Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) ditandai dengan obstruksi

jalan nafas yang ireversibel dan peningkatan usaha bernapas. Istilah lainnya

adalah COLD dan COAD (Chronic obstructive lung/airway disease; penyakit

paru/jalan napas obstrurtif kronik). PPOK meliputi bronkitis kronis dan

emfisema yang sering terjadi bersamaan (Ward, 2008).


Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa pada tahun

2002 PPOK menempati urutan kelimasebagai penyebab utama kematian di

dunia dandiperkirakan pada tahun 2030 akan menjadi penyebab kematian

ketiga di seluruh dunia. Menurut perkiraan WHO, terdapat 80 juta orang

menderita PPOK derajat sedang Lebih dari 3 juta meninggal karena PPOK

pada tahun 2005, sekitar 5% dari jumlah semua kematian secara global.

(WHO, 2010)
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah klasifikasi luas dari

gangguan, yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan

asma. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan kondisi ireversibel

yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan

keluar udara paru paru. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan

penyebab kematian kelima terbesar di Amerika Serikat. Penyakit ini

menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

1
Akhir akhir ini chronic obstructive pulmonary disease (COPD ) atau

penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) semakin menarik untuk dibicarakan

oleh karena prevalensi dan mortalitas yang terus meningkat. Di Amerika kasus

kunjungan pasien PPOK di instansi gawat darurat mencapai angka 1,5 juta,

726.000 memerlukan perawatan dirumah sakit dan 119.000 meninggal selama

tahun 2000. Sebagai penyebab kematian, PPOK menduduki peringkat ke

empat setelah penyakit jantung, kanker dan penyakit serebro vaskular .Biaya

yang dikeluarkan untuk penyakit ini mencapai 24 Miliyar per tahunnya. World

health organization (WHO) bahwa menjelang tahun 2020 prevalensi PPOK

akan meningkat
Gejala klinis pada PPOK antara lain batuk, produksi sputum, sesak

nafas dan keterbatasan aktivitas. Faktor patofisiologi yang berkontribusi

dalam kualitas dan intensitas sesak nafas saat melakukan aktivitas pada pasien

PPOK antara lain kemampuan mekanis dari otot-otot inspirasi, meningkatnya

volume restriksi selama beraktivitas, lemahnya fungsi otototot inspirasi,

meningkatnya kebutuhan ventilasi relatif, gangguan pertukaran gas, kompresi

jalan nafas dinamis dan faktor kardiovaskuler. Oleh karena itu pasien PPOK

cenderung menghindari aktivitas fisik sehingga pasien mengurangi aktivitas

sehari-hari yang akhirnya akan menyebabkan immobilisasi, hubungan pasien

dengan lingkungan dan sosial menurun sehingga kualitas hidup menurun

(Khotimah, 2013).
Rata- rata kematian akibat PPOK meningkat cepat, terutama pada

penderita laki- laki lanjut usia. Bronkhitis kronis ditandai oleh adanya sekresi

mukus bronkus yang berlebihan dan tampak dengan adanya batuk produktif

2
selama 3 bulan atau lebih, dan setidaknya berlangsung selama 2 tahun

berturut- turut, serta tidak disebabkan oleh penyakit lain yang mungkin

menyebabkan gejala tersebut (lawrence M. Tierney, 2010).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang Asuhan

Keperawatan Pada pasien dengan Diagnosa PPOK ( Penyakit Paru Obstruksi

Kronik)
2. Tujuan Khusus
a Mampu memahami tentang Penyakit PPOK (Penyakit Paru Obstruksi

Kronik)
b Mampu melakukan pengkajian pada penderita PPOK (Penyakit Paru

Obstruksi Kronik)
c Mampu merumuskan diagnosa keperawatan untuk pasien yang menderita

PPOK ( Penyakit Paru Obstruksi Kronik)


d Mampu menyusun rencana keperawatan untuk pasien yang menderita

PPOK ( Penyakit Paru Obstruksi Kronik)

BAB 2

KONSEP TEORI

A. DEFINISI
PPOK merupakan keadaan irreversible yang ditandai adanya sesak

nafas pada saat melakukan aktivitas dan terganggunya aliran udara masuk

dan keluar dari paru-paru (Smeltzer et al, 2013).


