Anda di halaman 1dari 34

PENGOBATAN

Terapi Bekam, Hilangkan Gangguan Saraf

Minggu, 17 Juli 2005


Pengobatan alternatif dengan metode bekam, bukanlah hal baru di kalangan masyarakat
Indonesia. Pengobatan itu bahkan telah dipraktikkan ribuan tahun lalu dari di Timur Tengah
hingga ke daratan Cina.
Bahkan Rasululloh Muhammad SAW-- menurut riwayat para sahabatnya-- kerap
melakukan pengobatan de-ngan bekam untuk mengatasi penyakit yang dideritanya.
Begitu hebatnya terapi pengobatan dengan bekam, tak salah bila rubrik Alternatif kali
ini menampilkan Zai-nuddin, praktisi terapi bekam dari Herba Center Sambas, yang
membuka praktik di Jl Taman Rawa Pening V/6, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
Zainuddin menuturkan, bekam dalam bahasa Arab disebut Hijamah. Usaha yang
dilakukan dalam pengobatan bekam adalah mengeluarkan darah kotor atau angin
dengan menggunakan alat yang disebut kop (menyerupai gelas kecil) yang
ditempelkan pada beberapa titik tubuh.
"Tujuan pengobatan bekam adalah mengeluarkan darah kotor. Darah kotorlah sumber
berbagai penyakit," kata Zainuddin.
Titik utama yang harus dibekam hanyalah tiga. Satu titik berada di tengah ubun-ubun,
dua titik di bawah bagian telinga kiri dan kanan. Namun, bisa juga ditambahkan
beberapa titik lagi, misalnya titik yang berada di daerah punggung, pinggang, dan
kaki, tangan dan tulang ekor. "Umumnya metode ini untuk meringankan gangguan
pada organ dan saraf, terutama karena gangguan kelebihan darah, darah kotor atau ke-
dua-duanya. Ada beberapa titik bekam yang disukai Rasullulah SAW, yakni di atas
dua urat leher, tujuannya untuk mencegah sakit kepala, sakit di wajah, sakit gigi, sakit
telinga, sakit hidung dan sakit kerongkongan," ujarnya.
Bekam pada tengkuk atau kuduk, kata Zainuddin, dapat mencegah tekanan darah pada
tengkuk, mengatasi rabun, benjolan di mata, rasa berat pada alis dan kelopak mata
serta mengobati lepra.
"Diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim bahwa Rasulullah SAW pernah menjalani
hijamah (bekam) atas dua bagian di tubuh, yaitu bagian atas tulang belakang dan atas
dua urat leher," ujarnya.
Bekam pada pelipis untuk mengobati sakit kepala, sakit di wajah, sakit telinga, sakit
hidung dan sakit kerongkongan. Bekam pada pundak untuk mengobati penyakit di
pundak dan di leher. Bekam di atas pinggul untuk menghilangkan pegal-pegal atau
kelelahan.
Berikut penuturan Abdullah (35), karyawan swasta di bilangan Jalan Sudirman,
Jakarta yang bisa kembali tidur nyenyak setelah dibekam oleh Zainuddin. Padahal,
sebelumnya ia mengaku sangat sulit tidur, akibat keresahan yang selalu melanda
dirinya. Berbagai terapi dan penggunaan obat penenang telah dicoba Abdullah, namun
tidak pernah memberi hasil.
"Teman sekantor kemudian menganjurkan untuk ikut terapi Bekam ini.
Alhamdullillah penyakit gelisah saya hilang, hati terasa lebih tenang sehingga saya
sekarang bisa tidur nyenyak," ujar Abdullah yang dibekam di bagian belakang kepala,
kiri dan kanan di bawah telinganya.
Zainuddin menuturkan, teknik bekam terdiri dari dua macam, yaitu bekam kering dan
basah. Bekam kering atau bekam angin (Hijamah Jaaffah) dilakukan dengan mengisap
permukaan kulit dan memijat daerah sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor.
Pengobatan itu sangat bermanfaat untuk melegakan sakit secara darurat atau
digunakan untuk meringankan nyeri urat punggung karena sakit rematik.
"Bekam kering baik bagi orang yang tidak tahan sayatan silet atau suntikan jarum dan
takut melihat darah. Kulit yang dibekam akan tampak merah kehitam-hitaman selama
3 hari," katanya.
Sedangkan bekam basah (Hijamah Rothbah) dilakukan permukaan kulit, kemudian
secara sengaja kulit dilukai dengan jarum tajam atau silet. Daerah di sekitar luka silet
diisap dengan alat cupping set dan hand pump agar darah kator keluar dari dalam
tubuh. Lamanya setiap isapan 3 sampai 5 menit dan maksimal 9 menit.
"Setelah itu, darah kotor dibuang. Pengisapan tudak lebih dari 7 kali. Darah kotor
berupa darah merah pekat dan berbuih. Selama 3 jam selanjutnya, kulit yang lebam
itu tidak boleh disiram air," ujarnya. Alat bekam yang digunakan, tentu berbebeda
dengan zaman duku. Ketika Rasulullah SAW melakukan bekam, beliau menggunakan
kaca yang berupa cawan atau mangkuk. Pada zaman Cina kuno, bekam disebut
sebagai pengobatan tanduk karena alat itu dipakai untuk menggantikan kaca, Pada
abad 18, masyarakat Eropa menggunakan lintah.
Kini, peralatan yang digunakan adalah pengisap (Hand pump), mangkuk (cupping
set), pena karum (lancet device). silet antiseptik (bahan sterilisasi seeperti alkohol)
dan sarung tangan kesehatan (rubber gloves).
Dalam mengobati pasien, Zainuddin selalu membukanya dengan doa kepada Allah
SWT. Doa tersebut sebagai permohonan agar pasien bisa disembuhkan sesuai
harapan. "Kalau bisa, pasien puasa dulu selama delapan jam sebelum dibekam,"
katanya.
Usai memanjatkan doa, ia mengoles tubuh pasien dengan alkohol. Tujuannya
mematikan bakteri berbahaya yang mungkin menginfeksi kulit. Selanjutnya mangkuk
bekam (vacumm cupped) ditempelkan ke bagian tubuh. Agar bisa menempel pada
tubuh, mangkuk bekam itu dipompa untuk menyedot udara di dalamnya dengan alat
penyedot (vacuum gun).
"Penarikan dengan vacuum gun harus secara perlahan dan bertahan. Jangan sampai
pasien merasakan sakit yang berlebihan," ucapnya.
Mangkuk bekam yang ditempelkan ke tubuh pasien biasanya sesuai dengan keluhan
penaykitnya. Jumlahnya bisa tiga hingga belasan mangkuk. Setelah dibiarkan selama
10-15 menit, mangkuk yang telah meninggalkan bekas lingkaran merah di kulit
kemudian dilepas.
Silet disayatkan ke kulit di bagian bekas mangkuk sebanyak 10 titik. Setelah itu titik-
titik tersebut tampak mengeluarkan darah merah. Mangkuk kembali ditempelkan di
atas lingkaran bekas bekam yang telah disayat, sambil vacuum gun kembali
digerakkan. Darah mulai mengucur lagi lagi dari bagian yang disayat.
Setelah sekitar 10 menit, darah kenyal berwarna hitam menyerupai jeli itu menempel
di sisi mangkuk. Setelah selesai, sisi lokasi bekas dibekam kembali dibersihkan
dengan alkohol. Mangkuk yang digunakan untuk membekam sangat tergantung pada
bagian tubuh yang akan diobati.
Sepintas, jumlah titik yang disayat dimaksudkan memadukan teknik bekam dengan
akupuntur. Dari beberapa teknik bekam yang dipraktikkan orang, sebetulnya darah
tidak perlu dikeluarkan dengan sayatan. Kini ada alat modern yang disebut blood
lancet. Jarum dapat ditusukkan ke bagian permukaan kulti pasien.
Ia mengingatkan, pengobatan dengan bekam tidak cocok untuk orang tua yang renta
dan sakit. Bekam juga tidak dianjurkan bagi penderita tekanan darah sangat rendah,
sakit kudis, wanita yang sedang hamil, haid, orang yang sedang minum obat
pengencer darah, penderita leukemia, trombosit, alargi kulit serius, orang yang sangat
letih, kelaparan, kenyang, kehausan dan gugup.
Bagian tubuh yang tidak boleh dibekam adalah mata, telinga, hidung, mulut, puting
susu, alat kelamin, dubur. Selain itu, bekam tidak boleh di area tubuh yang banyak
terdapat simpul limpa, dekat pembuluh besar, ada varises, tumor, retak tulang dan
jaringan luka. (Tri Wahyuni)
Kamis, 26 April 2012 Pk 01.10 WIB

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=115436

Bekam adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang berarti “membuang darah.” Dalam bahasa
Arab dikenal dengan istilah “hijamah.”Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
“cupping.”

Secara populer bekam didefinisikan sebagai metode


pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor dari
dalam tubuh melalui permukaan kulit. Sedangkan yang
dimaksud dengan darah kotor adalah darah yang
mengandung racun (toxin) atau darah statis yang menyumbat
peredaran darah, mengakibatkan sistem peredaran darah
tidak dapat berjalan dengan lancar sehingga akan
mengganggu distribusi nutrisi dan imunitas seseorang, baik
secara fisik maupun secara mental.

Penumpukan darah kotor banyak terjadi dibawah


kulit. Jika darah kotor tersebut tidak segera
dikeluarkan, maka tubuh akan melemah dan mudah
diserang penyakit. Dan untuk menyembuhkan
penyakitnya, tidak ada cara yang lebih efektif
kecuali dengan mengeluarkan darah kotor tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa bekam adalah
sebuah teknik detoksifikasi (pengeluaran racun dari
dalam tubuh) yang efektif menyembuhkan berbagai
macam penyakit dengan menghilangkan sumber
penyakitnya dan tidak memiliki efek samping.

Itulah fungsi bekam.

Hadits Rasulullah SAW

"Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah Al Hijamah (bekam)" HR. Ahmad.

"Kesembuhan itu ada pada 3 (tiga) hal, dengan minum madu, pisau hijamah (bekam), dan kay
(besi panas). Tetapi aku melarang umatku menggunakan kay" HR. Muslim.

"Setiap penyakit itu ada obatnya. Jika obat yang tepat jatuh pada penyakit, dengan izin Allah
penyakit itu pasti sembuh" HR. Muslim.

”Pada Malam Aku di Isra’ kan, aku tidak melewati sekumpulan malaikat melainkan mereka
berkata: ” Wahai Muhammad, suruhlah umatmu melakukan Bekam” HR. Ibnu Maajah & At
Tirmidzi.
“Kalaulah dalam sesuatu dari apa yang kalian pergunakan untuk berobat adalah baik, maka
itu adalah ber-bekam/hijamah” HR. Abu Daud.

Gambar . Alat Bekam Lengkap

Gambar . Titik Lokasi Bekam

Sumber : Kamis, 26 April 2012 Pk. 01.12 WIB http://www.bekam.net/


PANDUAN SINGKAT TENTANG BEKAM

[CUPPING]

Anjuran Berbekam

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Salam besabda :

‫طتة تملحكجرم كوككيمتة كناَرر كوإتنيلي أكلنكهىَ أأممتتلي كعلن اللككيي‬


‫ كشلربكتة كعكسرل كوكشلر ك‬:‫اليشكفاَأء فتلي ثكلكثكرة‬

“Kesembuhan itu berada pada tiga hal, yaitu minum madu, sayatan pisau bekam dan
sundutan dengan api (kay). Sesungguhnya aku melarang ummatku (berobat) dengan kay.”
(HR Bukhari)

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Salam bersabda :

‫إتمن أكلمثككل كماَ تككداكوليتألم بتته اللتحكجاَكمةأ كواللفك ل‬


‫صأد‬

“Sesungguhnya metode pengobatan yang paling ideal bagi kalian adalah hijamah (bekam)
dan fashdu (venesection).” (HR Bukhari – Muslim)

Macam-Macam Bekam

1. Bekam Basah (Wet Cupping)

Yaitu metode pengeluaran darah kotor (blood letting) dengan cara disayat dengan silet, lanset,
pisau bedah atau jarum steril pada bagian yang dibekam.

Cara Melakukan Bekam Basah :

Pilih titik bekam berdasarkan kondisi pasien.

1. Pilih gelas bekam (cup) berdasarkan tingkat penyakit pasien dan postur tubuh.
Semakin besar gelas yang digunakan maka tingkat rasa sakit akan semakin besar,
namun efeknya akan semakin baik.
2. Bersihkan bagian kulit yang akan dibekam dengan desinfektans/alkohol.
3. Pompa gelas bekam dengan piston pada posisi yang dikehendaki sebanyak 2-3 kali
tarikan, atau sampai piston tidak dapat ditarik lagi.
4. Biarkan selama 3-5 menit.
5. Lepas gelas bekam dan sayat bagian bekas bekam dengan silet, lanset, pisau bedah
atau jarum steril.
6. Bekam lagi posisi yang disayat tadi.
7. Tunggu selama lebih kurang 3 menit sampai darah keluar dan menumpuk pada gelas
bekam.
8. Lepas gelas bekam dan buang darah kotor yang keluar, bersihkan kembali gelas
bekam dan desinfeksi.
9. Bekam lagi sebanyak 3-5 kali, atau sampai keluar cairan putih dari kulit.
10. Oles bekas sayatan dan bekam dengan minyak habbatus sauda’ (jinten hitam).
11. Lakukan setiap bulan atau setiap 2 minggu bagi yang penyakitnya parah.

1. Bekam Kering (Dry Cupping)

Yaitu metode bekam yang tidak mengeluarkan darah dari tubuh.

Cara Melakukan Bekam Kering :

1. Pilih titik bekam berdasarkan kondisi pasien.


2. Pilih gelas bekam (cup) berdasarkan tingkat penyakit pasien dan postur tubuh.
Semakin besar gelas yang digunakan maka tingkat rasa sakit akan semakin besar,
namun efeknya akan semakin baik.
3. Pijat bagian yang akan dibekam dengan dilumuri minyak zaitun atau minyak jinten
hitam selama lebih kurang 5 menit.
4. Pompa gelas bekam dengan piston pada posisi yang dikehendaki sebanyak 2-3 kali
tarikan, atau sampai piston tidak dapat ditarik lagi.
5. Biarkan selama 10 menit (bagi pria), 7 menit (bagi wanita) atau 3 menit (bagi anak-
anak).
6. Lepas gelas bekam dan pijat kembali dengan minyak zaitun atau minyak jinten hitam
selama 2-3 menit untuk menghilangkan bercak-bercak hitam atau blister.
7. Lakukan selama 7 hari bagi orang dewasa dan 5 hari bagi anak-anak, kemudian
diselingi masa interval selama 3 hari, lalu dilanjutkan lagi pembekaman.

1. Bekam Seluncur (Sliding Cupping)

Yaitu metode bekam yang mana gelas bekam diseluncurkan di atas permukaan kulit yang rata
(tidak tebal ototnya). Metode ini serupa dengan Guasha (cina), scrapping (inggris) atau
kerokan (jawa), namun lebih aman karena tidak merusak pori-pori sebagaimana kerokan.

Cara Melakukan Bekam Seluncur :

1. Pilih titik bekam sebagai awalan seluncur, biasanya bagian atas pundak.
2. Pilih gelas bekam (cup) berdasarkan tingkat penyakit pasien dan postur tubuh.
Semakin besar gelas yang digunakan maka tingkat rasa sakit akan semakin besar,
namun efeknya akan semakin baik.
3. Pijat bagian yang akan dibekam dengan dilumuri minyak zaitun atau minyak jinten
hitam selama lebih kurang 5 menit. Oleskan minyak agak banyak sebagai pelumas
4. Pompa gelas bekam dengan piston pada posisi yang dikehendaki sebanyak 2-3 kali
tarikan kemudian gerakkan/seluncurkan perlahan-lahan sampai tampak bruise
(memar) kemerahan.
5. Lepas gelas bekam dan pijat kembali dengan minyak zaitun atau minyak jinten hitam
selama 2-3 menit.

1. Bekam Cepat (Flash Cupping) atau Bekam Tarik

Yaitu metode bekam dengan cara tarik lepas – tarik lepas secara cepat pada bagian kulit yang
sukar dibekam, atau apabila dibekam gelas cenderung jatuh. Area ini biasanya di sekitar
wajah dan dahi.

Cara Melakukan Bekam Cepat :

1. Pilih titik bekam pada dahi atau bagian yang nyeri.


2. Pilih gelas bekam (cup) yang proporsional dengan lebar dahi (tidak terlalu besar).
3. Pompa gelas bekam dengan piston pada posisi yang dikehendaki secukupnya
kemudian lepas.
4. Lakukan hal ini secara berulang-ulang sampai kulit berwarna kemerahan.

Diagnosis Penyakit Dengan Bekam

Diagnosa bekam/cupping dapat dilihat dari warna pigmen kulit setelah pembekaman. Di
dalam buku “Canon of Internal Medicine” dikatakan, “Kondisi organ internal (organ dalam)
dapat diketahui dengan cara mengobservasi (mengamati) gejala-gejala eksternal dan tanda-
tanda fisik, sehingga penyakitnya dapat didiagnosa.”

Reaksi pigmen pada kulit bekas bekam adalah sebagai berikut :

1. Bekas bekam yang muncul berwarna ungu kegelapan atau hitam, pada umumnya hal
ini mengindikasikan kondisi defisiensi (kekurangan) pasokan/suplai darah dan
channel/saluran (pembuluh) darah yang tidak lancar yang disertai dengan keberadaan
darah statis (darah beku).
2. Bekas bekam yang muncul berwarna ungu disertai plaque (bercak-bercak), pada
umumnya hal ini menandakan terjadinya gangguan/ kelainan gumpalan darah yang
berwarna keunguan dan adanya darah statis (darah beku).
3. Bekas bekam yang muncul berbentuk bintik-bintik ungu yang tersebar dengan
tingkatan warna yang berbeda (ada yang tua dan ada yang ungu muda). Hal ini
menandakan kelainan “Qi” dan darah statis.
4. Bekas bekam yang muncul berwarna merah cerah, biasanya hal ini menunjukkan
terjadinya defisiensi “Yin”, defisiensi “Qi” dan darah atau rasa panas yang dahsyat
yang diinduksi oleh defisiensi “Yin”.
5. Bekas bekam yang muncul berwerna merah gelap, hal ini mengindikasikan kondisi
lemak di dalam darah yang tinggi disertai dengan adanya panas patogen.
6. Bekas bekam yang muncul berwarna agak pucat/putih dan tidak hangat ketika
disentuh, hal ini mengindikasikan terjadinya defisiensi cold (dingin) dan adanya gas
patogen.
7. Adanya garis-garis pecah/ruam pada permukaan bekas bekam dan rasa sedikit gatal,
hal ini mengindikasikan kondisi adanya wind (lembab) patogen dan gangguan gas
patogen.
8. Munculnya uap air pada dinding bagian dalam gelas bekam, menandakan kondisi
adanya gas-gas patogen pada daerah tersebut.
9. Adanya blister (lepuhan/lecat) pada bekas bekam, menggambarkan kondisi gangguan
gas yang parah pada tubuh. Adanya darah tipis pada blister merupakan reaksi gas
panas toksin.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam bekam

1. Pastikan bahwa gelas bekam sudah steril dan higinis sehingga aman untuk bekam
(terutama bekam basah).
2. Untuk pasien yang belum pernah dibekam sebelumnya, pilihlah gelas bekam dari
yang terkecil lalu ke yang besar supaya tidak terlalu sakit.
3. Posisi bekam dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring menelungkup. Posisi
duduk lebih baik untuk peredaran darah, namun bagi pasien yang lemah dianjurkan
dengan posisi berbaring.
4. Untuk pasien yang baru dibekam, sering-seringlah menanyai bagaimana keadaannya,
apakah merasa mulas, pusing, mual atau adanya tanda-tanda akan pingsan lainnya.
Segera hentikan bekam apabila pasien mengeluh kesakitan.
5. Setelah bekam dihadapkan beristirahat yang cukup. Sebagian pasien segera merasa
segar badannya setelah berbekam pada bagian punggung dan lutut, sehingga ia tidak
mau beristirahat sebagaimana mestinya, hal ini dapat menyebabkan kembalinya
penyakit.
6. Sebagian orang merasakan suhu badannya naik setelah 1-2 hari setelah berbekam, hal
ini adalah normal dan akan segera hilang.
7. Pasien yang menderita sakit menular atau infeksius agar diberikan perhatian khusus.
Bagi penderita penyakit infeksius, diharap gelas bekamnya adalah tersendiri (single
use) dan juru bekam dianjurkan menggunakan pelindung tubuh seperti sarung tangan
karet (gloves), masker dan semisalnya.
8. Pasien yang menderita tekanan darah rendah harus diperlakukan ekstra dan hati-hati.
Tingkat kesadarannya selalu dimonitor agar tidak pingsan. Dihindarkan membekam
pada areal punggung bawah yang sejajar dengan pusar ke bawah, karena hal ini bisa
menurunkan tekanan darah dengan cepat.
9. Permukaan kulit yang timbul blister kecil, bercak-bercak, noda darah dan darah stasis
adalah reaksi normal setelah bekam. Apabila blister yang timbul banyak dan besar-
besar (seperti luka bakar), maka dapat dipecah dengan cara menusukkan jarum steril
kering hingga keluar cairannya (cairan limfoid) lalu didesinfeksi dengan desinfektans.
Lebih dianjurkan apabila bekas bekam yang berblister ini dipijat lembut dengan
minyak zaitun atau jinten hitam.
10. Pasien yang mengalami mental stres, ketakutan, mual dan gejala mental lainnya,
dihentikan pembekaman dan pasien disuruh berbaring relaks, tenang dan diberi
minum dengan minuman manis (lebih baik madu) kemudian dimotivasi dan disugesti
untuk menghilangkan atau meminimalisir gangguan mentalnya.

jakarta selatan

Larangan-Larangan Bekam

1. Tidak dianjurkan melakukan bekam basah pada penderita diabetes kecuali juru bekam
yang ahli dan berpengalaman.
2. Jangan membekam orang yang fisiknya sangat lemah atau orang yang kelelahan
(overfatigue).
3. Jangan membekam orang yang menderita penyakit kulit merata atau menderita alergi
kulit yang parah seperti ulserasi dan edema.
4. Jangan membekam orang yang sudah jompo yang lemah fisiknya dan anak-anak yang
tubuhnya lemah atau di bawah 3 tahun.
5. Penderita leukimia (kanker darah) tidak dianjurkan untuk dibekam basah.
6. Penderita hepatitis yang parah, TBC aktif, hemofilia, malignant anemia,
trombositopenia dan penyakit lainnya yang parah tidak dianjurkan dibekam kecuali
kepada juru bekam yang ahli dan berpengalaman.
7. Jangan memberkam pada kondisi : perut kekenyangan, kehausan, kelaparan,
kelelahan, setelah beraktivitas berat, tubuh lemah dan tubuh demam (kedinginan).
8. Jangan membekam wanita hamil pada usia kehamilan 3 bulan pertama (trimester
awal).
9. Jangan membekam langsung pada daerah yang luka, urat sendi robek, patah tulang,
varises, tumor.
10. Jangan membekam wanita yang sedang haidh dan nifas.
11. Jangan memberkam daerah perut terlalu keras
12. Jangan membekam pasien yang mengkonsumsi obat pelancar dan pengencer darah
semisal mengkudu, omega 3, dls.
13. Jangan melakukan bekam langsung setelah makan, pembekaman dapat dilakukan
minimal dua jam setelah makan. Setelah bekam juga jangan langsung makan,
melainkan hanya minum yang manis-manis semisal madu atau selainnya
14. Tidak dianjurkan melakukan pembekaman kepada orang yang menderita klep jantung,
kecuali di bawah pengawasan dokter atau ahli bekam yang berpengalaman.
15. Jangan melakukan bekam langsung setelah mandi, terutama setelah mandi dengan air
dingin. Tidak dianjurkan langsung mandi setelah bekam, melainkan setelah 2 jam.
Dianjurkan mandi dengan air hangat.
16. Jangan membekam basah orang yang baru memberikan donor darah atau orang yang
baru kecelakaan sehingga darahnya berkurang.
17. Jangan membekam pasien diabetes (gula darah di atas 280) kecuali oleh orang yang
ahli.
18. Jangan membekam di area terbuka atau tempat yang dingin. Lebih baik melakukan
bekam di ruang yang hangat atau bersuhu normal ruangan.
19. Dilarang membekam area berikut :

1. Lubang alamiah tubuh : mata, hidung, telinga, mulut, kemaluan, anus, puting susu.
2. Daerah sistem nodus limfa yang berfungsi sebagai penghasil antibodi, yaitu di
submaksilari, korvikal, sudmalaonkular, aksilari, bagian detak jantung, nodus
inguinalglimfa (lihat buku panduan biru hal. 13).
3. Daerah yang dekat dengan pembuluh besar (big vessels)

Makna Bekam
Klinik Asy-Syarif 021-98521896 / 021-93074811
Ciputat Raya, Jl.H.Goden ujung Rt.08/011 no.23B pondok pinang keb.lama jakarta selatan

APA ARTI BEKAM ?


