Anda di halaman 1dari 20

OBAT DAN KEHAMILAN

A. Pengertian Obat

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan,
memperelok badan atau bagian badan manusia (SK Menteri Kesehatan.
No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9 Juni 1971).

Menurut Ansel (2001), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis,
mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau
hewan.

B. Perubahan Farmakokinetika Obat pada saat Kehamilan

Pada masa kehamilan, perubahan fisiologis akan terjadi secara dinamis, hal ini
dikarenakan terbentuknya unit fetal-plasental-maternal. Karena perubahan fisiologis
inilah maka farmakokinetika obat baik absorpsi, distribusi, metabolisme maupun
ekskresi pun ikut berubah. Respon ibu dan janin terhadap obat selama kehamilan
dipengaruhi oleh dua faktor utama:

1. Perubahan Farmakokinetika Obat Akibat Perubahan Maternal

a. Absorbsi saluran cerna


Pada wanita hamil terjadi penurunan sekresi asam lambung (40% dibandingkan
wanita tidak hamil), disertai peningkatan sekresi mukus, kombinasi kedua hal tersebut
akan menyebabkan peningkatan pH lambung dan kapasitas buffer. Secara klinik hal ini
akan mempengaruhi ionisasi asam-basa yang berakibat pada absorbsinya.
b. Absorbsi paru
Pada kehamilan terjadi peningkatan curah jantung, tidal volume, ventilasi, dan
aliran darah paru. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan peningkatan absorbsi
alveolar, sehingga perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat inhalan.

c. Distribusi
Volume distribusi obat akan mengalami perubahan selama kehamilan akibat
peningkatan jumlah volume plasma hingga 50%. Peningkatan curah jantung akan
berakibat peningkatan aliran darah ginjal sampai 50% pada akhir trimester I, dan
peningkatan aliran darah uterus yang mencapai puncaknya pada aterm (36-42 L/jam);
80% akan menuju ke plasenta dan 20% akan mendarahi myometrium. Akibat
peningkatan jumlah volume ini, terjadi penurunan kadar puncak obat (Cmax) dalam
serum.

d. Pengikatan protein
Sesuai dengan perjalanan kehamilan, volume plasma akan bertambah, tetapi
tidak diikuti dengan peningkatan produksi albumin, sehingga menimbulkan
hipoalbuminemia fisiologis yang mengakibatkan kadar obat bebas akan meningkat.
Obat-obat yang tidak terikat pada protein pengikat secara farmakologis adalah obat
yang aktif, maka pada wanita hamil diperkirakan akan terjadi peningkatan efek obat.

e. Eliminasi oleh hati


Fungsi hati dalam kehamilan banyak dipengaruhi oleh kadar estrogen dan
progesteron yang tinggi. Pada beberapa obat tertentu seperti phenytoin, metabolisme
hati meningkat mungkin akibat rangsangan pada aktivitas enzim mikrosom hati yang
disebabkan oleh hormon progesteron; sedangkan pada obat-obatan seperti teofilin dan
kafein, eliminasi hati berkurang sebagai akibat sekunder inhibisi komfetitif dari enzim
oksidase mikrosom oleh estrogen dan progesterone.

f. Eliminasi ginjal
Pada kehamilan terjadi peningkatan aliran plasma renal 25-50%. Obat-obat yang
dikeluarkan dalam bentuk utuh dalam urin seperti penisilin, digoksin, dan lithium
menunjukkan peningkatan eliminasi dan konsentrasi serum steady state yang lebih
rendah.
2. Efek kompartemen fetal-plasental
Jika pemberian obat menghasilkan satu kesatuan dosis maupun perbandingan
antara kadar obat janin: ibu maka dipakai model kompartemen tunggal. Tetapi jika obat
lebih sukar mencapai janin maka dipakai model dua kompartemen di mana rasio
konsentrasi janin: ibu akan menjadi lebih rendah pada waktu pemberian obat
dibandingkan setelah terjadi distribusi.

