Obat Dan Kehamilan
Obat Dan Kehamilan
A. Pengertian Obat
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan,
memperelok badan atau bagian badan manusia (SK Menteri Kesehatan.
No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9 Juni 1971).
Menurut Ansel (2001), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis,
mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau
hewan.
Pada masa kehamilan, perubahan fisiologis akan terjadi secara dinamis, hal ini
dikarenakan terbentuknya unit fetal-plasental-maternal. Karena perubahan fisiologis
inilah maka farmakokinetika obat baik absorpsi, distribusi, metabolisme maupun
ekskresi pun ikut berubah. Respon ibu dan janin terhadap obat selama kehamilan
dipengaruhi oleh dua faktor utama:
c. Distribusi
Volume distribusi obat akan mengalami perubahan selama kehamilan akibat
peningkatan jumlah volume plasma hingga 50%. Peningkatan curah jantung akan
berakibat peningkatan aliran darah ginjal sampai 50% pada akhir trimester I, dan
peningkatan aliran darah uterus yang mencapai puncaknya pada aterm (36-42 L/jam);
80% akan menuju ke plasenta dan 20% akan mendarahi myometrium. Akibat
peningkatan jumlah volume ini, terjadi penurunan kadar puncak obat (Cmax) dalam
serum.
d. Pengikatan protein
Sesuai dengan perjalanan kehamilan, volume plasma akan bertambah, tetapi
tidak diikuti dengan peningkatan produksi albumin, sehingga menimbulkan
hipoalbuminemia fisiologis yang mengakibatkan kadar obat bebas akan meningkat.
Obat-obat yang tidak terikat pada protein pengikat secara farmakologis adalah obat
yang aktif, maka pada wanita hamil diperkirakan akan terjadi peningkatan efek obat.
f. Eliminasi ginjal
Pada kehamilan terjadi peningkatan aliran plasma renal 25-50%. Obat-obat yang
dikeluarkan dalam bentuk utuh dalam urin seperti penisilin, digoksin, dan lithium
menunjukkan peningkatan eliminasi dan konsentrasi serum steady state yang lebih
rendah.
2. Efek kompartemen fetal-plasental
Jika pemberian obat menghasilkan satu kesatuan dosis maupun perbandingan
antara kadar obat janin: ibu maka dipakai model kompartemen tunggal. Tetapi jika obat
lebih sukar mencapai janin maka dipakai model dua kompartemen di mana rasio
konsentrasi janin: ibu akan menjadi lebih rendah pada waktu pemberian obat
dibandingkan setelah terjadi distribusi.
b. Keseimbangan asam-basa
Molekul yang larut dalam lemak dan tidak terionisasi menembus membran
biologis lebih cepat dibandingkan molekul yang kurang larut dalam lemak dan
terionisasi selain itu PH plasma janin sedikit lebih asam dibandingkan ibu. Dengan
demikian basa lemah akan lebih mudah melewati sawar plasenta. Tetapi setelah
melewati plasenta dan mengadakan kontak dengan darah janin yang relatif lebih asam,
molekul-molekul akan lebih terionisasi. Hal ini akan berakibat penurunan konsentrasi
obat pada janin dan menghasilkan gradien konsentrasi. Fenomena ini dikenal sebagai
ion trapping.
Rujukan yang paling dipercaya kalangan medis untuk sesuatu obat itu aman atau
tidak untuk wanita hamil adalah Pedoman yang disusun US FDA (Badan POM
Amerika Serikat).
1. Kategori A
Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko bagi janin
pada trimester pertama kehamilan. Dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester
ke dua dan ketiga. Kemungkinan adanya bahaya terhadap janin sangat rendah.
2. Kategori B
Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya
resiko terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil atau sistem
reproduksi binatang percobaan yang menunjukkan efek samping ( selain penurunan
tingkat kesuburan), yang juga tidak diperoleh pada studi terkontrol pada trimester 1 dan
tidak terdapat bukti adanya resiko pada trimester selanjutnya.
