Puji syukur kami ucapkan atas khadirat allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai tugas matakuliah “Akuntansi Syariah ” dengan judul
“MAKALAH KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN SYARIAH”.
kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar dalam makalah ini baik
dari segi kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Kami akhiri “Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh”
Pemakalah
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................. I
KATA PENGANTAR ........................................................................................... II
DAFTAR ISI ............................................................................................. .......... III
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah ..................................................................... ... 1
Rumusan Masalah ......................................................................... ............. 1
Tujuan Masalah ........................................................................ .......... 2
BAB II PEMBAHASAN
Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
syariah (PSAK) ..................................................................... ..................... 3
Konsep dasar akuntansi menurut aaoifi dan pemikir islam ...... ........ 19
Perdebatan para pemikir akuntansi mengenai kerangka akuntansi ........ 23
Beberapa pemikiran ke depan mengenai akuntansi islam .................. 26
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga
penyajian dalam laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangn. Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi, adalah suatu
sistem yang melekat dengan tujuan-tujuan serta sifat dasar yang mengarah pada standar yang
konsisten dan terdiri atas sifat, fungsi dan batasan dari akuntansi dan laporan keuangan.
Dalam makalah ini kami akan membahas kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangna syariah. Pembahasan diawali dengan diskusi tentang perkembangan
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) dan
diikuti dengan tujuan KDPPLKS, pemakai laporan keuangan syariah, tujuan laporan
keuangn, asumsi dasar, unsur-unsur laporan keuangan, dan pengakuan serta pengukuran
unsur-unsur laporan keuangan terseut. Relevansi bab ini adalah sebagai dasar dalam
memahami landasan yang digunakan oleh penyusun standar dalam membuat standar
akuntansi standar.
Telah banyak peneliti di bidang akuntansi, baik muslim maupun nonmuslim yang
menelaah teori maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka dasar atas laporan
keuangan syariah. Misalnya, AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions), Dewan Standar Akintansi Indonesia (DSAK) menusun PSAK Syariah
tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Kenapa kita mempelajari tentang kerangka dasar laporan keuangan syariah, yaitu agar
kita mampu mengetahui seperti apa kerangka dasar laporan keuangan syariah setelah
mengetahui dasar kerangka laporan keuangan syariah kita akan lebih mudah untuk membuat
laporan keuangan syariah.
2. Rumusan Masalah :
Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syari’ah di Indonesia menurut PSAK?
b. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syari’ah di Indonesia menurut AAOIFI?
c. Jelaskan pemikiran-pemikiran dari perdebatan oleh para pemikir akuntansi mengenai
kerangka akuntansi!
d. Jelaskan beberapa pemikiran-pemikiran kedepan mengenai akuntansi islam!
3. Tujuan Masalah:
Adapun Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syari’ah di Indonesia menurut PSAK.
b. Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syari’ah di Indonesia menurut AAOIFI.
c. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran dari perdebatan oleh para pemikir akuntansi
mengenai kerangka akuntansi.
d. Untuk mengetahui beberapa pemikiran-pemikiran kedepan mengenai akuntansi islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1[1] Sri nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 3(Jakarta: Salemba Empat, 2013),
hlm. 96.
Kemaslahatan (maslahah): Yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi
duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif.
Keseimbangan (tawazum): transaksi harus memperhatikan keseimbangan aspek material dan
spiritual, aspek privat dan public, sektort keuangan dan riil, bisnis dan social, serta
keseimbangan aspek pengembangan dan pelestarian.
Universalisme (syumuliyah): transaksi syariah dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk
semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan sesuai
dengan semangat rahmatan lil alamin.
8. Asumsi dasar
1. Dasar akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, maksudnya bahwa pengaruh transaksi dan
peristiwa lain diakui pada saat terjadi (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan. Namun, dalam
penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas. Hal
ini disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau
hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto.
2. Kelangsungan usaha.
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah
yang akan melanjutkan usahanya dimasa depan. Oleh karena itu, entitas syariah diasumsikan
tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala
usahanya.
9. Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah
Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai. terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu:
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam lapiran keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan
tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut sulit untuk
dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
b. Relevan
Maksudnya adalah memiliki kemampuan untuk memengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi masa lalu, masa kini, atau masa depan
dengan mernegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
c. Andal
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material,
dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithul
representation) dari yang seharusnya di sajikan atau yang sevara wajar diharapkan dapat
disajikan. Agar dapat diandalkan maka informasi harus memenuhi hal sebagai berikut:
Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur) serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk di sajikan.
Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai dengan
prinsif syari’ah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi mengungguli bentuk).
Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak tertentu saja
(netral).
Di dasarkan atas pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu.
Lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat dibandingkan laporan keuangan entitas syari’ah antar periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Agar dapat
dibandingkan, informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut juga harus
diungkapkan termasuk ketaatan atas standar akuntansi yang berlaku.
Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut :
a. Tepat waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu
menyeimbangkan manfaat relativ antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi
andal.
1. Posisi keuangan
Unsur yang terkait secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset,
kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:
Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syari’ah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depn diharapkan akan diperoleh entitas
syari’ah. .
Kewajiban merupakan utang entitas syari’ah masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesayannya di harapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas syari’ah
yang mengandung manfaat ekonomi.
Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu
tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana entitas syari’ah mempunyai hak untuk
mengelola dan menginvesatasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi
berdasarkan kesepakatan.
Ekuitas adalah hak resijual atas aset entitas syari’ah setelah dikurangi semua kewajiban dan
dana syirkah temporer. Ekuitas dapat disubklasifikasikan menjadi setoran modal pemegang
saham, saldo laba, penyisihan saldo laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal.
Contoh penyususnan laporan posisi keuangan pada bank syariah:
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)
KEWAJIBAN xxx
Kewajiban segera xxx
Bagi hasil yang belum dibagikan xxx
Simpanan xxx
Simpanan dari bank lain xxx
Utang: xxx
Salam xxx
Istishna xxx
Kewajiban kepada bank lain xxx
Pembiayaan yang diterima xxx
Utang pajak xxx
Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi xxx
Pinjaman yang diterima xxx
Kewajiban lainnya xxx
Pinjaman subordinasi xxx
Jumlah Kewajiban
EKUITAS xxx
Modal disetor xxx
Tambahan modal disetor xxx
Saldo laba (rugi) xxx
Jumlah Ekuitas xxx
Jumlah Kewajiban, Dana Syirkah tempporer dan ekuitas xxx
LAPORAN LABA-RUGI
Komponen-komponen laporan laba rugi bank syariah disusun dengan mengacu pada PSAK
untuk pos-pos umum. Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, bank syariah
menyajikan laporan laba rugi yang mencakup, tetapi tidak terbatas, pada pos-pos berikut:
2. Kinerja
Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah
penghasilan dan beban. Unsur penghasilan beban didefinisikan berikut ini:
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanam modal.
Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gain).
Beban (ekspenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal, termasuk di
dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas syari’ah maupun kerugian yang timbul.
Hak pihak ketiga atau bagi hasil
Hak pihak ketiga atau bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana
atau keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syari’ah dalam suatu periode
laporan keuangan.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan sebagai beban (ketika untung) atau
pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil merupakan alokasi
keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas investasi yang dilakukan bersama dengan
entitas syari’ah.
b. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi laporan sumber
dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
c. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab
khusus entitas syari’ah tersebut.
Pendekatan yang digunakan oleh para pemikir islam dalam AAOIFI untuk menyusun
tujuan laporan keuangan lembaga keuangan syariah adalah dengan cara mengambil seluruh
pemikiran akuntansi kontemporer yang berlaku kemudian melakukan tes dan analisis apakah
pemikiran tersebut sejalan atau bertentangan dengan syariah islam.
Akuntansi syariah memberikan penekanan pada dua hal, yaitu akuntabilitas dan
pelaporan. Akuntabilitas tercermin melalui tauhid bahwa segala sesuatu di dunia ini harus
berjalan sesuai aturan Allah SWT, dan melalui fungsi manusia sebagai Khalifah di bumi.
Pada saat yang sama, akuntansi merupakan bentuk pertanggungjawaban manusia kepada
Allah dimana seluruh aturan dalam melakukan kegiatan bisnis dan personal harus sesuai
dengan aturan Allah SWT.
3[3] Slamet Wiyono dan Taufan Mualamin, Memahami Akuntansi Syariah Di Indonesia, ( Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2013), hal 74
Bentuk laporan keuangan AAOIFI adalah laporan keuangan untuk perbankan syariah. Antara
lain berbentuk:
a) Laporan perubahan posisi keuangan.
b) Laporan laba rugi.
c) Laporan perubahan ekuitas atau laporan perubahan saldo laba.
d) Laporan arus kas.
e) Laporan perubahan ninvestasi yang dibatasi dan ekuivalennya.
f) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta dana sumbangan.
g) Laporan sumber dan penggunaaan dana qard hasan.
