Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN AUTISME

Disusun Oleh :

Nanik Setiyo Ningrum (1807092)

Siti rohmiyati (1807096)

Tri Ardhi Wiyatno (1807098)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG


PROGRAM S1 KEPERAWATAN TRANSFER
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Autisme pada 5 dari setiap 10.000 kelahiran,dimana jumlah penderita
laki-laki 4 kali lebih besar di bandingkan dengan penderita wanit (Mirza,
2008). Dengan kata lain anak laki-laki lebih rentan menyandang sindrom
autism di bandingkan anak perempuan. Bahkan di prediksikan oleh parah ahli
bahwa kuantitas anak autisme di tahun 2011 meningkat mencapai 60% dari
keseluruhan populasi anak di seluruh dunia. Survei menunjukan bahwa anak-
anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi keatas. Ketika di kandung
dengan asupan gizi ibunya tidak seimbang (kompas, 2005). Gejala-gejala
autis mulai tampak sejak masa yang paling awal dalam kehidupan mereka.
Hal ini tampak ketika menolak sentuhan orang tuanya,tidak merespon
kehadiran orang tuanya,dan melakukan kebiasan-kebiasan yang lain yang
tidak di lakukan oleh bayi-bayi normal pada umumnya (Maulana, 2008).
Sebagian besar penderita autism mengalami gejala-gejala negative
skizoprenia, seperti menarik diri dari lingkungan, serta lemah dalam berpikir
ketika menginjak dewasa.
Sebagian besar penderita autis yakni, sekitar 75% termasuk dalam
kategori keterlambatan mental, tapi sejumlah 10% malah di dapat di
golongkan sebagai orang jenius, salah contohnya seperti yang di tayangakan
pada acara KICK ANDY di Metrotv beberapa bulan lalu. Sejak autis mulai di
jabarkan dan di kenal mendunia, berbagai jenis penyembuhan telah di
lakukan. Beberapa implementasi penyembuhan tersebut hanya bersifat psikis,
tapi juga berupa fisik, mental, emosional, hingga fisiologis. Tetapi
penyembuhan di lakukan atau di terapkan dengan berbagai varian teknik
belajar dan bermain yang dapat dilakukan secara verbal dan non verbal.
Dari beberapa jenis terapi yang di implementasikan secara meluas ada
yang melibatkan peran serta orang tua dan juga yang tidak. Adapula yang bias
dilakukan sendiri oleh orang tua dirumah tapi ada juga terapi yang
memerlukan bantuan sejumlah para ahli atau terapis. Inti dari sejumlah terapi
tersebut dimaksudkan untuk mengeliminir berbagai symptom yang
diperlihatkan oleh seorang anak autism yang tentunya dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan tingkatan sindrom yang di sandang anak. Yang
terpenting dari terapi yang diberikan kepada anak autism hendaknya tetap
melibatkan peran serta orang tuanya secara aktif. Tujuannya agar orang tua
merasa memiliki andil atas kemajuan yang telah dicapai anak autism mereka
dalam setiap fase terapi (Purwati, 2009).

B. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah
sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah mendeskripsikan konsep autisme
pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien anak dengan
masalah autisme.
b. Mahasiswa mampu menganalisa data dengan masalah autisme.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana dan intervensi keperawatan
terhadap klien anak dengan autisme.
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai dengan
intervensi keperawatan yang telah disusun.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap implementasi
keperawatan yang telah dilaksanakan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Leukimia
Autisme adalah gangguan yang parah pada komunikasi yang
berkepanjangan dan tampak pada usia tiga tahun pertama,ketidakmampuan
berkomunkasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autisme
menyendiri dan tidak respon dengan orang lain (Sarwindah,2002).
Menurut Rutter (1970) adalah gangguan yang melibatkan kegagalan
untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan
dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan
konvulsiv.
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan
kontak dengan realitas atau orang lain (Sacharin, 1996). Autisme infantile
adalah gangguan kulitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas
imajinatif dan interaksi social timbale balik yang terjadi sebelum usia 30
bulan (Behrman, 1999).
Kesimpulannya bahwa Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang
(anak) sejak lahir atau balita,yang membuat dirinya tidak dapat membentuk
hubungan sosial atau komunikasi yang tidak normal.

B. Penyebab atau Etiologi Leukimia

Sepuluh tahun yang lalu penyebab autisme belum banyak diketahui dan
hanya terbatas pada faktor psikologis saja. Tetapi sekarang ini penelitian
mengenai autisme semakin maju dan menunjukkan bahwa autisme
mempunyai penyebab neurobiologist yang sangat kompleks. Gangguan
neurobiologist ini dapat disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan
lingkungan seperti pengaruh negatif selama masa perkembangan otak.
Banyak faktor yang menyebabkan pengaruh negatif selama masa
perkembangan otak, antara lain; penyakit infeksi yang mengenai susunan
saraf pusat, trauma, keracunan logam berat dan zat kimia lain baik selama
masa dalam kandungan maupun setelah dilahirkan, gangguan imunologis,
gangguan absorpsi protein tertentu akibat kelainan di usus (Suriviana, 2005).

Menurut Dewo (2006) gangguan perkembangan pervasive autisme dapat


disebabkan karena beberapa hal antara lain:

1. Genetis ,abnormalitas genetic dapat menyebabkan abnormalitas


pertumbuhan sel-sel saraf dan sel otak
2. Keracunan logam seperti mercury yang banyak terdapat dalam
vaksin imunisasi atau pada makanan yang dikomsumsi yang sedang ibu
hamil ,misalnya ikan dengan kandungan logam berat yang tinggi.sehingga
para peneliti membuktikan bahwa didalam tubuh anak atisme terkandung
timah hitam dan mercury dalam kadar yang relative tinggi.
3. Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan
dalam pertumbuhan otak tidak diserap oleh tubuh, ini terjadi karena
adanya jamur dalam lambung dan juga nutrisi tidak terpenuhi karena
factor ekonomi.
4. Terjadi autoimun pada tubuh penderita yang merugikan
perkembangan tubuhnya sendiri.imun adalah kekebalan tubuh terhadap
virus/bakteri penyakit,sedangkan autoimun adalah kekebalan yang
dikembangkan oleh tubuh penderita itu sendiri yang justru kebal terhadap
zat-zat penting dalam tubuh dan menghancurkannya.

5. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala dapat dilihat berdasarkan DSM-IV dengan cara seksama
mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat
perkembanganya yakni yang terdapat pada penderita autism dengan
membedakan usia anak. Tanda dan gejala dapat dilihat sejak bayi dan harus
diwaspadai :
1. Usia 0 - 6 bulan:
a. Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)
b. Terlalu sensitive,cepat terganggu/terusik
c. Tidak ditemukan senyum social diatas 10 minggu
d. Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
e. Perkembangan motorik kasar/halus sering tampak normal
2. Usia 6 - 12 bulan:
a. Bayi tampak terlalu tenang
b. Terlalu sensitive
c. Sulit di gendong
d. Tidak ditemukan senyum sosial
e. Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
3. Usia 1 - 2 tahun:
a. Kaku bila di gendong
b. Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba,da...da)
c. Tidak mengeluarkan kata
d. Tidak tertarik pada boneka
e. Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar dan
halus
4. Usia 2 - 3 tahun:
a. Tidak bisa bicara
b. Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan orang lain (teman
sebaya)
c. Hiperaktif
d. Kontak mata kurang
5. Usia 3 - 5 tahun:
a. Sering didapatkan ekolalia (membeo)
b. Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi ataupun datar)
c. Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
d. Menyakiti diri sendiri (membentur kepala)

6. Patofisiologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk
mengalirkan implus listrik (akson) serta serabut untuk menerima implus
listrik (dendrite). Sel saraf terdapat pada lapisan luar otak yang berwarna
kelabu (korteks). Akson di bungkus selaput bernama myelin terletak di bagian
otak berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada
trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan di mulai pembentukan
akson, dendrite dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua
tahun.
Setelah anak lahir, terjadi proses pertumbuhan otak berupa bertambah
dan berkurangnya struktur akson, dendrite dan sinaps. Proses ini di pengaruhi
secara genetic melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brai growth
factor dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas, pembentukan akson,
dendrite dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian
otak yang digunakan dalam belajarmenunjukan pertamabhan akson, dendrite
dan sinaps, sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukan kematian
sel, berkurangnya akson, dendrite dan sinaps. Kelainan genetis, keracunan
logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan gangguan
proses-proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas
pertumbuhan sel saraf.

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Neutrologis
2. Test neupsikologis
3. Test pendengaran
4. MRI(Magnetic resonance imaging)
5. EEG(elektro encepalogram)
6. Pemeriksaan darah
7. Pemeriksaan urine.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKEMIA


A. Pengkajian
1. Identitas Klien dan Penanggungjawab
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada keluarga
b. Riwayat keluarga yang terkena autisme
c. Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan
 Sering terpapar zat toksik, seperti timbal
 Cedera otak
d. Status perkembangan anak
 Anak kurang merespon orang lain
 Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh
 Anak mengalami kesulitan dalam belajar
 Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal
 Keterbatasan kognitif
3. Pemeriksaan Fisik
 Tidak ada kontak mata pada anak.
 Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/disentuh)
 Terdapat Ekolalia.
 Tidak ada ekspresi non verbal.
 Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
 Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
 Peka terhadap bau.
4. Analisa Data
a. Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita autisme adalah
sebagai berikut.
1) Sulit berbahasa dan berbicara
2) Penolakan atau ketidakmampuan berbicara yang ditandai
dengan ketidakmatangan stuktur gramatis, ekolali, pembalikan
pengucapan, ketidakmampun untuk menamai benda-benda,
ketidakmampuan untuk menggunakan batasan-batasan abstrak,
tidak adanya ekspresi nonverbal seperti kontak mata, sifat responsif
pada wajah, gerak isyarat.
3) Mengulangi kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan
orang lain atau gerakkan-gerakkan mimik orang lain
b. Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia
adalah sebagai berikut.
1) Tidak suka dipegang
2) Rutinitas yang berulang
3) Tangan digerak-gerakkan dan kepala diangguk-anggukkan
4) 50% diantaranya mengalami retradasi mental
5) Ketidakmampuan untuk memisahkan kenbbutuhan
fisiologis dan emosi diri sendiri dengan orang lain
6) Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan
orang lain.
7) Ketidakmapuan untuk membedakan batas-batas tubuh diri
sendiri dengan orang lain

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Townsend, M.C (1998) perencanaan dan rasionalisasi untuk
mengatasi masalah keperawatan pada anak dengan gangguan perkembangan
pervasife autisme antara lain:
a. Resiko terhadap mutilasi diri
b. Kerusakan interaksi sosial
c. Kerusakan komunikasi verbal
d. Gangguan identitas pribadi
C. Intervensi
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi
untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi
keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan
diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut
(Wong,D.L: 2004)

Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
Resiko terhadap Setelah dilakukan a. Jamin keselamatan anak dengan memberi
mutilasi diri tindakan selama 3 rasa aman, lingkungan yang kondusif untuk
x 24 jam pasien mencegah perilaku merusak diri
Rasional: Perawat bertanggun jawab untuk
akan
menjamin keselamatan anak)
mendemonstrasik
b. Kaji dan tentukan penyebab perilaku –
an perilaku-
perilaku mutilatif sebagai respon terhadap
perilaku
kecemasan
alternative Rasional : pengkajian kemungkinan penyebab
(misalnya dapat memilih cara /alternative pemecahan yang
memulai interaksi tepat
c. Pakaikan helm pada anak untuk menghindari
antara diri dengan
trauma saat anak memukul-mukul kepala, sarung
perawat) sebagai
tangan untuk mencegah menarik – narik rambut,
respons terhadap
pemberian bantal yang sesuai untuk mencegah
kecemasan
luka pada ekstremitas saat gerakan-gerakan
dengan kriteria
histeris
hasil :
Rasional : Untuk menjaga bagian-bagian vital
a. Rasa
dari cidera
gelisah
d. Untuk membentuk kepercayaan satu anak
dipertahankan
dirawat oleh satu perawat
pada tingkat
Rasional : Untuk dapat bisa lebih menjalin
anak merasa
hubungan saling percaya dengan pasien
tidak e. Tawarkan pada anak untuk menemani selama
memerlukan waktu - waktu mening-katnya kecemasan agar
perilaku- tidak terjadi mutilasi
Rasional :Dalam upaya untuk menurunkan
perilaku
kebutuhan pada perilaku-perilaku mutilasi diri
mutilatif diri
b. Pasien dan memberikan rasa aman
memulai
interaksi
antara diri dan
perawat
apabila merasa
cemas
Kerusakan Setelah dilakukan a. Jalin hubungan satu – satu dengan anak
interaksi sosial tindakan selama 3 untuk meningkatkan keper-cayaan
x 24 jam anak Rasional : Interaksi staf dengan pasien yang
akan konsisten meningkatkan pembentukan
mendemonstrasik kepercayaan.
b. Berikan benda-benda yang dikenal
an kepercayaan
(misalnya: mainan kesukaan, selimut) untuk
pada seorang
memberikan rasa aman dalam waktu-waktu
pemberi
tertentu agar anak tidak mengalami distress
perawatan yang
Rasional : Benda-benda ini memberikan rasa
ditandai dengan
aman dalam waktu-waktu aman bila anak merasa
sikap responsive
distres
pada wajah dan
c. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan,
kontak mata
dan kebersediaan ketika anak berusaha untuk
dalam waktu yang
memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasarnya
ditentukan dengan
untuk meningkatkan pembentukan dan
kritria hasil :
mempertahankan hubungan saling percaya
Anak mulai
Rasional: Karakteristik-karakteritik ini
berinteraksi
meningkatkan pembentukan dan
dengan diri dan
mempertahankan hubungan saling percaya
orang lain, pasien d. Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan
menggunakan memaksakan interaksi-interaksi, mulai dengan
kontak mata, sifat penguatan yang positif pada kontak mata,
responsive pada perkenalkan dengan berangsur-angsur dengan
wajah dan sentuhan, senyuman , dan pelukan
perilaku-perilaku Rasional : Pasien autisme dapat merasa terncam
nonverbal lainnya oleh suatu rangsangan yang gencar pada pasien
dalam yang tidak terbiasa
e. Dengan kehadiran anda beri dukungan pada
berinteraksi
pasien yang berusaha keras untuk membentuk
dengan orang
hubungan dengan orang lain dilingkungannya
lain, pasien tidak
Rasional :Kehadiran seorang yang telah
menarik diri dari
terbentuk hubungan saling percaya dapat
kontak fisik
memberikan rasa aman
dengan orang
lain.
Kerusakan Setelah dilakukan a. Pertahankan konsistensi tugas staf untuk
komunikasi tindakan selama 3 memahami tindakan-tindakan dan komunikasi
verbal x 24 jam anak anak
Rasional: Hal ini memudahkan kepercayaan dan
akan membentuk
kemampuan untuk memahami tindakan-tindakan
kepercayaan
dan komunikasi pasien
dengan seorang
b. Antisipasi dan penuhi kebutuhan-kebutuhan
pemberi
anak sampai kepuasan pola komunikasi terbentuk
perawatan Rasional : Pemenuhan kebutuhan pasien akan
ditandai dengan dapat mengurangi kecemasan anak sehingga
sikap responsive anak akan dapat mulai menjalin komunikasi
dan kontak mata dengan orang lain dengan asertif
c. Gunakan tehnik validasi konsensual dan
dalam waktu yang
klarifikasi untuk menguraikan kode pola
telah ditentukan
komunikasi ( misalnya :" Apakah anda
dengan kriteria
bermaksud untuk mengatakan bahwa…..?" )
hasil:
Rasional: Teknik-teknik ini digunakan untuk
a. Pasien
memastikan akurasi dari pesan yang diterima,
mampu
menjelaskan pengertian-pengertian yang
berkomunikasi
tersembunyi di dalam pesan. Hati-hati untuk
dengan cara tidak "berbicara atas nama pasien tanpa
yang seinzinnya"
d. Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan
dimengerti
untuk menyampaikan ekspresi-ekspresi
oleh orang lain
b. Pesan- nonverbal yang benar dengan menggunakan
pesan contoh
nonverbal Rasional: Kontak mata mengekspresikan minat
pasien sesuai yang murni terhadap dan hormat kepada
dengan seseorang
pengungkapan
verbal
c. Pasien
memulai
berinteraksi
verbal dan non
verbal dengan
orang lain
Gangguan Setelah dilakukan a. Fungsi pada hubungan satu-satu dengan anak
Rasional : Interaksi pasien staf meningkatkan
Indentitas Pribadi tindakan selama 3
pembentukan data kepercayaan
x 24 jam pasien
b. Membantu anak untuk mengetahui hal-hal
akan
yang terpisah selama kegiatan-kegiatan
menyebutkan
perawatan diri, seperti berpakaian dan makan
bagian-bagian Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat
tubuh diri sendiri meningkatkan kewaspadaan anda terhadap diri
dan bagian-bagian sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain
c. Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan
tubuh dari
bagian-bagian tubuhnya
pemberi
Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat
perawatan dalam
meningkatkan kewaspadaan anak terhadap diri
waktu yang
sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain
ditentukan untuk
d. Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi
mengenali fisik
tahap, menggunakan sentuhan untuk menjelaskan
dan emosi diri
perbedaan-perbedaan antara pasien dengan
terpisah dari perawat. Berhati-hati dengans entuhan sampai
orang lain saat kepercayaan anak telah terbentuk
pulang dengan Rasional: Bila gerak isyarat ini dapat
kriteria hasil: diintepretasikan sebagai suatu ancaman oleh
a. Pasien pasien
e. Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari
mampu untuk
bagian-bagian dari batas-batas tubuh dengan
membedakan
menggunakan cermin dan lukisan serta gambar-
bagian-bagian
gambar dari anak
dari tubuhnya
Rasional: Dapat memberikan gambaran tentang
dengan
bentuk tubuh dan gambaran diri pada anak secara
bagian-bagian
tepat
dari tubuh
orang lain
b. Pasien
menceritakan
kemampuan
untuk
memisahkan
diri dari
lingkungannya
dengan
menghentikan
ekolalia
(mengulangi
kata-kata yang
di dengar) dan
ekopraksia
(meniru
gerakan-
gerakan yang
dilihatnya)
D. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut
Townsend, M.C (1998) hasil yang diharapkan pada anak dengan autisme
adalah sebagai berikut.
a. Anak tidak menunjukkan cemas, gelisah, dan tanda-tanda
mutilasi diri
b. Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain, pasien
menggunakan kontak mata, sifat responsive pada wajah dan perilaku-
perilaku nonverbal lainnya dalam berinteraksi dengan orang lain, pasien
tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain.
c. Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti
oleh orang lain
d. Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan
verbal
e. Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan
orang lain
f. Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari
tubuhnya dengan bagian-bagian dari tubuh orang lain
g. Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri dari
lingkungannya dengan menghentikan ekolalia (mengulangi kata-kata yang
di dengar) dan ekopraksia (meniru gerakan-gerakan yang dilihatnya)

