Anda di halaman 1dari 8

ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT IKLIM ETIKA DAN INTEGRITAS

ORGANISASI OLEH: Harland Trinanda Ribsa Fajri Ardiansyah PENDIDIKAN PROFESI


AKUNTANSI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015 IKLIM ETIKA DAN
ORGANISASI BERINTEGRITAS 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 1. Pentingnya Membangun Iklim
Etika dan Organisasi Berintegritas Banyak pimpinan organisasi dan perusahaan yang
beranggapan bahwa permasalahan etika adalah permasalahan individual. Setiap individu
bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan tidak beretika yang mereka lakukan,
sementara itu organisasi tidak dapat berbuat apa-apa untuk mempengaruhi etika seseorang.
Memang Gayus Tambunan dan Malinda Dee memperoleh hukuman atas tindakan mereka
melanggar hukum. Namun apa yang mereka perbuat berpengaruh terhadap organisasi dan
perusahaan tempat mereka bekerja. Karena itu, organisasi dan perusahaan sangat
berkepentingan terhadap perilaku etika dari orang-orang yang bekerja pada organisasi dan
perusahaan tersebut. Organisasi juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Sebagai
contoh adalah apa yang terjadi pada Sears, Roebuck & Company pada tahun 1992. Hal ini
terjadi bukan karena penurunan moral pada pegawai perusahaan. Peristiwa ini juga terjadi
bukan disengaja oleh manajemen. Namun terdapat beberapa factor di dalam organisasi yang
menciptakan situasi tersebut. Dalam menghadapi penurunan pendapatan, pangsa pasar yang
mengecil dan persaingan yang semakin ketat manajemen perusahaan berupaya untuk
meningkatkan kinerja dengan memperkenalkan program sasaran dan insentif yang baru untuk
pegawai. Perusahaan meingkatkan kuota minimum dan memberikan target kepada
pegawainya. Jika mereka gagal mencapai target, mereka akan dipindahkan atau dikurangi
jam kerjanya. Mereka mendapat tekanan untuk melakukan penjualan. Dengan tekanan dan
insentif yang baru, sementara mereka pada dasarnya tidak memiliki peluang untuk
meningkatkan penjualan. Tanpa dukungan aktif dari manajemen untuk praktik beretika dan
ketiadaan mekanisme untuk mendeteksi dan memeriksa penjualan yang meragukan dan hasil
pekerjaan yang buruk, pegawai akan bertindak sesuai dengan tekanan yang dihadapi. Karena
hal itu yang menjadi prioritas mereka. Setelah tuntutan terhadap Sears diketahui public, CEO
Edward Brennan mengakui tanggung jawab manajemen yang telah menerapkan system
penetapan sasaran dan kompensasi yang menciptakan situasi penyebab kesalahan. Mereka
mengumumkan menerapkan system blind audit dan merencanakan untuk memperluas system
pemantauan kualitas pelayanan. Untuk menyelesaikan tuntutan hukum, perusahaan
menawarkan kupon untuk pelanggan yang membeli suku cadang tertentu selama periode
1990-1992. Total biaya yang harus dikeluarkan untuk penyelesaian tuntutan diperkirakan
sebesar $60 juta. 2. Keterbatasan Program Compliance Seorang pegawai yang melanggar
hukum berisiko menghadapi kasus hukum berdampak pada konsekuensi biaya yang
signifikan dan kehilangan nama naik serta kepercayaan pelanggan pada perusahaan mereke.
Risiko ini membuat banyak perusahaan menyadari pentingnya etika orgnaisasi dan kemudian
mengembangkan etika organisasi yang mampu mendeteksi dan mencegah pelanggaran
hukum. Hal ini sesuai dengan himbauan Pemerintah Amerika agar perusahaan menerapkan
program compliance yang menekankan pada pencegahan tindakan hukuman bagi pelanggar,
melalui peningkatan pemantauan standar dan prosedur serta dengan memberikan hukuman
bagi para pelanggar, antara lain: 1) Seorang manajer harus mengembangkan standar dan
prosedur 2) Menugaskan pegawai-pegawai yang memiliki jawabatan tinggi untuk mengawasi
kepatuhan terhadap standar dan prosedur 3) Menghindari pendelegasian wewenang kepada
orang-orang yang berpotensi untuk melakukan pelanggaran 4) Mengkomunikasikan standar
dan prosedur melalui pelatihan dan publikasi 5) Melakukan audit kepatuhan, proses
pemantauan, sistem whistleblowing dimana pegawai dapat melaporkan tindakan melawan
hukum tanpa merasa takut dihukum 6) Secara konsisten menegakkan standar melalui