Bekam atau hijamah berarti torehan darah. Dan dalam masyarakat Melayu, bekam lebih
dikenal sebagai pembuangan darah. Dalam masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa
lebih mengenalnya dengan nama ngekop (berasal dari bahasa Inggris = cupping).
Dalam ilmu kedokteran Islam, bekam tidak boleh sembarang dilakukan. Bekam hanya boleh
dilakukan pada pembekuan / penyumbatan dalam pembuluh darah, karena fungsi bekam yang
sesungguhnya adalah untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh.
Bekam merupakan pengobatan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dari Ibnu Abbas r.a.
Rasulullah bersabda : “Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga hal; dengan minum madu, pisau
hijamah (bekam), dan dengan besi panas. Dan aku melarang ummatku dengan besi panas.”
(Hadist Bukhori).
Madu menjadi dasar dari obat-obatan herba, bekam menjadi dasar kepada pembedahan,
sedangkan besi panas (api) menjadi dasar kepada pengobatan melalui laser.
Hadist yang diriwayatkan oleh Tarmidzi menyatakan, bahwa Rasul SAW mengarahkan
pengikut-pengikutnya menggunakan bekam sebagai kaedah pengobatan penyakit. Beliau
memuji orang yang berbekam, “Dia membuang darah yang kotor, meringankan tubuh serta
menajamkan penglihatan.”
Dalam kaitan untuk membersihkan diri ini, Allah mengkhususkan satu bulan dalam satu
tahun untuk berpuasa (di bulan Ramadhan) sebagai salah satu jalan untuk menyucikan rohani.
Dan berbekam merupakan salah satu cara untuk menyucikan atau membersihkan jasmani.

Sumber : http://klinikassyarif.blogdetik.com/ Kamis, 26 April 2012 Pk. 01.20 WIB.

Jumat, 27 Februari 2009

Hadist Tentang Bekam

Nabi Muhammad Saw merupakan insan yang pertama dibekam para malaikat dengan perintah Allah
Swt sebelum Isra dan Mi'raj. Penjelasan dalam hadits Riwayat Ibnu Majah menerusi Katjir bin Salim.
Selama Aku Berjalan pada malam isra mi'raj bersama para malaikat, Mereka selalu berkata "Hai
Muhammad, suruhlah umatmu berbekam". Sesaat setelah Isra Mi'raj, Rasulullah juga menyatakan,
sebagaimana diriwayatkan Abdullah ibnu Mas'ud, bahwa ia tidak melewati sejumlah malaikat
melainkan mereka semua menyuruh Beliau dengan mengatakan,?Perintahkanlah umatmu untuk
berbekam!?. Bahkan dengan tegas, Nabi Muhammad menyatakan,?Kesembuhan (obat) itu ada pada
tiga hal; dengan minum madu, pisau hijamah (bekam), dan dengan besi panas. Dan aku melarang
umatku dengan besi panas.? (Hadits Bukhari).
Hadist Hadist Lainnya :
1. Sesungguhnya cara pengobatan paling ideal yang kalian pergunakan adalah hijamah (bekam)
(Muttafaq 'alaihi, Shahih Bukhari (no. 2280) dan Shahih Muslim (no. 2214)
2. Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah al hijamah (HR. Ahmad, shahih).
3. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya pada bekam itu terkandung kesembuhan." (Kitab
Mukhtashar Muslim (no. 1480), Shahihul Jaami' (no. 2128) dan Silsilah al-Hadiits ash-Shahiihah (no.
864), karya Imam al-Albani)
4. Dari Ashim bin Umar bin Qatadah RA, dia memberitahukan bahwa Jabir bin Abdullah RA pernah
menjenguk al-Muqni' RA, dia bercerita: "Aku tidak sembuh sehingga aku berbekam, karena
sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: 'Sesungguhnya didalamnya
terkandung kesembuhan'." (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Ya'la, al-Hakim, al-Baihaqi)
5. Kesembuhan bisa diperoleh dengan 3 cara yaitu: sayatan pisau bekam, tegukan madu, sundutan
api. Namun aku tidak menyukai berobat dengan sundutan api ( HR. Muslim).
6. Penyembuhan terdapat dalam tiga hal, yakni meminum madu, sayatan alat bekam, dan sundutan
dengan api. Dan aku melarang umatku berobat dengan sundutan api. (HR. Bukhori)
7. Dari Uqbah bin Amir RA, Rasulullah SAW bersabda: " Ada 3 hal yang jika pada sesuatu ada
kesembuhan, maka kesembuhan itu ada pada sayatan alat bekam atau minum madu atau membakar
bagian yang sakit. Dan aku membenci pembakaran (sundutan api) dan tidak juga menyukainya." (HR.
Ahmad dalam Musnad-nya)
8. Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: "Jika ada suatu kesembuhan pada obat-obat kalian
maka hal itu ada pada sayatan alat bekam." Beliau bersabda: "Atau tegukkan madu." (Kitab Kasyful
Astaar 'an Zawaa-idil Bazar,karya al-Haitsami, III/388)
9. Dari Ibnu Abbas RA, Nabi SAW bersabda: "Orang yang paling baik adalah seorang tukang bekam (Al
Hajjam) karena ia mengeluarkan darah kotor, meringankan otot kaku dan mempertajam pandangan
mata orang yang dibekamnya." (HR. Tirmidzi, hasan gharib).
10. Jika pada sesuatu yang kalian pergunakan untuk berobat itu terdapat kebaikan, maka hal itu
adalah berbekam (Shahih Sunan Ibnu Majah, karya Syaikh Al-Albani (II/259), Shahih Sunan Abu
Dawud, karya Syaikh Al-Albani (II/731)).
11. Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda: "Kalian harus berbekam dan menggunakan al-
qusthul bahri." (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan an-Nasai dalam kitab as-Sunan al-Kubra no. 7581).
12. Dari Abdullah bin Mas'ud RA, dia berkata: "Rasulullah SAW pernah menyampaikan sebuah hadits
tentang malam dimana beliau diperjalankan bahwa beliau tidak melewati sejumlah malaikat
melainkan mereka semua menyuruh beliau SAW dengan mengatakan: 'Perintahkanlah umatmu
untuk berbekam'." (Shahih Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albani (II/20), hasan gharib).
13. Pada malam aku di-isra'kan, aku tidak melewati sekumpulan malaikat melainkan mereka berkata:
"Wahai Muhammad suruhlah umatmu melakukan bekam." (HR Sunan Abu Daud, Ibnu Majah, Shahih
Jami'us Shaghir 2/731)
14. Dari Ibnu 'Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah aku berjalan melewati segolongan
malaikat pada malam aku diisra'kan, melainkan mereka semua mengatakan kepadaku: 'Wahai
Muhammad, engkau harus berbekam'." (Shahih Sunan Ibnu Majah, Syaikh al-Albani (II/259))
15. Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah aku melewati satu dari langit-langit yang
ada melainkan para malaikat mengatakan: 'Hai Muhammad, perintahkan ummatmu untuk
berbekam, karena sebaik-baik sarana yang kalian pergunakan untuk berobat adalah bekam, al-kist,
dan syuniz semacam tumbuh-tumbuhan'." (Kitab Kasyful Astaar 'an Zawaa-idil Bazar, karya al-
Haitsami, III/388)
16. Dari Jabir al-Muqni RA, dia bercerita: "Aku tidak akan merasa sehat sehingga berbekam, karena
sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: 'Sesungguhnya pada bekam itu
terdapat kesembuhan'." (Shahih Ibnu Hibban (III/440))
17. Dari Anas RA, dia bercerita: "Rasulullah SAW bersabda: 'Jika terjadi panas memuncak, maka
netralkanlah dengan bekam sehingga tidak terjadi hipertensi pada salah seorang diantara kalian yang
akan membunuhnya'." (diriwayatkan oleh al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak, dari Anas RA secara
marfu', beliau mensyahihkannya yang diakui pula oleh adz-Dzahabi (IV/212))

Diposkan oleh Terapi Bekam di 18:07 2 komentar

Label: bekam, hadits bekam, hadits tentang bekam

Selasa, 18 November 2008

Kapankah Tepatnya waktu Berbekam??

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Kita semua tentunya setuju dengan hal tersebut. Rutin
melakukan terapi bekam sebulan sekali juga termasuk salah satu upaya dalam hal itu.

Berbekam rutin yang baik yang di contohkan rasul, adalah setiap tanggal 17, 19, 21 tiap bulan islam.
Kenapa tanggal 17, 19, 21 ??

Pada tanggal, 17, 19 dan 21 bulan komariah/ islam tersebut puncak darah kotor sedang bersemayam
ditubuh kita. Karenanya dianjurkan melakukan terapi bekam untuk mengeluarkan darah kotor agar
tubuh kita senantiasa fit dan sehat.

Waktu-waktu Berbekam Sesuai Kebiasaan Nabi Diriwayatkan dari ‘Abdullôh bin Mas‘ûd, ia berkata :
Rosululloh Shallallhu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Sebaik-baik bekam yang kalian lakukan adalah
pada tanggal tujuh belas, sembilan belas, dan dua puluh satu. (Lihat Shohîh Sunani `t-Tirmidzî, Al-
Albânî v (II/204).)

Lalu, jika bukan di tanggal 17. 19 dan 21 anda tiba-tiba sakit, apakah anda harus menunggu sampai
tanggal 17, 19 dan 21 hijriah??tidak.

Karena tubuh yang kurang sehat, harus segera ditangani. Anda juga tidak ingin hari-hari anda merasa
terganggu karena tubuh yang kurang sehat bukan??

Diriwayatkan pula bahwa beliau Shallallhu ‘Alaihi Wasallam berbekam setelah me-makan daging
kambing beracun.Diriwayatkan pula bahwa beliau berbekam di punggung telapak kakinya, setelah
beliau terjatuh dari atas kuda.
Dari hadits-hadits ini bisa kita ambil kesimpulan bahwa Nabi Shallallhu ‘Alaihi Wasallam biasa
berbekam ketika sakit, beliau tidak menunggu datang-nya waktu tertentu, andaikata beliau perlu
menunggu waktu, niscaya beliau menunggu waktu setelah ihrom.

Kesimpulannya, jika anda ingin menjaga kesehatan anda, meskipun saat itu anda tidak sakit, maka
berbekam rutin pada pertengahan bulan itu adalah pilihan terbaik. Dan jika anda merasa mengalami
sakit, maka berbekam ketika sakit tentu lebih baik lagi, karena ketika itu darah lebih bergolak.
Artinya, memang tidak perlu menunggi sampai tgl 17, 19 dan 21.

Jadi, jangan tunda untuk melakukan terapi bekam , jika memang anda benar-benar membutuhkan.
Sedini mungkin merawat kesehatan kita akan membawa dampak bagus untuk kestabilan kesehatan
kita dimasa mendatang, insyaAllah... amin.

Health is Wealth
The first Wealth is Health
Mencegah lebih baik daripada mengobati
Didalam Tubuh Yang Sehat Terdapat jiwa yang Kuat
Didalam jiwa yang kuat terdapat pemikiran-pemikiran yang jernih
Didalam pemikiran-pemikiran yang jernih terdapat tindakan-tindakan yang positif

Sumber : http://al-hijamah.blogspot.com/ Kamis, 26 April 2012 Pk. 01.25 WIB.

Inilah Sisi Baik dan Buruk Terapi Bekam

Quote:

Quote:

Pengobatan alternatif bekam semakin meramaikan dunia kesehatan di Indonesia


beberapa tahun terakhir ini.Tidak hanya di Indonesia, di Amerika sendiri metoda
bekam sudah dilakukan oleh beberapa public figure ternama di Hollywood,
diantaranya aktris Demi Moore dan Gwyneth Paltrow serta sebagaimana Britney
Spears yang juga pernah di bekam soleh Dr. Petra Zizenbacher dari Vienna,
Austria, seorang ahli pengobatan herbal yang menerapkan metode bekam
(Cupping) dan Lintah (Leech Therapy).

Apa itu Bekam?

Pengobatan alternatif ini menawarkan penyembuhan berbagai macam penyakit


dengan harga yang jauh lebih murah ketimbang pengobatan medis.

