Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI : RESIKO PERILAKU KEKERASAN SESI I


RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

Oleh :
1. ALUSIA YULIA KEWA TIFAONA, S. Kep
2. ANA STEVI UDAMPO, S. Kep
3. ANANDA RUTH NAFTALI, S. Kep
4. DOMINGAS DE DEUS SALSINHA, S. Kep
5. DONATUS GAOR, S. Kep
6. DONNY DAUD, S. Kep
7. ERLIN WAHYUNI LABU, S. Kep
8. ETI AGUSTINA WATI HUKI, S. Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2018
RENCANA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. Latar Belakang
Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan
yang lainnya saling behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial
yang dimaksud antara lain : rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan
pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain dan kebutuhan pernyataan
diri.Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu
berada dalam satu keluarga. Dengan demikian pada dasarnya individu memerlukan
hubungan timbal balik, hal ini bisa melalui kelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak
positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan
seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan bagian
dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku pasien atau klien, dan
meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi
aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan
masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan uji realitas
(reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Birckhead, 1989).Terapi
aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini
terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari ketrampilan terapeutik dalam
keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi kesehatan.
Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong
anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan
penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga adaptif menilai respon klien
selama berada dalam kelompok.
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif. Terapi aktivitas kelompok ini secara signifikan memberi
perubahan terhadap ekspresi kemarahan kearah yang lebih baik pada klien dengan
riwayat kekerasan.
Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih mempersepsikan
stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.Kemampuan persepsi klien
dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi, dengan proses ini diharapkan respon klien
terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil : kelompok menunjukkan loyalitas
dan tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua anggotanya,
mencapai tujuan kelompok, menunjukkan teerjadinya komunikasi antaranggota dan
bukan hanya antara ketua dan anggota.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan konstrukstif
pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti
perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan
mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Pada klien dengan resiko perilaku kekerasan selalu cendrung untuk melakukan
kerusakan atau mencederai diri, orang lain atau lingkungan. Dan perilaku kekerasan tdak
jauh dari kemarahan. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagao respon
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.
Atas dasar tersebut maka kami menganggap dengan terapi aktifitas kelompok (TAK)
klien dengan resiko perlaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang mampu
mengontrol dirinya dari erilaku kekerasan sehingga saat TAK klien dapat bekerjasam dan
tidak mengganggu anggota-anggota lain.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal penyebab perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
b. Klien dapat mengenal tanda dan gejala perilaku kekerasan.
c. Klien dapat menyebutkan perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
d. Klien dapat menyebutkan akibat atau kerugian dari perilaku kekerasan.
C. Landasan Teori
Terapi aktivitas kelompok adalah merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama (Keliat, 2005). Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok
digunakan untuk target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang
saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi labolatorium tempat klien berlatih
perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptive.
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu
dengan yag lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama. Setiap
peserta membutuhkan terapi aktivitas kelompok, dimana aktivitas ini memungkinkan
peserta agar berorientasi denga orang lain dan mengenal lingkungan disekitar mereka (
Stuart dan Laraia, 2001).
Terapi aktivitas kelompok diperlukan dalam praktek keperawatan jiwa untuk
mengatasi gangguan interaksi dan komunikasi serta merupakan salah satu keterampilan
terapeutik. Terapi aktivitaskelompok memiliki dua tujuan umum, yaitu tujuan terapeutik
dan tujuan rehabilitatif.Terapi aktfitas kelompok stimulasi persepsi aktivitasnya berupa
stimulus dan persepsi. Stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses
persepsi klien yang maladaptive atau distruktif , misalnya kemarahan, kebencian, putus
hubungan, pandangan negative terhadap orang lain, dan halusinasi.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi
dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang megikuti terapi ini adalah klien yang
sudah mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat
bekerjasama dan tidak menggangu anggota kelompok yang lainnya.
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktipitas kelompok
stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
1. Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah
dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap
sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam
kehidupan menjadi adaptif. Stimulus yang disediakan baca artikel / majalah / buku /
puisi, menonton acara TV, stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan
proses persepsi klien yang mel adaptif atau distruktif, mis: kemarahan, kebencian,
putus hubungan, pandangan negatif pada orang lain, dan halusinasi.
2. Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Sensoris Aktivitas digunakan sebagai stimulus
pada sensori klien. Kemudian diobservasi reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang
disediakan, berupa ekspresi perasaan secara non Verbal (ekspresi wajah, gerakan
tubuh). Biasanya klien tidak mau menggungkapkan komunikasi verbal akan
terstimulasi omosi dan perasaannya, serta menampilkan respon. Aktifitas yang
digunakan sebagai stimulus adalah : musik, seni, menyanyi, menari, jika hobi klien
diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagi kesukaan klien,
dapat digunakan sebagai stimulus.
3. Terapi Aktifitas Kelompok orientasi Realitas. Klien diorientasikan pada kenyataan
yang ada disekitar, yaitu diri sendiri, orang lain yang di sekeliling klien atau orang
yang dekat dengan klien dan lingkungan yang mempunyai hubungan dengan klien.
Aktifitas berupa: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar, dan semua
kondisi nyata.