tindakan-tindakan disiplin 7) Secara cepat melakukan tindakan jika terdeteksi pelanggaran 8)
Melakukan langkah-langkah pencegahan agar pelanggaran sejenis tidak terulang di masa
depan Terdapat beberapa keterbatasan atas program compliance yaitu: 1) Perbedaan hukum
dan aturan di tiap negara. 2) Terlalu menekankan pada pemberian ancaman deteksi dan
hukuman untuk mendorong perilaku yang mentaati hokum. 3) Program ini cenderung untuk
tidak mendorong terciptanya imajinasi moral atau komitmen. 4) Bukan pedoman etika untuk
perilaku keteladanan atau bahkan praktik-praktik yang baik. 3. Integritas sebagai Tata Kelola
Etika Integritas sebagai tata kelola etika mendorong organisasi memiliki standar yang lebih
kuat dan memiliki integritas berbasis konsep pengelolaan sendiri (self-governance)
berdasarkan sekumpulan prinsip. Dari prinsip integritas, tugas dari manajemen etika adalah:
1) Untuk mendefinisikan dan menghidupkan nilai organisasi 2) Untuk menciptakan
lingkungan yang mendukung prilaku etika yang baik 3) Untuk menanamkan rasa
akuntabilitas bersama antar pegawai Bentuk dari program integritas menyerupai dengan
program compliance, seperti kode etik, pelatihan, mekanisme pelaporan, investigasi atas
potensi pelanggaran, dan audit dan pengawasan untuk menjamin standar dan aturan
perusahaan dijalankan dan dipatuhi. Jika dirancang secara tepat dapat menciptakan dasar
untuk mencari kemanfaatan dari kepatuhan terhadap hukum. Pendekatan berintegritas lebih
luas, lebih dalam, dan lebih sulit dari program compliance. Lebih luas karena pendekatan ini
berupaya untuk memungkinkan terciptanya perilaku bertanggung jawab. Lebih dalam karena
mencakup ethos dan sistem operasi dari organisasi dan anggota-anggotanya, nilai-nilai yang
mereka pedomani, cara berpikir dan berperilaku. Lebih sulit karena membutuhkan upaya
secara aktif untuk mendefinisikan tanggung jawab dan aspirasi yang menjadi bagian dari
pedoman etika organisasi. Perbedaan karakteristik dan implementasi antara program
compliance dan organisasi berintegritas, sebagai berikut. Tabel 1. Perbedaan Karakteristik
Program Compliance dan Integritas Karakteristik Program Compliance Program Integritas
Etika Sesuai dan taat dengan standar yang diterapkan dari luar organisasi Mengelola sendiri
sesuai dengan standar yang dipilih Tujuan Mencegah terjadinya tindakan melawan hukum
Mendorong tindakan-tindakan yang bertanggung jawab Kepemimpinan Dipimpin oleh ahli
hukum Dipimpin oleh manajemen dengan bantuan ahli hukum, spesialis SDM dan lain-lain
Metode Pendidikan, pengurangan kewenangan, auditing dan pengawasan, pemberian
hukuman Pendidikan, kepemimpinan, akuntabilitas, sistem organisasi dan proses
pengambilan keputusan, auditing dan pengawasan, pemberian hukuman. Asusmsi perilaku
Otonom/individualis yang didorong oleh kepentingan diri sendiri yang bersifat material
Sosial, yang dipandu oleh kepentingan sendiri yang bersifat material, nilai-nilai,
kesempurnaan dan rekan sejawat Tabel 2. Perbedaan Implementasi Program Compliance dan
Integritas Implementasi Program Compliance Program Integritas Standar Hukum Pidana dan
UU terkait dengan kegiatan perusahaan Nilai-nilai dan aspirasi organisasi, lewajiban sosial,
termasuk kewajiban taat hukum Staffing Ahli hukum Pimpinan dan manajer Kegiatan
Mengembangkan standar compliance dan komunikasi, pelaporan pelanggaran, investigasi,
audit atas ketaatan, penegakan standar Menjalankan organisasi berdasarkan nilai-nilai dan
standar, pelatihan dna komunikasi, pengintegrasian nilai-nilai ke dalam sistem organisasi,
memberikan bimbingan dan pelatihan, menilai kinerja berbasis nilai-nilai, identifikasi dan
pemecahan masalah, mengawasi ketaatan Pendidikan Sistem dan standar compliance
Pengambilan keputusan dan nilai-nilai organisasi, sistem dan standar compliance 4. Program
Integritas yang Efektif Terdapat beberapa karakteristik dari program integritas yang efektif,
yaitu: 1) Nilai dan komitmen yang masuk akal dan secara jelas dikomunikasikan Nilai dan
komitmen ini mencerminkan kewajiban organisasi. Pegawai dari berbagai tingkatan