Pengobatan alternatif ini berasal dari Timur Tengah. Kata bekam sendiri
merupakan terjemahan dari kata hijamah dalam bahasa arab yang merupakan asal
kata dari al-hajmu yang berarti membekam. Menjadikan pemaknaan al hijamah
atau bekam diartikan sebagai peristiwa penghisapan darah dengan alat
menyerupai tabung, mengeluarkan darah dari permukaan kulit dengan
penyayatan.

Dengan melakukan penghisapan atau vakumisasi maka terbentuklah tekanan


negatif di dalam cawan/kop, sehingga terjadi drainase cairan tubuh berlebih
(darah kotor) yang diikuti toksin, menghilangkan perlengketan/adhesi jaringan
ikat dan akan mengalirkan darah “bersih” ke permukaan kulit dan jaringan otot
yang mengalami stagnasi serta merangsang sistem syaraf perifer. Berbekam
merupakan metode pengobatan klasik yang telah digunakan dalam mengobati
berbagai kelainan penyakit seperti hemophilia, hipertensi, gout, reumatik arthritis,
sciatica, back pain (sakit punggung), migraine, vertigo, anxietas (kecemasan) serta
penyakit umum lainnya baik bersifat fisik maupun mental.

Bekam dibedakan melalui 2 jenis, yakni :

* Bekam kering, proses bekam jenis ini dilakukan dengan menghisap permukaan
kulit dan memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam
kering diyakini untuk melegakan sakit secara darurat atau digunakan untuk
meringankan kenyerian urat-urat punggung karena sakit rheumatik juga penyakit-
penyakit penyebab kenyerian punggung. Acapkali bekam jenis ini diaplikasikan
kepada orang yang takut jarum suntik dan takut melihat darah. Kulit yang
dibekam akan tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari.

* Bekam basah pada proses terapi bekam jenis ini dilakukan setelah melakukan
bekam kering, dilanjuti dengan melukai permukaan kulit dengan jarum tajam
yang sudah sterilkan, lalu di sekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan hand
pump untuk mengeluarkan darah. Darah yang keluar diyakini sebagai darah
kotor. Lamanya setiap hisapan 3 sampai 5 menit, dan maksimal 9 menit,
Tergantung dari penyakitnya, dalam kasus tertentu memungkinkan proses bisa
lebih lama.
Darah Bekam

Para pelaku medis dikejutkan oleh pernyataan ilmuwan Damaskus, Muhammad Amîn
Syaikhû dalam artikel ilmiahnya yang luar biasa tentang terapi bekam dan rahasia umum
tentang mekanisme kesembuhan yang diperoleh dari praktik bekam terletak pada
dibersihkannya tubuh dari darah rusak yang menghambat berjalannya fungsi-fungsi dan
tugas-tugas tubuh secara sempurna, sehingga tubuh menjadi mangsa empuk bagi berbagai
penyakit.

Darah yang keluar melalui proses bekam dilihat dari hasil penelitian laboratorium
darah. Berdasarkan penelitian itu, terlihat hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa darah bekam mengandung sepersepuluh kadar sel darah putih (lekosit)
yang ada di dalam darah biasa. Hal tersebut terlihat dalam seluruh kasus yang
diteliti, tanpa ada pengecualian. Fakta ini menunjukkan bahwa terapi bekam tetap
melindungi dan sekaligus menguatkan unsur-unsur sistem kekebalan.

2. Adapun eritrosit (sel darah merah), semua sel darah merah memiliki bentuk
yang tidak normal, artinya sel-sel tersebut tidak mampu melakukan aktivitas,
disamping juga menghambat sel-sel lain yang masih muda dan aktif. Hal tersebut
mengindkasikan bahwasanya proses bekam membuang sel-sel darah merah yang
rusak dan darah yang tidak dibutuhkan lagi dengan tetap mempertahankan sel-sel
darah putih di dalam tubuh.

3. Kapasitas ikatan zat besi dalam darah bekam tinggi sekali (550-1.100), satu hal
yang menunjukkan bahwa bekam mempertahankan zat besi yang ada di dalam
tubuh tidak ikut keluar bersama darah yang dikeluarkan dengan bekam sebagai
awal penggunaan zat besi tersebut dalam pembentukan sel-sel muda yang baru.

Modern Terapi Bekam di Amerika dan Eropa

Akhir-akhir ini penelitian tentang metode bekam / cupping banyak dilakukan.


Penelitian meliputi mekanisme penyembuhan, cara kerja, serta manfaat kesehatan
dari bekam. Salah satu penelitian yang mengemuka ialah yang dilakukan oleh
Dr.Amir Muhammad Sholih. Beliau adalah Dosen Tamu di Universitas Chichago,
yang juga peraih penghargaan di Amerika bidang pengobatan natural serta bagian
dari anggota Organisasi Pengobatan Alternatif di Amerika.

Menurut beliau, pengobatan dengan bekam tengah dan telah dipelajari pada
kurikulum kedokteran di Amerika. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh fenomena
pengobatan bekam yang terbukti bermanfaat karena orang yang melakukan
pengobatan dengan bekam dirangsang pada titik saraf tubuh seperti halnya
pengobatan akupuntur.
Namun yang membedakan terapi bekam dengan terapi akupunktur ialah pada
terapi tusuk jarum reaksi yang dihasilkan hanyalah sebatas perangsangan,
sedangkan pada terapi bekam selain proses perangsangan, juga terjadi proses
pergerakan aliran darah.

Hal senada diungkapkan oleh Dr.Ahmad Abdus Sami, Kepala Divisi Hepatologi
Rumah Sakit Angkatan Darat Mesir. Beliau mengemukakan, “Riset juga
membuktikan, pembuangan sebagian darah seperti dalam terapi bekam terbukti
mampu memulihkan reaksi pengobatan menjadi lebih cepat sehingga bekam bisa
diterapkan sebakai terapi pendamping pengobatan medis.”

Hasil percobaan yang pernah dilakukan Dr. Amir pada pasien terinveksi virus
hepatitis C dan memiliki kadar besi cukup tinggi dalam darahnya. Setelah pasien
diterapi bekam dan diberi obat Interferon dan Riboviron memiliki reaksi positif
dan kekebalan meningkat. Padahal sebelum dibekam reaksi terhadap obat tersebut
hampir tidak bereaksi.

Walau demikian, masih sedikit sekali informasi yang dapat mendukung terapi
alternatif bekam dari aspek medis. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan dari terapi tersebut.

Tetap dianjurkan para pasien yang berminat untuk menjalani pengobatan bekam
untuk melakukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter. Karena disamping
pengobatan pada klinik yang menyediakan layanan terapi bekam mendapatkan
porsi kepercayaan masyarakat untuk menjadi bagian proses pengobatan penyakit,
terapi ini belum ada unsur pendukung yang mengakreditasif kelayakan
pengetahuan akademik kesehatan SDM yang melakukan terapi. Oleh karena itu,
diharapkan dimasa depan lebih banyak lagi penelitian yang meliputi terapi pengobatan
alternatif yang murah meriah ini ditengah kemelut krisis global yang melanda.

Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5419041 Kamis, 26 April 2012 Pk.


01.27 WIB.

BEKAM: PENELITIAN BEKAM DI INGGRIS, TERBUKTI..!! (Bg.3_selesai)

Posted 13 December, 2008 by dr.Abu Hana | ‫| أبو هـنـاَء ألفردان‬

Penelitian Pengaruh Terapi Bekam untuk Penanganan Nyeri Lutut


Anterior (Bagian Depan) dan potensi peranannya dalam Promosi
Kesehatan
Diterjemahkan oleh dr. Abu Hana
Untuk http://kaahil.wordpress.com

Dari artikel :

Kaleem Ullah, Ahmed Younis & Mohamed Wali: An investigation


into the effect of Cupping Therapy as a treatment for Anterior Knee Pain and its potential role in
Health Promotion.: The Internet Journal of Alternative Medicine. 2007; Volume 4, Number 1.

Kaleem Ullah, MSc Physiotherapy, University of East Anglia UK


Ahmed Younis, Principal Lecturer St Georges University of London UK
Mohamed Wali, St Georges University of London UK

Hasil

Rerata Respon

Sebanyak 26 orang relawan menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian. Empat relawan
drop out sebelum dimulai penelitian. Dua puluh dua relawan mulai mengikuti penelitian; lima
relawan yang tidak hadir dalam follow up seperti yang telah dijanjikan telah dikeluarkan dari
penelitian dan dua relawan tidak dapat hadir pada dua follow up yang terakhir sehingga
sisanya 15 relawan menyelesaikan penelitian secara komplit dan memberikan tingkat
partisipasi 57,69% ( n = 15). Konstitusi dari dua puluh dua relawan yang mengikuti
penelitian ini adalah sebagai berikut: laki-laki (n = 20; 90,90%), perempuan (n = 2; 9,10%).
Semua relawan telah berumur atas 18 tahun.

Perbedaan antara pergerakan pasif dan aktif, Skor sakit dan Kenyamanan sebelum
dan setelah Terapi Bekam

Tabel di bawah ini menunjukkan adanya peningkatan yang berarti baik aktif maupun pasif dari
pergerakan, sebagaimana adanya pengurangan rasa sakit dan peningkatan kenyamanan. Std. Deviasi
sebelum bekam untuk PROM (M ± SD) (142,64 ± 11,168), dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi
nya (151.67 ± 5.96). Begitu juga untuk AROM, Std. Deviasi sebelum bekam untuk AROM (134.14 ±
16.53) dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi nya (147.24 ± 7.04). Hal yang sama juga dapat
dilihat pada skor sakit dan kenyamanan. Std. Deviasi sebelum bekam untuk Sakit adalah (5.38 ± 2.8),
dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi nya (1.29 ± 2.02). Std. Deviasi sebelum bekam untuk
kenyamanan adalah (7,21 ± 1,65), dan tiga minggu setelah bekam St. Deviasinya adalah (8,29 ± 1,20).

Tabel 1: Menampilkan perbedaaan Pasif dan aktif pergerakan, skor sakit dan kenyamanan
sebelum dan setelah Terapi Bekam.

Signifikansi perbedaan skor subjek sebelum dan setelah bekam

Seperti yang dapat kita lihat pada tabel di atas terdapat perbedaan nyata dalam setiap hasil
skor pengukuran antara sebelum bekam dan tahap follow up. Pasangan sampel t-test
dilakukan untuk memastikan perbedaan signifikansi statistik antara skor sakit, rerata
pergerakan dan kenyamanan: segera setelah bekam, 1 minggu setelah bekam, 2 minggu
setelah bekam dan 3 minggu setelah bekam.

Tabel 2: Menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam skor subjek sebelum dan setelah
bekam

Tabel di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam statistik Passive
Ranger of Motion (PROM), Active Ranger of Motion(AROM), Skala Analog Sakit Visual
dan Skala Analog Kenyamanan Visual sebelum dan setelah Terapi Bekam; p = 0,05 pada
semua hasil pengukuran.

Diskusi

Efek dari Terapi Bekam pada rerata pergerakan dan tingkat pengurangan rasa sakit
(Tabel 1 dan 2)

Tingkat rasa sakit yang dirasakan oleh subyek penelitian setelah bekam adalah jauh lebih
rendah dibandingkan dengan sebelum dibekam. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 yang
menunjukkan perbedaan antara rerata pergerakan pasif dan aktif (ROM), Skor Sakit dan
Kenyamanan sebelum dan setelah Terapi Bekam.

Tampak bahwa skor sakit memiliki perubahan yang sama dengan range skor pergerakan.
Rata-rata skor sakit menurun dari 5,14 ke 1,26 setelah minggu ketiga. Terjadi penurunan yang
cukup besar pada tingkatan persepsi rasa sakit dan pada pasangan sampel t-test ditemukan
adanya perbedaan nilai yang signifikan secara statistik segera setelah bekam, 1 minggu dan 2
minggu dan juga 3 minggu setelah bekam (p <0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
intervensi terhadap nyeri lutut anterior (dengan bekam) dapat mengakibatkan penurunan
tingkatan persepsi rasa sakit yang signifikan yang dirasakan oleh individu (Clark et al, 2000).
Juga jelas terlihat bahwa tingkatan rasa sakit maksimum yang dirasakan oleh individu
berkurang sebesar 50% (dari 10/10 menjadi 5/10) di akhir penelitian. Hasil tersebut sangatlah
penting mengingat Terapi Bekam telah lama dianjurkan sebagai terapi yang efektif untuk
mengobati nyeri (Cassileth, 2004 dan Hennawy 2004). Hasil yang diperoleh dari penelitian
ini melengkapi saran yang dibuat oleh banyak praktisi bekam di seluruh dunia.