D. Klien
1. Karakteristik/Kriteria
a. Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan perawat.
b. Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat.
2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK PK, meliputi : menjelaskan
tujuan TAK PK pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam
kelompok.

E. Pengorganisasian
1. Waktu Pelaksanaan
a. Hari/Tanggal : Senin, 20 Agustus 2018
b. Waktu : 14.00 s/d selesai.
Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (25 menit) Penutup (10 menit)
c. Tempat : Ruang Elang
Seting Tempat Pelaksanaan TAK :

Keterangan :

: Leader

: Co Leader

: Fasilitator

: Peserta TAK

d. Jumlah klien : 4 (Empat)


2. Tim Terapis
a. Leader : Ana Stevi Udampo
Uraian tugas :
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2. Memimpin jalannya terapi kelompok.
3. Memimpin diskusi.
b. Co-leader : Ananda Ruth Naftali
Uraian tugas :
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
3. Membantu memimpin jalannya kegiatan.
4. Menggantikan leader jika ada berhalangan.
c. Observer
Observer Pasien : Donny Gaor
Observer Kegiatan : Eti Agustina Wati Huki
Uraian tugas :
1. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara.
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
denganevaluasi kelompok.
d. Fasilitator :
Alusia Yulia Kewa Tifaona
Domingas De Deus Salsinha
Erlin Wahyuni Labu
Donny Daud
Uraian tugas :
1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
3. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan.
4. Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
5. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.
3. Metode dan Media
a. Alat : balon, pulpen, kertas, handphone (alat untuk pemutar musik).
b. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi

F. Kriteria Hasil
1. Evalusi Struktur
a. Kondisi lingkungsn tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan memungkinkan klien
untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b. Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran.
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
e. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya
2. Evalusi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam
antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang
berfungsi sebagai evaluator kelompok.
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.
3. Evalusi Hasil
Diharapkan 80% dari kelompok mampu :
a. Memperkenalkan diri.
b. Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami.
c. Membicarakan cara-cara menanggulangi perilaku kekerasan yang dialami.
d. Bekerja sama dengan perawat selama berinteraksi.
e. Mengevaluasi kemampuan menanggulangi perilaku kekerasan.

G. Proses Pelaksanaan
Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
Tujuan
a. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
b. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala
marah).
c. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (prilaku kekerasan).
d. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Perkenalan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
b. Evaluasi/ Validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan, penyebab dari perilaku kekerasan, tanda dan gejala perilaku kekerasan,
serta akibat atau kerugian dari perilaku kekerasan.
2. Menjelaskan aturan main berikut :
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
b. Berpakaian rapi dan bersih.
c. Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatan
TAK.
d. Peserta boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibaakan selama 5
menit, bila peserta tidak kembali ke ruangan maka peserta tersebut diganti
peserta cadangan.
e. Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib
dibacakan.
f. Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai.
g. Peserta yang ingin mengajukan pertanyaan, mengankat tangan terlebih dahulu
dan berbicara setelah dipersilakan.
2. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah.
b. Tanyakan pengalaman tiap klien marah.
c. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab
marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
d. Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala).
Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak
lingkungan, menciderai/memukul orang lain, dan memukul diri sendiri)
e. Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.
f. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering dilakukan
untuk diperagakan.
g. Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang berbahaya
(terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan perilaku kekerasan).
h. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi.
i. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan.
j. Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
k. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
l. Dalam menjalankan proses tanya jawab, upayakan semua klien terlibat.
m. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat perilaku
kekerasan.
n. Menanyakan kesedian klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi
kemarahan.
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah,
yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku
kekerasan.
2. Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan
dan akibatnya yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku,
mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 1 TAK
Stimilasi perilaku Kekerasan
Kemampuan Psikologi

Memberi Tanggapan Tentang


No. Nama klien Penyebab PK
Tanda & gejala PK Perilaku kekerasan Akibat PK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan, serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan nafas dalam. Beri
tanda (+) jika mampu dan beri tanda (-) jika tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien.Contoh : Klien mengikuti Sesi 1, TAK
stimulus persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi uang),
mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (”gregeten” dan ”deg-degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang
dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam. Anjurkan
klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai