Hari :
Tanggal :
Waktu : 25 menit
Tempat : Ruangan Hemodialisa
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
: Penyuluhan Tentang tindakan hemodialisa dan diet bagi pasien yang menjalani hemodialisa.
A. LATAR BELAKANG
Penyakit gagal ginjal kronik utamanya diderita oleh pasien – pasien yang telah mengalami usia lanjut.
Pasien – pasien yang menjalani hemodialisa, tidak cukup dilakukan sekali saja, ada yang menjalani
hemodialisa secara regular / rutin tiap minggu. Bahkan, ada pula yang menjalani hemodialisa sampai dua
kali dalam tiap minggunya. Hal ini tentu saja akan menimbulkan berbagai dampak dan komplikasi yang
dialami oleh pasien.
Pasien yang menjalani hemodialisa tentu saja memiliki rasa cemas dan khawatir mengenai tindakan
tersebut. Oleh karena itu, sebelum menjalani proses hemodialisa ada hal – hal yang perlu diketahui oleh
setiap pasien agar kecemasan yang dialami pasien – pasien tersebut minimal dapat berkurang. Sebagai
perawat diharapkan memberikan informasi dan pengarahan – pengarahan, serta motivasi terhadap pasien
yang menjalani hemodialisa.
Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan hemodialisis diperlukan penatalaksanaan lain
seperti management dit. Anggota keluarga memiliki potensi untuk menjadi pendorong utama koping.
Selain itu, lingkungan keluarga cepat menjadi faktor yang kritis pada pengarahan individu terhadap sebuah
krisis (Hough, 1991). Oleh karena itu dibutuhkan pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien yang
menunggu pasien selama menjalani terapi hemodialisis mengenai diit pada pasien dengan hemodialisis.
B. TUJUAN
1. Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan peserta mengetahui tentang pengetahuan tindakan
hemodialisa dan diit pada pasien dengan hemodialisa.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan sasaran penyuluhan mampu:
a. Memahami dan menjelaskan pengertian hemodialisa
b. Memahami dan menjelaskan tujuan, indikasi dan kontra indikasi serta komplikasi pada pasien
hemodialisis
c. Memahami dan mampu menjelaskan pentingnya diit pada pasien hemodialisis.
d. Memahami dan mampu menyebutkan macam-macam diit pada pasien hemodialisis.
e. Memahami dan mampu memberikan contoh makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi
pasien hemodialisis.
C. SASARAN PENYULUHAN
Keluarga pasien hemodialisis yang menunggu pasien selama menjalani hemodialisis.
D. MATERI
1. Definisi hemodialisis
2. Konsep Dialisis
3. Tujuan hemodialisis
4. Indikasi dan kontraindikasi hemodialisis
5. Komplikasi hemodialisis
6. Diet untuk pasien hemodialisis
7. Pentingnya diet bagi pasien hemodialisis
8. Macam-macam diet pada pasien hemodialisis
G. STRATEGI PEMBELAJARAN
N
Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
o
H. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
I. MEDIA
1. Leaflet
2.1 Pengertian
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk
limbah dalam tubuh kita, ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut (Brunner& Sunddarth, 2001).
Salah satu terapi yang diberikan pada pasien dengan gagl ginjal kronis adalah hemodialisa. Tujuan
terapi dialisa adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih
kembali (Brunner & Suddarth, 2001).
Hemodialisis berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisis ” artinya pemisahan zat-zat
terlarut. Hemodialisis berarti proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses penyaringan di
luar tubuh. Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis. Hemodialisis dikenal secara
awam dengan istilah ‘cuci darah’.
2.2 Konsep Proses Dialisa
Pada hemodialisis darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan diedarkan dalam sebuah mesin di
luar tubuh, sehingga cara ini memerlukan jalan keluar-masuk aliran darah. Untuk itu dibuat jalur buatan di
antara pembuluh arteri dan vena atau disebut fistula arteriovenosa melalui pembedahan. Lalu dengan
selang darah dari fistula, darah dialirkan dan dipompa ke dalam mesin dialisis. Untuk
mencegah pembekuan darah selama proses pencucian, maka diberikan obat antibeku yaitu Heparin.
Sebenarnya proses pencucian darah dilakukan oleh tabung di luar mesin yang bernama dialiser. Di
dalam dialiser, terjadi proses pencucian, mirip dengan yang berlangsung di dalam ginjal. Pada dialiser
terdapat 2 kompartemen serta sebuah selaput di tengahnya. Mesin digunakan sebagai pencatat dan
pengontrol aliran darah, suhu, dan tekanan. Aliran darah masuk ke salah satu kompartemen dialiser. Pada
kompartemen lainnya dialirkan dialisat, yaitu suatu carian yang memiliki komposisi kimia menyerupai
cairan tubuh normal. Kedua kompartemen dipisahkan oleh selaput semipermeabel yang mencegah dialisat
mengalir secara berlawanan arah. Zat-zat sampah, zat racun, dan air yang ada dalam darah dapat berpindah
melalui selaput semipermeabel menuju dialisat. Itu karena, selama penyaringan darah, terjadi
peristiwa difusi dan ultrafiltrasi. Ukuran molekul sel-sel dan protein darah lebih besar dari zat sampah dan
racun, sehingga tidak ikut menembus selaput semipermeabel. Darah yang telah tersaring menjadi bersih
dan dikembalikan ke dalam tubuh penderita. Dialisat yang menjadi kotor karena mengandung zat racun
dan sampah, lalu dialirkan keluar ke penampungan dialisat.
Difusi adalah peristiwa berpindahnya suatu zat dalam campuran, dari bagian pekat ke bagian yang
lebih encer. Difusi dapat terjadi bila ada perbedaan kadar zat terlarut dalam darah dan dalam dialisat.
Dialisat berisi komponen seperti larutan garam dan glukosa yang dibutuhkan tubuh. Jika tubuh kekurangan
zat tersebut saat proses hemodialisis, maka difusi zat-zat tersebut akan terjadi dari dialisat ke darah.
Ultrafiltrasi merupakan proses berpindahnya air dan zat terlarut karena perbedaan tekanan
hidrostatis dalam darah dan dialisat. Tekanan darah yang lebih tinggi dari dialisat memaksa air melewati
selaput semipermeabel. Air mempunyai molekul sangat kecil sehingga pergerakan air melewati selaput
diikuti juga oleh zat sampah dengan molekul kecil.
Kedua peristiwa tersebut terjadi secara bersamaan. Setelah proses penyaringan dalam dialiser selesai, maka
akan didapatkan darah yang bersih. Darah itu kemudian akan dialirkan kembali ke dalam tubuh.
Rata-rata tiap orang memerlukan waktu 9 hingga 12 jam dalam seminggu untuk menyaring seluruh
darah dalam tubuh. Tabi biasanya akan dibagi menjadi tiga kali pertemuan selama seminggu, jadi 3 - 5 jam
tiap penyaringan. Tapi hal ini tergantung juga pada tingkat kerusakan ginjalnya.
Menurut PERNEFRI (2003) waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan kebutuhan
individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4–5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu. Hemodialisa idealnya
dilakukan 10–15 jam/minggu dengan QB 200–300 mL/menit. Sedangkan menurut Corwin (2000)
hemodialisa memerlukan waktu 3–5 jam dan dilakukan 3 kali seminggu. Pada akhir interval 2–3 hari
diantara hemodialisa, keseimbangan garam, air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut
berperan menyebabkan anemia karena sebagian sel darah merah rusak dalam proses hemodialisa. Price dan
Wilson (1995) menjelaskan bahwa dialisat pada suhu tubuh akan meningkatkan kecepatan difusi, tetapi
suhu yang terlalu tinggi menyebabkan hemolisis sel-sel darah merah sehingga dapat menyebabkan pasien
meninggal. Robekan pada membran dializer yang mengakibatkan kebocoran kecil atau masif dapat
dideteksi oleh fotosel pada aliran keluar dialisat. Hemodialisa rumatan biasanya dilakukan tiga kali
seminggu, dan lama pengobatan berkisar dari 4 sampai 6 jam, tergantung dari jenis sistem dialisa yang
digunakan dan keadaan pasien.
Tujuan Hemodialis
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam
tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai
urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
Kadar kalium yang sangat tinggi (hiperkalemia) dapat menyebabkan irama jantung terganggu.
Penderita harus bisa membatasi jumlah konsumsi buah setiap harinya. Misalnya buah apel, penderita ginjal
hanya bisa mengonsumsi setengahnya saja. Namun yang juga harus diingat, jika kondisi penderita ginjal
sudah tidak bisa lagi berkermh, maka sebaiknya hentikan konsumsi buah dan sayur hingga lancar
berkemih.
Sementara itu, bagi penderita yang belum menjalani cuci darah. dianjurkan untuk melakukan diet
rendah protein 40-45 gram/hari. Hal ini tentunya tergantung fungsi ginjal penderita yang dapat diketahui
dengan pemeriksaan laboratorium. Jika fungsi ginjal kurang dari 15 persen, maka pertu melakukan cuci
darah.
Lain lagi pada penderita gagal ginjal yang sudah lama alias menahun atau kronis. Penderita gagal
ginjal kronis harus menjalani diet ketat dengan beberapa tujuan yaitu untuk mengatur keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam tubuh dan untuk menjaga agar penderita dapat beraktivitas seperti orang normal.
Prinsip diet bagi penderita gagal ginjal kronis adalah:
1. Diet lunak atau biasa.
2. Sebagai sumber karbohidrat: gula pasir, selai, sirup, dan permen.
3. Cukup energi dan rendah protein
4. Sebagai sumber protein, diutamakan protein hewani, misalnya: susu, sapi, daging, dan ikan.
Banyaknya sesuai dengan kegagalan fungsi ginjal penderita.
5. Sebagai sumber lemak, diutamakan lemak tidak jenuh, dengan kebutuhan sekitar 25 persen dari total
energi yang diperlukan.
6. Untuk kebutuhan air, dianjurkan sesuai dengan jumlah urine 24 jam; sekitar 500 mililiter melalui
minuman dan makanan.
7. Untuk kebutuhan kalium dan natrium dengan keadaan penderita.
8. Untuk kebutuhan kalori, sekitar 35 Kkal/Kg berat badan/hari.
9. Membatasi asupan garam dapur jika ada hipertensi(darah tinggi) atau edema (bengkak).
10. Dianjurkan juga mengonsumsi agar-agar karena selain mengandung sumber energi juga mengandung
serat yang larut.
Makanan yang sebaiknya dibatasi bagi penderita gagal ginjal kronik antara lain:
1. Sumber karbohidrat seperti: nasi, jagung, kentang, makaroni, pasta, hevermout, ubi.
2. Protein hewani, seperti: daging kambing, ayam, ikan, hati, keju, udang, telur.
3. Sayuran dan buah-buahan tinggi kalium, seperti: apel, alpukat, jeruk, pisang, pepaya dan daun pepaya,
seledri, kembang kol, peterseli, buncis.
2.7.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Penderita Gagak Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisis Dalam Mengurangi Asupan Cairan
Faktor usia Pendapat Dunbar & Waszak (1990) yang menunjukkan bahwa ketaatan terhadapaturan
pengobatan pada anak-anak dan remaja merupakan persoalan yang sama dengan ketaatan pada pasien dewasa. Pada
penelitian ini didapat penderita yang patuh rata-rara usia 52 tahun dan penderita yang tidak patuh rata-
rata usia 46 tahun, ini bukan berarti usia lebih tua cenderung patuh dan sebaliknya usia lebih muda
cenderung tidak patuh. Pendidikan penderita yang patuh74,3% untuk pendidikan SMA keatas ternyata
lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan pada penderita yang tidak patuh.
Faktor lama menjalani HD
Semakin lama pasien menjalaniHD adaptasi pasien semakin baik karena pasien telah mendapat
pendidikan kesehatan
atauinformasi yang diperlukan semakin banyak dari petugas kesehatan. Hal ini didukung ole
h pernyataan bahwa
semakin lama pasien menjalani HD, semakin patuh dan pasien yang tidak patuh cenderung merupakan pas
ien yang belum lama menjalani HD, karena pasien sudah
mencapai tahap accepted (menerima) dengan adanya pendidikan kesehatan dari petugas
kesehatan.
Faktor Keterlibatan tenaga kesehatan.
Keterlibatan tenaga kesehatan sangat diperlukan oleh pasien dalam hal sebagai pemberi pelay
anan kesehatan, penerimaan informasi bagi pasien dan keluarga, serta rencana pengobatanselanjutnya.
Faktor keterlibatan keluarga pasien
Pada penderita yang patuh lebih mempunyai kepercayaan pada kemampuannya sendiri
untuk mengendalikan aspek permasalahan yang sedang dialami, ini dikarenakan individu memilikifaktor
internal yang lebih dominan seperti tingkat pendidikan yang tinggi,
pengalamanyang pernah dialami, dan konsep diri yang baik akan membuat individu lebih dapat mengambil
keputusan yang tepat dalam mengambil mengambil tindakan, sementara
keterlibatankeluargad a p a t d i a r t i k a n s e b a g a i s u a t u b e n t u k h u b u n g a n s o s i a l y a n g b e r s i f a
t m e n o l o n g d e n g a n melibatkan aspek perhatian, bantuan dan penilaian dari keluarga. Schwarzt and
Griffin (1995),mengatakan perilaku kepatuhan tergantung pada situasi klinis spesifik, sifat alam penyakit,
dan program pengobatan. Berbeda dengan pernyataan Baekeland & Luddwall (1975) bahwa keluarga juga
merupakan faktor yang berpengaruh dalam
menentukan program pengobatan pada pasien, derajat dimana seseorang terisolasi dari pendampingan oran
g lain, isolasi sosialsecara negatif berhubungan dengan kepatuhan
2.7.3 Macam-macam diit pada pasien hemodialisis
Unsur-unsur gizi (nutrient) yang memiliki makna khusus dalam pengobatan conventional yangdapat
digunakan sebagai terapi pendamping sudah harus dilaksanakan dan memerlukan pemantauanketat.
1. Cairan dan Natrium
Gejala pertama pada keadaan gagal ginjal menahun adalah ketidakmampuan nefron yang masih berfungsi itu
untuk meningkatkan filtarat glomelurus secara baik dan mengatur eksresi
natriumkedalam air seni, dengan semakin parahnya kegagalan ginjal dan menurunnya glome
rulus(GFR) hingga 10 % atau kurang dari nilai normlnya, maka produksi air seni akan
menjadisedikit sehingga masukan air dan natrium dalam jumlah yang lazim tidak dapat dito
lerir.K e b u t u h a n p e n d e r i t a a k a n a i r d a p a t d i t e n t u k a n l e w a t p e n g u k u r a n j u m l a h a i r
s e n i y a n g dikeluarkan selama 24 jam dengan memakai gelas silinder dan ditambah air 500 ml, ini
akanmenganti jumlah kehilangan air yang hilang dari dalam tubuh (volume urine + 500 ml).
2. Natrium
Natrium perlu dibatasi karena natrium diperlukan di dalam tubuh
walaupun faal ginjal sudahmenurun. Hal ini penting bila terdapat hipertensi, edema dan bendungan
paru- paru. Parameter yang digunakan untuk menilai kecukupan natrium adalah berat badan, kadar Na
urine, serumdan laju filtrasi glomerulus. Pemberian natrium harus diberikan dalam jumlah maksimal
yangdapat ditolerir dengan tujuan untuk mempertahankan volume cairan ekstraseluler terkendalinyaasupan natrium yang
ditandai nya terkontrolnya tekanan darah dan pembengkakan (oedema).
3.Protein
Asupan protein disesuaikan dengan derajat ganguan fungsi ginjal/ laju filtrasi glomeru
luskurang dari 25%, berdasarkan berbagai hasil- hasil penelitian di dapatkan bahwa pada GGK
di perlukan peranan asupan protein sampai 0,5-0,6 gr/kg BB/hari, rata- rata 0,5 gr / kg BB/ hariagar tercapai
keseimbangan metabolisme protein yangoptimal. Dari protein 0,5 gr/kg BB/hari ini hendaknya diusahakan
sekurang-kurangnya 60%atau
0,35 gr/kg BB/ hari berupa proteindengan nilai biologik tinggi. Protein dengan nilai biologik t
inggi adalah protein dengan susunan asam amino yang menyerupai aturan aminoessensial dan pada umumnya
berasal dari protein hewani (susu, telur, ikan, unggas, daging tidak berlemak).
4. Kalium
Kalium jarang meningkat pada GGK, bila terjadi hiperkalemia maka biasanya berkaitan
denganoliguri ( berkurangnya volume urine/, keadaan metabolic, obat- obatan yang mengandu
ngkalium. Kadar kalium dalam dalam serum harus dijaga dalam suatu kisaran yang sempit yaitu3,5 hingga 5
Eq/I untuk mencegah timbulnya kegawatan jantung karena hiperkalmia.
5. Kalori/ Energi
Asupan energi kebanyakan penderita GGK menunjukkan kurang gizi, hal ini disebabkan oleh berbagaifactor
metabolisme dan kurangnya asupan kalori. Kalori cukup tinggi di hasilkan
darisumber karbohidrat dan lemak merupakan hal yang
penting bagi penderita kronik pembatasan masukan protein yang diperlukan untuk memperbaiki kesei
mbangannitrogen, guna mencegah oksidasi protein. Untuk memproduksi energi disarankanmas
ukan kalori paling sedikit 35kkal/kg BB/hari, kebutuhan asupan kalori penderitaGGK yang stabil adalah 35
kkal/kg BB/hari. Kebutuhan kalori harus dipenuhi guna mencegah terjadinya pembakaran proteintubuh dan merangsang
pengeluaran insulin.
6. Lemak
Lemak terbatas, diutamakan pengguna lemak tak jenuh ganda. Lemak normal untuk pasiendialisis
15-30 % dari kebutuhan energi total.7. VitaminDefisiensi asam folat, piridoksin dan vitamin C dapat terjadi
sehingga perlu suplemen vitamintersebut. diantaranya vitamin larut lemak, kadar vitamin A meningkat
sehingga harus dihindari pemberian vitamin A pada GGK. Vitamin E dan K tidak
membutuhkan suplementasi.
Dimana energi = 2000 kal; protein 40 gr;diet rendah protein rendah garam
Pagi Siang Malam
< 10.00 10.00 < 16.00 16.00 < 20.00 20.00
Nasi Kue talam Nasi Agar-agar Nasi susu
Telur ceplok Teh manis Ikan Teh manis Daging bistik
Tumis labu panggang Sup sayur
siam Cah sayur Papaya
Susu Papaya Teh manis
Teh manis
Pada Penderita ginjal kronik hemodialisa demikian kompleks, dengan mengatur asupan
energi, protein, dan beberapa mineral seperti kalium, natrium, dan air. Pengaturan diit sukar dipatuhioleh
pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi dan kualitas hidup penderita
(Sidabutar, 1992).
DAFTAR PUSTAKA