus berganda linear dimana dalam
persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau
lebih variabel independen).
Rumus yang digunakan adalah :
𝑌𝑖 = 𝛼 + 𝛽1𝑋𝑖 + 𝛽2𝑍𝑖 + 𝛽3𝑋𝑖 ∗ 𝑍𝑖 + 𝜀
Keterangan :
Y = Harga saham
𝛼 = Konstanta
𝛽 = koefisien regresi
𝑋𝑖 ∗ 𝑍𝑖 = Interaksi antara keputusan investrasi dengan kebijakan dividen
Xi = Keputusan investasi
Zi = Kebijakan dividen
𝜖 = Error

iv. Uji Koefisien Determinasi


Digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien determinasi (R2)
mempunyai range antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2 ≤1). Semakin besar nilai
R2(mendekati 1) maka berarti pengaruh variabel bebas secara serentak
dianggap kuat dan apabila (R2) mendekati nol (0) maka pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat serentak adalah lemah.

v. Uji Residual
Digunakan untuk mengatasi multikoloniaritas. Analisis residual
ingin menguji pengaruh deviasi dari suatu model. Melakukan regresi :
𝑘𝑒𝑏𝑖𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 = 𝛼 + 𝛽1 𝑘𝑒𝑝𝑢𝑡𝑢𝑠𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 + 𝜀 (1)
|𝜀| = 𝛼 + 𝛽1 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 (2)
F. HIPOTESIS PENELITIAN
1. Tidak ada pengaruh keputusan investasi (PER) terhadap harga saham
yang dimoderatori oleh kebijakan dividen (DPR)
H0 : Keputusan investasi berpengaruh negative terhadap harga saham
dengan kebijakan dividen sebagai moderator.
2. Pengaruh kebijaka dividen terhadap keputusan investasi
H1 : Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap keputusan
investasi
3. Pegaruh keputusan investasi (PER) dengan harga saham
H2 : Keputusan investasi berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham.

G. TEKNIK ANALISA STATISTIK DAN PEMBAHASAN


i. Analisis Deskriptif
Nilai minimum digunakan untuk menentukan kebijakan nilai
dividen paling rendah. Nilai maksimum digunakan untuk menentukan
kebijakan nilai dividen paling tinggi. Nilai mean menjelaskan nilai rata
– rata nilai dividen yang dibagikan oleh perusahaan farmasi yang ada di
BEI. Standar deviasi merupakan indikator untuk menunjukkan
penyimpangan kebijakan nilai dividen dari perusahaan.
ii. Uji asumsi Klasik
a. Uji normalitas
Jika pada tampilan hasil spss grafik histogram memberikan pola
distribusi yang menceng (skewness) ke kiri maka dapat
dikatakan tidak normal, sedangkan jika grafik normal plot
terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta
penyebarannya agak menjauh dari diagonal maka kedua grafik
ini menunjukkan bahwa model regresi menyalahi asumsi
normalitas, begitu pula sebaliknya.
b. Uji Multikolonieritas
 Jika pada keputusan investasi (PER) dan kebijakan
dividen (DPR) ada korelasi diatas 0.90 maka terdapat
indikasi multikolonieritas.
 Jika perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada
variabel yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0.10
maka tidak ada korelasi antar variabel yang nilainya lebih
dari 95%.
 Jika hasil perhitungan VIF tidak lebih dari 10, maka tidak
ada multikolonieritas antara keputusan investasi (PER)
dengan kebijakan dividen (DPR) dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Jika dari hasil SPSS pada garis scatterplots terlihat titik-
titik menyebar secara acak serta menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model
regresi layak dipakai untuk memprediksi harga saham
berdasarkan masukan variabel independen keputusan investasi
(PER) dengan kebijakan dividen (DPR) sebagai moderator.
d. Uji Autokorelasi
Apabila pengujian DW test pada persamaan Harga saham
= α + β1 Keputusan investor (PER) + β1Kebijakan Dividen
(DPR) + β1 Keputusan investor (PER). Kebijakan Dividen + ei
didapat nilai DW lebih besar dari batas atas (du) dan kurang dari
4, maka dapat disimpulan bahwa tidak bisa menolak H0 yang
menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi.
vi. Moderated Regression Analysis (MRA)
Apabila hasil output SPSS variabel interaksi memberikan koefisen
negative dan signifikan pada 0.00 atau kurang dari 0.05 yang berarti
variabel kebijakan dividen (DPR) adalah pure moderator.
vii. Uji Koefisien Determinasi
Apabila hasil output SPSS pada pure moderator menunjukkan nilai
adjusted R kuadrat tinggi yang berarti variabilitas harga saham yang
dapat dijelaskan oleh variabel keputusan investasi dan kebijakan
dividen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model
ini. Maka jika hal tersebut terjadi, menunjukkan model ini baik.
viii. Uji Residual
Jika hasil SPSS variabel harga saham signifikan, dan nilai koefisien
parameternya negative maka dapat disimpulkan bahwa variabel
kebijakan dividen (DPR) merupakan dividen moderating.

H. UJI HIPOTESIS
1. Pasangan H0, H1, dan H2
H0 = Tidak ada pengaruh keputusan investasi (PER) terhadap harga
saham yang dimoderatori oleh kebijakan dividen (DPR)
H1 = Kebijakan dividen dalam suatu perusahaan dihitung dengan
menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR) atau presentase
dari laba yang akan dibagikan sebagai dividen. Tingginya
presentase laba memungkinkan adanya pengaruh terhadap
keputusan investasi yang dihitung dengan rumus PER, karena
ketika dividen yang dibagikan itu tinggi maka investor akan
tertarik untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan farmasi.
Dengan pertimbangan tersebut investor menganggap bahwa
perusahaan yang berani memberikan dividen tinggi berarti
perusahaan tersebut memiliki laba yang tinggi pula jadi
perusahaan dianggap memiliki prospek baik di masa depan.
H2 = Price Earning Ratio (PER) adalah rasio yang membandingkan
antara harga pasar per lembar saham (market price share)
dengan penghasilan per lembar saham (earning per share).
Rasio ini sering digunakan untuk membandingkan peluang
investasi. Dengan rumus tersebut terlihat bahwa harga saham
dapat dipengaruhi oleh PER.

2. Pengujian hipotesis dikaitkan dengan hasil analisis


 Setelah dilakukan MRA dapat ditentukan apakah kebijakan
dividen benar – benar sebagai variabel moderator, jika :
a) β3=0 dan β2≠0, maka kebijakan dividen bukan variabel
moderator, melainkan variabel prediktor (independen)
b) β2=0 dan β3≠0, maka kebijakan dividen merupakan
variabel pure moderator
c) β2≠β3≠0, maka kebijakan dividen merupakan variabel
quasi moderator
 Pengujian hipotesis variabel keputusan investasi (PER) dapat
berpengaruh terhadap harga saham pada tabel Coefficients jika
memperlihatkan hasil tingkat signifikansi dan tingkat
signifikansi tersebut lebih kecil dari Los (Level of significance)
0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima (< 0.05). Berarti keputusan investasi (PER)
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
 Berdasarkan hasil koefisien regresi pada PER menunjukkan
bahwa setiap pengurangan PER akan mengurangi harga saham.
Dengan adanya pengurangan terhadap harga saham maka
pengurangan tersebut memberikan pengaruh secara signifikan.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan SPSS, jika hasil yang
didapat signifikan dan sesuai dengan kriteria yang sudah dijelaskan maka
diketahui bahwa PER berpengaruh terhadap harga saham, artinya bahwa
setiap kenaikan variabel PER dapat menaikan harga saham dan mampu
mempengaruhi harga saham yang akan datang. Price Earning Ratio (PER)
merupakan rasio yang membandingkan antara harga pasar per lembar saham
(market price share) dengan penghasilan per lembar saham (earning per
share). Rasio ini sering digunakan untuk membandingkan peluang investasi.
Suatu perusahaan yang memiliki PER tinggi, berarti perusahaan
tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi pula. Hal ini
menunjukan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba dimasa
mendatang. Sebaliknya jika perusahaan dengan PER rendah akan
mempunyai tingkat pertumbuhan yang rendah pula. Semakin rendah PER
suatu saham maka semakin baik atau murah harga untuk diinvestasikan.
Dengan kebijakan nilai dividen yang dihitung menggunakan rumus
DPR, semakin baik angka DPR maka akan memperkuat keputusan investasi.
Karena ketika dividen yang dibagikan itu tinggi, investor tertarik untuk
berinvestasi di perusahaan tersebut dengan pertimbangan bahwa perusahaan
yang berani memberikan dividen tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki
laba yang tinggi pula. Sehingga dianggap memiliki prospek baik di masa
depan.
Dengan keputusan investasi yang tinggi (PER rendah) maka akan
meningkatkan permintaan harga saham dalam perusahaan-perusahaan farmasi
di BEI, sehingga dapat berpengaruh terhadap kenaikan harga saham
perusahaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai