OLEH
SIGIT SUTRISNO S.KEP
NIP : 197603261995021001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
Makalah ini ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk pembuatan angka kredit
bagi perawat. Penulis menyadari bahwa Makalah yang dibuat ini belumlah sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
Akhirnya semua kebaikan dan bantuan yang telah di sumbangkan oleh semua
pihak kepada penulis, penulis mengucapkan banyak terima kasih semoga Allah SWT
selalu melimpahkan rahmat- Nya kepada kita semua dan semoga Makalah ini dapat
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………. ii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Analisa Univariat………………………………………. 56
6.2 Analisa Bivariat………………………………………… 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
yang tidak menyenangkan dan dialami semua makhuk hidup dalam kehidupan
sehari- hari. Cemas disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu
kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomik (SSA) dan merupakan gejala
yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi
(Suliswati, 2005 ).
hemodialisa biasanya akan merasa cemas yang disebabkan oleh krisis situasional,
ancaman kematian, dan tidak mengetahui hasil dari terapi yang dilakukan
diperlukan dan harus dapat menerima kenyataan bahwa terapi hemodialisa akan
(Doengoes,2000).
fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa – sisa metabolisme atau racun tertentu dari
peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin,
asam urat dan zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah
dan cairan dialisa pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis, dan
Gagal Ginjal berkaitan erat dengan proses kemunduran dan kerusakan dari fungsi
organ tubuh, atau dengan kata lain penyakit degeneratif dapat menyebabkan
Gagal Ginjal Kronis juga disebabkan karena terjadinya perubahan prilaku gaya
hidup yang tidak sehat, budaya di masyarakat, serta perubahan status sosial
pada tahun 2015. Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Kronis ± 50 orang per satu juta penduduk. Peningkatan tersebut dilihat dari
jumlah pasien yang menjalani terapi hemodialisa pada tahun 2010 sebanyak 5184
orang dan terus meningkat di tahun 2011 menjadi 6951 orang (Pernefri, 2011).
sisa metabolisme tidak dapat dikeluarkan dari tubuh secara otomatis, sehingga
pasien harus mendapatkan Terapi Pengganti Ginjal (TPG) agar dapat terus
menjalani aktifitas sehari – hari TPG ini terdiri atas 3 yaitu: hemodialisa,
keadaan yang sempurna bebas dari penyakit atau kelemahan serta mengandung
empat karakteristik, yaitu: sehat jasmani, sehat rohani, kesejahteraan sosial dan
spiritual.
Sehat diartikan sebagai keadaan yang sejahtera, memungkinkan hidup
yang kreatif, produktif secara sosial dan ekonomi dimana individu dapat
hidup penduduk, namun disisi lain meningkatnya umur harapan hidup maka
tersebut mengalami kecemasan berat dengan tanda: pasien tampak gugup dan
bingung pada saat hemodialisa akan dimulai, gelisah memikirkan biaya yang akan
dikeluarkan tiap melakukan hemodialisa, ketakutan tidak akan bisa bekerja seperti
biasa, selalu bertanya dengan wajah tegang, muka pucat, tampak raut putus asa,
kelamin laki – laki mengatakan bingung dan cemas memikirkan sampai kapan
terapi hemodialisa akan dijalaninya. 3 orang pasien lainnya cemas setiap kali akan
memasuki jadwal terapi karena memikirkan biaya pasti yang harus dikeluarkan
setiap kali terapi dilakukan dan tidak adanya kepastian sembuh dari terapi
2014
agar dapat mengetahui faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien
pasien dengan melakukan promosi kesehatan tentang hemodialisa dan hal yang
berkaitan dengan penyakit pasien agar pasien paham tentang manfaat terapi
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Kecemasan
tidak menyenangkan dan dialami semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-
emosi tanpa objek yang spesifik. Keadaan ini terjadi karena adanya ancaman
(Suliswati,2005).
kecemasan ketika orang tersebut tidak mampu mengatasi stressor yang sedang
dihadapinya. Keadaan seperti ini secara klinis bisa terjadi menyeluruh dan
1) Kecemasan Ringan
2) Kecemasan Sedang
3) Kecemasan Berat
4) Panik
Pada tingkat ini lahan persepsi sudah sangat sempit sehingga individu
tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa –
(2) Saluran Pernafasan : nafas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada
terengah - engah.
(5) Saluran Kemih : tidak dapat menahan kencing atau sering kencing
(6) Sistem Kulit : rasa terbakar pada muka, berkeringat banyak pada
(1) Perilaku
(2) Kognitif
berlebihan.
(3) Afektif
Tidak sabar, tegang, tremor, gugup luar biasa, sangat gelisah dan
berat.
selanjutnya.
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi yang
2) “Ego oriented reaction” atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini
sumber stress dan secara psikologis apatis merasa kalah, dan kompromi:
mengubah cara kerja atau cara penyesuaian, menganti tujuan dan mengkorbankan
ketika situasi dan kejadian yang akan memberi tuntutan yang berlebihan. Langkah
untuk istirahat.
negatif
konflik batin.
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik yaitu yang
(Hawari, 2011).
dan 1: selalu.