menerima nilai dan komitmen tersebut dengan sungguh-sungguh, merasa bebas untuk
mendiskusikannya, dan memahami pentingknya dalam praktisi. Hal ini bukan berarti
semuanya sudah jelas sehingga tidak ambiguitas dan konflik. Namun selalu ada keinginan
untuk mencari solusi yang sesuai dengan kerangka nilai tersebut. 2) Pimpinan organisasi
secara pribadi memiliki komitmen, dapat dipercaya, dan bersedia untuk melakukan tindakan
atas nilai-nilai yang mereka pegang Mereka tidak sekedar juru bicara. Mereka bersedia untuk
memeriksa keputusannya sesuai dengan nilai-nilai tesebut. Konsistensi merupakan bagian
penting dari kepemimpinan. Ceramah berkepanjangan dan tidak jelas tentang nilai-nilai
perusahaan hanya memancing ketidak-percayaan pegawai dan penolakan terhadap program.
Pada saat yang sama pemimpin harus mengambil tanggung jawab untuk membuat keputusan
yang sulit ketika terjadi konflik antara kewajiban etika. 3) Nilai-nilai yang digunakan
terintegritas dalam proses pengambilan keputusan manajemen dan tercermin dalam kegiatan-
kegiatan penting organisasi Penyusunan rencana, penetapan sasaran, pencarian kesempatan,
alokasi sumber daya, pengumpulan dan komunikasi informasi, pengukuran kinerja, dan
pengembangan SDM. 4) Sistem dan struktur organisasi mendukung dan menguatkan nilai-
nilai organisasi Sistem pelaporan dibuat untuk memungkinkan dilakukannya check and
balance untuk mendukung pertimbangan yang objektif dalam pengambilan keputusan.
Penilaian kinerja memperhatikan cara kerja dan hasil kerja. 5) Seluruh manajer memiliki
ketrampilan pengambilan keputusan, pengetahuan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk
membuat keputusan yang berbasis etika setiap hari Berpikir dan memiliki kesadaran etika
harus menjadi bagian dari perlengkapan mental seorang manajer. Pendidikan etika biasanya
merupakan bagian dari proses. Keberhasilan dalam menciptakan iklim untuk perilaku yang
beretika dan bertanggung jawab untuk membutuhkan upaya yang berkelanjutan dan investasi
yang cukup besar dalam waktu dan sumberdaya. Suatu buku kode etika yang mewah, pejabat
yang berpangkat tinggi di bidang etika, program pelatihan, dan audit etika tahunan, serta
jebakan-jebakan program etika lainnya tidak perlu ditambahkan dalam organisasi yang
bertanggung jawab dan taat hukum yang nilai-nilai dimiliki tercermin dalam tindakan yang
dilakukan. Program etika formal akan membantu sebagai katalis dan sistem pendukung, tapi
integritas organisasi tergantung kepada integritas nilai-nilai organisasi ke dalam system. 5.
Dampak Organisasi yang Berintegritas terhadap Akuntan Profesional Konsep organisasi
berintegritas dapat membantu akuntan professional dalam dua hal berikut: 1) Pertama, untuk
akuntan profesional yang mengembangkan kantor sendiri, maka pendekatan integritas akan
membantu akuntan profesional dalam menghidupkan dan menjaga etika akuntan profesional
yang akan memudahkan akuntan professional dalam menjalankan profesinya. Selain itu,
akuntan professional dapat melakukan penilaian terhadap integritas organisasi dari kliennya
dalam menilai risiko yang dihadapi. 2) Kedua, untuk akuntan professional yang bekerja di
dalam organisasi, penilaian terhadap integritas organisasi merupakan langkah pertama dalam
pemilihan organisasi tempat bekerja. Akuntan professional harus memilih tempat bekerja
yang mendorong terciptanya dan terjaganya etika akuntan professional. Akuntan profesional
harus menghindari tempat bekerja yang berpotensi untuk menciptakan konflik-konflik etika
dan mendorong akuntan untuk mengorbankan etika profesionalnya. Selain itu, akuntan
professional juga dapat membantu organisasi tempat bekerja untuk menjadi organisasi
berintegritas di mana nilai-nilai organisasi selaras dengan nilai-nilai etika profesionalnya.
Pembahasan Kasus Infosys INFOSYS TECHNOLOGIES, LTD. Pendahuluan Infosys
didirikan pada tahun 1981 oleh tujuh orang insinyur dengan modal awal sebesar US$250.
Perusahaan didirikan dengan prinsip membangun dan mengimplementasikan pemikiran-
pemikiran besar yang mendorong kemajuan klien dan memperpanjang kehidupan melalui