5. Kategori X
Studi pada binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya
kelainan janin (abnormalitas) atau terbukti beresiko terhadap janin. Resiko penggunaan
obat pada wanita hamil jelas lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Obat kategori X
merupakan kontra indikasi bagi wanita hamil atau memiliki kemungkinan untuk hamil.
1. Preparat Antasid
Fungsinya untuk meredakan gejala gangguan lambung seperti nyeri uluhati dan
gangguan cerna, tetapi bukan ulkus.
2. Gangguan mental
3. Diabetes mellitus
Kelainan metabolisme yang kronis dan terjadi karena defisiensi insulin atau
resistensi insulin. Penanganannya dapat berupa pengaturan makan atau diet dan
pemberian obat-obat hipoglikemi oral atau insulin. Pasien diabetes yang hamil harus
mengkonsumsi 25 gram karbohidrat pada saat makan.
4. Epilepsi
Serangan epilepsi yang menyeluruh berpotensi untuk membahayakan
keselamatan ibu dan janinnya. Serangan kejang tonik-klonik dapat menyebabkan
hipoksia janin serta asidosis. Serangan epilepsi pada kehamilan dini menyebabkan pada
embrio dan mengakibatkan malformasi.
Obat yang digunakan pada epilepsy :
Antibiotika
Larotid, Approve
Amoxicillin Amoxil d B L1
Approve
Aztreonam Azactam d B L2
Ultracef, Approve
Cefadroxil Duricef d B L1
Ancef, Approve
Cefazolin Kefzol d B L1
Approve
Cefotaxime Claforan d B L2
Approve
Cefoxitin Mefoxin d B L1
Approve
Cefprozil Cefzil d C L1
Ceftazidi
me,
Fortaz, Approve
Ceftazidime Taxidime d B L1
Approve
Ceftriaxone Rocephin d B L2
Approve
Ciprofloxacin Cipro d C L3
Approve
Clindamycin Cleocin d B L3
L1
E-Mycin, L3 ear
Ery-tab, ly
ERYC, Approve postnat
Erythromycin Ilosone d B al
Approve
- NR
Fleroxacin - d
Garamyci Approve
Gentamicin n d C L2
Kebecil, Approve
Kanamycin Kantrex d D L2
Approve
- NR
Moxalactam Moxam d
Approve
Nitrofurantoin Macrobid d B L2
Approve
Ofloxacin Floxin d C L2
Approve
Penicillin - d B L1
Streptom Approve
Streptomycin ycin d D L3
Approve
- NR
Sulbactam - d
Gantrisin,
Azo- Approve
Sulfisoxazole Gantrisin d C L2
Achromy
cin,
Sumycin,
Terramyc Approve
Tetracycline in d D L2
Ticarcilli
n, Ticar, Approve
Ticarcillin Timentin d B L1
Trimethoprim
/sulfamethoxa Proloprim Approve
zole , Trimpex d C L
KESIMPULAN
Obat yang aman digunakan untuk ibu hamil dengan berkategori A B dan C serta
obat yang tidak baik dikonsumsi untuk ibu hamil dengan kategori D dan X.
Pada masa kehamilan, perubahan fisiologis akan terjadi secara dinamis, hal ini
dikarenakan terbentuknya unit fetal-plasental-maternal. Karena perubahan fisiologis
inilah maka farmakokinetika obat baik absorpsi, distribusi, metabolisme maupun
ekskresi pun ikut berubah. Respon ibu dan janin terhadap obat selama kehamilan
dipengaruhi oleh dua faktor utama:
1. Magnesium sulfat
Merupakan antikonvulsan yang efektif dan membantu mencegah kejang kambuhan
dan mempertahankan aliran darah ke uterus dan aliran darah ke fetus. Magnesium
sulfat berhasil mengontrol kejang eklamptik pada >95% kasus. Selain itu zat ini
memberikan keuntungan fisiologis untuk fetus dengan meningkatkan aliran darah
ke uterus.
2. Fenitoin
Fenitoin telah berhasil digunakan untuk mengatasi kejang eklamptik. Fenitoin
bekerja menstabilkan aktivitas neuron dengan menurunkan flux ion di seberang
membran depolarisasi. Keuntungan fenitoin adalah dapat dilanjutkan secara oral
untuk beberapa hari sampai risiko kejang eklamtik berkurang.
3. Diazepam
Telah lama digunakan untuk menanggulangi kegawatdaruratan pada kejang
eklamptik. Mempunyai waktu paruh yang pendek dan efek depresi SSP yang
signifikan.
4. Hidralazin
Merupakan vasodilator arteriolar langsung yang menyebabkan takikardi dan
peningkatan cardiac output. Hidralazin membantu meningkatkan aliran darah ke
uterus dan mencegah hipotensi. Hidralazin dimetabolisir di hati. Dapat mengontrol
hipertensi pada 95% pasien dengan eklampsia.
5. Labetalol
Merupakan beta-bloker non selektif. Tersedia dalam preparat IV dan per oral.
Digunakan sebagai pengobatan alternatif dari idralazin ada penderita eklampsia.
6. Nifedipin
Merupakan Calcium Channel Blocker yang mempunyai efek vasodilatasi kuat
arteriolar. Hanya tersedia dalam bentuk preparat oral.
1. Magnesium Sulfat
Mengahambat atau menurunkan asetikolin pada rangsangan serat saraf dengan
menghambat transmisi neuromuskular. Transmisi neuromuscular membutuhkan
kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulaft, magnesium akan
menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif
inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium) kadar kalsium yang tinggi dalam
darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat.
2. Fenitoin
Pada korteks motoris yaitu menghambat penyebaran aktivitas kejang. Kemungkinan
hal ini disebabkan peningkatan pengeluaran natrium dari neuron dan fenitoin
cenderung menstabilkan ambang rangsang terhadap hipereksitabilitas yang
disebabkan perangsangan berlebihan atau kemampuan perubahan lingkungan di
mana terjadi penurunan bertahap ion natrium melalui membran. Ini termasuk
penurunan potensiasi paska tetanik pada sinaps. Fenitoin menurunkan aktivitas
maksimal pusat batang otak yang berhubungan dengan fase tonik dari kejang tonik-
klonik (grand mal).
3. Diazepam
Diazepam melewati barier plasenta dan dapat menyebabkan depresi pernapasan
pada neonatus, hipotensi dan hipotermi hingga 36 jam setelah pemberiannya.
Depresi neonatal ini hanya terjadi bila dosisnya lebih dari 30 mg pada 15 jam
sebelum kelahiran.
4. Hidralazin
Merelaksasi otot polos arteriol secara langsung dan vasodilatasi yang terjadi dapat
menimbulkan reaksi kompensasi yang kuat berupa peningkatan denyut dan
kontraktilitas jantung, serta peningkatan renin plasma dan retensi cairan yang akan
melawan efek hipotensi obat. Penurunan tekanan diatolik lebih besar daripada
tekanan sitolik. Absorpsinya melalui saluran cerna dan hamper sempurna.
5. Labetalol
Memblokir reseptor adrenergic yang memperlambat kecepatan sinus jantung,
menurunkan resistansi peripheral vascular, dan menurunkan output kardiak.
6. Nifedipin
Nifedipin bekerja sebagai antagonis kalsium dengan menghambat arus ion kalsium
masuk ke dalam otot jantung dari luar sel. Karena kontraksi otot polos tergantung
pada ion kalsium ekstra seluler, maka dengan adanya antagonis kalsium dapat
menimbulkan efek inotropik negatif. Demikian juga dengan Nodus Sino Atrial (SA)
dan Atrio Ventrikuler (AV) akan menimbulkan kronotropik negatif dan perlambatan
konduksi AV.
KESIMPULAN
Pre eklamsi dan eklamsi adalah penyakit pada wanita hamil yang secara
langsung disebabkan oleh kehamilan.
Pre eklamsi dan eklamsi hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada
nullipara. Biasanya terdapat pada wanita usia subur dengan umur ekstrem, yaitu pada
remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada
multipara biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan : kehamilan multifetal dan hidrop
fetalis, penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus,
penyakit ginjal.
DAFTAR PUSTAKA