2.1.2 Hemodialisa
2.1.2.1 Pengertian
untuk mengeluarkan sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah
manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat
lainya melalui membran semi permiabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisa
pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi.
terganggu atau rusak saat ginjal tidak lagi mampu melaksanakannya, membantu
zat-zat sisa atau buangan. Hemodialisa mengambil alih fungsi ginjal untuk
biasanya dilakukan oleh ginjal yang fungsinya masih baik (Brunner & Suddarth,
2001).
toksin dari dalam darah dan mengeluarkan cairan yang berlebihan dari dalam
darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan dipompa kedalam mesin yang akan
menyaring zat – zat racun keluar dari darah dan kemudian darah yang sudah
dapat disesuaikan.
permiabel dengan lembar tipis berpori - pori yang terbuat dari selulosa atau bahan
sintetik. Ukuran pori – pori membran memungkinkan difusi zat dengan berat
molekul rendah seperti urea, kreatinin dan asam urat berdifusi. Molekul air juga
sangat kecil dan bergerak bebas melalui membran, tetapi kebanyakan protein
plasma, bakteri dan sel – sel darah terlalu besar untuk melewati pori – pori
asam urat
2) Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan banding
antara darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif
dibersihkan dari berbagai jenis zat per menit. Kebanyakan ginjal buatan dapat
membersihkan ureum dari plasma dengan kecepatan 100 sampai 225 ml/menit
yang menunjukan bahwa sedikitnya untuk ureum ginjal buatan dapat berfungsi
dua kali lebih cepat dari pada dua ginjal normal bersama – sama yang kebersihan
Sebagai pemegang peranan penting bagi tubuh, fungsi vital ginjal dalam
organ filtrasi plasma darah melalui glomerulus diikuti dengan proses reabsorbsi
sejumlah cairan dan air yang sesuai disepanjang tubulus ginjal. Hilangnya fungsi
ginjal yang berat, baik pada pasien gagal ginjal akut, gagal ginjal kronis maupun
buangan toksik yang dapat mengembalikan volume dan komposisi cairan tubuh ke
arah normal yang dapat dicapai dengan cara dialisis, terapi hemodialisa,
kehidupan dan kesejahteraan pasien. Pada dialisis, molekul solute berdifusi lewat
membran semi permeabel dengan cara mengalir dari sisi cairan yang lebih pekat
Diperkirakan bahwa lebih dari 100.000 pasien yang akhir – akhir ini
keadaan sakit akut dan memerlukan terapi hemodialisa jangka pendek (beberapa
hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium
membran sintetik yang semi permiabel itu dapat mengantikan glomerulus serta
tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu.
penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktifitas metabolik yang
dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas
hidup pasien. Pasien gagal ginjal kronik dan gagal ginjal terminal harus menjalani
terapi ini 1 – 2 kali seminggu 4 atau 5 jam setiap kali terapi selama hidupnya
Terapi hemodialisa juga dilakukan pada kasus intoksikasi zat kimia dan
ketidak seimbangan cairan dan elektrolit berat. Pada kasus lainya seperti pada
sindrom hepatorenal dengan kriteria kalium darah 5 meq/l, pH darah 7,10 dan
oliguri atau anuri lebih dari 5 hari. Untuk mengidentifikasi dilakukan terapi
hemodialisa juga perlu diperhitungkan kondisi dan kesiapan klien. Pada kondisi
ini perlu pembinaan mental (psikologi) klien untuk menerima kenyataan dan
adanya kesanggupan pribadi untuk disiplin serta mematuhi semua petunjuk atau
panduan yang telah ditetapkan, juga perlu pertimbangan finansial atau jenis
pembiayaan yang cukup kuat untuk bisa menjalani terapi hemodialisa regular
dengan pemikiran yang mendalam antara pasien, keluarga dan dokter. Masalah
perubahan gaya dan kebutuhan hidup secara drastis. Diharapkan seorang perawat
2001).
limbah nitrogen dialirkan dari tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut
daerah tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih
cairan.
konstan untuk mendeteksi berbagai komplikasi yang dapat terjadi. Alat terapi
Sebagian alat tersebut akan mengeluarkan molekul dengan berat sedang dan laju
yang lebih cepat serta melakukan ultra filtrasi dengan kecepatan tinggi yang
Hemodialisa
2.2.1.1 Umur
Umur adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan suatu benda atau
makhluk baik yang hidup maupun yang mati, seperti misalkan umur manusia
dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.
Umur adalah hal yang selalu diperhatikan dalam suatu angka kesakitan maupun
kematian dalam hampir semua keadaan. Membaca umur akan mudah untuk
yang ada (tanggal / bulan /tahun). Pembagian umur menurut WHO di ukur dari
(Notoadmodjo, 2003).
berkaitan erat dengan proses degeneratif sebagai akibat dari kemunduran atau
kerusakan dari organ tubuh. Salah satunya penyakit gagal ginjal kronis yang lebih
sering dialami oleh kaum dewasa, terutama orang – orang yang berusia lanjut
(Muhammad, 2012).
diri yang kurang akan mudah memperdayakan dan meningkatkan kecemasan yang
dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai
akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin tua umur seseorang
akan terjadi proses penurunan kemampuan fungsi organ tubuh dan akan
Angka dari luar negeri menunjukan bahwa angka kesakitan lebih tinggi di
mencari perawatan, sedangkan angka kematian lebih tinggi pada kalangan laki –
laki disebabkan faktor intrinsik, faktor keturunan yang terkait dengan jenis
nasib dan pemberdayaan kaum tidak mampu dan tidak mempunyai hak – hak
laki – laki lebih dominan menghisap rokok, minum minuman keras, candu,
bekerja berat, dan berhadapan dengan pekerjaan yang berbahaya. Keadaan hidup
Sementara itu perempuan biasanya mempunyai daya tahan yang lebih baik
2.2.1.3 Pengalaman
kebutuhan rasa aman pasien adalah elemen penting dalam pendekatan holistik
asuhan keperawatan yang meliputi aspek bio, psiko, sosial, dan spiritual, seperti
upaya penyesuaian dan penanganan agar individu bersikap adaptif. (Brunner &
Suddart, 2001).