solusi perusahaan. Dalam waktu tiga dekade, Infosys telah berfokus pada hal tersebut.
Mereka menyadari pentingnya memelihara hubungan yang mencerminkan budaya etika yang
teguh dan saling menghormati. Itu datang tidak dengan begitu mengejutkan, bahwa 98.1
persen (per September 30, 2014) dari pendapatan mereka berasal dari klien yang sudah ada.
Infosys memiliki keberadaan global dengan lebih dari 165,000+ karyawan. Secara global,
perusahaan ini memiliki 73 kantor penjualan dan pemasaran, dan 93 pusat pengembangan
pada tanggal 31 Maret 2014. Di Infosys, mereka percaya tanggung jawabnya melampaui
bisnis. Itulah sebabnya mereka mendirikan Infosys Foundation untuk memberikan bantuan
dalam kehidupan sosial dan ekonomi pada sektor masyarakat bawah di mana mereka bekerja.
Dan itulah mengapa mereka berperilaku etis dan jujur dalam semua interaksi mereka dengan
klien, mitra dan karyawan. Tantangan yang dihadapi Infosys Technologies, Ltd. Dalam
mewujudkan visi perusahaan yaitu menjadi perusahaan yang paling dihormati di India, N.R.
Narayana Murthy, salah satu pendiri Infosys yang sekarang ini ditunjuk menjadi Eksekutif
Ketua Dewan (Executive Chairman of the Board) dari Infosys. Menurut beliau, ada beberapa
tantangan yang signifikan membuat perusahaan ini harus bekerja keras dalam mewujudkan
perusahaan yang berbasis nilai (values-based company). 1. Infosys memilih membayar
pemerintah sesuai ketentuan daripada memberikan suap kepada petugas pemerintah. Di India,
suap sangat memberikan pengaruh signifikan untuk kesuksesan suatu bisnis. Sesuatu yang
tidak normal di India jika terdapat perusahaan yang dapat memenangkan tender tanpa
memberikan sogokan kepada calon klien mereka. 2. Infosys tidak mampu bersaing dengan
rival mereka karena mereka banyak menggunakan taktik bisnis untuk merendahkan ongkos
produksi dan pajak. 3. Berhubungan dengan para senior eksekutif di Negara berkembang
sangat memerlukan pelicin baik berupa materiil maupun non materiil. 4. Infosys pernah
berhenti mendistribusikan piranti lunak yang menyedot banyak tambahan biaya (extra-cost)
dikarenakan harus mengimpor barang tersebut yang bea masuknya sangat tinggi pada akhir
tahun 1980. 5. Tidak setiap manager Infosys mematuhi nilai-nilai perusahaan. Mantan kepala
penjualan di seluruh dunia Infosys ini, asisten eksekutif yang di AS menuduhnya melakukan
pelecehan seksual. Dia harus mengundurkan diri, dan Infosys dan asuransi yang dibayar lebih
dari $ 3 milInfosys baru-baru ini. 6. Dengan dikenal sebagai perusahaan yang berbasis nilai
membuat tekanan pada Infosys untuk melakukan yang lebih lagi di bidang-bidang lain (other
areas). 7. Isu terakhir mengenai Infosys, bahwa perusahaan dituduh melanggar hukum AS
visa dengan menyediakan pekerja penuh waktu dengan visa dimaksudkan hanya untuk
pengunjung (business-trip visa yang diberikan dengan tujuan untuk seminar dan traininig)
Tindakan Infosys Technologies, Ltd. Infosys menyikapi penyuapan dengan tidak
mengindahkan permintaan petugas pemerintah dan berbuat hanya yang sesuai dengan aturan.
Dengan kebenaran yang coba disampaikan Infosys kepada pegawainya, pegawai merekapun
menjadi bersemangat untuk bertidak sesuai aturan, meski pegawai lain melakukan hal
sebaliknya. Pegawai Infoys menjadi rasa antusias yang tinggi, semakin berkomitmen, dan
semakin produktif. Dalam hal memenangkan tender, Infosys berani menolak memberikan
mobil untuk kenyamanan pribadi. Sehingga tanpa memberikan sebuah mobilpun, Infosys
mampu memenangkan tender tersebut. Perusahaan juga berani menutup produk yang tinggi
ongkos distribusinya dikarenakan bea masuk yang tinggi (hal ini terjadi karena Infosys tidak
ingin melibatkan penyuapan dalam transaksi tersebut). Ada beberapa kasus pegawai Infosys
yang tidak mematuhi nilai-nilai yang dianut perusahaan. Perusahaan menjalankan praktek
(zero tolerance policy) sehingga pegawai tersebut tidak dipekerjakan kembali. Infosys
bertindak cepat menyelesaikan kasus-kasus tersebut sehingga kasus yang ada tidak menjadi
bertambah besar. Sebaliknya, perusahaan juga menyediakan penghargaan tahunan untuk
pegawai yang mematuhi nilai-nilai perusahaan mereka. Untuk memenuhi tanggung jawab
kepada pemangku kepentingan (stakeholders) mereka, Infosys lebih menyukai
mengungkapkan kerugian mereka kepada para pemangku kepentingan (stakeholders), Infosys
mengutamakan transparansi atas pengungkapan pada laporan keuangan sehingga stakeholders
pun tidak menghukum mereka malah semakin mendukung Infosys. Infosys memiliki nilai-
nilai yang tidak tercatat sampai pada tahun 1998 berhasil didokumentasikan. Nilai-nilai
tersebut diberitahukan, dilatih dan disosialisasikan kepada pegawai-pegawai baru. Cara-cara
yang dilakukan dalam hal sosialisasi sistem nilai perusahaan adalah: a. Menyebarkan nilai-
nilai perusahaan menggunakan Infy TV dan Infy Radio b. Membuat titik temu (points of
contact) untuk memecahkan dilema etika. c. Pemimpin perusahaan yang tersebar sebanyak
700 orang terus-menerus memperkuat nilai-nilai kami. Mereka banyak menghabiskan
istirahat makan siang mereka dengan karyawan muda, mendiskusikan nilai-nilai kami. Untuk
mendukung visi dari perusahaan, maka Infosys membuat suatu sistem nilai di Perusahaan.
Berikut ini sistem nilai yang dibuat perusahaan, dinamakan C-LIFE yaitu sebagai berikut: 1.
Kepuasan pelanggan (Customer delight): Sebuah komitmen untuk melebihi harapan
pelanggan kami. 2. Kepemimpinan dengan contoh (Leadership by Example): Komitmen
untuk menetapkan standar dalam bisnis dan transaksi kami dan menjadi contoh bagi industri
dan tim kita sendiri. 3. Integritas dan transparansi (Integrity and Transparency): Komitmen
untuk menjadi etis, tulus dan terbuka dalam hubungan kita. 4. Keadilan (Fairness): Komitmen
untuk bersikap objektif dan berorientasi transaksi, sehingga mendapatkan kepercayaan dan
rasa hormat. 5. Pencapaian terbaik (Pursuit of Excellence): Komitmen untuk berusaha tanpa
henti, untuk terus meningkatkan Diri kita sendiri, tim kami, layanan kami dan produk
sehingga menjadi yang terbaik. Filosofi dalam perusahaan yang terangkum ke dalam prinsip-
prinsip: · Satisfying the spirit of the law and not just the letter of the law (Memuaskan
semangat hukum, bukan hanya surat hukum) · Going beyond the law in upholding corporate
governance standards (Melampaui hukum dalam menegakkan standar tata kelola perusahaan)
· Maintaining transparency and a high degree of disclosure levels (Menjaga transparansi dan
tingkat tinggi tingkat pengungkapan) · Making a clear distinction between personal
convenience and corporate resources (Membuat perbedaan yang jelas antara kenyamanan
pribadi dan sumber daya perusahaan) · Communicating externally in a truthful manner about
how the company is run internally (Berkomunikasi secara eksternal dengan cara jujur tentang
bagaimana perusahaan dijalankan secara internal) · Complying with the laws in all the
countries in which the company operates (Mematuhi hukum di semua negara di mana
perusahaan beroperasi ) · Having a simple and transparent corporate structure driven solely
by business needs (Memiliki struktur perusahaan sederhana dan transparan semata-mata
didorong oleh kebutuhan bisnis) · Embracing a trusteeship model in which the management
is the trustee of the shareholders' capital and not the owner (Merangkul model wali amanat di
mana manajemen adalah wali dari modal pemegang saham, bukan pemilik) · Driving
business based on the belief, ‘when in doubt, disclose’ (Mengemudi bisnis didasarkan pada
keyakinan, 'bila ragu, ungkapkan') Kesimpulan Kasus Hasil dari peninjauan terhadap kasus
Infosys, menurut kelompok kami, Infosys merupakan perusahaan yang memang terbukti telah
membangun perusahaan mereka dengan nilai-nilai etika sebagai pondasinya. Bukan profit
yang mereka kejar, tapi dengan mengedepankan tata kelola yang beretika maka perusahaan
dapat mengejar ketinggalannya dalam segi profit. Infosys juga telah merancang dan
mengimplementasikan program etika, sistem nilai yang disebut oleh Brooks, cultural values
dalam perusahaan. N. R. Narayana Murthy dan enam orang insinyur pendiri Infosys berhasil
menciptakan struktur korporasi yang beretika sejak tahun 1981.

Recommended

Bab 6. Etika KomunikasiDocuments

Bab 6. Etika Komunikasi SalesmanDocuments


Makalah Makalah Etika CHANDRADocuments

Etika Bab 6 Kel. 5.pdfDocuments

Makalah Alk Bab 6Documents

6. Bab 5 PKTI 1C Etika danDocuments

Makalah Etika Administrasi - Etika Profesi PNSDocuments

Shb makalah (etika dan sistem etika)Documents

Makalah Etika Dan Hukum Kedokteran Gigi-kelompok 6 GanjilDocuments


Makalah Bab 6 Pola BilanganDocuments

Makalah etika & hukumSocial Media

Tugas Etika : Makalah Etika Profesi Seorang InsinyurDocuments

Makalah ETIKA PROFESI DAN ETIKA ADMINISTRASI KANTORDocuments

Makalah Etika (Etika Dan Tanggung Jawab Advokat)Documents

211848491 Makalah Etika Dan Hukum Kedokteran Gigi Kelompok 6 GanjilDocuments

Makalah Bab 6 Aliran-Aliran PendidikanDocuments


Makalah Etika Kosep Dasar Etika Keperawatan Klp. 1Documents

Makalah etika profesi hukumLaw

Makalah prinsip etika keperawatanEnvironment

Makalah Etika Keperawatan _ Kamaliyablogs.htmDocuments


View more >

 About Us
 Contact
 Term
 DMCA
 Cookie Policy

STARTUP - SHARE TO SUCCESS

Anda mungkin juga menyukai