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang secara
klinis ditandai oleh gejala – gejala diantaranya kualitas yang kurang dalam
kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam
kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas, perilaku tak
wajar, disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan (stereotipik). Selain itu
tampak pula adanya respon tak wajar terhadap pengalaman sensorik, yang
terlihat sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini penyebab pasti autis belum
diketahui, tetapi beberapa hal yang dapat memicu adanya perubahan genetika
dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang berhubungan dengan kejadian
autis pada anak, perkembangan otak yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada neurotransmitter, dan
akhirnya dapat menyebabkan adanya perubahan perilaku pada penderita.
Dalam kemampuan intelektual anak autis tidak mengalami keterbelakangan,
tetapi pada hubungan sosial dan respon anak terhadap dunia luar, anak sangat
kurang. Anak cenderung asik dengan dunianya sendiri. Dan cenderung suka
mengamati hal – hal kecil yang bagi orang lain tidak menarik, tapi bagi anak
autis menjadi sesuatu yang menarik.
Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup dengan
normal seperti anak pada umumnya, dan melatih anak untuk bisa
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka saran pemulisan makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Mahasiswa keperawatan diharapkan banyak membaca referensi
mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan autisme
2. Perawat diharapkan untuk memberikan pelayanan semaksimal
mungkin pada klien anak dengan autisme.

DAFTAR PUSTAKA
Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta

Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15,

Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta, 1995,

Kesehatan Anak Pedoman Bagi orang Tua, Arcan, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai