Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

I. MASALAH UTAMA
Perubahan persepsi sensori : halusinasi

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa
rangsang ensternal yang nyata(Berkowitz, 1993 dalam Ainan dkk,
2013).
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari
luaryang dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu baik. (Stuart dan Laria 1998
dalam Yosep, 2011).

B. Macam- macam halusinasi


a. Halusinasi pendengaran
b. Halusinasi penglihatan.
c. Halusinasi penciuman.
d. Halusinasi pengecapan.
e. Halusinasi perabaan.
f. Halusinasi kinestik.
g. Halusinasi hipnogogik.
h. Halusinasi hipnopompik.
i. Halusinasi histerik.
j. Halusinasi autoskopi.

C. Etiologi
a. Bicara, senyum / tertawa sendiri.
b. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu.
c. Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.

1
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
e. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
f. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
g. Sikap curiga dan bermusuhan.
h. Menarik diri, menghindari dari orang lain.

D. Tanda dan Gejala


Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan
duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu,
tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau
menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang
menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang
halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau
dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi
(Budi Anna Keliat, 1999) :
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
1) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain

2
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk).
d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

E. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif


a. Pikiran logis a) Distorsi pikiran a. Gangguan proses pikir
b. Persepsi akurat b) Ilusi b. Halusinasi
c. Emosi konsisten c) Emosi terganggu c. Sulit berespon
dengan pengalaman kadang berlebihan d. Perilaku disorganisasi
d. Perilaku sesuai kadang kurang e. Isolasi sosial
e. Hubungan sosial d) Berperilaku aneh
harmonis e) Menarik diri

F. Pohon masalah
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan. Akibat

Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. Core problem

Isolasi diri : manarik diri Penyebab

III. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Resiko menciderai diri dan orang lain.
Data Obyektif :

3
 Perilaku hiperaktif, agresi dan destruktif.
 Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
 Sikap bermusuhan.
 Menolak makan.
Data Subyekyif :
 klien mengatakan benci dan kesal pada seseorang
 klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal

2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar.


Data Obyektif :
- Bicara, senyum/ tertawa sendiri.
- Menarik diri dan menghindar dari orang lain..
- Curiga, bermusuhan, merusak diri, orang lain dan lingkungan.
- Ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.
- Berbicara dan tertawa sendiri
- Bersikap seperti mendengar atau melihat sesuatu.
- Berhenti berbicara di tengah kalimat seperti mendengar sesuatu.
- Duduk menyendiri
- Dissorientasi.

Data Subyektif
- Pasien mengatakan : Mendengar suara – suara, melihat gambaran
tanpa adanya stimulasi yang nyata, mencium bau tanpa stimulasi.

3. Perubahan isolasi sosial : menarik diri.


Data Obyektif :
- Tidak memeprdulikan lingkungan.
- Kegiatan menurun, mobilitas kurang.
- Klien tampak diam, melamun dan menyendiri.
- Menghindar dari orang lain

4
- Komunikasi kurang
- Kontak mata kurang
Data Subyektif
- Klien mengatakan lebih suka sendiri daripada berhubungan dengan
orang lain.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko menciderai diri dan orang lain yang berhubungan dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar.
2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi (dengar) yang berhubungan
dengan adanya isolasi sosial : manarik diri.

V. FOKUS INTERVENSI
 Diagnosa 1. Resiko menciderai diri sendiri dan oaring lain
berhubungan dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
a Tujuan Umum
Klien tidak menciderai orang lain
b Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
 kriteria hasil:
- Ekspresi wajah bersahabat
- menunjukkan rasa senang
- ada kontak mata atau mau jabat tangan
- mau menyebutkan nama
- mau menyebut dan menjawab salam
- mau duduk berdampingan dengan perawat
- mau mengutarakan masalah yang dihadapi
 Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi
terapetik

5
a. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non
verbal
b. perkenalkan diri dengan sopan
c. tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
d. jelaskan tujuan pertemuan
e. jujur dan menepati janji
f. tunjukkan sikap empati dan terima klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
 Rasionalisasi
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
 Kriteria hasil:
a. Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya
halusinasi
b. Klien dapat mengungkapkan perasaanya terhadap
halusinasinya
c. Bantu klien mengenal halusinasinya
- Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan
apa yang sedang terdengar
- Katakan bahwa perawat pwecaya klien mendengar suara
itu namun perawat sendiri tidak melihatnya
- KAtakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien
- Katakan bahwa perawat siap membantu klien
d. Diskusikan dengan klien
- Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan
halusinasi
- Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi

6
e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
 Kriteria hasil:
- Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan
untuk mengendalikan halusinasinya
- Klien dapat menyebutkan cara baru
- Klien dapat memilih cara yang telah dipilih untuk
mengendalikan halusinasi
- Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok
 Intervensi
a. Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika terjadi
halusinasi. Rasional: merupakan upaya untuk memutus siklus
halusinasi
b. Diskusikan manfaat dara yang digunakan klien, jika
bermanfaat beri pujian. Rasional: reinforcement positif dapat
meningkatkan harga diri klien
c. Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi
1) Katakan “ saya tidak mau dengar kamu”
2) Menemui orang lain untuk bercakap-cakap
3) Melihat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak
sempat muncul
4) Meminta perawat/teman/keluarga untuk menyapa jika
klien melamun, rasional: memberi alternatif pikiran bagi
klien
d. Bantu klien melatih dan memutus halusinasi secara bertahap
rasional: memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien
untuk mencoba memilih salah satu cara pengendalian
halusinasi
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih,
evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil

7
f. Anjurkan klien untuk mengikuti TAK, orientasi realita
 Rasional: Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan
interpretasi realita klien
4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
 Kriteria hasil
- Klien dapat hubungan saling percaya pada perawat
- Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan
untuk mengendalikan halusinasi
 Intervensi
a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika sedang
halusinasi
Rasional: untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam
mengontrol halusinasi
b. Diskusikan dengan keluarga tentang
1) Gejala halusinasi yang dialami klien
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk
memutus halusinasi
3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di
rumah, beri kegiatan jangan biarkan sendiri
4) Beri informasi tentang kapan pasien memerlukan
bantuan. Rasional: Untuk meningkatkan pengetahuan
tentang halusinasi
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
 Kriteria hasil
- Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis dan
efek samping
- Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan
benar
- Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek samping
obat

8
- Klien dapat memahami akibat pemakaian obat tanpa
konsultasi
- Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat
 Intervensi
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis,
frekuansi dan manfaat obat
b. Ajurkan klien untuk minta sendiri obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan
efek samping obat yang dirasakan.Rasional: dengan
mengetahui efek samping obat klien tahu apa yang harus
dilakukan setelah minum obat
d. Diskusikan bahayanya obat tanpa konsultasi.Rasional:
Pengobatan dapat bejalan sesuai rencana
e. Bantu klien menggunakan prinsip 5 benar. Rasional: dengan
mengetahui prinsip maka kemandirian klien tentang
pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap

 Diagnosa Keperawatan 2 : Perubahan persepsi sensori : halusinasi b/d


menarik diri.
a. Tujuan umum
Tidak terjadi perubahan persepsi sensori : halusinasi.

b. Tujuan khusus
1. Dapat membina hunbungan saling percaya.
 Kriteria evaluasi :
- Ekspresi wajah beersahabat, menunjukkan rasa senang, adanya
kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama,
mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
 Intervensi Keperawatan :

9
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi
teraupetik.
b. Sapaklien dengan ramah baik vebal maupun nonb verbal.
c. Perkenalkan diri dengan sopan
d. Tanyakan nama lengkap klien dan nama kesukaan klien.
e. Jelaskan tujuan pertemuan.
f. Jujur dan menepeti janji.
g. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
h. Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat.
i. Beri perhatian dan penghargaan : temani klien walau tidak
menjawab.
j. Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan
buru – buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan
klien.
Rasionalisasi :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya
2. KLien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
 Kriteria evaluasi :
- KLien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
 Intervensi keperawatan :
a. Kaji pengetahuan klien tantang perilaku menarik diri dan
tanda – tandanya.
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan pearasaan
penyebab menarik diri tidak mau bergaul.
c. Diskusikan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda
serta penyebab yang muncul.
d. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan klien
dalam mengungkapkan perasaannya.
Rasionalisasi :

10
- Diketahuinya penyebab akan dapat dihubungkan dengan
factor presipitasi yang dialami klien.
3. KLien dapat menyebabkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
 Kriteria Evaluasi :
- KLien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan
orang lain dan kerugian berhubungan dengan orang lain.
 Intervensi Keperawatan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat keuntungan
berhubungan dengan orang lain serta kerugiannya bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya tentang berhubunagn dengan orang lain
c. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan denagn
orang lain.
d. Diskusikan bersama tentan keuntungan berhubungan
denagn orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
e. Beri reinforcement positif terhadapo kemampuan
mengungkapkan pearasaan tentang keuntungan
berhubunagn dengan orang lain dan kerugian bila tidak
berhubungan denagn orang lain.

Rasionalisasi :
- Mengidentifikasi sejauh mana keuntunagn yang klien
rasakan bila berhubungan dengan orang lain.
- Mengidentuifikasi kerugian yang klien rasakan bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
4. KLien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
 Kriteria evaluasi ;

11
- Klien dapat mendemonstrasikan hubunagn sosial secara
bertahap k-p, k-p-p lain, k-p-p lain-k lain, k-p-kel/kelompok
masyarakat.
 Intervensi Keperawatan :
a. Kaji kemampuan klien membina hubunagn dengan orang
lain.
b. Dorong dan Bantu klien berhubungan dengan orang lain
melalui tahap k-p, k-p-p lain, k-p-p lain-k lain, k-p-
kel/kelompok masyarakat.
c. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang telah
dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungn.
e. Diskusikan jadwal harian yang daopat dilaukan bersama klien
dalam mengisi waktu luang.
f. Memotivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
g. Beri reinfgorcement atas kegiatan klien dalam ruangan.
Rasionalisasi :
- KLien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar
terbiasa membina hubungan yang sehat dengan orang
alain
- Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga
timbul motivasi untuk berinteraksi.

5. KLien dapat mengunngkapkan perasaannya setelah berhubungan


dengan orang lain.
 Kriteria evaluasi :
- KLien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan
dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain.
 Intervensi Keperawatan :

12
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengn orang lain.
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat
berhubungn dengan orang lain.
c. Beri reinforcement atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaanya berhubungan dengan orang lain.
Rasionalisasi :
- Ungkapan perasaan klien bila berhubungan dengan orang
lain akan sangat membantu klien memahami manfaat
berhubungan dengan orang lain.
6. KLien dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga
mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan
dengan orang lain.
 Kriteria evaluasi :
- Keluarga dapat Menjelaskan perasaannya, Menjelaskan cara
mearawat klien menarik diri, mendemontrasikan cara
perawatan klien menarik diri, berpartisipasi dalam perawatan
klien menarik diri.
 Intervensi Keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya denagn keluarga : salam,
perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat kontrak eksplorasi
perasaan keluarga.
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : Perilaku
menarik diri, penyebab perilaku menarik diri, akibat yang
akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi, cara
keluarga menghadapi klien menarik diri.
c. Dorong anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu.
d. Anjurkan anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
e. Beri reinforcement atas hal – hal yang telah dicapai keluarga.

13
Rasionalisasi :
- Keluarga dapat membantu dan mendukung klien untuk
berhubungan dengan orang lain melalui keterlibatan
keluarga dalam merawat klien.
7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.
 Kriteria evaluasi :
- Klien dapat minum obat dengan prinsip yang benar.
- Mengetahui efek obat dan mengkomunikasikan dengan
perawat jika terjadi keluhan.
 Intervensi Keperawatan :
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis,
frekuensi, efek samping minum obat)
b. Bantu dalam mengguanakan obat dengan prinsip 5 benar
(benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
c. Anjurkan klien untuk membicarakan efek dan efek samping
obat yang dirasakan.
d. Beri reinforcement positif bila klien menggunakan obat
dengan benar.
Rasionalisasi :
- Dengan mengetahui prinsip yang benar dalam menggunakan
obat, akan meminimalkan terjadinya ketidakefektifan
pengobatan atau keracunan. Hal ini juga dimaksudkan
untuk memotivasi klien agar bersedia minum obat (patuh
dalam pengobatan).

14
DAFTAR PUSTAKA

Azizah lilik Marifatul. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik,


Yogyakarta : Graha Ilmu

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika:
Yogyakarta.

Keliat, Budiana. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. EGC: Jakarta.

Keliat, Budiana. 2004. Keperawatan Jiwa Terapi Aktifitas Kelompok. EGC:


Jakarta.

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

15
16

Anda mungkin juga menyukai