Menurut Iskandarsyah (2006), mereka yang menjalani hemodialisa lebih
dari 6 bulan telah mampu menyesuaikan diri dengan penyakitnya dan menjelaskan
pasien yang belum lama / baru menjalani hemodialisa, karena pasien sudah lama
1) Krisis Situasional
itu krisis situasional adalah krisis yang disebabkan oleh keadaan seperti
2) Ancaman pada konsep diri/ perubahan status kesehatan dan fungsi peran
diri terdiri dari beberapa komponen yaitu : citra tubuh, ideal diri, harga
2005).
3) Ancaman Kematian
Klien dengan gagal ginjal kronik atau gagal ginjal terminal sudah
terapi hemodialisa.
(Doengoes, 2000).
Pembiayaan yaitu angka yang harus dikeluarkan setiap hari untuk dapat
fasilitas termasuk pelayanan kesehatan yang ada seperti berobat dan memenuhi
kebutuhan agar tetap bisa bertahan untuk sehat, salah satunya melakukan terapi
maka secara otomatis biaya investasi dan biaya operasional pelayanan kesehatan
akan ikut meningkat. Biaya besar yang harus dikeluarkan perhari disamping biaya
hidup lainya, merupakan pencetus gangguan kognitif dan gangguan afektif pada
terapi yang mahal secara langsung akan meningkatkan kecemasan pada pasien
tersebut. Terutama pada pasien yang tidak mempunyai asuransi kesehatan yang
yang sedang menjalani terapi hemodialisa. Tanda dan gejala ditandai dengan
untuk terjadiaya suatu tingkah laku agar tercapai tujuan tertentu. Tingkah laku
sendirinya dan berasal dari diri orang itu sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang berfungsi dengan adanya dorongan dari pihak luar / orang
lain termasuk diantaranya motivasi keluarga pasien yang sedang menjalani terapi
hemodialisa.
sayang dan kebutuhan harga diri. Manusia bertingkah laku karena adanya
kebutuhan yang harus dipenuhi, Jika terpenuhinya suatu kebutuhan, makn akan
berikutnya.
Kebutuhan kasih sayang diperlukan karena pada pasien Gagal Ginjal yang
mampu, dan khawatir karena telah mengalami kemunduran organ yang akan bisa
keluarga tidak mampu memberikan motivasi yang lebih terhadap pasien tersebut.
(Saam.Z, 2012)
Kebutuhan harga diri juga merupakan hal yang perlu dikaji pada masalah
ini karena proses penurunan organ yang terjadi sering membuat pasien merasa
tidak percaya bahwa penyakit yang dideritanya dapat tertolong oleh terapi yang
diberikan. Pasien dengan kondisi seperti ini cenderung menarik diri, merasa tidak
(Nursalam,2010).
untuk mempengaruhi usia baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik (Notoatmodjo, 2003). Menurut
usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
pembimbing, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Pengertian ini menekankan pada pendidikan formal dan tampak lebih dekat dengan
1) Pendidikan Dasar
tahun pertama (SD/MI), para siswa harus mengikuti dan lulus dari Ujian
2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah (sebelumnya dikenal dengan sebutan sekolah
Kejuruan terdiri atas 3 (tiga) tingkat, dapat juga terdiri atas 4 (empat)
5) Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah Pendidikan
yaitu:
1) Tahu (know)
sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
2) Memahami ( Comprehension )
3) Aplikasi ( aplication )
dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama
lainnya.
5) Sintesis ( synthesis )
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
6) Evaluasi ( evaluation )
pasien hemodialisa dan dapat dijadikan sebagai variabel bebas dalam penelitian
ini. Namun karena kemampuan penulis, terbatasan dalam hal waktu dan tenaga,
Kuesioner baru pertama kali digunakan walaupun hasil uji validitas dan
reablitas sudah cukup baik namun baru terbatas pada sati rumah sakit sehingga
akan menjadi valid apabila dilakukan uji coba pada rumah sakit lainnya.
BAB III
KERANGKA KONSEP
hal khusus. Konsep dapat diamati dan diukur melalui variabel. Variabel adalah
simbol atau lambang yang menunjukan nilai atau bilangan dari konsep dan
kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui
degeneratif akibat dari kerusakan organ tubuh, diantarannya penyakit gagal ginjal
kronis atau gagal ginjal terminal (Muhammad, 2012). Kondisi ini akan
disebabkan oleh faktor intrinsik, faktor keturunan, hormonal. Selain itu, faktor
lingkungan juga mempengaruhi karena laki – laki dominan menghisap rokok,
minum minuman keras, candu, bekerja berat, dan berhadapan dengan pekerjaan
degeneratif dan akan meningkatkan kecemasan yang terutama pada kaum laki –
kapan terapi tersebut akan dihadapinya. Keadaan ini menandakan bahwa pasien
merasa cemas dengan keadaanya. Perilaku koping yang sering ditemui pada
dan operasional pelayanan kesehatan akan ikut meningkat. Keadaan ini dapat
perminggu. Biaya terapi yang mahal akan meningkatkan kecemasan pada pasien
tersebut. Terutama pada pasien yang tidak mempunyai asuransi kesehatan yang
Diagram 3.1
Hubungan Agen, Host, Faktor Efek Dan Faktor Resiko
(Notoadmodjo, 2005)
Internal Eksternal
GGA,Maka,
dan dapat terbentuklah kerangka konsep seperti di bawah ini :
keracunan obat
Variabel independent Variabel Dependent
Umur
Jenis pembiayaan
3.2 Hipotesis
METODE PENELITIAN
Diagram 4.1
Rancangan Cross Sectional
(Notoadmodjo, 2005)
Populasi
Pasien hemodialisa
berdasarkan umur
Tua Muda
Pasien hemodialisa
berdasarkan jenis kelamin
Populasi
Lama Baru
Umum Asuransi
kesehatan
4.3.1 Populasi
(Notoadmodjo, 2005).
laki dan 12 orang perempuan dengan kisaran umur 7 orang ≤ 50 tahun dan 24
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau di anggap mewakili
dijadikan sampel yaitu pasien yang ada, bersedia dan sedang menjalani terapi
menjadi responden hanya sebanyak 30 orang karena 1 orang pasien tidak datang
saat penelitian.
3) Kooperatif
1) Tidak Kooperatif
30 orang responden.
4.4 Variabel dan Defenisi Operasional Variabel
No Defenisi Skala
Variabel Alat ukur Cara ukur Hasil ukur
Operasional ukur
1. Independent :
- Internal
1. Umur Usia pasien Check list Angket 0: Tua > 50 Ordinal
hemodialisa Tahun
saat penelitian 1: muda ≤
berdasarkan 49 Tahun
ulang tahun (Notoadmo
terakhir. djo,2003)
oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya
lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah di
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dalam
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti
terhadap responden. Data ini dikumpulkan melalui kuesioner dalam bentuk skala
likert dan check list untuk menyaring informasi yang ingin diketahui tentang
Hemodialisa seperti: umur, jenis kelamin lamanya menjalani terapi, dan jenis
Data sekunder adalah data yang sudah ada, yang diperoleh dari Medical
tabel dan grafik hingga mudah di analisa dan menarik kesimpulan. Untuk
mendapatkan hal tersebut dilakukan kegiatan pengolahan data melalui tahap –
tahap berikut:
kembali semua daftar checklist dan kuesioner yang di isi oleh responden. Dari 30
kuesioner yang disebarkan semua jawaban kuesioner sudah di isi dengan lengkap
oleh 30 responden.
dikumpulkan pada setiap pernyataan. Kode yang diberikan adalah kode menurut
nomor urut responden dari 1 – 30. Pemberian kode berguna agar peneliti mudah
mempermudah memasukan data pada master tabel. Selain itu pengkodean juga
Peneliti menyusun data kuesioner dan di urut menurut nilai, dan kemudian
mengelompokan data yang telah diberi nilai serta memasukan data ke tabel
distribusi frekuensi.
kelamin, lamanya menjalani terapi, jenis pembiayaan, dan tingkat kecemasan serta
melihat hubungan ke empat variabel tersebut dengan tingkat kecemasan agar data
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari
distribusi variabel independent dan dependent berupa faktor umur, jenis kelamin,
Keterangan : P = Persentase
f = Jumlah pernyataan
Analisa bivariat dilakukan dengan uji chi square dengan cara manual
( 𝑂 – 𝐸) 2
X2 = ∑
𝐸
Keterangan :
∑ = Jumlah
4.8.2.2 Jika X2 hitung < X² tabel berarti Ho diterima, Ha ditolak atau tidak ada
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian dan pengolahan data, dapat dilihat umur pasien yang
Untuk mengetahui hasil penelitian lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut
ini :
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pasien Hemodialisa
di Ruangan Hemodialisis RSUD CURUP
No Umur F %
1. Tua 23 77
2. Muda 7 23
Total 30 100
Dari tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh (77 %)
Dari hasil penelitian dan pengolahan data dapat dilihat jenis kelamin
berikut ini :
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien
Hemodialisa di Ruangan Hemodialisis RSUD CURUP
No Jenis Kelamin F %
1. Laki – laki 19 63
2. Perempuan 11 37
Total 30 100
Dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh (63 %)
Dari hasil penelitian dan pengolahan data dapat dilihat lamanya menjalani
mengetahui hasil penelitian lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini :
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lamanya Menjalani Terapi
Hemodialisa di Ruangan Hemodialisis RSUD CURUP
1. Lama 13 43
2. Baru 17 57
Total 30 100
Dari tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh (57%) yang
Dari hasil penelitian dan pengolahan data dapat dilihat jenis pembiayaan
hasil penelitian lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pembiayaan Pasien
Hemodialisa di Ruangan Hemodialisis RSUD CURUP
No Jenis Pembiayaan F %
1. Biaya sendiri 16 53
2. Asuransi Kesehatan 14 47
Total 30 100
Dari tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh (53 %)
Dari hasil penelitian dan pengolahan data dapat dilihat tingkat kecemasan
hasil penelitian lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini :
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pasien
Hemodialisa di Ruangan Hemodialisis RSUD CURUP
No Tingkat Kecemasan F %
1. Cemas 16 53
2. Tidak cemas 14 47
Total 30 100
Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh (53 %)
Dari hasil penelitian dan pengolahan data, dapat dilihat hubungan umur
CURUP Untuk mengetahui hasil penelitian lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.6
berikut ini:
Tabel 5.6
Hubungan Umur dengan Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa di
Ruangan Hemodialisis RSUD CURUP
F %
Cemas Tidak cemas
1. Tua 14 9 23 77
2. Muda 2 5 7 23
Total 16 14 30 100
cemas dan dari 7 responden yang berumur muda terdapat 5 orang yang mengalami
tidak cemas. Pada tabel terlihat kecendrungan semakin tua umur maka pasien
Makna secara statistik hasil uji chi square dk = 1, diperoleh hasil nilai X2
tabel = 3,481 ( X2 tabel > X2 hitung = 2,33) dan dapat disimpulkan tidak ada
Dari hasil penelitian dan pengolahan data, dapat dilihat hubungan jenis
RSUD CURUP. Untuk mengetahui hasil penelitian lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 5.7
Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa di
Ruangan Hemodialisis RSUD CURUP
1. Laki - laki 9 10 19 63
2. Perempuan 7 4 11 37
Total 16 14 30 100
orang yang tidak cemas dan dari 11 responden yang berjenis kelamin perempuan,
terdapat 7 orang yang mengalami cemas. Pada tabel tampak kecendrungan bahwa
jenis kelamin laki – laki memiliki kecemasan lebih dibandingkan dengan jenis
kelamin perempuan.
Makna secara statistik hasil uji chi square dk = 1, diperoleh hasil nilai X2
tabel = 3,481 ( X2 tabel > X2 hitung = 0,7) dan dapat disimpulkan tidak ada
Dari hasil penelitian dan pengolahan data, dapat dilihat hubungan lamanya
Tabel 5.8
Hubungan Lamanya Menjalani Terapi dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Hemodialisa di Ruangan Hemodialisis RSUD CURUP
1. Lama 8 5 13 43
2. Baru 8 9 17 57
Total 16 14 30 100
yang mengalami cemas dan dari 17 responden yang baru menjalani terapi terdapat
9 orang yang mengalami tidak cemas. Pada tabel tampak kecendrungan bahwa
responden yang baru dan lama menjalani terapi hemodialisa memiliki tingkat
tabel = 3,481 ( X2 tabel > X2 hitung = 0,6) dan dapat disimpulkan tidak ada
hemodialisa.
Dari hasil penelitian dan pengolahan data, dapat dilihat hubungan jenis
Tabel 5.9
Hubungan Jenis Pembiayaan dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Hemodialisa di Ruangan Hemodialisis RSUD CURUP
Biaya sendiri
1. 8 8 16 53
Asuransi
2. kesehatan 8 6 14 47
Total 16 14 30 100
X2 tabel = 3,481 dk = 1 X2 hitung = 0,16
banyak responden yang mengalami cemas dan tidak cemas. Dari 14 responden
Pada tabel tampak kecendrungan bahwa pasien yang menggunakan biaya sendiri
asuransi kesehatan .
tabel = 3,481 ( X2 tabel > X2 hitung = 0,16) dan dapat disimpulkan tidak ada
PEMBAHASAN
kecemasan pasien hemodialisa dan dapat dijadikan sebagai variabel bebas dalam
penelitian ini. Namun karena kemampuan penulis, terbatasan dalam hal waktu dan
Kuesioner baru pertama kali digunakan walaupun hasil uji validitas dan
reablitas sudah cukup baik namun baru terbatas pada satu rumah sakit sehingga
akan menjadi valid apabila dilakukan uji coba pada rumah sakit lainnya.
responden 23 orang (77 %) berumur tua ( > 50 tahun ) dalam menjalani terapi
hemodialisa.
berkaitan erat dengan proses degeneratif sebagai akibat dari kemunduran atau
kerusakan dari organ tubuh. Salah satunya penyakit gagal ginjal kronis yang lebih
sering dialami oleh kaum dewasa, terutama orang – orang yang berusia lanjut
(Muhammad, 2012).
yang ada (tanggal / bulan /tahun). Pembagian umur menurut WHO di ukur dari
(Notoadmodjo, 2003).
Bagi pasien gagal ginjal kronis, terapi hemodialisa akan mencegah
penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktifitas metabolik yang
dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas
hidup pasien. Pasien gagal ginjal kronik dan gagal ginjal terminal harus menjalani
terapi ini 1 – 2 kali seminggu 4 atau 5 jam setiap kali terapi selama hidupnya
dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai
akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin tua umur seseorang
akan terjadi proses penurunan kemampuan fungsi organ tubuh dan akan
yang harus dengan terapi hemodialisa sehingga pasien dihadapkan pada masalah
dengan pemikiran yang mendalam antara pasien, keluarga dan dokter. Masalah
perubahan gaya dan kebutuhan hidup secara drastis. Diharapkan seorang perawat
2001).
kesehatan seseorang. Umur hal yang selalu diperhatikan dalam suatu angka
kesakitan maupun kematian dalam hampir semua keadaan. Membaca umur akan
mudah untuk melihat pola kesakitan dan kematian seseorang menurut golongan
umur.
dari separoh yaitu 19 orang (63 %) responden berjenis kelamin laki – laki yang
Angka dari luar negeri menunjukan bahwa angka kesakitan lebih tinggi di
mencari perawatan, sedangkan angka kematian lebih tinggi pada kalangan laki –
laki disebabkan faktor intrinsik, faktor keturunan yang terkait dengan jenis
laki – laki sangat dipengaruhi oleh gaya hidup, faktor lingkungan, dan
minuman keras, candu, bekerja berat, dan berhadapan dengan pekerjaan yang
berbahaya. Keadaan seperti ini akan memudahkan diri berorientasi dengan
penyakit degeneratif dan berbanding terbalik dengan teori diatas yang menyatakan
Terapi
Sebagai pemegang peranan penting bagi tubuh, fungsi vital ginjal dalam
organ filtrasi plasma darah melalui glomerulus diikuti dengan proses reabsorbsi
sejumlah cairan dan air yang sesuai disepanjang tubulus ginjal. Hilangnya fungsi
ginjal yang berat, baik pada pasien gagal ginjal akut, gagal ginjal kronis maupun
buangan toksik yang dapat mengembalikan volume dan komposisi cairan tubuh ke
arah normal yang dapat dicapai dengan cara dialisis, terapi hemodialisa,
kebutuhan rasa aman pasien adalah elemen penting dalam pendekatan holistik
asuhan keperawatan yang meliputi aspek bio, psiko, sosial, dan spiritual, seperti
2005).
Diperkirakan bahwa lebih dari 100.000 pasien yang akhir – akhir ini
menjalani terapi hemodialisa. Terapi ini digunakan pada pasien dalam keadaan
sakit akut dan memerlukan terapi hemodialisa jangka pendek (beberapa hari
hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal
sintetik yang semi permiabel itu dapat mengantikan glomerulus serta tubulus renal
dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu (Brunner & Suddant, 2001).
bagi pasien dan keluarga atas kondisi sakitnya dan berfikir sampai berapa lama
dari separoh yaitu 16 orang (53 %) mengunakan biaya sendiri / umum dalam
dapat memenuhi dan memiliki kebutuhan yang diperlukan dalam hidup. Secara
fasilitas termasuk pelayanan kesehatan yang ada seperti berobat dan memenuhi
kebutuhan agar tetap bisa bertahan untuk sehat, salah satunya melakukan terapi
maka secara otomatis biaya investasi dan biaya operasional pelayanan kesehatan
akan ikut meningkat. Biaya besar yang harus dikeluarkan perhari disamping biaya
hidup lainya, merupakan pencetus gangguan kognitif dan gangguan afektif pada
terapi yang mahal secara langsung akan meningkatkan kecemasan pada pasien
tersebut. Terutama pada pasien yang tidak mempunyai asuransi kesehatan yang
kronis dan gagal ginjal terminal. Kesimpulannya disini, sesulit dan sebesar apapun
biaya yang harus dikeluarkan setiap kali hemodialisa, pasien akan terus berusaha
agar tetap rutin menjalani terapi tersebut. Karena dengan cara seperti itulah pasien
Keadaan ini juga sesuai dengan teori harapan menurut Vroom yang
bekerja keras bila adanya harapan akan hasil tertentu, harapan itu mempunyai
hasil positif bagi pasien dan usaha tersebut akan diperoleh dengan cara tertentu
(Saam,2012)
dari separoh yaitu 16 orang (53 %) dikategorikan cemas dalam menjalani terapi
hemodialisa.
Kuraesin (2009) lebih dari separoh responden mengalami kecemasan ringan yaitu
sebanyak 60,4%.
tidak menyenangkan dan dialami semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-
emosi tanpa objek yang spesifik. Keadaan ini terjadi karena adanya ancaman
(Suliswati,2005).
kecemasan ketika orang tersebut tidak mampu mengatasi stressor yang sedang
dihadapinya. Keadaan seperti ini secara klinis bisa terjadi menyeluruh dan
Hilangnya fungsi ginjal yang berat, baik pada pasien gagal ginjal akut,
gagal ginjal kronis maupun gagal ginjal terminal dapat membahayakan si pasien
dan membutuhkan produk buangan toksik yang dapat mengembalikan volume dan
komposisi cairan tubuh ke arah normal yang dapat dicapai dengan cara dialisis,
terapi hemodialisa, hemofiltrasi dan peritoneal dialisis. Keadaan seperti ini akan
membantu tubuh untuk berespon secara fisiologis dan mudah meningkatkan
kecemasan pada pasien. Ketidak seimbangan kognitif dan afektif yang dimiliki
akan sangat memperberat keadaan psikologis pasien dan kecemasan bisa berlanjut
dalam hidup manusia dan dapat menjadi beban berat yang menyebabkan
disertai dengan gangguan tubuh yang menyebabkan rasa tidak waspada terhadap
Artinya, cemas terjadi ketika seseorang terancam baik secara fisik maupun
psikologis.
cemas dan dari 7 responden yang berumur muda terdapat 5 orang yang mengalami
tidak cemas dalam menjalani terapi. Pada tabel terlihat kecendrungan semakin tua
umur maka pasien cendrung mengalami kecemasan, sedangkan lebih muda umur
X2 hitung = 2,33. Dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara umur dengan
tahun (45,7%). Pada usia pertengahan 40-65 tahun mulai terjadi perubahan-
perubahan baik fisik maupun psikologis dan dari hasil analisis bivariat
menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia responden
Penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Budi
Santoso (2008) dengan sampel yang diteliti berjumlah 35 orang menunjukan ada
kecemasan, apalagi jika seseorang tersebut harus menjalani salah satu terapi yang
direkomendasi medis yaitu hemodialisa dan berperan sebagai pasien. dari kaca
mata sebagai seorang pasien, berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang
akan membahayakan bagi pasien tersebut. Maka tak heran jika seringkali pasien
ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran
darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat,
dan zat lainya melalui membran semi permiabel sebagai pemisah darah dan cairan
dialisa pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi.
Terapi hemodialisa juga dilakukan pada kasus intoksikasi zat kimia dan
ketidak seimbangan cairan dan elektrolit berat. Pada kasus lainya seperti pada
sindrom hepatorenal dengan kriteria kalium darah 5 meq/l, pH darah 7,10 dan
oliguri atau anuri lebih dari 5 hari. Untuk mengidentifikasi dilakukan terapi
mematuhi semua petunjuk atau panduan yang telah ditetapkan, juga perlu
pertimbangan finansial atau jenis pembiayaan yang cukup kuat untuk bisa
menjalani terapi hemodialisa regular selama waktu yang tidak terbatas sebelum
psikososial akan mengalami gangguan cemas hal ini tergantung pada struktur
pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, dukungan sosial dari keluarga, teman, dan
mayarakat.
kecemasan karena umur tua ataupun muda, semakin lama pasien menjalani terapi
hemodialisa akan terbentuk kematangan umur dalam proses berpikir dan
mengadaptasikan diri terhadap terapi yang harus terus dijalaninya agar dapat
mempertahankan hidup.
orang yang tidak mengalami cemas dalam menjalani terapi dan dari 11 responden
yang berjenis kelamin perempuan, terdapat 7 orang yang mengalami cemas dalam
menjalani terapi. Pada tabel tampak kecendrungan bahwa jenis kelamin laki – laki
nilai X2 tabel = 3,481 > X2 hitung = 0,7 dapat disimpulkan tidak ada hubungan
perawatan, sedangkan angka kematian lebih tinggi pada kalangan laki – laki
disebabkan faktor intrinsik, faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin
dan pemberdayaan kaum tidak mampu dan tidak mempunyai hak – hak untuk
laki – laki lebih dominan menghisap rokok, minum minuman keras, candu,
bekerja berat, dan berhadapan dengan pekerjaan yang berbahaya. Keadaan hidup
baik terhadap kecemasan dibanding dengan laki – laki kerena secara biologis
mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam
dan mencemaskan bagi dirinya. Apabila seorang telah di vonis untuk melakukan
hemodialisa oleh keadaan penyakitnya, secara cepat atau lambat penyesuaian diri
pasien terhadap keadaan tersebut akan semakin meningkat yang secara otomatis
yang mengalami cemas dan dari 17 responden yang baru menjalani terapi terdapat
9 orang yang mengalami tidak cemas dalam menjalani terapi. Pada tabel tampak
kecendrungan bahwa responden yang baru dan lama menjalani terapi hemodialisa
memiliki tingkat kecemasan yang sama. Hasil analisa bivariat pada variabel
akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam
cairan pada pasien gagal ginjal kronik sering menghilangkan semangat hidup
keluarga dapat menunjang kepatuhan pasien agar terus dapat melakukan terapi
dengan tingkat kecemasan karena penyesuaian koping adaptif yang dimiliki oleh
Keadaan ini juga didorong oleh rasa membutuhkan akan terapi hemodialisa yang
harus dijalani agar pasien tetap bisa untuk mempertahankan sisa hidup yang
dimilikinya.
banyak antara cemas dan tidak cemas pasien dalam menjalani terapi hemodialisa
dan dari 14 responden yang menggunakan asuransi kesehatan, terdapat 8 orang
yang mengalami cemas. Pada tabel tampak kecendrungan bahwa pasien yang
tingkat kecemasan yang sama. Hasil analisa bivariat hubungan jenis pembiayaan
hitung = 0,16 dan dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang antara jenis
hemodialisa.
dapat memenuhi dan memiliki kebutuhan yang diperlukan dalam hidup. Secara
fasilitas termasuk pelayanan kesehatan yang ada seperti berobat dan memenuhi
kebutuhan agar tetap bisa bertahan untuk sehat, salah satunya melakukan terapi
maka secara otomatis biaya investasi dan biaya operasional pelayanan kesehatan
akan ikut meningkat. Biaya besar yang harus dikeluarkan perhari disamping biaya
hidup lainya, merupakan pencetus gangguan kognitif dan gangguan afektif pada
pasien yang sedang menjalani terapi hemodialisa. Tanda dan gejala ditandai
dan ketakutan.