a. Efek protein pengikat


Protein plasma janin mempunyai afinitas yang lebih rendah dibandingkan
protein plasma ibu terhadap obat-obatan. Tetapi ada pula obat-obatan yang lebih banyak
terikat pada protein pengikat janin seperti salisilat. Obat-obat yang tidak terikat (bebas)
adalah yang mampu melewati sawar plasenta.

b. Keseimbangan asam-basa
Molekul yang larut dalam lemak dan tidak terionisasi menembus membran
biologis lebih cepat dibandingkan molekul yang kurang larut dalam lemak dan
terionisasi selain itu PH plasma janin sedikit lebih asam dibandingkan ibu. Dengan
demikian basa lemah akan lebih mudah melewati sawar plasenta. Tetapi setelah
melewati plasenta dan mengadakan kontak dengan darah janin yang relatif lebih asam,
molekul-molekul akan lebih terionisasi. Hal ini akan berakibat penurunan konsentrasi
obat pada janin dan menghasilkan gradien konsentrasi. Fenomena ini dikenal sebagai
ion trapping.

c. Eliminasi obat secara feto-placental drug eliminaton


Terdapat bukti-bukti bahwa plasenta manusia dan fetus mampu memetabolisme
obat. Semua proses enzimatik, termasuk fase I dan fase II telah ditemukan pada hati
bayi sejak 7 sampai 8 minggu pasca pembuahan tetapi proses tersebut belum matang,
dan aktivitasnya sangat rendah. Kemampuan eliminasi yang berkurang dapat
menimbulkan efek obat yang lebih panjang dan lebih menyolok pada janin. Sebagian
besar eliminasi obat pada janin dengan cara difusi obat kembali ke kompartemen ibu.
Tetapi kebanyakan metabolit lebih polar dibandingkan dengan asal-usulnya sehingga
kecil kemungkinan mereka akan melewati sawar plasenta, dan berakibat penimbunan
metabolit pada jaringan janin. Dengan pertambahan usia kehamilan, makin banyak obat
yang diekskresikan ke dalam cairan amnion, hal ini menunjukkan maturasi ginjal janin.
d. Keseimbangan Obat Maternal-fetal
Jalur utama transfer obat melalui plasenta adalah dengan difusi sederhana. Obat
yang bersifat lipofilik dan tidak terionisasi pada pH fisiologis akan lebih mudah
berdifusi melalui plasenta. Kecepatan tercapainya keseimbangan obat antara ibu dan
janin mempunyai arti yang penting pada keadaan konsentrasi obat pada janin harus
dicapai secepat mungkin, seperti pada kasus-kasus aritmia atau infeksi janin intrauterin,
karena obat diberikan melalui ibunya.

C. Pengklasifikasian Obat Ibu hamil

Rujukan yang paling dipercaya kalangan medis untuk sesuatu obat itu aman atau
tidak untuk wanita hamil adalah Pedoman yang disusun US FDA (Badan POM
Amerika Serikat).

FDA membagi tingkat keaman obat tersebut kedalam 5 kategori:

1. Kategori A
Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko bagi janin
pada trimester pertama kehamilan. Dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester
ke dua dan ketiga. Kemungkinan adanya bahaya terhadap janin sangat rendah.

Contoh-Contoh obat kategori A

o Ascorbic acid (vitamin C) *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,


o Doxylamine, Ergocalciferol *masuk kategori D jika dosisnya melebihi US
RDA*,
o Folic acid *masuk kategori C jika dosisnya melebihi 0,8 mg per hari*,
o Hydroxocobalamine *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
o Liothyronine, Nystatin vaginal sup *masuk kategori C jika digunakan per oral
dan topikal*,
o Pantothenic acid *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
o Potassium chloride, Potassium citrate, Potassium gluconate, Pyridoxine
(vitamin B6), Riboflavin *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
o Thiamine (vitamin B1) *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
o Thyroglobulin, Thyroid hormones, Vitamin D *masuk kategori D jika dosisnya
melebihi US RDA*,
o Vitamin E *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*.

2. Kategori B
Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya
resiko terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil atau sistem
reproduksi binatang percobaan yang menunjukkan efek samping ( selain penurunan
tingkat kesuburan), yang juga tidak diperoleh pada studi terkontrol pada trimester 1 dan
tidak terdapat bukti adanya resiko pada trimester selanjutnya.

Contoh-Contoh obat kategori B

o Acetylcysteine, Acyclovir, Amiloride *masuk kategori D jika


digunakan untuk hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan*
o Ammonium chloride, Ammonium lactate *topical*,
o Amoxicillin, Amphotericin B, Ampicillin, Atazanavir, Azatadine,
Azelaic acid, Benzylpenicillin, Bisacodyl, Budesonide *inhalasi,
nasal*,
Buspiron, Caffeine, Carbenicillin, Camitine, Cefaclor, Cefadroxil,
Cefalexin, Cefalotin, Cefamandole, Cefapirin, Cefatrizine, Cefazolin,
Cefdinir, Cefditoren, Cefepime, Cefixime, Cefmetazole, Cefonicid,
Cefoperazone, Ceforanide, Cefotaxime, Cefotetan disodium, Cefoxitin,
Cefpodoxime, Cefprozil, Cefradine, Ceftazidime, Ceftibuten,
Ceftizoxime, Ceftriaxone, Cefuroxime, Cetirizine, Chlorhexidine *mulut
dan tenggorokan*,
o Chlorpenamine, Chlortalidone *masuk kategori D jika digunakan
untuk hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan*,
o Ciclacillin, Ciclipirox, Cimetidine, Clemastine, Clindamycin,
Clotrimazole, Cloxacillin, Clozapine, Colestyramine, dan masih
banyak lagi.
3. Kategori C
Studi pada binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping pada janin
(teratogenik) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita. Atau studi pada wanita
maupun binatang percobaan tidak tersedia. Obat dalam kategori ini hanya boleh
diberikan kepada ibu hamil jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari resiko yang
mungkin terjadi pada janin.

Contoh – Contoh obat kategori C

 Acetazolamide, Acetylcholine chloride, Adenosine, Albendazole, Albumin,


Alclometasone, Allopurinol, Aluminium hydrochloride, Aminophylline,
Amitriptyline, Amlodipine, Antazoline, Astemizole, Atropin, Bacitracin,
Beclometasone, Belladonna, Benzatropine mesilate, Benzocaine, Buclizine,
Butoconazole, Calcitonin, Calcium acetate, Calcium ascorbate, Calcium
carbonate, Calcium chloride, Calcium citrate, Calcium folinate, Calcium
glucoheptonade, Calcium gluconate, Calcium lactate, Calcium phosphate,
Calcium polystyrene sulfonate, Capreomycin, Captopril,
 Carbachol, Carbidopa, Carbinoxamine, Chloral hydrate, Chloramphenicol,
Chloroquine, Chlorothiazide, Chlorpromazine, Choline theophyllinate,
Cidofovir, Cilastatin, Cinnarizine, Cyprofloxacin, Cisapride, Clarithromycin,
Clinidium bromide, Clonidine, Co-trimoxazole, Codeine, Cyanocobalamin,
Deserpidine, Desonide, Desoximetasone, Dexamethasone, Dextromethorphan,
Digitoxin, Digoxin, Diltiazem, Dopamine, Ephedrine, Epinephrine, Fluconazole,
Fluocinolone, Fosinopril, Furosemide, Gemfibrozil, Gentamicin, Glibenclamide,
Glimepiride, Glipizide, Griseofulvin, Hydralazine, Hydrocortisone, Hyoscine,
Hyoscyamine, Isoniazid, Isoprenaline, Isosorbid dinitrate, Ketoconazole,
Ketotifen fumarate, Magaldrate, Mefenamic acid, Methyl prednisolone, dan
masih banyak lagi.
4. Kategori D
Terdapat bukti adanya resiko terhadap janin manusia. Obat ini hanya diberikan
bila manfaat pemberian jauh lebih besar dibandingkan resiko yang akan terjadi. (terjadi
situasi yang dapat mengancam jiwa ibu hamil, dalam hal mana obat lain tidak dapat
digunakan/ tidak efektif).

Contoh-Contoh obat kategori D

 Amikacin, Amobarbital, Atenolol, Carbamazepine, Carbimazole,


Chlordizepoxide, Cilazapril, Clonazepam, Diazepam, Doxycycline, Imipramine,
Kanamycin, Lorazepam, Lynestrenol, Meprobamate, Methimazole,
Minocycline, Oxazepam, Oxytetracycline, Tamoxifen, Tetracycline, Uracil,
Voriconazole dan masih banyak lagi.

5. Kategori X
Studi pada binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya
kelainan janin (abnormalitas) atau terbukti beresiko terhadap janin. Resiko penggunaan
obat pada wanita hamil jelas lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Obat kategori X
merupakan kontra indikasi bagi wanita hamil atau memiliki kemungkinan untuk hamil.

Contoh obat kategori X


 Acitretin, Alprotadil *parenteral*, Atorvastatin, Bicalutamide, Bosentan,
Cerivastatin disodium, Cetrorelix, Chenodeoxycholic acid, Chlorotrianisene,
Chorionic gonadotrophin, Clomifen, Coumarin, Danazol, Desogestrel,
Dienestrol, Diethylstilbestrol, Dihydro ergotamin, Dutasteride, Ergometrin,
Ergotamin, Estazolam, Etradiol, Estramustine, Estriol succinate, Estrone,
Estropipate, Ethinyl estradiol, Etretinate, Finasteride, Fluorescein *parenteral*,
Flurouracil.
D. Obat yang Digunakan Pada Kehamilan

1. Preparat Antasid
Fungsinya untuk meredakan gejala gangguan lambung seperti nyeri uluhati dan
gangguan cerna, tetapi bukan ulkus.

Kerja dan efek samping Antasid :


Preparat antasid mengurangi keasaman lambung yang :
1. Menetralkan isi lambung
2. Menurunkan refluks dengan meningkatkan tekanan pada sfingter esoffagus
bagian distal.
3. Dapat meningkatkan sekresi asam lambung sehingga memperburuk gejalanya
atau memperbesar bahaya terjadinya aspirasi lambung.
Contoh obat preparat antasid : Bisodol,andrews antacid,gaviscon.settlers,algico,
infacol.
4. Interaksi dengan antasid.

Absorbsi kebanyakan obat, termasuk obat-obat kontrapsepsi oral, akan diganggu


oleh antasid dan salut enteriknya akan dirusak. (brucker & Faucher,1997)
Kewaspadaan
o Penggunaan antasid apapun dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
pembentukan batu ginjal.
o Jika sudah terdapat insufisiensi renal dengan derajat berapapun (seperti pada
pre-eklampsia atau jika ada bukti ISK yang berkali-kali),penggunaan antasid
sebaiknya dihindari karena preparat ini dapat menumpuk dan menyebabakn
toksitositas.
o Penggunaan antasid lebih dari tiga bulan dapat disertai dengan cacat lahir.
(Van Way,1999)

2. Obat antagonis Histamin²


Fungsinya untuk meminimalkan kerusakan paru yang disebabkan oleh aspirasi isi
lambung.
Kerja dan efek samping antagonis :
 meningkatkan sekresi gastrin.
 mengurangi pengeluaran asam lambung.
 menyebabkan vertigo, somnolen, dan rasa lelah
 menyebabkan mual, kram lambung, konstipasi, diare.
Conth obat : De-Nol, Losec.

Interaksi dengan antagonis H2 :


o Tidak dapat diserap dengan baik jika diminum dengan antasid, harus berselang 2
jam.
o Kebiasaan merokok akan mengurangi kesembuhan ulkus dan meningkatkan
penguraian obat-obat antagonis H2.

3. Obat pencahar (Laksatit)


Fungsinya sebagai obat yang memfalisitasi evakuasi usus. Obat ini diberikan
dalam bentuk preparat oral, enema, atau supositoria.

Efek sampingnya menimbulkan gangguan fungsi normal gangguan


keseimbangan cairan dan elektrolit, flora colon, motilitas usus.
Contoh obat pencahar : Fybogel, Normacol, Carbalax, Micolette micro-enema.
Interaksi dengan obat pencahar :
 Dapat mengikat obat lain dan mineral sehingga mengganggu absorbsi.
 Pemberian dengan preparat lain harus selang 2 jam, jika tidak akan
menimbulkan motilitas lambung.

E. Farmakologi Kehamilan Pada Wanita dengan Riwayat Penyakit

1. Penyakit asma pada kehamilan


Penyakit asma dapat mengenai hingga 10% dari populasi penduduk di negara
industri, yang meliputi 5% ibu hamil.
Penyakit asma ditandai oleh inflamasi,edema, infiltrasi eosinofil dan remodelin
bronkiolus.
Obat yang digunakan pada asma
 Bronkodilator
agonis adrenoreseptor beta (salbutamol), preparat anti muskarinik (ipratropium),
metilsantin (teofilin).
 Anti-inflamasi
kromon (kromoglikat), kortikosteroid dan glukokortiroid (beklometason,
prednisolon), antagonis reseptor leukotrien (tidak dianjurkan pada kehamilan).

2. Gangguan mental

Obat yang digunakan :


a. Anti depresan (fluoksetin, paroksetin),
Efek sampingnya yaitu anoreksia, mual, diare, konstipasi, gangguan cerna,
kecemasan, perubahan frekuensi jantung, perdarahan.
b. Antipsikotik (proklorperazin)
Efek sampingnya yaitu kelainan postur dan gerak, produksi prolaktin.
c. Arisiolitik (benzodiazepin)
Efek sampingnya yaitu penurunan tonus otot, pada neonatus dapat menimbulkan
sindrom bayi yang terkulai, depresi pernapasan.
d. preparat anti mania(senyawa litium, karbamazepin)
Efek sampingnya yaitu mual, muntah, diare.

3. Diabetes mellitus
Kelainan metabolisme yang kronis dan terjadi karena defisiensi insulin atau
resistensi insulin. Penanganannya dapat berupa pengaturan makan atau diet dan
pemberian obat-obat hipoglikemi oral atau insulin. Pasien diabetes yang hamil harus
mengkonsumsi 25 gram karbohidrat pada saat makan.

4. Epilepsi
Serangan epilepsi yang menyeluruh berpotensi untuk membahayakan
keselamatan ibu dan janinnya. Serangan kejang tonik-klonik dapat menyebabkan
hipoksia janin serta asidosis. Serangan epilepsi pada kehamilan dini menyebabkan pada
embrio dan mengakibatkan malformasi.
Obat yang digunakan pada epilepsy :

Obat antiepilepsi generasi pertama.


a) Karbamazepin
Efek sampingnya yaitu akne, hirsutisme, kerusakan sumsum tulang yang dapat
menimbulkan agranulositosis/ anemia aplatik yang fatal.
b) Natrium valproat
Efek sampingnya yaitu kelainan hati yang serius dan perdarahan.
c) Fenitoin
Efek sampingnya yaitu insomnia, mual, muntah, konstipasi dan anemia.

Obat antiepilepsi generasi kedua


a) felbamat
b) gabapentin
c) lamotrigin
d) okskarbazepin
e) tiagabin
f) topiramat
g) vigabatrin

F. Prinsip Penggunaan Obat Pada Kehamilan

1. Bila mungkin, penanganan tanpa obat harus dicoba dahulu


2. Umumnya obat-obat lama yang sudah terbukti keamanannya lebih disukai
daripada obat-obat yang baru dipasarkan
3. Preparat kombinasi sedapat mungkin harus dihindari dan sebaiknya dipilih
preparat yang mengandung sebuah unsur obat saja
4. Hindari penggunaan obat bebas pada trimester pertama kecuali alasan yang
mendesak
5. Gunakan obat dengan takaran yang paling rendah untuk janhka waktu yang
sesingkat mungkin.
Obat Aman Bagi Kehamilan.