Tampak bahwa range pergerakan aktif maupun pasif meningkat cukup baik setelah bekam.
The mean AROM pre cupping was 134.14degrees with the minimum ROM being 95degress.
Rerata AROM sebelum bekam adalah 134.14 derajat dengan ROM minimum 95 derajat.
Nilai rerata nya telah meningkat menjadi 143 derajat pada 1 minggu setelah bekam dan skor
minimum telah meningkat menjadi 124 derajat. Pada minggu ketiga, nilai rerata telah
meningkat menjadi 147.24 derajat dan skor minimum telah meningkat menjadi 128 derajat.
Setelah pengujian dengan pasangan sampel t-test ditemukan adanya perbedaan skor yang
signifikan secara statistik beberapa saat setelah bekam, serta 1, 2 dan 3 minggu setelah bekam
(p <0,05). Begitu juga perbedaan yang signifikan secara statistik terlihat pada PROM. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa terapi bekam secara signifikan mampu meningkatkan range
pergerakan sendi lutut baik aktif maupun pasif.

Adanya penurunan skor sakit tersebut dapat dikaitkan dengan alasan yang rasional yakni bekam
dapat menyebabkan pengeluaran zat seperti morfin (Endorfin), Serotonin atau Kortisol yang pada
akhirnya dapat membantu menghilangkan sakit dan memperbaiki status fisiologis seseorang(Schulte,
1996). Akupressure dan Akupunktur dalam faktanya telah digunakan dan terbukti berguna untuk
meredakan nyeri dan penanganan addiksi/ketagihan(Schulte, 1996; Hinze, 1988; Cadwell, 1998).
Pada tingkat biologis, seperti halnya Akupressure dan Akupunktur, Terapi Bekam bekerja dengan cara
merangsang atau mengaktifkan (1) sistem kekebalan tubuh; (2) Pengeluaran Enkefalin; (3) Pelepasan
neurotransmitter (4) Penyempitan dan pelebaran pembuluh darah serta (5) Gerbang rasa nyeri pada
Sistim Syaraf Pusat (CNS) yang berfungsi mengartikan sensari rasa nyeri (NIH Consensus
Development Panel, 1998; Schulte, 1996). Akhirnya, diyakini bahwa perangsangan pada titik
Akupuntur dapat mengakibatkan Gerbang nyeri menjadi kewalahan dengan cara meningkatkan
frekuensi impulse, sehingga akhirnya menutup gerbang dan dapat meredakan nyeri(Oumeish, 1998;
Cadwell, 1998).

Pengaruh Terapi Bekam terhadap Kenyamanan (Tabel 1 dan 2)

Adalah tidak mungkin untuk mengukur pengaruh intervensi seperti Terapi Bekam secara
kwantitas terhadap kehidupan seseorang dengan sebenar-benarnya. Pendekatan secara
kualitatif untuk mengetahui pengaruh terapi dari perspektif pasien mungkin merupakan
interpretasi yang lebih akurat daripada pengaruh umum. Namun demikian skala analog
serupa dengan VAS Sakit yang digunakan untuk mengukur secara kwantitas pengaruh terapi
bekam terhadap kenyamanan seseorang. Rerata skor kenyamanan VAS telah meningkat dari
7,21 ke 8,23; secara keseluruhan peningkatannya lebih dari 1. Peningkatan skor kenyamanan
stabil sepanjang penelitian, hal tersebut mencerminkan keyakinan bahwa Terapi Bekam
memiliki dampak positif pada kenyamanan. Temuan ini didukung oleh uji pasangan sampel t-
test (p = = 0,05). Hennawy (2004) juga mendukung hal tersebut.

Oleh karena itu sangatlah wajar untuk menetapkan bahwa adanya manfaat biologis terapi
bekam bersama dengan factor psikologis dalam memberikan kesehatan fisik dan kenyamanan
psikologis.

Kesimpulan

Penelitian ini bukan ditujukan untuk suatu bagian penyelidikan semata tapi untuk
melaksanakan perubahan dalam praktek kesehatan. Lebih dari itu tujuan penelitian ini adalah
untuk menyelidiki dan juga meningkatkan kesadaran mengenai penanganan dengan terapi
bekam dan mendapatkan hal-hal penting yang berkaitan dengan hal tersebut. Keampuhan dari
penggunaan bekam untuk nyeri lutut anterior, Range Gerakan dan kenyamanan telah
mengungkapkan hasil penelitian yang memiliki perbedaan signifikan secara statistik dalam
mendukung Terapi Bekam. Diharapkan juga bahwa sebagai sebuah tindakan, Terapi Bekam
perlu diatur dan dilakukan pencatatan oleh para praktisi yang mengembangkannya. Penelitian
jangka panjang lanjutan yang berkaitan dengan efek Terapi Bekam harus dilakukan untuk
masalah musculoskeletal (otot dan tulang) yang lain.

Lampiran

Lampiran 1

Lampiran 2: Paket Penilaian

Diterjemahkan oleh dr. Abu Hana Untuk http://kaahil.wordpress.com

Referensi
Al Dairani et al,. [n/a] 2001 and 2003 avialable at www.thingsnotsaid.org – accessed June
2005
Al-Jawzeyah I. Q. (10 th century) Medicine of the Prophet. Darussalam International
Publications.
Al-Rawi and Nessan AH (1997) Joint hypermobility in patients with chondromalacia
patellae.;Br J Rheumatol 1997 Dec;36(12):1324-7
Al-Rub A (1999) Healing with the Medicine of the Prophet. Darussalam International
Publishers and Distributors.
As-Sawi A, J, M (1992) Proposed Medical research Projects derived from the Qur’an and
Sunnah. Hay’at al-I’jaz al-Ilmi. Makkah Al-mukarramah, Saudi Arabia
Ballegaard, S., Norrelund, S. & Smith, D. F., 1996. Cost-benefit of combined use of
acupuncture, Shiatsu and lifestyle adjustment for treatment of patients with severe angina
pectoris. Acupuncture & Electro-Therapeutics Research. 21(3-4): 187-197
Cadwell, V., 1998. A primer on acupuncture. Journal Emergency Nursing. 24(6): 514-517
Chen A., 1993. Effective acupuncture therapy for stroke and cerebrovascular disease, part I.
In: Gosman-Hedstrom, G.; Glaesson, L.; Klingenstierna, U.; Carlsson, J.; Olausson, B.;
Frizell, M.; Fagerberg, B. & Blomstrand, C., 1998. Effects of acupuncture treatment on daily
life activities and quality of life: a controlled, prospective, and randomized study of acute
stroke patients. Stroke: A Journal of Cerebral Circulation. 29(10): 2100-2108
Chirali, I. Z (1999) Traditional Chinese Medicine Cupping Therapy, 6th Edition. Churchill
Livingstone.
Clark D, I (2000), N Downing, J Mitchell, L Coulson, E P Syzpryt, M Doherty.
Physiotherapy for anterior knee pain: a randomised controlled trial Ann Rheum Dis
2000;59:700-704
Commission for Racial Equality (1999) Ethnic minorities in Britain (WWW). Available at
http://www.cre.gov.uk/pdfs/em_fs.pdf (accessed 17 January 2003)
Crespo, C.J., Smit, E., Andersen, R.E., Carter-Pokras, O. and Ainsworth, B.E. (2000)
Race/ethnicity, social class and their relation to physical activity during leisure time: results
from the Third National Health and Nutrition Examination Survey. American Journal of
Preventive Medicine 18(1), 46-53
Curtis N, J (2005), Management of Urinary tract Infections: historical perspective and current
strategies: Part 1-before antibiotics. Journal of Urology. 173(1):21-26, January 2005.
Davis, C. M., 1997. Complementary Therapies in Rehabilitation. Holistic Approaches for
Prevention and Wellness. SLACK Inc., Thorofare, New Jersey, USA
Department of Health (2001) National Service Framework for Older People. London, The
Stationary Office
Duckworth, M. (1999) Outcome selection and typology. Physiotherapy 85(1), 21-27
Ernst, E. & White, A. R., 2000. Acupuncture may be associated with serious adverse events.
British Medical Journal. 320(7233): 513
Fairbank 1984) cited by D.P. Johnson 2005 Anatomy, Diagnosis Mechcanics and
Management of Anterior Knee Pain (available from
http://www.orthopaedics.co.uk/boc/v2rinfo10.htm – accessed July 2005
Falkenstrom, M. K., 1998. Pain management of the patient with cancer in the homecare
setting. Journal of Intravenous Nursing. 21(6): 327-334
Felhendler, D. & Lisander, B., 1996. Pressure on acupoints decrease postoperative pain.
Clinical Journal of Pain. 12(4): 326-329
Fessele, K. S., 1996. Managing the multiple causes of nausea and vomiting in the patient with
cancer. Oncology Nursing Forum. 23(9): 1409-1415
Freeman, J.A. (2002) Assessment, outcome measurement and goal setting in physiotherapy
practice. In Edwards, S. (ed) Neurological Physiotherapy (2 nd edition). Churchill
Livingstone, London
Hargreaves, S. (2000) Burden of ageing population may be greater than anticipated. The
Lancet 355, 2146
Hennawy M (2004). Cupping therapy and Infertility. Available at:
http://www.obgyn.net/english/pubs/features/presentations/hennawy15/280,1 Cupping
Therapy and Infertility. Accessed December 2004.
Hinze, M. L. M., 1988. The effects of therapeutic touch and acupressure on experimentally
induced pain [thesis (Ph.D.)--University of Texas at Austin] Ann Arbor, Mich., U.M.I.,
America
Jadad, A. R. & Browman, G. P., 1995. The WHO analgesic ladder for cancer pain
management: stepping up the quality of its evaluation. The Journal of the American Medical
Association. 274(23): 1870-1873.
Jin, Y.; Wu, L. & Xia, Y., 1996. Clinical study on painless labor under drugs combined with
acupuncture analgesia. Chen Tzu Yen Chiu Acupuncture Research. 21(3): 9-17
King, C., Castro, C., Wilcox, S., Eyler, A.A., Sallis, J.F. and Brownson, R.C. (2000) Personal
and environmental factors associated with physical inactivity among different racial-ethnic
groups of U.S middle-aged and older-adult women. Health Psychology 19(4), 354-364
Lee, T. A (2001) Chinese Way Of Easing Pain – Acupressure. Pain, Symptom Control and
Palliative Care 1:1
Levangie, P. K and Norkin, C.C (2001) Joint Structure and Function. A Comprehensive
Analysis, 3 rd Edition
Longsdale, I. (2005) Manager of The Spa at County Hotel, London. Discussion re. ‘the use of
cupping therapy in Eastern Europe’
Michalsen A, Klotz S, Ludtke R, Moebus S, Spahn G, Dobos GJ (2003) . Effectiveness of
leech therapy in osteoarthritis of the knee: a randomized, controlled trial. Ann Intern Med.
2003 Nov 4;139(9):724-30
Munro, J., Brazier, J., Davey, R. and Nicholl, J. (1997) Physical activity for the over-65′s –
could it be a cost-effective exercise for the NHS? Journal of Public Health Medicine 19(4),
397-402
NIH Consensus Development Panel on Acupuncture, 1998. Acupuncture (NIH consensus
conference). Journal of the American Medical Assoication. 280(17): 1518-1542
Oumeish, O. Y., 1998. The philosophical, cultural, and historical aspects of complementary,
alternative, unconventional, and integrative medicine in the old world. Archives of
Dermatology. 134(11): 1373-1386
Pettinger, N. (1998) Age Old Myths. Health Service Journal 108, 24-25
Schulte, E., 1996. Complementary therapies: Acupuncture: Where East meets West. Research
Nursing. 59(10): 55-57
Unschuld P, Medicine in China: A History of Ideas, 1985 University of California Press,
Berkeley, CA
Vickers, A. & Zollman, C., 1999. ABC of complementary medicine: Acupuncture (Clinical
Review). British Medical Journal. 319(7215): 973-976
Baca juga :
 BEKAM : Closer look
 Terapi Bekam, Sembuhkan Berbagai Penyakit

 BEKAM : The good and the bad things about ‘bekam’

 BEKAM : HASIL LABORATORIUM PASIEN-PASIEN YANG DIOBATI DENGAN METODE


HIJAMAH (CUPPING THERAPY)

 BEKAM: PENELITIAN BEKAM DI INGGRIS, TERBUKTI..!! (Bg.1 dari 3)

 BEKAM: PENELITIAN BEKAM DI INGGRIS, TERBUKTI..!! (Bg.2 dari 3)


BEKAM : Selamat Tinggal MIGREN…!!!

 BEKAM : Ampuh Mengobati Kaki Lumpuh dan Asam Urat

 BEKAM (Hijamah): Tanya Jawab Bersama dr.Abu Hana (Bag.1)

 APAKAH ANDA PERNAH DIBEKAM ?

Sumber : http://kaahil.wordpress.com/2008/12/13/bekam-penelitian-bekam-di-
inggristerbukti-bg3_selesai/ Kamis, 26 April 2012 Pk. 01.30 WIB.

Nov 2, '10
(jurnal ilmiah bekam) Penelitian Pengaruh Terapi Bekam untuk Penanganan Nyeri 9:04 AM
Lutut Anterior (Bagian Depan) dan potensi peranannya dalam Promosi Kesehatan untuk
semuanya
Pene
litian Pengaruh Terapi Bekam untuk Penanganan Nyeri Lutut Anterior (Bagian Depan)
dan potensi peranannya dalam Promosi Kesehatan

Diterjemahkan oleh dr. Abu Hana

Untuk http://kaahil.wordpress.com
Dari artikel :
Kaleem Ullah, Ahmed Younis & Mohamed Wali: An investigation into the effect of Cupping Therapy
as a treatment for Anterior Knee Pain and its potential role in Health Promotion.: The Internet
Journal of Alternative Medicine. 2007; Volume 4, Number 1.

Abstrak
Objektif: Untuk mengetahui pengaruh Terapi Bekam dalam tingkatan patofisiologis pada penanganan
Nyeri lutut anterior (bagian depan) dan dampaknya terhadap kualitas hidup serta kenyamanan.
Metode: Survei Eksperimen menggunakan percobaan klinis dan kuesioner. Follow up dilakukan
selama 3 minggu untuk mengetahui pengaruh jangka panjang efek terapi dengan menggunakan
penilaian obyektif maupun subyektif. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengetahui berapa
banyak variabel independen menyebabkan peserta penelitian mengalami perubahan (Dane, 1990).
Hasil: Terdapat perbedaan statistik yang signifikan dalam tingkat rasa sakit, kenyamanan dan rerata
pergerakan pada pasien dengan nyeri lutut anterior antara sebelum dan setelah bekam (P <0,05).
Kesimpulan: Telah dilakukan penelitian mengenai keampuhan/Efikasi Terapi bekam untuk
penanganan nyeri lutut anterior serta kenyamanan dan pergerakannya, hasil penelitian menunjukkan
adanya perbaikan pada peserta penelitian sebagai akibat dari Terapi Bekam. Dianjurkan untuk
dilakukan studi lebih lanjut dengan menggunakan sample penelitian yang lebih besar dan waktu yang
lebih lama.

Pendahuluan
Cupping (bekam) merupakan metode pengobatan klasik yang telah digunakan dalam perawatan dan
pengobatan berbagai masalah kesehatan diantaranya : Penyakit darah seperti hemofili dan
hipertensi, Penyakit reumatik mulai dari artritis, sciatica/nyeri panggul, sakit punggung, migren,
gelisah/anxietas dan masalah fisik umum maupun mental. Tujuan bekam adalah untuk membuang
darah dari dalam tubuh yang diyakini dapat merusak tubuh dan pada gilirannya berpotensi
merugikan mulai dari gejala biasa sampai yang mengarah pada menurunnya derajat kesehatan.

Sejarah dan asal mula Terapi Bekam


Secara tradisional, Terapi bekam telah dipraktekkan oleh banyak budaya dalam satu bentuk atau
lainnya. Di Inggris praktek Terapi bekam juga telah tercatat dalam kurun waktu yang lama dengan
salah satu jurnal kesehatan ‘ The Lancet ‘ yang diberi nama setelah adanya praktek ini. Lanset
merupakan salahsatu peralatan bedah tradisional yang digunakan untuk membuang kelebihan darah
yakni venaseksi dan digunakan untuk membedah Abses/bisul. Kata dalam bahasa Arab untuk Terapi
Bekam adalah Al-Hijamah yang berarti untuk mengurangi ukuran yakni untuk mengembalikan tubuh
pada kondisi alamiah.
Praktek Al-Hijamah telah menjadi bagian dari budaya Timur Tengah selama ribuan tahun
sebagaimana telah ada pada catatan di zaman Hipokrates (400 SM). Di belahan barat, yang pertama
melakukan Terapi Bekam adalah orang-orang Mesir kuno, dan yang tertua terekam dalam Textbook
berjudul “ Ebers Papyrus” yang ditulis sekitar tahun 1550 SM di negeri Mesir menyebutkan masalah
bekam (Curtis, 2005). Terapi bekam secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori: Bekam kering
(Dry Cupping) dan Bekam basah(Wet Cupping). Terapi bekam kering cenderung lebih banyak
dipraktekkan di wilayah Timur Jauh, sedangkan Bekam basah menjadi favorit di wilayahTimur Tengah
dan Eropa Timur. Untuk tujuan penelitian ini dilakukan penyelidikan Terapi bekam basah yang
kemudian disebut sebagai Terapi Bekam.

Penggunaan Terkini Terapi Bekam


Pengobatan Komplementer dan Alternatif (CAM= Complementary and Alternative Medicine) akhir-
akhir ini menjadi lebih populer di masyarakat dan mendapatkan kredibilitas dalam dunia Biomedis
kesehatan (Hill, 2003). Survei menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari penduduk Inggris (Ernst,
1996) dan sedikit lebih tinggi di Amerika Serikat (Wootton dan Sparber, 2001) menggunakan CAM.
Selain itu, mainstream dunia kesehatan yang meminta bukti lebih lanjut untuk CAM semakin tertarik
pada beberapa bentuk CAM (Hoffman, 2001).

Khasiat Medis dari Terapi Bekam


Menurut Hennawy (2004), Terapi Bekam diindikasikan untuk penanganan gangguan darah,
mengobati nyeri, inflamasi/peradangan, relaksasi fisik dan mental, varises pada pembuluh darah
vena dan masase jaringan dalam serta memberikan hingga 50% peningkatan pada tingkat kesuburan.
Prinsip-prinsip Akupunktur dan Akupressure sangatlah mirip dengan Terapi Bekam basah, hanya saja
pada bekam basah melibatkan pengeluaran darah sedangkan pada Akupunktur dan Akupressure
menggunakan isapan dan stimulasi pada titik-titik tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Pengeluaran darah (Blood letting) itu sebenarnya merupakan salahsatu di antara teknik Akupunktur
tertua (Dharmananda, 2004). Diperkirakan bahwa Akupunktur awalnya merupakan metode
penusukan bisul dari kulit, kemudian dikembangkan untuk mengeluarkan “darah kotor” yang
umumnya disertai cedera atau demam dan pada akhirnya dapat mengeluarkan roh jahat dan
atmosfir Qi yang jelek (terutama “angin”) keluar dari dalam tubuh(Unschuld, 1985).
Fokus perhatian kembali pada penelitian tradisi pengobatan Cina dimana penemuan Akupressure
dan Akupunktur dalam meredakan nyeri telah membuktikan bahwa dengan metode tersebut dapat
melepaskan zat seperti morfin (Endorfin), Serotonin atau Kortisol yang pada akhirnya dapat
meredakan nyeri dan membantu memperbaiki status fisiologis individu (Schulte, 1996). Akupressure
dan Akupunktur dalam faktanya telah digunakan dan terbukti berguna untuk meredakan nyeri dan
penanganan addiksi/ketagihan(Schulte, 1996; Hinze, 1988; Cadwell, 1998). Pada tingkat biologis;
Akupressure dan Akupunktur bekerja dengan cara merangsang atau mengaktifkan (1) sistem
kekebalan tubuh; (2) Pengeluaran Enkefalin; (3) Pelepasan neurotransmitter (4) Penyempitan dan
pelebaran pembuluh darah serta (5) Gerbang rasa nyeri pada Sistim Syaraf Pusat (CNS) yang
berfungsi mengartikan sensari rasa nyeri (NIH Consensus Development Panel, 1998; Schulte, 1996).
Akhirnya, diyakini bahwa perangsangan pada titik Akupuntur dapat mengakibatkan Gerbang nyeri
menjadi kewalahan dengan cara meningkatkan frekuensi impulse, sehingga akhirnya menutup
gerbang dan dapat meredakan nyeri(Oumeish, 1998; Cadwell, 1998).
Menurut Institut Kesehatan Nasional (NIH) Consensus Development Panel (1997), Akupunktur juga
efektif menangani mual dan muntah akibat kemoterapi, mual pada kehamilan, sakit gigi, adjunct
therapy, kasus addiksi, rehabilitasi stroke, sakit kepala, kram haid, tennis elbow, fibromyalgia, nyeri
punggung bawah(LBP), carpal tunnel syndrome, asma dan sebagainya (Lee, 2001). Mengingat relatif
rendahnya biaya CAM pada umumnya sehingga integrasi antara terapi dalam mainstream kesehatan
publik tidak diragukan lagi akan dapat meringankan beban keuangan dan waktu pada sistem sistem
kesehatan kita ini.
Sebagaimana bekam juga ditujukan sebagai terapi yang efektif untuk penanganan nyeri dan memiliki
kesamaan dengan teori Akupunktur dan Akupressure, sehingga sangatlah mungkin Terapi Bekam
memiliki aksi mekanisme biologis yang sama pula seperti disebutkan diatas dalam hal meredakan
nyeri.

Nyeri Lutut Anterior dan Terapi Bekam


Sebagaimana diketahui bahwa cedera lutut merupakan cedera serius yang paling sering terjadi
selama kegiatan olahraga (Johnson, 2005). Potensi Terapi Bekam untuk penanganan nyeri lutut
anterior dan dihubungkan dengan tingkat morbiditas terkait haruslah dilakukan penelitian,
dikarenakan seperti yang disebutkan sebelumnya memiliki implikasi dalam cost dan kesehatan yang
memang menjanjikan. Diharapkan bahwa Terapi Bekam disarankan secara medis dan fisioterapi
untuk penanganan Nyeri lutut anterior akan bekerja dengan baik sebagaimana penelitian yang
menunjukkan bahwa penanganan konvensional untuk Nyeri Lutut Anterior (AKP) efektif dalam
mengurangi tingkat keparahan AKP dan juga memiliki manfaat pada kenyamanan individu(Clark dkk.,
2000).

Terapi Bekam dan etnis penduduk minoritas


Populasi penduduk Inggris sangatlah beragam; jumlah orang yang diklasifikasikan sebagai etnis
minoritas mengalami peningkatan, (Commission for Racial Equality 1999). Hal ini juga menunjukan
bahwa penggunaan layanan kesehatan oleh penduduk etnis tidak proporsional dengan yang untuk
penduduk Kaukasia di Inggris (Crespo dkk., 2000) dan juga inaktivitas fisik lebih banyak di kalangan
etnis minoritas dibandingkan Kaukasia, (King et al 2000). Oleh karena itu tindakan seperti Terapi
Bekam dapat membantu mengisi gap itu sama halnya Akupunktur dengan masyarakat Timur Jauh.

Kontra-indikasi dan Kehati-hatian Terapi


Terapi Bekam tidak memiliki efek samping yang berarti, hanya berupa ketidaknyamanan minimal
akibat sedikit intervensi pada kulit pasien. Dalam kasus di mana pasien memiliki ambang batas nyeri
yang rendah, dapat diberikan pembiusan lokal. Begitu juga efek samping ringan lainnya yang
mungkin terjadi adalah rasa sedikit berkunang-kunang setelah Terapi Bekam, sekali lagi ini adalah
mirip seperti setelah pengambilan darah oleh dokter, pada saat bekam darah terdorong mengalir ke
daerah yang dibekam (hiperemis ), beberapa kadang merasa hangat dan lebih panas sebagai akibat
dari pelebaran pembuluh darah/vasodilatasi dan sedikit berkeringat mungkin terjadi. Sekali lagi ini
dapat dijelaskan secara ilmiah dan rasional, tidak ada alasan yang memicu kekhawatiran.
Wanita hamil atau sedang menstruasi, pasien kanker (metastasis) dan pasien dengan patah tulang
atau spasme otot dikontraindikasikan untuk penelitian ini. Demikian juga, Terapi Bekam tidak dapat
diterapkan di daerah DVT, di mana terdapat ulkus, arteri atau tempat di mana denyutan pembuluh
darah dapat dirasakan (Chirali, 1999).

Tujuan penelitian
* Mengevaluasi pengaruh Terapi Bekam pada Nyeri Lutut Anterior (AKP), Rentang pergerakannya dan
dampak terhadap kualitas hidup dan kenyamanan.

Pengujian hipotesa
* Terapi Bekam tidak berpengaruh pada persepsi nyeri lutut, Rentang pergerakan dan kenyamanan.

Metodologi dan desain penelitian


Metode penelitian ini adalah suatu survey eksperimental dengan menggunakan metodologi
percobaan klinis dan kuesioner. Follow up dilakukan selama 3 minggu untuk mengetahui pengaruh
jangka panjang efek terapi dengan menggunakan penilaian obyektif maupun subyektif. Pengukuran
Subyek penelitian diambil sebelum dan sesudah tes.
Penelitian ini dirancang setelah dilakukan tinjauan pustaka yang intensif, diskusi dengan praktisi
bekam, pengamatan teknik aplikasi di lapangan, dan diskusi serta komunikasi dengan para praktisi
dan pusat-pusat yang terlibat dalam praktek bekam (terutama di Timur Tengah). Setelah itu,
prosedur untuk aplikasi bekam pada penelitian ini ditentukan(lihat prosedur aplikasi bekam).
Lembar penilaian (lihat Lampiran 1) dirancang untuk memasukkan data informasi pasien, riwayat
medis terdahulu dan sekarang, pengukuran tanda-tanda vital (detak nadi, tekanan darah dan saturasi
O2 hanya untuk tujuan monitoring). Semua pengukuran dan pertanyaan dilakukan oleh peneliti yang
sama sebelum dan setelah bekam untuk meningkatkan validitas dan kehandalan (reliabilitas).
Outcome pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Analog Sakit Visual (Pain
VAS), Skala Analog Kenyamanan Visual (Well Being VAS) dan Rerata Pergerakan sendi, baik Rerata
Pergerakan Aktif (AROM) dan Rerata Pergerakan Pasif (PROM). Variabel independen dalam penelitian
ini adalah Terapi Bekam, dimana semua peserta penelitian mendapatkannya. Variabel Independen
yang diukur adalah Skala Sakit dan Kenyamanan VAS serta Rerata Pergerakan lutut baik yang aktif
maupun pasif. Peserta juga ditanya mengenai pendapat mereka tentang bekam, kesehatan umum
serta kualitas hidup melalui kuesioner. Kuesioner dirancang secara hati-hati dengan
mengintegrasikan serangkaian pendekatan kualitatif generik seperti kuesioner Kualitas Hidup World
Health Organization (WHOQOL-100), EuroQol-5D (EQ-5D) dan the 15D Health Related Quality of Life
(15D); dengan tujuan untuk memperoleh kuesioner yang khusus untuk Terapi Bekam. Sebelum
dilakukan penelitian utama, kuesioner telah berhasil diuji dalam dua pilot studi.

Populasi dan sampel penelitian


Target populasi untuk penelitian ini adalah masyarakat umum dominan di wilayah London dan yang
saat ini tidak memiliki afiliasi terhadap model bentuk tehnik kesehatan apapun. Subyek penelitian
direkrut dengan memanfaatkan berbagai teknik periklanan termasuk iklan di sebuah stasiun radio
nasional (Spektrum Radio AM 558), sistem email universitas, dan acara TV dokumenter kesehatan di
saluran satelit ANN(Arab News Network).
Kriteria inklusif :
· Subyek dengan masalah lutut dan berusia antara 20-80 tahun.
· Subyek yang sebelumnya tidak pernah dibekam di lutut atau di bagian tubuh lainnya selama enam
bulan sebelum penelitian ini.
Kriteria eksklusif (pengecualian):
· Bayi
· Subyek yang menderita masalah jantung serius atau penyakit yang menyebabkan individu rentan
mengalami pendarahan.
· Ibu hamil
· Pasien Kanker
· Subyek dengan fraktur/patah tulang atau spasme otot di daerah lutut.

Instrumentasi
Menggunakan peralatan dasar untuk terapi bekam termasuk sedotan pompa tangan, kop plastik
ukuran yang sama dan peralatan antiseptik.

Etika pertimbangan penelitian


Peserta penelitian diberi lembar informasi yang menjelaskan secara detail prosedur penelitian,
pemahaman subjek terhadap penelitian dipertimbangkan dan formulir izin/kesediaan untuk ikut
penelitian diberikan sebelum penelitian dimulai. Subyek diizinkan kapanpun juga untuk menarik diri
dari penelitian, atau ingin melanjutkan penelitian dan mendapatkan penjelasan/keterangan lanjut
juga diperbolehkan untuk melakukannya. Persetujuan Etika diminta dari Komite Penelitian Kings
College.

Prosedur penelitian
Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:
Sebelum aplikasi terapi dimulai, kami memastikan bahwa:

 Subyek telah memenuhi prasyarat bekam (criteria inklusif).


 Kontra-indikasi telah dieliminasi

 Peralatan tersebut telah steril

 Subyek diingatkan dan dipahamkan kembali mengenai efek samping ringan yang akan
muncul

 Tekanan darah, detak nadi dan saturasi O2 diukur dalam posisi duduk, kemudian subyek
ditanya untuk mengidentifikasi tingkat rasa nyeri mereka menggunakan skala analog visual
dalam bahasa Inggris (dan juga disediakan dalam terjemahan bahasa Arab, lihat Lampiran
1) . Tanda-tanda vital yang diambil digunakan hanya untuk memantau kondisi subjek secara
umum.

 Pengamatan lutut dilakukan untuk mengetahui setiap abnormalitas, kemudian rerata


pergerakan lutut diukur pada posisi terlentang oleh peneliti yang sama.

 Subyek diwawancarai oleh peneliti yang sama.


 Bekam dilakukan di lutut (sebelah lateral dari tendon otot quadriceps) menggunakan pisau
bedah agar steril dan dapat mengontrol kedalaman dan lebar sayatan. Gelas kop digunakan
pada daerah perlakuan dan darah dengan hati-hati dibuang sebanyak tiga kali. Daerah yang
telah dibekam kemudian dikelola sesuai dengan prosedur dasar manajemen luka (yaitu
antiseptik dan perban).

 Semua pengukuran (tekanan darah, detak nadi dan saturasi O2, termasuk rerata pergerakan
lutut serta skala sakit dan kenyamanan) diulang oleh peneliti yang sama segera setelah
bekam dan kemudian satu, dua dan tiga minggu setelah bekam.

Analisis data
Data tersebut dianalisis menggunakan analisis deskriptif dalam bentuk minimum, maksimum, rerata,
dan Standar Deviasi (SD). Uji pasangan sampel t-test digunakan untuk menentukan perbedaan
diantara subyek penelitian sebelum dan setelah bekam.
Tingkat signifikansi penelitian ini ditetapkan pada 5%. Semua analisis data menggunakan Statistical
Package for Social Sciences (SPSS) v.12 untuk Windows.
Nyeri Lutut Anterior dan Terapi Bekam
Sebagaimana diketahui bahwa cedera lutut merupakan cedera serius yang paling sering terjadi
selama kegiatan olahraga (Johnson, 2005). Potensi Terapi Bekam untuk penanganan nyeri lutut
anterior dan dihubungkan dengan tingkat morbiditas terkait haruslah dilakukan penelitian,
dikarenakan seperti yang disebutkan sebelumnya memiliki implikasi dalam cost dan kesehatan yang
memang menjanjikan. Diharapkan bahwa Terapi Bekam disarankan secara medis dan fisioterapi
untuk penanganan Nyeri lutut anterior akan bekerja dengan baik sebagaimana penelitian yang
menunjukkan bahwa penanganan konvensional untuk Nyeri Lutut Anterior (AKP) efektif dalam
mengurangi tingkat keparahan AKP dan juga memiliki manfaat pada kenyamanan individu(Clark dkk.,
2000).
Terapi Bekam dan etnis penduduk minoritas
Populasi penduduk Inggris sangatlah beragam; jumlah orang yang diklasifikasikan sebagai etnis
minoritas mengalami peningkatan, (Commission for Racial Equality 1999). Hal ini juga menunjukan
bahwa penggunaan layanan kesehatan oleh penduduk etnis tidak proporsional dengan yang untuk
penduduk Kaukasia di Inggris (Crespo dkk., 2000) dan juga inaktivitas fisik lebih banyak di kalangan
etnis minoritas dibandingkan Kaukasia, (King et al 2000). Oleh karena itu tindakan seperti Terapi
Bekam dapat membantu mengisi gap itu sama halnya Akupunktur dengan masyarakat Timur Jauh.

Hasil
Rerata Respon
Sebanyak 26 orang relawan menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian. Empat relawan drop out
sebelum dimulai penelitian. Dua puluh dua relawan mulai mengikuti penelitian; lima relawan yang
tidak hadir dalam follow up seperti yang telah dijanjikan telah dikeluarkan dari penelitian dan dua
relawan tidak dapat hadir pada dua follow up yang terakhir sehingga sisanya 15 relawan
menyelesaikan penelitian secara komplit dan memberikan tingkat partisipasi 57,69% ( n = 15).
Konstitusi dari dua puluh dua relawan yang mengikuti penelitian ini adalah sebagai berikut: laki-laki
(n = 20; 90,90%), perempuan (n = 2; 9,10%). Semua relawan telah berumur atas 18 tahun.
Perbedaan antara pergerakan pasif dan aktif, Skor sakit dan Kenyamanan sebelum dan setelah Terapi
Bekam
Tabel di bawah ini menunjukkan adanya peningkatan yang berarti baik aktif maupun pasif dari
pergerakan, sebagaimana adanya pengurangan rasa sakit dan peningkatan kenyamanan. Std. Deviasi
sebelum bekam untuk PROM (M ± SD) (142,64 ± 11,168), dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi
nya (151.67 ± 5.96). Begitu juga untuk AROM, Std. Deviasi sebelum bekam untuk AROM (134.14 ±
16.53) dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi nya (147.24 ± 7.04). Hal yang sama juga dapat
dilihat pada skor sakit dan kenyamanan. Std. Deviasi sebelum bekam untuk Sakit adalah (5.38 ± 2.8),
dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi nya (1.29 ± 2.02). Std. Deviasi sebelum bekam untuk
kenyamanan adalah (7,21 ± 1,65), dan tiga minggu setelah bekam St. Deviasinya adalah (8,29 ± 1,20).
Tabel 1: Menampilkan perbedaaan Pasif dan aktif pergerakan, skor sakit dan kenyamanan
sebelum dan setelah Terapi Bekam.
Signifikansi perbedaan skor subjek sebelum dan setelah bekam
Seperti yang dapat kita lihat pada tabel di atas terdapat perbedaan nyata dalam setiap hasil skor
pengukuran antara sebelum bekam dan tahap follow up. Pasangan sampel t-test dilakukan untuk
memastikan perbedaan signifikansi statistik antara skor sakit, rerata pergerakan dan kenyamanan:
segera setelah bekam, 1 minggu setelah bekam, 2 minggu setelah bekam dan 3 minggu setelah
bekam.
Tabel 2: Menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam skor subjek sebelum dan setelah bekam
Tabel di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam statistik Passive Ranger of
Motion (PROM), Active Ranger of Motion(AROM), Skala Analog Sakit Visual dan Skala Analog
Kenyamanan Visual sebelum dan setelah Terapi Bekam; p = 0,05 pada semua hasil pengukuran.

Pembahasan
Efek dari Terapi Bekam pada rerata pergerakan dan tingkat pengurangan rasa sakit (Tabel 1 dan 2)
Tingkat rasa sakit yang dirasakan oleh subyek penelitian setelah bekam adalah jauh lebih rendah
dibandingkan dengan sebelum dibekam. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 yang menunjukkan
perbedaan antara rerata pergerakan pasif dan aktif (ROM), Skor Sakit dan Kenyamanan sebelum dan
setelah Terapi Bekam.
Tampak bahwa skor sakit memiliki perubahan yang sama dengan range skor pergerakan. Rata-rata
skor sakit menurun dari 5,14 ke 1,26 setelah minggu ketiga. Terjadi penurunan yang cukup besar
pada tingkatan persepsi rasa sakit dan pada pasangan sampel t-test ditemukan adanya perbedaan
nilai yang signifikan secara statistik segera setelah bekam, 1 minggu dan 2 minggu dan juga 3 minggu
setelah bekam (p <0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa intervensi terhadap nyeri lutut anterior
(dengan bekam) dapat mengakibatkan penurunan tingkatan persepsi rasa sakit yang signifikan yang
dirasakan oleh individu (Clark et al, 2000). Juga jelas terlihat bahwa tingkatan rasa sakit maksimum
yang dirasakan oleh individu berkurang sebesar 50% (dari 10/10 menjadi 5/10) di akhir penelitian.
Hasil tersebut sangatlah penting mengingat Terapi Bekam telah lama dianjurkan sebagai terapi yang
efektif untuk mengobati nyeri (Cassileth, 2004 dan Hennawy 2004). Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini melengkapi saran yang dibuat oleh banyak praktisi bekam di seluruh dunia.
Tampak bahwa range pergerakan aktif maupun pasif meningkat cukup baik setelah bekam. The mean
AROM pre cupping was 134.14degrees with the minimum ROM being 95degress. Rerata AROM
sebelum bekam adalah 134.14 derajat dengan ROM minimum 95 derajat. Nilai rerata nya telah
meningkat menjadi 143 derajat pada 1 minggu setelah bekam dan skor minimum telah meningkat
menjadi 124 derajat. Pada minggu ketiga, nilai rerata telah meningkat menjadi 147.24 derajat dan
skor minimum telah meningkat menjadi 128 derajat. Setelah pengujian dengan pasangan sampel t-
test ditemukan adanya perbedaan skor yang signifikan secara statistik beberapa saat setelah bekam,
serta 1, 2 dan 3 minggu setelah bekam (p <0,05). Begitu juga perbedaan yang signifikan secara
statistik terlihat pada PROM. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa terapi bekam secara signifikan
mampu meningkatkan range pergerakan sendi lutut baik aktif maupun pasif.
Adanya penurunan skor sakit tersebut dapat dikaitkan dengan alasan yang rasional yakni bekam
dapat menyebabkan pengeluaran zat seperti morfin (Endorfin), Serotonin atau Kortisol yang pada
akhirnya dapat membantu menghilangkan sakit dan memperbaiki status fisiologis seseorang(Schulte,
1996). Akupressure dan Akupunktur dalam faktanya telah digunakan dan terbukti berguna untuk
meredakan nyeri dan penanganan addiksi/ketagihan(Schulte, 1996; Hinze, 1988; Cadwell, 1998).
Pada tingkat biologis, seperti halnya Akupressure dan Akupunktur, Terapi Bekam bekerja dengan cara
merangsang atau mengaktifkan (1) sistem kekebalan tubuh; (2) Pengeluaran Enkefalin; (3) Pelepasan
neurotransmitter (4) Penyempitan dan pelebaran pembuluh darah serta (5) Gerbang rasa nyeri pada
Sistim Syaraf Pusat (CNS) yang berfungsi mengartikan sensari rasa nyeri (NIH Consensus
Development Panel, 1998; Schulte, 1996). Akhirnya, diyakini bahwa perangsangan pada titik
Akupuntur dapat mengakibatkan Gerbang nyeri menjadi kewalahan dengan cara meningkatkan
frekuensi impulse, sehingga akhirnya menutup gerbang dan dapat meredakan nyeri(Oumeish, 1998;
Cadwell, 1998).
Pengaruh Terapi Bekam terhadap Kenyamanan (Tabel 1 dan 2)
Adalah tidak mungkin untuk mengukur pengaruh intervensi seperti Terapi Bekam secara kwantitas
terhadap kehidupan seseorang dengan sebenar-benarnya. Pendekatan secara kualitatif untuk
mengetahui pengaruh terapi dari perspektif pasien mungkin merupakan interpretasi yang lebih
akurat daripada pengaruh umum. Namun demikian skala analog serupa dengan VAS Sakit yang
digunakan untuk mengukur secara kwantitas pengaruh terapi bekam terhadap kenyamanan
seseorang. Rerata skor kenyamanan VAS telah meningkat dari 7,21 ke 8,23; secara keseluruhan
peningkatannya lebih dari 1. Peningkatan skor kenyamanan stabil sepanjang penelitian, hal tersebut
mencerminkan keyakinan bahwa Terapi Bekam memiliki dampak positif pada kenyamanan. Temuan
ini didukung oleh uji pasangan sampel t-test (p = = 0,05). Hennawy (2004) juga mendukung hal
tersebut.
Oleh karena itu sangatlah wajar untuk menetapkan bahwa adanya manfaat biologis terapi bekam
bersama dengan factor psikologis dalam memberikan kesehatan fisik dan kenyamanan psikologis.

Kesimpulan

Penelitian ini bukan ditujukan untuk suatu bagian penyelidikan semata tapi untuk melaksanakan
perubahan dalam praktek kesehatan. Lebih dari itu tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki
dan juga meningkatkan kesadaran mengenai penanganan dengan terapi bekam dan mendapatkan
hal-hal penting yang berkaitan dengan hal tersebut. Keampuhan dari penggunaan bekam untuk nyeri
lutut anterior, Range Gerakan dan kenyamanan telah mengungkapkan hasil penelitian yang memiliki
perbedaan signifikan secara statistik dalam mendukung Terapi Bekam. Diharapkan juga bahwa
sebagai sebuah tindakan, Terapi Bekam perlu diatur dan dilakukan pencatatan oleh para praktisi yang
mengembangkannya. Penelitian jangka panjang lanjutan yang berkaitan dengan efek Terapi Bekam
harus dilakukan untuk masalah musculoskeletal (otot dan tulang) yang lain.
Lampiran
Lampiran 1
Lampiran 2: Paket Penilaian
Diterjemahkan oleh dr. Abu Hana Untuk http://kaahil.wordpress.com

Referensi
Al Dairani et al,. [n/a] 2001 and 2003 avialable at www.thingsnotsaid.org – accessed June 2005
Al-Jawzeyah I. Q. (10 th century) Medicine of the Prophet. Darussalam International Publications.
Al-Rawi and Nessan AH (1997) Joint hypermobility in patients with chondromalacia patellae.;Br J
Rheumatol 1997 Dec;36(12):1324-7
Al-Rub A (1999) Healing with the Medicine of the Prophet. Darussalam International Publishers and
Distributors.
As-Sawi A, J, M (1992) Proposed Medical research Projects derived from the Qur’an and Sunnah.
Hay’at al-I’jaz al-Ilmi. Makkah Al-mukarramah, Saudi Arabia
Ballegaard, S., Norrelund, S. & Smith, D. F., 1996. Cost-benefit of combined use of acupuncture,
Shiatsu and lifestyle adjustment for treatment of patients with severe angina pectoris. Acupuncture
& Electro-Therapeutics Research. 21(3-4): 187-197
Cadwell, V., 1998. A primer on acupuncture. Journal Emergency Nursing. 24(6): 514-517
Chen A., 1993. Effective acupuncture therapy for stroke and cerebrovascular disease, part I. In:
Gosman-Hedstrom, G.; Glaesson, L.; Klingenstierna, U.; Carlsson, J.; Olausson, B.; Frizell, M.;
Fagerberg, B. & Blomstrand, C., 1998. Effects of acupuncture treatment on daily life activities and
quality of life: a controlled, prospective, and randomized study of acute stroke patients. Stroke: A
Journal of Cerebral Circulation. 29(10): 2100-2108
Chirali, I. Z (1999) Traditional Chinese Medicine Cupping Therapy, 6th Edition. Churchill Livingstone.
Clark D, I (2000), N Downing, J Mitchell, L Coulson, E P Syzpryt, M Doherty. Physiotherapy for anterior
knee pain: a randomised controlled trial Ann Rheum Dis 2000;59:700-704
Commission for Racial Equality (1999) Ethnic minorities in Britain (WWW). Available at
http://www.cre.gov.uk/pdfs/em_fs.pdf (accessed 17 January 2003)
Crespo, C.J., Smit, E., Andersen, R.E., Carter-Pokras, O. and Ainsworth, B.E. (2000) Race/ethnicity,
social class and their relation to physical activity during leisure time: results from the Third National
Health and Nutrition Examination Survey. American Journal of Preventive Medicine 18(1), 46-53
Curtis N, J (2005), Management of Urinary tract Infections: historical perspective and current
strategies: Part 1-before antibiotics. Journal of Urology. 173(1):21-26, January 2005.
Davis, C. M., 1997. Complementary Therapies in Rehabilitation. Holistic Approaches for Prevention
and Wellness. SLACK Inc., Thorofare, New Jersey, USA
Department of Health (2001) National Service Framework for Older People. London, The Stationary
Office
Duckworth, M. (1999) Outcome selection and typology. Physiotherapy 85(1), 21-27
Ernst, E. & White, A. R., 2000. Acupuncture may be associated with serious adverse events. British
Medical Journal. 320(7233): 513
Fairbank 1984) cited by D.P. Johnson 2005 Anatomy, Diagnosis Mechcanics and Management of
Anterior Knee Pain (available from http://www.orthopaedics.co.uk/boc/v2rinfo10.htm – accessed
July 2005
Falkenstrom, M. K., 1998. Pain management of the patient with cancer in the homecare setting.
Journal of Intravenous Nursing. 21(6): 327-334
Felhendler, D. & Lisander, B., 1996. Pressure on acupoints decrease postoperative pain. Clinical
Journal of Pain. 12(4): 326-329
Fessele, K. S., 1996. Managing the multiple causes of nausea and vomiting in the patient with cancer.
Oncology Nursing Forum. 23(9): 1409-1415
Freeman, J.A. (2002) Assessment, outcome measurement and goal setting in physiotherapy practice.
In Edwards, S. (ed) Neurological Physiotherapy (2 nd edition). Churchill Livingstone, London
Hargreaves, S. (2000) Burden of ageing population may be greater than anticipated. The Lancet 355,
2146
Hennawy M (2004). Cupping therapy and Infertility. Available at:
http://www.obgyn.net/english/pubs/features/presentations/hennawy15/280,1 Cupping Therapy and
Infertility. Accessed December 2004.
Hinze, M. L. M., 1988. The effects of therapeutic touch and acupressure on experimentally induced
pain [thesis (Ph.D.)--University of Texas at Austin] Ann Arbor, Mich., U.M.I., America
Jadad, A. R. & Browman, G. P., 1995. The WHO analgesic ladder for cancer pain management:
stepping up the quality of its evaluation. The Journal of the American Medical Association. 274(23):
1870-1873.
Jin, Y.; Wu, L. & Xia, Y., 1996. Clinical study on painless labor under drugs combined with acupuncture
analgesia. Chen Tzu Yen Chiu Acupuncture Research. 21(3): 9-17
King, C., Castro, C., Wilcox, S., Eyler, A.A., Sallis, J.F. and Brownson, R.C. (2000) Personal and
environmental factors associated with physical inactivity among different racial-ethnic groups of U.S
middle-aged and older-adult women. Health Psychology 19(4), 354-364
Lee, T. A (2001) Chinese Way Of Easing Pain – Acupressure. Pain, Symptom Control and Palliative Care
1:1
Levangie, P. K and Norkin, C.C (2001) Joint Structure and Function. A Comprehensive Analysis, 3 rd
Edition
Longsdale, I. (2005) Manager of The Spa at County Hotel, London. Discussion re. ‘the use of cupping
therapy in Eastern Europe’
Michalsen A, Klotz S, Ludtke R, Moebus S, Spahn G, Dobos GJ (2003) . Effectiveness of leech therapy
in osteoarthritis of the knee: a randomized, controlled trial. Ann Intern Med. 2003 Nov 4;139(9):724-
30
Munro, J., Brazier, J., Davey, R. and Nicholl, J. (1997) Physical activity for the over-65’s – could it be a
cost-effective exercise for the NHS? Journal of Public Health Medicine 19(4), 397-402
NIH Consensus Development Panel on Acupuncture, 1998. Acupuncture (NIH consensus conference).
Journal of the American Medical Assoication. 280(17): 1518-1542
Oumeish, O. Y., 1998. The philosophical, cultural, and historical aspects of complementary,
alternative, unconventional, and integrative medicine in the old world. Archives of Dermatology.
134(11): 1373-1386
Pettinger, N. (1998) Age Old Myths. Health Service Journal 108, 24-25
Schulte, E., 1996. Complementary therapies: Acupuncture: Where East meets West. Research
Nursing. 59(10): 55-57
Unschuld P, Medicine in China: A History of Ideas, 1985 University of California Press, Berkeley, CA
Vickers, A. & Zollman, C., 1999. ABC of complementary medicine: Acupuncture (Clinical Review).
British Medical Journal. 319(7215): 973-976

Kata kunci: hijamah, bekam, ilmiah

Sumber :
http://sayarbiant.multiply.com/journal/item/88/jurnal_ilmiah_bekam_Penelitian_Penga
ruh_Terapi_Bekam_untuk_Penanganan_Nyeri_Lutut_Anterior_Bagian_Depan_dan_p
otensi_peranannya_dalam_Promosi_Kesehatan?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
%2Fitem Kamis, 26 April 2012 Pk. 01.32 WIB

Anda mungkin juga menyukai