Pasien hemodialisa harus menjalani terapi 1 – 2 kali perminggu. Biaya
terapi yang mahal secara langsung akan meningkatkan kecemasan pada pasien
tersebut. Terutama pada pasien yang tidak mempunyai asuransi kesehatan yang
dengan tingkat kecemasan pasien ini semua tidak terlepas dari adanya dukungan
keluarga, umur, pendidikan, dan pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori Kaplan
Hasil analisa ini juga didukung oleh teori Friedman (1998) dalam Kurasein
anggota keluarga tersebut merasa nyaman dan dicintai, namun apabila fungsi yang
penting ini tidak adekuat maka individu akan merasa diasingkan dan tidak
7.1 Kesimpulan
sebagai berikut:
dikategorikan tua
7.1.2 Lebih dari separoh responden yang menjalani terapi hemodialisa berjenis
dikategorikan baru
7.1.6 Secara statistik tidak ada hubungan antara umur dengan tingkat kecemasan
merasakan cemas.
7.1.7 Secara statistik tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat
7.1.8 Secara statistik tidak ada hubungan antara lama menjalani terapi dengan
7.1.9 Secara statistik tidak ada hubungan yang bermakana antara jenis
7.2 Saran
tersebut merasa nyaman dan dicintai. Akan tetapi apabila fungsi yang penting ini
tidak adekuat ditambah dengan mekanisme koping pasien yang juga tidak
adekuat, maka pasien akan merasa diasingkan, tidak mempunyai aktualisasi diri
Mengetahui hubungan
umur dengan tingkat
umur 1 penyataan
kecemasan pada pasien
hemodialisa
Mengetahui hubungan
jenis kelamin dengan
jenis kelamin 1 pernyataan
tingkat kecemasan pada
pasien hemodialisa
Mengetahui hubungan
lamanya menjalani terapi
Lamanya menjalani
dengan tingkat 1 pernyataan
terapi
kecemasan pada pasien
hemodialisa
Mengetahui hubungan
jenis pembiayaan dengan
Jenis pembiayaan 1 pernyataan
tingkat kecemasan pada
pasien hemodialisa
Mengetahui tingkat
kecemasan pasien yang
Tingkat kecemasan 20 pernyataan
sedang menjalani terapi
hemodialisa
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
Padang
Keterangan :
TP : tidak pernah
KK : kadang - kadang
SR : sering
SL : selalu
Petunjuk : berilah tanda check list ( V ) yang di anggap benar
No Pernyataan TP KK SR SL
Keterangan :
Dk : ( baris – 1) ( kolom – 1)
= (2–1) (2–1)
= 1 ( X2 = 3,481)
Tingkat kecemasan
Umur Total
Cemas Tidak cemas
Tua 14 A 9 B 23
Muda 2 C 5 D 7
Total 16 14 30
∑=(O–E)2
E
a. ( 14 – 12,2 ) 2 = 0,27
12,2
b. ( 14 – 12,2 ) 2 = 0,27
10,7
c. ( 2 – 3,7) 2 = 0,78
3,7
d. ( 5 – 3,2 ) 2 = 1,01
3,2
O E O-E ( O – E)2 / E
14 12,2 1,8 0,27
9 10,7 -1,7 0,27
2 3,7 -1,7 0,78
5 3,2 1,8 1,01
Tingkat kecemasan
Jenis kelamin Total
Cemas Tidak cemas
Laki - laki 9 A 10 B 19
Perempuan 7 C 4 D 11
Total 16 14 30
∑=(O–E)2
E
a. ( 9 – 10,1 ) 2 = 0,12
10,1
b. ( 10 – 8,9 ) 2 = 0,14
8,9
c. ( 7 – 5,9 ) 2 = 0,20
5,9
O E O-E ( O – E)2 / E
9 10,1 -1,1 0,12
10 8,9 1,1 0,14
7 5,9 1,1 0,20
4 5,1 -1,1 0,24
Baru 8 C 9 D 17
Total 16 14 30
Ea : 8 = ( A + B ) ( A + C ) = (13) (16) = 6,9
30
Eb : 5 = ( A + B ) ( B + D ) = (13) (14) = 6
30
Ec : 8 = ( C + D ) ( A + C ) = (17) (16) = 9
30
∑=(O–E)2
E
a. ( 8 – 6,9 ) 2 = 0,17
6,9
b. ( 5 – 6,9 ) 2 = 0,17
6,9
c. ( 8 – 9 ) 2 = 0,11
9
d. ( 9 – 7,9 ) 2 = 0,15
7,9
O E O-E ( O – E)2 / E
8 6,9 1,1 0,17
5 6 -1 0,17
8 9 -1 0,11
9 7,9 1,1 0,15
Tingkat kecemasan
Jenis Total
pembiayaan Cemas Tidak cemas
Biaya sendiri 8 A 8 B 16
Asuransi
kesehatan 8 C 6 D 14
Total 16 14 30
Ea : 8 = ( A + B ) ( A + C ) = (16) (16) = 8,5
30
∑=(O–E)2
E
a. ( 8 – 8,5 ) 2 = 0,03
8,5
b. ( 8 – 7,4 ) 2 = 0,05
7,4
c. ( 8 – 7,4 ) 2 = 0,05
7
d. ( 6 – 6,5 ) 2 = 0,03
6,5
O E O-E ( O – E)2 / E
8 8,5 -0,5 0,03
8 7,4 0,6 0,05
8 7,4 0,6 0,05
6 6,5 -0,5 0,03