Berikut beberapa contoh antibiotik yang dinyatakan aman digunakan selama


kehamilan:
 Amoxicillin
 Ampicillin
 Clindamycin
 Erythromycin
 Penicillin

Daftar Indeks keamanan Obat Antibiotik untuk Ibu Hamil/Kehamilan &


Menyusui :

Lactation Risk Categories Pregnancy Risk Categories

 L1 (safest)  A (controlled studies show no risk)


 L2 (safer)  B (no evidence of risk in humans)
 L3 (moderately safe)  C (risk cannot be ruled out)
 L4 (possibly hazardous)  D (positive evidence of risk)
 L5 (contraindicated)  X (contraindicated in pregnancy)

Antibiotika

Generik Dagang PRC LRC

Larotid, Approve
Amoxicillin Amoxil d B L1

Approve
Aztreonam Azactam d B L2

Ultracef, Approve
Cefadroxil Duricef d B L1

Ancef, Approve
Cefazolin Kefzol d B L1
Approve
Cefotaxime Claforan d B L2

Approve
Cefoxitin Mefoxin d B L1

Approve
Cefprozil Cefzil d C L1

Ceftazidi
me,
Fortaz, Approve
Ceftazidime Taxidime d B L1

Approve
Ceftriaxone Rocephin d B L2

Approve
Ciprofloxacin Cipro d C L3

Approve
Clindamycin Cleocin d B L3

L1
E-Mycin, L3 ear
Ery-tab, ly
ERYC, Approve postnat
Erythromycin Ilosone d B al

Approve
- NR
Fleroxacin - d

Garamyci Approve
Gentamicin n d C L2

Kebecil, Approve
Kanamycin Kantrex d D L2

Approve
- NR
Moxalactam Moxam d

Approve
Nitrofurantoin Macrobid d B L2
Approve
Ofloxacin Floxin d C L2

Approve
Penicillin - d B L1

Streptom Approve
Streptomycin ycin d D L3

Approve
- NR
Sulbactam - d

Gantrisin,
Azo- Approve
Sulfisoxazole Gantrisin d C L2

Achromy
cin,
Sumycin,
Terramyc Approve
Tetracycline in d D L2

Ticarcilli
n, Ticar, Approve
Ticarcillin Timentin d B L1

Trimethoprim
/sulfamethoxa Proloprim Approve
zole , Trimpex d C L
KESIMPULAN

Obat yang aman digunakan untuk ibu hamil dengan berkategori A B dan C serta
obat yang tidak baik dikonsumsi untuk ibu hamil dengan kategori D dan X.

Pada masa kehamilan, perubahan fisiologis akan terjadi secara dinamis, hal ini
dikarenakan terbentuknya unit fetal-plasental-maternal. Karena perubahan fisiologis
inilah maka farmakokinetika obat baik absorpsi, distribusi, metabolisme maupun
ekskresi pun ikut berubah. Respon ibu dan janin terhadap obat selama kehamilan
dipengaruhi oleh dua faktor utama:

1. Perubahan Farmakokinetika Obat Akibat Perubahan Maternal


2. Efek kompartemen fetal-plasental
PRE EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

A. Pengertian Obat Pre Dan Eklampsia


 Preeklamsia ringan
Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala
ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
 Preeklamsia berat
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
 Eklamsia
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan
neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala
pre eklampsia.

B. Macam-Macam Obat Pre Dan Eklampsia

1. Magnesium sulfat
Merupakan antikonvulsan yang efektif dan membantu mencegah kejang kambuhan
dan mempertahankan aliran darah ke uterus dan aliran darah ke fetus. Magnesium
sulfat berhasil mengontrol kejang eklamptik pada >95% kasus. Selain itu zat ini
memberikan keuntungan fisiologis untuk fetus dengan meningkatkan aliran darah
ke uterus.
2. Fenitoin
Fenitoin telah berhasil digunakan untuk mengatasi kejang eklamptik. Fenitoin
bekerja menstabilkan aktivitas neuron dengan menurunkan flux ion di seberang
membran depolarisasi. Keuntungan fenitoin adalah dapat dilanjutkan secara oral
untuk beberapa hari sampai risiko kejang eklamtik berkurang.
3. Diazepam
Telah lama digunakan untuk menanggulangi kegawatdaruratan pada kejang
eklamptik. Mempunyai waktu paruh yang pendek dan efek depresi SSP yang
signifikan.
4. Hidralazin
Merupakan vasodilator arteriolar langsung yang menyebabkan takikardi dan
peningkatan cardiac output. Hidralazin membantu meningkatkan aliran darah ke
uterus dan mencegah hipotensi. Hidralazin dimetabolisir di hati. Dapat mengontrol
hipertensi pada 95% pasien dengan eklampsia.
5. Labetalol
Merupakan beta-bloker non selektif. Tersedia dalam preparat IV dan per oral.
Digunakan sebagai pengobatan alternatif dari idralazin ada penderita eklampsia.
6. Nifedipin
Merupakan Calcium Channel Blocker yang mempunyai efek vasodilatasi kuat
arteriolar. Hanya tersedia dalam bentuk preparat oral.

C. Cara Kerja Obat Pre Dan Eklampsia

1. Magnesium Sulfat
Mengahambat atau menurunkan asetikolin pada rangsangan serat saraf dengan
menghambat transmisi neuromuskular. Transmisi neuromuscular membutuhkan
kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulaft, magnesium akan
menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif
inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium) kadar kalsium yang tinggi dalam
darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat.

2. Fenitoin
Pada korteks motoris yaitu menghambat penyebaran aktivitas kejang. Kemungkinan
hal ini disebabkan peningkatan pengeluaran natrium dari neuron dan fenitoin
cenderung menstabilkan ambang rangsang terhadap hipereksitabilitas yang
disebabkan perangsangan berlebihan atau kemampuan perubahan lingkungan di
mana terjadi penurunan bertahap ion natrium melalui membran. Ini termasuk
penurunan potensiasi paska tetanik pada sinaps. Fenitoin menurunkan aktivitas
maksimal pusat batang otak yang berhubungan dengan fase tonik dari kejang tonik-
klonik (grand mal).
3. Diazepam
Diazepam melewati barier plasenta dan dapat menyebabkan depresi pernapasan
pada neonatus, hipotensi dan hipotermi hingga 36 jam setelah pemberiannya.
Depresi neonatal ini hanya terjadi bila dosisnya lebih dari 30 mg pada 15 jam
sebelum kelahiran.
4. Hidralazin
Merelaksasi otot polos arteriol secara langsung dan vasodilatasi yang terjadi dapat
menimbulkan reaksi kompensasi yang kuat berupa peningkatan denyut dan
kontraktilitas jantung, serta peningkatan renin plasma dan retensi cairan yang akan
melawan efek hipotensi obat. Penurunan tekanan diatolik lebih besar daripada
tekanan sitolik. Absorpsinya melalui saluran cerna dan hamper sempurna.
5. Labetalol
Memblokir reseptor adrenergic yang memperlambat kecepatan sinus jantung,
menurunkan resistansi peripheral vascular, dan menurunkan output kardiak.
6. Nifedipin
Nifedipin bekerja sebagai antagonis kalsium dengan menghambat arus ion kalsium
masuk ke dalam otot jantung dari luar sel. Karena kontraksi otot polos tergantung
pada ion kalsium ekstra seluler, maka dengan adanya antagonis kalsium dapat
menimbulkan efek inotropik negatif. Demikian juga dengan Nodus Sino Atrial (SA)
dan Atrio Ventrikuler (AV) akan menimbulkan kronotropik negatif dan perlambatan
konduksi AV.
KESIMPULAN

Pre eklamsi dan eklamsi adalah penyakit pada wanita hamil yang secara
langsung disebabkan oleh kehamilan.

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema, dan


protein urine yang timbul karena kehamilan, penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke-3 kehamilan. Preeklampsia juga merupakan penyulit kehamilan yang akut
dan dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi pada masa ante, intra dan post
partum.

Pre eklamsi dan eklamsi hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada
nullipara. Biasanya terdapat pada wanita usia subur dengan umur ekstrem, yaitu pada
remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada
multipara biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan : kehamilan multifetal dan hidrop
fetalis, penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus,
penyakit ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

Jordan, Sue. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: EGC.

Perubahan Farmakokinetika Obat pada saat Kehamilan _ farmakoterapi-info.htm.


diakses tanggal 14 Oktober 2012.

Farmakologi Kebidanan. Sue Jordan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 2002

Anda mungkin juga menyukai