5. Syarat Laporan Keuangan
Syarat kualitatif laporan keuangan menurut AAOIFI yaitu:
a) Relevan, laporan keuangan relevan harus memiliki nilai prediksi dan nilai umpan balik
serta harus disajikan tepat waktu, baik untuk laporan intern maupun untuk laporan tahunan.
b) Dapat diandalkan, Hal ini berkaitan berarti dapat diandalakan sesuai dengan kondisi yang
melekat pada transaksi termasuk penggunaan cara atau metode untuk penghitungan dari suatu
transaksi.
c) Dapat dibandingkan, Informasi keuangan dapat dibandingkan antara lembaga keuangan
syariah dan diantara dua periode akuntansi yang berbeda bagi lembaga keuangan yang sama.
d) Konsisten,Metode yang akan digunakan untuk penghitungan pada pengungkapan
akuntansi yang sama untuk dua periode penyajian laporan keuangan.
e) Dapat dimengerti, Informasi yang disajikan dapat dimengerti dengan mudah bagi rata-rata
pengguna laporan keuangan.
Sedangkan mereka yang tidak setuju dengan konsep ini di antaranya: Gambling dan
Karim (1991), Khan (Napier, 2007) beralasan bahwa perusahaan adalah suatu bentuk entitas
hukum yang tidak dapat dipisahkan dengan pemiliknya terutama yang berkaitan dengan
utang.
AAOIFI menerima konsep ini dengan dasar saling mempercayai dan masjid telah
menjadi contoh adanya konsep entitas unit akuntansi yang terpisah dalam masyarakat islam.
2. Kegiatan usaha yang berkelanjutan
Konsep berkelanjutan ini dijelaskan “Mengasumsikan bahwa perusahaan akan
terus berlanjut dimasa yang akan datang”.Konsep ini juga banyak dikritisasi oleh pemikir
akuntansi, termasuk pemikir akuntasi islam. Mereka yang menolak konsep ini (adnan dan
Gaffakin 1997) beralasan bahwa semua makhluk adalah fana (tidak dapat hidup selamanya)
dan hanya Allah yang akan terus hidup selamanya.
Pendapat ini ditolak oleh mereka yang mendukung dengan mengatakan bahwa
islam sangat mendukung orang yang bekerja keras dan menabung untuk mengantisipasi hari
dimasa depan sebagai mana dalam QS 57:7 dan Al Hadis: “Allah menyayangi orang yang
mencari nafkah yang baik dan menafkahkan secara sederhana serta menabung sisanya untuk
persiapan pada hari ia membutuhkan dan pada hari fakirnya”. (HR. Bukhari)
3. Periodisasi
Menurut konsep ini, adanya perubahan atas kekayaan perusahaan pada laporan
keuangan harus dijelaskan secara periodic. Konsep ini berhubungan dengan konsep kegatan
usaha yang berkelanjutan. Konsep ini diterima oleh AAOIFI dan para pemikir islam.
4. Satuan mata Uang
Pemikir akuntasi dan ulama fikih berbeda pandapat tentang konsep ini, antara
lain adalah Ahmed (Napier, 2007) yang menyatakan bahwa penggunaan uang sebagai alat
perhitungan dalam lingkungan inflasi tinggi sangat dipertanyakan. Attiah (1989)
mengusulkan penggunaan emas dan perak sebagai alat ukur karena kedua komoditas tersebut
memiliki nilai yang konsisten dan penentuan nisab zakat juga menggunakan komoditas
tersebut.
AAOFI menerima konsep ini berdasarkan hasil pertemuan The Islamic
Academy di Kuwait pada bulan Desember 1988 yang menyatakan bahwa utang seharusnya
dinilai pada jumlah uang tanpa melihat perubahan nilai uangnya. Pemikir akuntansi yang
menerima konsep ini, bersikap pragmatis karena belumada metode yang lebih baik lagi
mengatasi masalah ini.
5. Konservatif
Merupakan konsep yang digunakan oleh akuntan untuk melaporkan nilai yang
rendah untuk aset dan pendapatan serta nilai yang tinggi untuk kewajiban dan beban. Hal ini
memiliki dampak bahwa untuk transaksi yang berpengaruh terhadap kewajiban dan beban
akan diakui dengan cepat sedangkan untuk aset dan pendapatan sebaliknya
Konsep ini dikritik oleh pemikir islam karena akan membuat perhitungan
zakat didasarkan atas aset menjadi terlalu rendah, akan tetapi jika dilihat dari perhitungan
pembagian laba untuk transaksi mudhorobah memang konsep ini dapat digunakan, mengingat
bagi hasil dilakukan setelah dijetahui laba direalisasikan.
6. Harga perolehan
Merupakan konsep dimana aset dicatat sejumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan pada aset memperoleh sesuatu, sedangkan kewajiban dicatat pada jumlah uang
yang akan diterima dari pertukaran atas kewajiban. Pemikir akuntansi islam lebih memilih
untuk menggunakan nilai sekarang dibandingkan harga perolehan khususnya untuk
merealisasikan zakat.
7. Penandingan antara pendapatan dan beban.
Merupakan konsep dimana pendapatan diakui pada suatu periode tertentu
sesuai prinsip pengakuan pendapatan secara bersamaan dengan pengakuan beban. Peneliti
akuntansi islam berbeda tentang konsep ini, mereka mengangap konsep ini kurang penting
karena akan lebih baik melakukan penilaian laba dengan pendekatan aset liability sehingga
jika aset bersih naik berarti telah terjadi laba.
8. Dasar akrual
Konsep ini mengatakan bahwa pengakuan pendapatan dilakukan saat suatu
manfaat itu diperoleh. Konsep ini diterima oleh AAOIFI, sedangkan para pemikir yang lain
mengatakan bahwa konsep ini tidak dapat digunakan sebagai cara menghitung zakat
mengingat zakat harus dibayar berdasarkan kekayaan yang telah diterima manfaatnya
(madzhab maliki) dan juga bagi hasil atas mudhorobah didasarkan atas keuntungan kas yang
diterima (madzhab syafi'i)
9. Pengungkapan penuh
Konsep ini mengharuskan pengungkapan informasi sesuai dengan kebutuhan
informasi dari mayoritas pembaca laporan keuangan. Konsep ini diterima oleh para pemikir
akuntansi islam karena islam sangat mengutamakan prinsip keadilan termasuk keadilan
dalam memperoleh informasi. AAOIFI tidak menjelaskan konsep ini pada bagian tujuan dan
konsep akuntansi untuk lembaga keuangan syari'ah.
10. Substansi mengungguli bentuk
Konsep ini mengatakan bahwa hakikat dari suatu transaksi lebih penting dari
bentuk hukum transaksi itu sendiri. Penerapan substansi mengungguli bentuk pada akuntansi
konvensional adalah capital leasing. Ketentuan syariah tidah mengenal konsep ini mengingat
seluruh transaksi didasarkan atas akad dan akad tersebut akan selalu sama antara bunyi
bakad (dalam bentuk hukum) dengan substansi dari akad itu sendiri, karena islam melarang
transaksi yang kurang jelas. AAOIFI sendiri tidak menjelaskan tenrang konsep ini.
KESIMPULAN
Akuntansi dikembangkan untuk mendukung ekonomi dengan mengikuti paradigma
dari sitem ekonominya. Jadi, akuntansi memerlukan kerangka dasar untuk akuntansi dan
pelaporan keuangan , tidak tekecuali dalam akuntansi syariah. Ada berbagai macamkerangka
dasar akuntansi. Yaitu: Keuangan dasar penyusunan dan penyajiann laporan keuangan
syariah (KDPPLKDS) menurut PSAK, Konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI dan Konsep
dasar akuntansi menurut Pemikir Islam. Berbagai macam kerangka dasarakuntansi tersebut
memiliki perbedaan. KDPPLKDS menurut PSAK dan Konsep dasar akuntansi menurut
AAOIFI mempunyai perbedaan dalam segi paradigma, asas, karakteristik, bentuk laporan
keuangan, syarat laporan keuangan dll.
Sedangkan konsep dasar akuntansi menurut pemikir islam masih terdapat banyak
perdebatan antara para pemikir. Perdebatan para pemikir akuntansi mengenai kerangka
akuntansi yaitu mengenai: (1) Entitas unit akuntansi, (2) Kegiatan usaha yang
berkelanjutan, (3) Periodisasi, (4) Satuan mata Uang, (5) Konservatif, (6) Harga perolehan,
(7) Penandingan antara pendapatan dan beban, (8) Dasar akrual, (9) Pengungkapan
penuh, (10) Substansi mengungguli bentuk. Sedangkan perdebatan beberapa pemikiran ke
depan diantaranya: (1) Neraca yang menggunakan Nilai saat ini (current value balance sheet),
(2) Kegiatan usaha yang berkelanjutan IFRS (International Financial Reporting Standard, (3)
Laporan Nilai Tambah (value added statement) .
DAFTAR PUSTAKA
Sri nurhayati dan Wasilah. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia jilid 3. Jakarta: Salemba
Empat.
Wiyono, Slamet dan Taufan Mualamin. 2013. Memahami Akuntansi Syariah Di Indonesia.
Jakarta: Mitra Wacana Media.