PPOK merupakan penyakit kronis ditandai dengan terhambatnya

aliran udara karena obstruksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh

3
paparan yang lama terhadap polusi dan asap rokok. PPOK merupakan

istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang

berlangsung lama (Grace et al, 2011).


Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) atau Penyakit Paru

Obstruktif Menahun (PPOM) adalah klasifikasi luas dari gangguan yang

mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner &

Suddarth, 2002).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau Chronic Obstructive

Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering

digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama

dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai

gambaran patofisiologi utamanya yang merupakan kondisi ireversibel

yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk

dan keluar udara paru-paru.


Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai

dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi

yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak

mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu


Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi

kronik adalah sebagai berikut:

1. Bronkitis kronik

Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari

disertai pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu

tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.

2. Emfisema paru

4
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomic, yaitu suatu

perubahan anatomic paru yang ditandai dengan melebarnya secara

abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminalis, yang disertai

kerusakan dinding alveolus.

3. Asma

Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas

cabang-cabang trakeobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan.

Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-saluran napas

secara periodic dan reversible akibat bronkospasme.

4. Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan bronkiolus kronik yang

mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan

obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda

dari saluran pernapasan atas, dan tekanan terhadap tumor, pembuluh

darah yang berdilatasi dan pembesaran nodus limfe.

B. PENYEBAB
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya PPOK

adalah:
1. Kebiasaan merokok
Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking

control, rokok adalah penyebab utama timbulnya PPOK. Secara

fisiologis rokok berhubungan langsung dengan hiperflasia kelenjar

5
mukosa bronkus dan metaplasia skuamulus epitel saluran pernapasan.

Juga dapat menyebabkan bronkokonstriksi akut. Menurut Crofton &

Doouglas merokok menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel rambut

getar, makrofage alveolar dan surfaktan.

2. Riwayat Perokok:
1) Perokok Aktif
2) Perokok Pasif
3) Bekas Perokok
3. Polusi udara
Polusi zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan brokhitis

adalah zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O,

hydrocarbon, aldehid dan ozon.


Polusi di dalam ruangan:

1) Asap rokok
2) Asap kompor

Polusi di luar ruangan:

1) Gas buang kendaranan bermotor


2) Debu jalanan
3) Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)

4. Riwayat infeksi saluran nafas


BNV Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang

penderita bronchitis koronis hampir selalu menyebabkan infeksi paru

bagian bawah, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah.

Ekserbasi bronchitis koronis disangka paling sering diawali dengan

infeksi virus, yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder oleh

bakteri

C. PATHOFISIOLOGI

6
PPOK dapat terjadi oleh karena terjadinya obstruksi jalan nafas

yang berlangsung bertahun-tahun. Salah satu penyakit yang dapat memicu

terjadinya PPOK ini adalah Asma. Hipersensitif yang terjadi karena

bahan-bahan alergen menyebabkan terjadinya penyempitan bronkus

ataupun bronkiolus akibat bronkospasme, edema mukosa ataupun

hipersekresi mukus yang kental. Karena perubahan anatomis tersebut

menyebabkan kesulitan saat melakukan ekspirasi dan menghasilkan suara

mengi. Apabila asma ini terus berlangsung lama, semakin menyempitnya

bronkus atau bronkiolus selama bertahun-tahun dapat menyebabkan

PPOK terjadi.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni

jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan

tubuh. Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke

paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh

berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.


Faktor-faktor risiko tersebut diatas seperti rokok dan polusi udara

menyebabkan perbesaran kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel

goblet akan meningkat jumlahnya, serta fungsi silia menurun

menyebabkan terjadinya peningkatan produksi lendir yang dihasilkan,

akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan

kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan

terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami

penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke

alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam

7
alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang

menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya.

Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan

ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi

paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan

mengalami gangguan.
D. PATHWAY

Pencetus
Asma, Bronkitis, emfisema
Rokok dan Polusi

Inflamasi
PPOK

Sputum meningkat

Batuk

Perbesaran Alveoli Bersihan Jalan Nafas tdk


Efektif

Hipertiroid kelenjar mukosa


Inflamasi
Penyempitan salurran udara
Leukosit meningkat

hipertermi
Ekspansi paru Gg. Pertukaran Gas Imun menurun
menurun
Kuman patogen &
endogen difagosit
Suplay O2 tida adekuat Frekuensi pernafasan makrofag
cepat
Hipoksia Anoreksia
Kontraksi otot pernafasan
Sesak Penggunaan energi untuk
pernafasan meningkat Gg, Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Pola Nafas Tidak
Efektif Intoleransi Aktifitas

8
Ansietas

Kurang pengetahuan

E. GEJALA KLINIS

Tanda dan gejala klinis yang timbul akan mengarah pada penyakit

bronchitis, emfisema, asthma, dan bronkiektasis

1. Batuk produktif (dahak kekuningan, darah) maupun tidak produktif

2. Sesak napas

3. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi

4. Mengi atau wheeze

5. Ekspirasi yang memanjang

6. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.

7. Penggunaan otot bantu pernapasan

8. Kelemahan badan

9. Edema kaki, asites dan jari tabuh.

10. Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan

9
11. Anemia

12. Mengurangi kapasitas untuk aktivitas fisik

13. Suara napas melemah

14. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Anamnesia

Riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas dan faktor-faktor

penyebab
2. Pemeriksaan fisik
Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped chest (diameter

anteroposterior dada meningkat).


3. Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada.
Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati

lebih rendah, pekak jantung berkurang.


4. Pemeriksaan radiologi
Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow

berupa bayangan garis-garis yang pararel keluar dari hilus menuju ke

apeks paru dan corakan paru yang bertambah.


Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi

dengan gambaran diafragma yang rendah yang rendah dan datar,

penciutan pembuluh darah pulmonal, dan penambahan corakan

kedistal.
5. Tes fungsi paru

10
Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan

apakah fungsi abnormal adalah obstimulasi atau restriksi, untuk

memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi,

misalnya bronkodilator.
6. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul

sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan

eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan

eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-

60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih

berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.


Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
7. Laboratorium darah lengkap

G. PENATALAKSANAAN

1. Menghentikan merokok, menghindari polusi udara.


2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi

antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat

sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji

sensitivitas atau pengobatan empirik.


4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan

kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme)

masih controversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan

dengan aliran lambat 1 – 2 liter/menit.


Tindakan rehabilitasi yang meliputi:

11
a. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret

bronkus.
b. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan

pernapasan yang paling efektif.


c. Latihan dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk

memulihkan kesegaran jasmani.


d. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita

dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula.


e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri

penderita dengan penyakit yang dideritanya.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai

oksigen berkurang. (obstruksi jalan napas oleh secret, spasme bronkus).


2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

ketidakadekuatan batuk, peningkatan produksi mukus/peningkatan

sekresi lendir
3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap peningkatan

kerja pernafasan atau kesulitan masukan oral sekunder dari anoreksia.


4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakitnya.
5. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan proses peradangan

pada selaput paru-paru.

I. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan Penatalaksanaan

 Mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

12
 Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu singkat dan

panjang.
 Pencegahan dan penanganan eksaserbasi.
 Mengurangi perburukan fungsi paru setiap tahunnya.

Kriteria Keberhasilan :

 Berkurangnya gejala sesak nafas.

 Membaiknya faal paru.

 Menurunnya gejala psikologik (depresi, kecemasan).

 Memperbaiki kualitas hidup.

 Dapat melakukan aktifitas sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Aarason, P. I & Ward, J. P. T. (2008). At a Glance Sistem Kardiovaskuler. Jakarta :


Erlangga.

13
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., 2001, “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
&Suddarth. Vol. 2. E/8”, EGC, Jakarta

Khotimah, S. 2013. Latihan Endurance Meningkatkan Kualitas Hidup Lebih Baik


Dari Pada Latihan PernafasanPada Pasien PPOK di BP4 Yogyakarta. Sport
and Fitness Journal. Juni 2013:1. No. 20-32.

Tierney, Lawrence M, dkk. 2010. Diagnosis dan Terapi Kedokteran (Penyakit


Dalam). Dialih bahasakan oleh Abdul Gofir, dkk. Jakarta : Salemba Medika.

Smeltzer, S, & Bare. (2013). Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical
Nursing. Philadelpia : Lippin cott

Grace, Pierce A & Borley Neil R. 2011. At a Glance Ilmu Bedah. Surabaya: Erlangga

Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai