Terapi Bekam
Terapi Bekam
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=115436
Bekam adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang berarti “membuang darah.” Dalam bahasa
Arab dikenal dengan istilah “hijamah.”Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
“cupping.”
"Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah Al Hijamah (bekam)" HR. Ahmad.
"Kesembuhan itu ada pada 3 (tiga) hal, dengan minum madu, pisau hijamah (bekam), dan kay
(besi panas). Tetapi aku melarang umatku menggunakan kay" HR. Muslim.
"Setiap penyakit itu ada obatnya. Jika obat yang tepat jatuh pada penyakit, dengan izin Allah
penyakit itu pasti sembuh" HR. Muslim.
”Pada Malam Aku di Isra’ kan, aku tidak melewati sekumpulan malaikat melainkan mereka
berkata: ” Wahai Muhammad, suruhlah umatmu melakukan Bekam” HR. Ibnu Maajah & At
Tirmidzi.
“Kalaulah dalam sesuatu dari apa yang kalian pergunakan untuk berobat adalah baik, maka
itu adalah ber-bekam/hijamah” HR. Abu Daud.
[CUPPING]
Anjuran Berbekam
“Kesembuhan itu berada pada tiga hal, yaitu minum madu, sayatan pisau bekam dan
sundutan dengan api (kay). Sesungguhnya aku melarang ummatku (berobat) dengan kay.”
(HR Bukhari)
“Sesungguhnya metode pengobatan yang paling ideal bagi kalian adalah hijamah (bekam)
dan fashdu (venesection).” (HR Bukhari – Muslim)
Macam-Macam Bekam
Yaitu metode pengeluaran darah kotor (blood letting) dengan cara disayat dengan silet, lanset,
pisau bedah atau jarum steril pada bagian yang dibekam.
1. Pilih gelas bekam (cup) berdasarkan tingkat penyakit pasien dan postur tubuh.
Semakin besar gelas yang digunakan maka tingkat rasa sakit akan semakin besar,
namun efeknya akan semakin baik.
2. Bersihkan bagian kulit yang akan dibekam dengan desinfektans/alkohol.
3. Pompa gelas bekam dengan piston pada posisi yang dikehendaki sebanyak 2-3 kali
tarikan, atau sampai piston tidak dapat ditarik lagi.
4. Biarkan selama 3-5 menit.
5. Lepas gelas bekam dan sayat bagian bekas bekam dengan silet, lanset, pisau bedah
atau jarum steril.
6. Bekam lagi posisi yang disayat tadi.
7. Tunggu selama lebih kurang 3 menit sampai darah keluar dan menumpuk pada gelas
bekam.
8. Lepas gelas bekam dan buang darah kotor yang keluar, bersihkan kembali gelas
bekam dan desinfeksi.
9. Bekam lagi sebanyak 3-5 kali, atau sampai keluar cairan putih dari kulit.
10. Oles bekas sayatan dan bekam dengan minyak habbatus sauda’ (jinten hitam).
11. Lakukan setiap bulan atau setiap 2 minggu bagi yang penyakitnya parah.
Yaitu metode bekam yang mana gelas bekam diseluncurkan di atas permukaan kulit yang rata
(tidak tebal ototnya). Metode ini serupa dengan Guasha (cina), scrapping (inggris) atau
kerokan (jawa), namun lebih aman karena tidak merusak pori-pori sebagaimana kerokan.
1. Pilih titik bekam sebagai awalan seluncur, biasanya bagian atas pundak.
2. Pilih gelas bekam (cup) berdasarkan tingkat penyakit pasien dan postur tubuh.
Semakin besar gelas yang digunakan maka tingkat rasa sakit akan semakin besar,
namun efeknya akan semakin baik.
3. Pijat bagian yang akan dibekam dengan dilumuri minyak zaitun atau minyak jinten
hitam selama lebih kurang 5 menit. Oleskan minyak agak banyak sebagai pelumas
4. Pompa gelas bekam dengan piston pada posisi yang dikehendaki sebanyak 2-3 kali
tarikan kemudian gerakkan/seluncurkan perlahan-lahan sampai tampak bruise
(memar) kemerahan.
5. Lepas gelas bekam dan pijat kembali dengan minyak zaitun atau minyak jinten hitam
selama 2-3 menit.
Yaitu metode bekam dengan cara tarik lepas – tarik lepas secara cepat pada bagian kulit yang
sukar dibekam, atau apabila dibekam gelas cenderung jatuh. Area ini biasanya di sekitar
wajah dan dahi.
Diagnosa bekam/cupping dapat dilihat dari warna pigmen kulit setelah pembekaman. Di
dalam buku “Canon of Internal Medicine” dikatakan, “Kondisi organ internal (organ dalam)
dapat diketahui dengan cara mengobservasi (mengamati) gejala-gejala eksternal dan tanda-
tanda fisik, sehingga penyakitnya dapat didiagnosa.”
1. Bekas bekam yang muncul berwarna ungu kegelapan atau hitam, pada umumnya hal
ini mengindikasikan kondisi defisiensi (kekurangan) pasokan/suplai darah dan
channel/saluran (pembuluh) darah yang tidak lancar yang disertai dengan keberadaan
darah statis (darah beku).
2. Bekas bekam yang muncul berwarna ungu disertai plaque (bercak-bercak), pada
umumnya hal ini menandakan terjadinya gangguan/ kelainan gumpalan darah yang
berwarna keunguan dan adanya darah statis (darah beku).
3. Bekas bekam yang muncul berbentuk bintik-bintik ungu yang tersebar dengan
tingkatan warna yang berbeda (ada yang tua dan ada yang ungu muda). Hal ini
menandakan kelainan “Qi” dan darah statis.
4. Bekas bekam yang muncul berwarna merah cerah, biasanya hal ini menunjukkan
terjadinya defisiensi “Yin”, defisiensi “Qi” dan darah atau rasa panas yang dahsyat
yang diinduksi oleh defisiensi “Yin”.
5. Bekas bekam yang muncul berwerna merah gelap, hal ini mengindikasikan kondisi
lemak di dalam darah yang tinggi disertai dengan adanya panas patogen.
6. Bekas bekam yang muncul berwarna agak pucat/putih dan tidak hangat ketika
disentuh, hal ini mengindikasikan terjadinya defisiensi cold (dingin) dan adanya gas
patogen.
7. Adanya garis-garis pecah/ruam pada permukaan bekas bekam dan rasa sedikit gatal,
hal ini mengindikasikan kondisi adanya wind (lembab) patogen dan gangguan gas
patogen.
8. Munculnya uap air pada dinding bagian dalam gelas bekam, menandakan kondisi
adanya gas-gas patogen pada daerah tersebut.
9. Adanya blister (lepuhan/lecat) pada bekas bekam, menggambarkan kondisi gangguan
gas yang parah pada tubuh. Adanya darah tipis pada blister merupakan reaksi gas
panas toksin.
1. Pastikan bahwa gelas bekam sudah steril dan higinis sehingga aman untuk bekam
(terutama bekam basah).
2. Untuk pasien yang belum pernah dibekam sebelumnya, pilihlah gelas bekam dari
yang terkecil lalu ke yang besar supaya tidak terlalu sakit.
3. Posisi bekam dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring menelungkup. Posisi
duduk lebih baik untuk peredaran darah, namun bagi pasien yang lemah dianjurkan
dengan posisi berbaring.
4. Untuk pasien yang baru dibekam, sering-seringlah menanyai bagaimana keadaannya,
apakah merasa mulas, pusing, mual atau adanya tanda-tanda akan pingsan lainnya.
Segera hentikan bekam apabila pasien mengeluh kesakitan.
5. Setelah bekam dihadapkan beristirahat yang cukup. Sebagian pasien segera merasa
segar badannya setelah berbekam pada bagian punggung dan lutut, sehingga ia tidak
mau beristirahat sebagaimana mestinya, hal ini dapat menyebabkan kembalinya
penyakit.
6. Sebagian orang merasakan suhu badannya naik setelah 1-2 hari setelah berbekam, hal
ini adalah normal dan akan segera hilang.
7. Pasien yang menderita sakit menular atau infeksius agar diberikan perhatian khusus.
Bagi penderita penyakit infeksius, diharap gelas bekamnya adalah tersendiri (single
use) dan juru bekam dianjurkan menggunakan pelindung tubuh seperti sarung tangan
karet (gloves), masker dan semisalnya.
8. Pasien yang menderita tekanan darah rendah harus diperlakukan ekstra dan hati-hati.
Tingkat kesadarannya selalu dimonitor agar tidak pingsan. Dihindarkan membekam
pada areal punggung bawah yang sejajar dengan pusar ke bawah, karena hal ini bisa
menurunkan tekanan darah dengan cepat.
9. Permukaan kulit yang timbul blister kecil, bercak-bercak, noda darah dan darah stasis
adalah reaksi normal setelah bekam. Apabila blister yang timbul banyak dan besar-
besar (seperti luka bakar), maka dapat dipecah dengan cara menusukkan jarum steril
kering hingga keluar cairannya (cairan limfoid) lalu didesinfeksi dengan desinfektans.
Lebih dianjurkan apabila bekas bekam yang berblister ini dipijat lembut dengan
minyak zaitun atau jinten hitam.
10. Pasien yang mengalami mental stres, ketakutan, mual dan gejala mental lainnya,
dihentikan pembekaman dan pasien disuruh berbaring relaks, tenang dan diberi
minum dengan minuman manis (lebih baik madu) kemudian dimotivasi dan disugesti
untuk menghilangkan atau meminimalisir gangguan mentalnya.
jakarta selatan
Larangan-Larangan Bekam
1. Tidak dianjurkan melakukan bekam basah pada penderita diabetes kecuali juru bekam
yang ahli dan berpengalaman.
2. Jangan membekam orang yang fisiknya sangat lemah atau orang yang kelelahan
(overfatigue).
3. Jangan membekam orang yang menderita penyakit kulit merata atau menderita alergi
kulit yang parah seperti ulserasi dan edema.
4. Jangan membekam orang yang sudah jompo yang lemah fisiknya dan anak-anak yang
tubuhnya lemah atau di bawah 3 tahun.
5. Penderita leukimia (kanker darah) tidak dianjurkan untuk dibekam basah.
6. Penderita hepatitis yang parah, TBC aktif, hemofilia, malignant anemia,
trombositopenia dan penyakit lainnya yang parah tidak dianjurkan dibekam kecuali
kepada juru bekam yang ahli dan berpengalaman.
7. Jangan memberkam pada kondisi : perut kekenyangan, kehausan, kelaparan,
kelelahan, setelah beraktivitas berat, tubuh lemah dan tubuh demam (kedinginan).
8. Jangan membekam wanita hamil pada usia kehamilan 3 bulan pertama (trimester
awal).
9. Jangan membekam langsung pada daerah yang luka, urat sendi robek, patah tulang,
varises, tumor.
10. Jangan membekam wanita yang sedang haidh dan nifas.
11. Jangan memberkam daerah perut terlalu keras
12. Jangan membekam pasien yang mengkonsumsi obat pelancar dan pengencer darah
semisal mengkudu, omega 3, dls.
13. Jangan melakukan bekam langsung setelah makan, pembekaman dapat dilakukan
minimal dua jam setelah makan. Setelah bekam juga jangan langsung makan,
melainkan hanya minum yang manis-manis semisal madu atau selainnya
14. Tidak dianjurkan melakukan pembekaman kepada orang yang menderita klep jantung,
kecuali di bawah pengawasan dokter atau ahli bekam yang berpengalaman.
15. Jangan melakukan bekam langsung setelah mandi, terutama setelah mandi dengan air
dingin. Tidak dianjurkan langsung mandi setelah bekam, melainkan setelah 2 jam.
Dianjurkan mandi dengan air hangat.
16. Jangan membekam basah orang yang baru memberikan donor darah atau orang yang
baru kecelakaan sehingga darahnya berkurang.
17. Jangan membekam pasien diabetes (gula darah di atas 280) kecuali oleh orang yang
ahli.
18. Jangan membekam di area terbuka atau tempat yang dingin. Lebih baik melakukan
bekam di ruang yang hangat atau bersuhu normal ruangan.
19. Dilarang membekam area berikut :
1. Lubang alamiah tubuh : mata, hidung, telinga, mulut, kemaluan, anus, puting susu.
2. Daerah sistem nodus limfa yang berfungsi sebagai penghasil antibodi, yaitu di
submaksilari, korvikal, sudmalaonkular, aksilari, bagian detak jantung, nodus
inguinalglimfa (lihat buku panduan biru hal. 13).
3. Daerah yang dekat dengan pembuluh besar (big vessels)
Makna Bekam
Klinik Asy-Syarif 021-98521896 / 021-93074811
Ciputat Raya, Jl.H.Goden ujung Rt.08/011 no.23B pondok pinang keb.lama jakarta selatan
Nabi Muhammad Saw merupakan insan yang pertama dibekam para malaikat dengan perintah Allah
Swt sebelum Isra dan Mi'raj. Penjelasan dalam hadits Riwayat Ibnu Majah menerusi Katjir bin Salim.
Selama Aku Berjalan pada malam isra mi'raj bersama para malaikat, Mereka selalu berkata "Hai
Muhammad, suruhlah umatmu berbekam". Sesaat setelah Isra Mi'raj, Rasulullah juga menyatakan,
sebagaimana diriwayatkan Abdullah ibnu Mas'ud, bahwa ia tidak melewati sejumlah malaikat
melainkan mereka semua menyuruh Beliau dengan mengatakan,?Perintahkanlah umatmu untuk
berbekam!?. Bahkan dengan tegas, Nabi Muhammad menyatakan,?Kesembuhan (obat) itu ada pada
tiga hal; dengan minum madu, pisau hijamah (bekam), dan dengan besi panas. Dan aku melarang
umatku dengan besi panas.? (Hadits Bukhari).
Hadist Hadist Lainnya :
1. Sesungguhnya cara pengobatan paling ideal yang kalian pergunakan adalah hijamah (bekam)
(Muttafaq 'alaihi, Shahih Bukhari (no. 2280) dan Shahih Muslim (no. 2214)
2. Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah al hijamah (HR. Ahmad, shahih).
3. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya pada bekam itu terkandung kesembuhan." (Kitab
Mukhtashar Muslim (no. 1480), Shahihul Jaami' (no. 2128) dan Silsilah al-Hadiits ash-Shahiihah (no.
864), karya Imam al-Albani)
4. Dari Ashim bin Umar bin Qatadah RA, dia memberitahukan bahwa Jabir bin Abdullah RA pernah
menjenguk al-Muqni' RA, dia bercerita: "Aku tidak sembuh sehingga aku berbekam, karena
sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: 'Sesungguhnya didalamnya
terkandung kesembuhan'." (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Ya'la, al-Hakim, al-Baihaqi)
5. Kesembuhan bisa diperoleh dengan 3 cara yaitu: sayatan pisau bekam, tegukan madu, sundutan
api. Namun aku tidak menyukai berobat dengan sundutan api ( HR. Muslim).
6. Penyembuhan terdapat dalam tiga hal, yakni meminum madu, sayatan alat bekam, dan sundutan
dengan api. Dan aku melarang umatku berobat dengan sundutan api. (HR. Bukhori)
7. Dari Uqbah bin Amir RA, Rasulullah SAW bersabda: " Ada 3 hal yang jika pada sesuatu ada
kesembuhan, maka kesembuhan itu ada pada sayatan alat bekam atau minum madu atau membakar
bagian yang sakit. Dan aku membenci pembakaran (sundutan api) dan tidak juga menyukainya." (HR.
Ahmad dalam Musnad-nya)
8. Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: "Jika ada suatu kesembuhan pada obat-obat kalian
maka hal itu ada pada sayatan alat bekam." Beliau bersabda: "Atau tegukkan madu." (Kitab Kasyful
Astaar 'an Zawaa-idil Bazar,karya al-Haitsami, III/388)
9. Dari Ibnu Abbas RA, Nabi SAW bersabda: "Orang yang paling baik adalah seorang tukang bekam (Al
Hajjam) karena ia mengeluarkan darah kotor, meringankan otot kaku dan mempertajam pandangan
mata orang yang dibekamnya." (HR. Tirmidzi, hasan gharib).
10. Jika pada sesuatu yang kalian pergunakan untuk berobat itu terdapat kebaikan, maka hal itu
adalah berbekam (Shahih Sunan Ibnu Majah, karya Syaikh Al-Albani (II/259), Shahih Sunan Abu
Dawud, karya Syaikh Al-Albani (II/731)).
11. Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda: "Kalian harus berbekam dan menggunakan al-
qusthul bahri." (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan an-Nasai dalam kitab as-Sunan al-Kubra no. 7581).
12. Dari Abdullah bin Mas'ud RA, dia berkata: "Rasulullah SAW pernah menyampaikan sebuah hadits
tentang malam dimana beliau diperjalankan bahwa beliau tidak melewati sejumlah malaikat
melainkan mereka semua menyuruh beliau SAW dengan mengatakan: 'Perintahkanlah umatmu
untuk berbekam'." (Shahih Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albani (II/20), hasan gharib).
13. Pada malam aku di-isra'kan, aku tidak melewati sekumpulan malaikat melainkan mereka berkata:
"Wahai Muhammad suruhlah umatmu melakukan bekam." (HR Sunan Abu Daud, Ibnu Majah, Shahih
Jami'us Shaghir 2/731)
14. Dari Ibnu 'Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah aku berjalan melewati segolongan
malaikat pada malam aku diisra'kan, melainkan mereka semua mengatakan kepadaku: 'Wahai
Muhammad, engkau harus berbekam'." (Shahih Sunan Ibnu Majah, Syaikh al-Albani (II/259))
15. Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah aku melewati satu dari langit-langit yang
ada melainkan para malaikat mengatakan: 'Hai Muhammad, perintahkan ummatmu untuk
berbekam, karena sebaik-baik sarana yang kalian pergunakan untuk berobat adalah bekam, al-kist,
dan syuniz semacam tumbuh-tumbuhan'." (Kitab Kasyful Astaar 'an Zawaa-idil Bazar, karya al-
Haitsami, III/388)
16. Dari Jabir al-Muqni RA, dia bercerita: "Aku tidak akan merasa sehat sehingga berbekam, karena
sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: 'Sesungguhnya pada bekam itu
terdapat kesembuhan'." (Shahih Ibnu Hibban (III/440))
17. Dari Anas RA, dia bercerita: "Rasulullah SAW bersabda: 'Jika terjadi panas memuncak, maka
netralkanlah dengan bekam sehingga tidak terjadi hipertensi pada salah seorang diantara kalian yang
akan membunuhnya'." (diriwayatkan oleh al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak, dari Anas RA secara
marfu', beliau mensyahihkannya yang diakui pula oleh adz-Dzahabi (IV/212))
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Kita semua tentunya setuju dengan hal tersebut. Rutin
melakukan terapi bekam sebulan sekali juga termasuk salah satu upaya dalam hal itu.
Berbekam rutin yang baik yang di contohkan rasul, adalah setiap tanggal 17, 19, 21 tiap bulan islam.
Kenapa tanggal 17, 19, 21 ??
Pada tanggal, 17, 19 dan 21 bulan komariah/ islam tersebut puncak darah kotor sedang bersemayam
ditubuh kita. Karenanya dianjurkan melakukan terapi bekam untuk mengeluarkan darah kotor agar
tubuh kita senantiasa fit dan sehat.
Waktu-waktu Berbekam Sesuai Kebiasaan Nabi Diriwayatkan dari ‘Abdullôh bin Mas‘ûd, ia berkata :
Rosululloh Shallallhu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Sebaik-baik bekam yang kalian lakukan adalah
pada tanggal tujuh belas, sembilan belas, dan dua puluh satu. (Lihat Shohîh Sunani `t-Tirmidzî, Al-
Albânî v (II/204).)
Lalu, jika bukan di tanggal 17. 19 dan 21 anda tiba-tiba sakit, apakah anda harus menunggu sampai
tanggal 17, 19 dan 21 hijriah??tidak.
Karena tubuh yang kurang sehat, harus segera ditangani. Anda juga tidak ingin hari-hari anda merasa
terganggu karena tubuh yang kurang sehat bukan??
Diriwayatkan pula bahwa beliau Shallallhu ‘Alaihi Wasallam berbekam setelah me-makan daging
kambing beracun.Diriwayatkan pula bahwa beliau berbekam di punggung telapak kakinya, setelah
beliau terjatuh dari atas kuda.
Dari hadits-hadits ini bisa kita ambil kesimpulan bahwa Nabi Shallallhu ‘Alaihi Wasallam biasa
berbekam ketika sakit, beliau tidak menunggu datang-nya waktu tertentu, andaikata beliau perlu
menunggu waktu, niscaya beliau menunggu waktu setelah ihrom.
Kesimpulannya, jika anda ingin menjaga kesehatan anda, meskipun saat itu anda tidak sakit, maka
berbekam rutin pada pertengahan bulan itu adalah pilihan terbaik. Dan jika anda merasa mengalami
sakit, maka berbekam ketika sakit tentu lebih baik lagi, karena ketika itu darah lebih bergolak.
Artinya, memang tidak perlu menunggi sampai tgl 17, 19 dan 21.
Jadi, jangan tunda untuk melakukan terapi bekam , jika memang anda benar-benar membutuhkan.
Sedini mungkin merawat kesehatan kita akan membawa dampak bagus untuk kestabilan kesehatan
kita dimasa mendatang, insyaAllah... amin.
Health is Wealth
The first Wealth is Health
Mencegah lebih baik daripada mengobati
Didalam Tubuh Yang Sehat Terdapat jiwa yang Kuat
Didalam jiwa yang kuat terdapat pemikiran-pemikiran yang jernih
Didalam pemikiran-pemikiran yang jernih terdapat tindakan-tindakan yang positif
Quote:
Quote:
Pengobatan alternatif ini berasal dari Timur Tengah. Kata bekam sendiri
merupakan terjemahan dari kata hijamah dalam bahasa arab yang merupakan asal
kata dari al-hajmu yang berarti membekam. Menjadikan pemaknaan al hijamah
atau bekam diartikan sebagai peristiwa penghisapan darah dengan alat
menyerupai tabung, mengeluarkan darah dari permukaan kulit dengan
penyayatan.
* Bekam kering, proses bekam jenis ini dilakukan dengan menghisap permukaan
kulit dan memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam
kering diyakini untuk melegakan sakit secara darurat atau digunakan untuk
meringankan kenyerian urat-urat punggung karena sakit rheumatik juga penyakit-
penyakit penyebab kenyerian punggung. Acapkali bekam jenis ini diaplikasikan
kepada orang yang takut jarum suntik dan takut melihat darah. Kulit yang
dibekam akan tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari.
* Bekam basah pada proses terapi bekam jenis ini dilakukan setelah melakukan
bekam kering, dilanjuti dengan melukai permukaan kulit dengan jarum tajam
yang sudah sterilkan, lalu di sekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan hand
pump untuk mengeluarkan darah. Darah yang keluar diyakini sebagai darah
kotor. Lamanya setiap hisapan 3 sampai 5 menit, dan maksimal 9 menit,
Tergantung dari penyakitnya, dalam kasus tertentu memungkinkan proses bisa
lebih lama.
Darah Bekam
Para pelaku medis dikejutkan oleh pernyataan ilmuwan Damaskus, Muhammad Amîn
Syaikhû dalam artikel ilmiahnya yang luar biasa tentang terapi bekam dan rahasia umum
tentang mekanisme kesembuhan yang diperoleh dari praktik bekam terletak pada
dibersihkannya tubuh dari darah rusak yang menghambat berjalannya fungsi-fungsi dan
tugas-tugas tubuh secara sempurna, sehingga tubuh menjadi mangsa empuk bagi berbagai
penyakit.
Darah yang keluar melalui proses bekam dilihat dari hasil penelitian laboratorium
darah. Berdasarkan penelitian itu, terlihat hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa darah bekam mengandung sepersepuluh kadar sel darah putih (lekosit)
yang ada di dalam darah biasa. Hal tersebut terlihat dalam seluruh kasus yang
diteliti, tanpa ada pengecualian. Fakta ini menunjukkan bahwa terapi bekam tetap
melindungi dan sekaligus menguatkan unsur-unsur sistem kekebalan.
2. Adapun eritrosit (sel darah merah), semua sel darah merah memiliki bentuk
yang tidak normal, artinya sel-sel tersebut tidak mampu melakukan aktivitas,
disamping juga menghambat sel-sel lain yang masih muda dan aktif. Hal tersebut
mengindkasikan bahwasanya proses bekam membuang sel-sel darah merah yang
rusak dan darah yang tidak dibutuhkan lagi dengan tetap mempertahankan sel-sel
darah putih di dalam tubuh.
3. Kapasitas ikatan zat besi dalam darah bekam tinggi sekali (550-1.100), satu hal
yang menunjukkan bahwa bekam mempertahankan zat besi yang ada di dalam
tubuh tidak ikut keluar bersama darah yang dikeluarkan dengan bekam sebagai
awal penggunaan zat besi tersebut dalam pembentukan sel-sel muda yang baru.
Menurut beliau, pengobatan dengan bekam tengah dan telah dipelajari pada
kurikulum kedokteran di Amerika. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh fenomena
pengobatan bekam yang terbukti bermanfaat karena orang yang melakukan
pengobatan dengan bekam dirangsang pada titik saraf tubuh seperti halnya
pengobatan akupuntur.
Namun yang membedakan terapi bekam dengan terapi akupunktur ialah pada
terapi tusuk jarum reaksi yang dihasilkan hanyalah sebatas perangsangan,
sedangkan pada terapi bekam selain proses perangsangan, juga terjadi proses
pergerakan aliran darah.
Hal senada diungkapkan oleh Dr.Ahmad Abdus Sami, Kepala Divisi Hepatologi
Rumah Sakit Angkatan Darat Mesir. Beliau mengemukakan, “Riset juga
membuktikan, pembuangan sebagian darah seperti dalam terapi bekam terbukti
mampu memulihkan reaksi pengobatan menjadi lebih cepat sehingga bekam bisa
diterapkan sebakai terapi pendamping pengobatan medis.”
Hasil percobaan yang pernah dilakukan Dr. Amir pada pasien terinveksi virus
hepatitis C dan memiliki kadar besi cukup tinggi dalam darahnya. Setelah pasien
diterapi bekam dan diberi obat Interferon dan Riboviron memiliki reaksi positif
dan kekebalan meningkat. Padahal sebelum dibekam reaksi terhadap obat tersebut
hampir tidak bereaksi.
Walau demikian, masih sedikit sekali informasi yang dapat mendukung terapi
alternatif bekam dari aspek medis. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan dari terapi tersebut.
Tetap dianjurkan para pasien yang berminat untuk menjalani pengobatan bekam
untuk melakukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter. Karena disamping
pengobatan pada klinik yang menyediakan layanan terapi bekam mendapatkan
porsi kepercayaan masyarakat untuk menjadi bagian proses pengobatan penyakit,
terapi ini belum ada unsur pendukung yang mengakreditasif kelayakan
pengetahuan akademik kesehatan SDM yang melakukan terapi. Oleh karena itu,
diharapkan dimasa depan lebih banyak lagi penelitian yang meliputi terapi pengobatan
alternatif yang murah meriah ini ditengah kemelut krisis global yang melanda.
Dari artikel :
Hasil
Rerata Respon
Sebanyak 26 orang relawan menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian. Empat relawan
drop out sebelum dimulai penelitian. Dua puluh dua relawan mulai mengikuti penelitian; lima
relawan yang tidak hadir dalam follow up seperti yang telah dijanjikan telah dikeluarkan dari
penelitian dan dua relawan tidak dapat hadir pada dua follow up yang terakhir sehingga
sisanya 15 relawan menyelesaikan penelitian secara komplit dan memberikan tingkat
partisipasi 57,69% ( n = 15). Konstitusi dari dua puluh dua relawan yang mengikuti
penelitian ini adalah sebagai berikut: laki-laki (n = 20; 90,90%), perempuan (n = 2; 9,10%).
Semua relawan telah berumur atas 18 tahun.
Perbedaan antara pergerakan pasif dan aktif, Skor sakit dan Kenyamanan sebelum
dan setelah Terapi Bekam
Tabel di bawah ini menunjukkan adanya peningkatan yang berarti baik aktif maupun pasif dari
pergerakan, sebagaimana adanya pengurangan rasa sakit dan peningkatan kenyamanan. Std. Deviasi
sebelum bekam untuk PROM (M ± SD) (142,64 ± 11,168), dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi
nya (151.67 ± 5.96). Begitu juga untuk AROM, Std. Deviasi sebelum bekam untuk AROM (134.14 ±
16.53) dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi nya (147.24 ± 7.04). Hal yang sama juga dapat
dilihat pada skor sakit dan kenyamanan. Std. Deviasi sebelum bekam untuk Sakit adalah (5.38 ± 2.8),
dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi nya (1.29 ± 2.02). Std. Deviasi sebelum bekam untuk
kenyamanan adalah (7,21 ± 1,65), dan tiga minggu setelah bekam St. Deviasinya adalah (8,29 ± 1,20).
Tabel 1: Menampilkan perbedaaan Pasif dan aktif pergerakan, skor sakit dan kenyamanan
sebelum dan setelah Terapi Bekam.
Seperti yang dapat kita lihat pada tabel di atas terdapat perbedaan nyata dalam setiap hasil
skor pengukuran antara sebelum bekam dan tahap follow up. Pasangan sampel t-test
dilakukan untuk memastikan perbedaan signifikansi statistik antara skor sakit, rerata
pergerakan dan kenyamanan: segera setelah bekam, 1 minggu setelah bekam, 2 minggu
setelah bekam dan 3 minggu setelah bekam.
Tabel 2: Menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam skor subjek sebelum dan setelah
bekam
Tabel di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam statistik Passive
Ranger of Motion (PROM), Active Ranger of Motion(AROM), Skala Analog Sakit Visual
dan Skala Analog Kenyamanan Visual sebelum dan setelah Terapi Bekam; p = 0,05 pada
semua hasil pengukuran.
Diskusi
Efek dari Terapi Bekam pada rerata pergerakan dan tingkat pengurangan rasa sakit
(Tabel 1 dan 2)
Tingkat rasa sakit yang dirasakan oleh subyek penelitian setelah bekam adalah jauh lebih
rendah dibandingkan dengan sebelum dibekam. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 yang
menunjukkan perbedaan antara rerata pergerakan pasif dan aktif (ROM), Skor Sakit dan
Kenyamanan sebelum dan setelah Terapi Bekam.
Tampak bahwa skor sakit memiliki perubahan yang sama dengan range skor pergerakan.
Rata-rata skor sakit menurun dari 5,14 ke 1,26 setelah minggu ketiga. Terjadi penurunan yang
cukup besar pada tingkatan persepsi rasa sakit dan pada pasangan sampel t-test ditemukan
adanya perbedaan nilai yang signifikan secara statistik segera setelah bekam, 1 minggu dan 2
minggu dan juga 3 minggu setelah bekam (p <0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
intervensi terhadap nyeri lutut anterior (dengan bekam) dapat mengakibatkan penurunan
tingkatan persepsi rasa sakit yang signifikan yang dirasakan oleh individu (Clark et al, 2000).
Juga jelas terlihat bahwa tingkatan rasa sakit maksimum yang dirasakan oleh individu
berkurang sebesar 50% (dari 10/10 menjadi 5/10) di akhir penelitian. Hasil tersebut sangatlah
penting mengingat Terapi Bekam telah lama dianjurkan sebagai terapi yang efektif untuk
mengobati nyeri (Cassileth, 2004 dan Hennawy 2004). Hasil yang diperoleh dari penelitian
ini melengkapi saran yang dibuat oleh banyak praktisi bekam di seluruh dunia.
Tampak bahwa range pergerakan aktif maupun pasif meningkat cukup baik setelah bekam.
The mean AROM pre cupping was 134.14degrees with the minimum ROM being 95degress.
Rerata AROM sebelum bekam adalah 134.14 derajat dengan ROM minimum 95 derajat.
Nilai rerata nya telah meningkat menjadi 143 derajat pada 1 minggu setelah bekam dan skor
minimum telah meningkat menjadi 124 derajat. Pada minggu ketiga, nilai rerata telah
meningkat menjadi 147.24 derajat dan skor minimum telah meningkat menjadi 128 derajat.
Setelah pengujian dengan pasangan sampel t-test ditemukan adanya perbedaan skor yang
signifikan secara statistik beberapa saat setelah bekam, serta 1, 2 dan 3 minggu setelah bekam
(p <0,05). Begitu juga perbedaan yang signifikan secara statistik terlihat pada PROM. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa terapi bekam secara signifikan mampu meningkatkan range
pergerakan sendi lutut baik aktif maupun pasif.
Adanya penurunan skor sakit tersebut dapat dikaitkan dengan alasan yang rasional yakni bekam
dapat menyebabkan pengeluaran zat seperti morfin (Endorfin), Serotonin atau Kortisol yang pada
akhirnya dapat membantu menghilangkan sakit dan memperbaiki status fisiologis seseorang(Schulte,
1996). Akupressure dan Akupunktur dalam faktanya telah digunakan dan terbukti berguna untuk
meredakan nyeri dan penanganan addiksi/ketagihan(Schulte, 1996; Hinze, 1988; Cadwell, 1998).
Pada tingkat biologis, seperti halnya Akupressure dan Akupunktur, Terapi Bekam bekerja dengan cara
merangsang atau mengaktifkan (1) sistem kekebalan tubuh; (2) Pengeluaran Enkefalin; (3) Pelepasan
neurotransmitter (4) Penyempitan dan pelebaran pembuluh darah serta (5) Gerbang rasa nyeri pada
Sistim Syaraf Pusat (CNS) yang berfungsi mengartikan sensari rasa nyeri (NIH Consensus
Development Panel, 1998; Schulte, 1996). Akhirnya, diyakini bahwa perangsangan pada titik
Akupuntur dapat mengakibatkan Gerbang nyeri menjadi kewalahan dengan cara meningkatkan
frekuensi impulse, sehingga akhirnya menutup gerbang dan dapat meredakan nyeri(Oumeish, 1998;
Cadwell, 1998).
Adalah tidak mungkin untuk mengukur pengaruh intervensi seperti Terapi Bekam secara
kwantitas terhadap kehidupan seseorang dengan sebenar-benarnya. Pendekatan secara
kualitatif untuk mengetahui pengaruh terapi dari perspektif pasien mungkin merupakan
interpretasi yang lebih akurat daripada pengaruh umum. Namun demikian skala analog
serupa dengan VAS Sakit yang digunakan untuk mengukur secara kwantitas pengaruh terapi
bekam terhadap kenyamanan seseorang. Rerata skor kenyamanan VAS telah meningkat dari
7,21 ke 8,23; secara keseluruhan peningkatannya lebih dari 1. Peningkatan skor kenyamanan
stabil sepanjang penelitian, hal tersebut mencerminkan keyakinan bahwa Terapi Bekam
memiliki dampak positif pada kenyamanan. Temuan ini didukung oleh uji pasangan sampel t-
test (p = = 0,05). Hennawy (2004) juga mendukung hal tersebut.
Oleh karena itu sangatlah wajar untuk menetapkan bahwa adanya manfaat biologis terapi
bekam bersama dengan factor psikologis dalam memberikan kesehatan fisik dan kenyamanan
psikologis.
Kesimpulan
Penelitian ini bukan ditujukan untuk suatu bagian penyelidikan semata tapi untuk
melaksanakan perubahan dalam praktek kesehatan. Lebih dari itu tujuan penelitian ini adalah
untuk menyelidiki dan juga meningkatkan kesadaran mengenai penanganan dengan terapi
bekam dan mendapatkan hal-hal penting yang berkaitan dengan hal tersebut. Keampuhan dari
penggunaan bekam untuk nyeri lutut anterior, Range Gerakan dan kenyamanan telah
mengungkapkan hasil penelitian yang memiliki perbedaan signifikan secara statistik dalam
mendukung Terapi Bekam. Diharapkan juga bahwa sebagai sebuah tindakan, Terapi Bekam
perlu diatur dan dilakukan pencatatan oleh para praktisi yang mengembangkannya. Penelitian
jangka panjang lanjutan yang berkaitan dengan efek Terapi Bekam harus dilakukan untuk
masalah musculoskeletal (otot dan tulang) yang lain.
Lampiran
Lampiran 1
Referensi
Al Dairani et al,. [n/a] 2001 and 2003 avialable at www.thingsnotsaid.org – accessed June
2005
Al-Jawzeyah I. Q. (10 th century) Medicine of the Prophet. Darussalam International
Publications.
Al-Rawi and Nessan AH (1997) Joint hypermobility in patients with chondromalacia
patellae.;Br J Rheumatol 1997 Dec;36(12):1324-7
Al-Rub A (1999) Healing with the Medicine of the Prophet. Darussalam International
Publishers and Distributors.
As-Sawi A, J, M (1992) Proposed Medical research Projects derived from the Qur’an and
Sunnah. Hay’at al-I’jaz al-Ilmi. Makkah Al-mukarramah, Saudi Arabia
Ballegaard, S., Norrelund, S. & Smith, D. F., 1996. Cost-benefit of combined use of
acupuncture, Shiatsu and lifestyle adjustment for treatment of patients with severe angina
pectoris. Acupuncture & Electro-Therapeutics Research. 21(3-4): 187-197
Cadwell, V., 1998. A primer on acupuncture. Journal Emergency Nursing. 24(6): 514-517
Chen A., 1993. Effective acupuncture therapy for stroke and cerebrovascular disease, part I.
In: Gosman-Hedstrom, G.; Glaesson, L.; Klingenstierna, U.; Carlsson, J.; Olausson, B.;
Frizell, M.; Fagerberg, B. & Blomstrand, C., 1998. Effects of acupuncture treatment on daily
life activities and quality of life: a controlled, prospective, and randomized study of acute
stroke patients. Stroke: A Journal of Cerebral Circulation. 29(10): 2100-2108
Chirali, I. Z (1999) Traditional Chinese Medicine Cupping Therapy, 6th Edition. Churchill
Livingstone.
Clark D, I (2000), N Downing, J Mitchell, L Coulson, E P Syzpryt, M Doherty.
Physiotherapy for anterior knee pain: a randomised controlled trial Ann Rheum Dis
2000;59:700-704
Commission for Racial Equality (1999) Ethnic minorities in Britain (WWW). Available at
http://www.cre.gov.uk/pdfs/em_fs.pdf (accessed 17 January 2003)
Crespo, C.J., Smit, E., Andersen, R.E., Carter-Pokras, O. and Ainsworth, B.E. (2000)
Race/ethnicity, social class and their relation to physical activity during leisure time: results
from the Third National Health and Nutrition Examination Survey. American Journal of
Preventive Medicine 18(1), 46-53
Curtis N, J (2005), Management of Urinary tract Infections: historical perspective and current
strategies: Part 1-before antibiotics. Journal of Urology. 173(1):21-26, January 2005.
Davis, C. M., 1997. Complementary Therapies in Rehabilitation. Holistic Approaches for
Prevention and Wellness. SLACK Inc., Thorofare, New Jersey, USA
Department of Health (2001) National Service Framework for Older People. London, The
Stationary Office
Duckworth, M. (1999) Outcome selection and typology. Physiotherapy 85(1), 21-27
Ernst, E. & White, A. R., 2000. Acupuncture may be associated with serious adverse events.
British Medical Journal. 320(7233): 513
Fairbank 1984) cited by D.P. Johnson 2005 Anatomy, Diagnosis Mechcanics and
Management of Anterior Knee Pain (available from
http://www.orthopaedics.co.uk/boc/v2rinfo10.htm – accessed July 2005
Falkenstrom, M. K., 1998. Pain management of the patient with cancer in the homecare
setting. Journal of Intravenous Nursing. 21(6): 327-334
Felhendler, D. & Lisander, B., 1996. Pressure on acupoints decrease postoperative pain.
Clinical Journal of Pain. 12(4): 326-329
Fessele, K. S., 1996. Managing the multiple causes of nausea and vomiting in the patient with
cancer. Oncology Nursing Forum. 23(9): 1409-1415
Freeman, J.A. (2002) Assessment, outcome measurement and goal setting in physiotherapy
practice. In Edwards, S. (ed) Neurological Physiotherapy (2 nd edition). Churchill
Livingstone, London
Hargreaves, S. (2000) Burden of ageing population may be greater than anticipated. The
Lancet 355, 2146
Hennawy M (2004). Cupping therapy and Infertility. Available at:
http://www.obgyn.net/english/pubs/features/presentations/hennawy15/280,1 Cupping
Therapy and Infertility. Accessed December 2004.
Hinze, M. L. M., 1988. The effects of therapeutic touch and acupressure on experimentally
induced pain [thesis (Ph.D.)--University of Texas at Austin] Ann Arbor, Mich., U.M.I.,
America
Jadad, A. R. & Browman, G. P., 1995. The WHO analgesic ladder for cancer pain
management: stepping up the quality of its evaluation. The Journal of the American Medical
Association. 274(23): 1870-1873.
Jin, Y.; Wu, L. & Xia, Y., 1996. Clinical study on painless labor under drugs combined with
acupuncture analgesia. Chen Tzu Yen Chiu Acupuncture Research. 21(3): 9-17
King, C., Castro, C., Wilcox, S., Eyler, A.A., Sallis, J.F. and Brownson, R.C. (2000) Personal
and environmental factors associated with physical inactivity among different racial-ethnic
groups of U.S middle-aged and older-adult women. Health Psychology 19(4), 354-364
Lee, T. A (2001) Chinese Way Of Easing Pain – Acupressure. Pain, Symptom Control and
Palliative Care 1:1
Levangie, P. K and Norkin, C.C (2001) Joint Structure and Function. A Comprehensive
Analysis, 3 rd Edition
Longsdale, I. (2005) Manager of The Spa at County Hotel, London. Discussion re. ‘the use of
cupping therapy in Eastern Europe’
Michalsen A, Klotz S, Ludtke R, Moebus S, Spahn G, Dobos GJ (2003) . Effectiveness of
leech therapy in osteoarthritis of the knee: a randomized, controlled trial. Ann Intern Med.
2003 Nov 4;139(9):724-30
Munro, J., Brazier, J., Davey, R. and Nicholl, J. (1997) Physical activity for the over-65′s –
could it be a cost-effective exercise for the NHS? Journal of Public Health Medicine 19(4),
397-402
NIH Consensus Development Panel on Acupuncture, 1998. Acupuncture (NIH consensus
conference). Journal of the American Medical Assoication. 280(17): 1518-1542
Oumeish, O. Y., 1998. The philosophical, cultural, and historical aspects of complementary,
alternative, unconventional, and integrative medicine in the old world. Archives of
Dermatology. 134(11): 1373-1386
Pettinger, N. (1998) Age Old Myths. Health Service Journal 108, 24-25
Schulte, E., 1996. Complementary therapies: Acupuncture: Where East meets West. Research
Nursing. 59(10): 55-57
Unschuld P, Medicine in China: A History of Ideas, 1985 University of California Press,
Berkeley, CA
Vickers, A. & Zollman, C., 1999. ABC of complementary medicine: Acupuncture (Clinical
Review). British Medical Journal. 319(7215): 973-976
Baca juga :
BEKAM : Closer look
Terapi Bekam, Sembuhkan Berbagai Penyakit
Sumber : http://kaahil.wordpress.com/2008/12/13/bekam-penelitian-bekam-di-
inggristerbukti-bg3_selesai/ Kamis, 26 April 2012 Pk. 01.30 WIB.
Nov 2, '10
(jurnal ilmiah bekam) Penelitian Pengaruh Terapi Bekam untuk Penanganan Nyeri 9:04 AM
Lutut Anterior (Bagian Depan) dan potensi peranannya dalam Promosi Kesehatan untuk
semuanya
Pene
litian Pengaruh Terapi Bekam untuk Penanganan Nyeri Lutut Anterior (Bagian Depan)
dan potensi peranannya dalam Promosi Kesehatan
Untuk http://kaahil.wordpress.com
Dari artikel :
Kaleem Ullah, Ahmed Younis & Mohamed Wali: An investigation into the effect of Cupping Therapy
as a treatment for Anterior Knee Pain and its potential role in Health Promotion.: The Internet
Journal of Alternative Medicine. 2007; Volume 4, Number 1.
Abstrak
Objektif: Untuk mengetahui pengaruh Terapi Bekam dalam tingkatan patofisiologis pada penanganan
Nyeri lutut anterior (bagian depan) dan dampaknya terhadap kualitas hidup serta kenyamanan.
Metode: Survei Eksperimen menggunakan percobaan klinis dan kuesioner. Follow up dilakukan
selama 3 minggu untuk mengetahui pengaruh jangka panjang efek terapi dengan menggunakan
penilaian obyektif maupun subyektif. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengetahui berapa
banyak variabel independen menyebabkan peserta penelitian mengalami perubahan (Dane, 1990).
Hasil: Terdapat perbedaan statistik yang signifikan dalam tingkat rasa sakit, kenyamanan dan rerata
pergerakan pada pasien dengan nyeri lutut anterior antara sebelum dan setelah bekam (P <0,05).
Kesimpulan: Telah dilakukan penelitian mengenai keampuhan/Efikasi Terapi bekam untuk
penanganan nyeri lutut anterior serta kenyamanan dan pergerakannya, hasil penelitian menunjukkan
adanya perbaikan pada peserta penelitian sebagai akibat dari Terapi Bekam. Dianjurkan untuk
dilakukan studi lebih lanjut dengan menggunakan sample penelitian yang lebih besar dan waktu yang
lebih lama.
Pendahuluan
Cupping (bekam) merupakan metode pengobatan klasik yang telah digunakan dalam perawatan dan
pengobatan berbagai masalah kesehatan diantaranya : Penyakit darah seperti hemofili dan
hipertensi, Penyakit reumatik mulai dari artritis, sciatica/nyeri panggul, sakit punggung, migren,
gelisah/anxietas dan masalah fisik umum maupun mental. Tujuan bekam adalah untuk membuang
darah dari dalam tubuh yang diyakini dapat merusak tubuh dan pada gilirannya berpotensi
merugikan mulai dari gejala biasa sampai yang mengarah pada menurunnya derajat kesehatan.
Tujuan penelitian
* Mengevaluasi pengaruh Terapi Bekam pada Nyeri Lutut Anterior (AKP), Rentang pergerakannya dan
dampak terhadap kualitas hidup dan kenyamanan.
Pengujian hipotesa
* Terapi Bekam tidak berpengaruh pada persepsi nyeri lutut, Rentang pergerakan dan kenyamanan.
Instrumentasi
Menggunakan peralatan dasar untuk terapi bekam termasuk sedotan pompa tangan, kop plastik
ukuran yang sama dan peralatan antiseptik.
Prosedur penelitian
Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:
Sebelum aplikasi terapi dimulai, kami memastikan bahwa:
Subyek diingatkan dan dipahamkan kembali mengenai efek samping ringan yang akan
muncul
Tekanan darah, detak nadi dan saturasi O2 diukur dalam posisi duduk, kemudian subyek
ditanya untuk mengidentifikasi tingkat rasa nyeri mereka menggunakan skala analog visual
dalam bahasa Inggris (dan juga disediakan dalam terjemahan bahasa Arab, lihat Lampiran
1) . Tanda-tanda vital yang diambil digunakan hanya untuk memantau kondisi subjek secara
umum.
Semua pengukuran (tekanan darah, detak nadi dan saturasi O2, termasuk rerata pergerakan
lutut serta skala sakit dan kenyamanan) diulang oleh peneliti yang sama segera setelah
bekam dan kemudian satu, dua dan tiga minggu setelah bekam.
Analisis data
Data tersebut dianalisis menggunakan analisis deskriptif dalam bentuk minimum, maksimum, rerata,
dan Standar Deviasi (SD). Uji pasangan sampel t-test digunakan untuk menentukan perbedaan
diantara subyek penelitian sebelum dan setelah bekam.
Tingkat signifikansi penelitian ini ditetapkan pada 5%. Semua analisis data menggunakan Statistical
Package for Social Sciences (SPSS) v.12 untuk Windows.
Nyeri Lutut Anterior dan Terapi Bekam
Sebagaimana diketahui bahwa cedera lutut merupakan cedera serius yang paling sering terjadi
selama kegiatan olahraga (Johnson, 2005). Potensi Terapi Bekam untuk penanganan nyeri lutut
anterior dan dihubungkan dengan tingkat morbiditas terkait haruslah dilakukan penelitian,
dikarenakan seperti yang disebutkan sebelumnya memiliki implikasi dalam cost dan kesehatan yang
memang menjanjikan. Diharapkan bahwa Terapi Bekam disarankan secara medis dan fisioterapi
untuk penanganan Nyeri lutut anterior akan bekerja dengan baik sebagaimana penelitian yang
menunjukkan bahwa penanganan konvensional untuk Nyeri Lutut Anterior (AKP) efektif dalam
mengurangi tingkat keparahan AKP dan juga memiliki manfaat pada kenyamanan individu(Clark dkk.,
2000).
Terapi Bekam dan etnis penduduk minoritas
Populasi penduduk Inggris sangatlah beragam; jumlah orang yang diklasifikasikan sebagai etnis
minoritas mengalami peningkatan, (Commission for Racial Equality 1999). Hal ini juga menunjukan
bahwa penggunaan layanan kesehatan oleh penduduk etnis tidak proporsional dengan yang untuk
penduduk Kaukasia di Inggris (Crespo dkk., 2000) dan juga inaktivitas fisik lebih banyak di kalangan
etnis minoritas dibandingkan Kaukasia, (King et al 2000). Oleh karena itu tindakan seperti Terapi
Bekam dapat membantu mengisi gap itu sama halnya Akupunktur dengan masyarakat Timur Jauh.
Hasil
Rerata Respon
Sebanyak 26 orang relawan menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian. Empat relawan drop out
sebelum dimulai penelitian. Dua puluh dua relawan mulai mengikuti penelitian; lima relawan yang
tidak hadir dalam follow up seperti yang telah dijanjikan telah dikeluarkan dari penelitian dan dua
relawan tidak dapat hadir pada dua follow up yang terakhir sehingga sisanya 15 relawan
menyelesaikan penelitian secara komplit dan memberikan tingkat partisipasi 57,69% ( n = 15).
Konstitusi dari dua puluh dua relawan yang mengikuti penelitian ini adalah sebagai berikut: laki-laki
(n = 20; 90,90%), perempuan (n = 2; 9,10%). Semua relawan telah berumur atas 18 tahun.
Perbedaan antara pergerakan pasif dan aktif, Skor sakit dan Kenyamanan sebelum dan setelah Terapi
Bekam
Tabel di bawah ini menunjukkan adanya peningkatan yang berarti baik aktif maupun pasif dari
pergerakan, sebagaimana adanya pengurangan rasa sakit dan peningkatan kenyamanan. Std. Deviasi
sebelum bekam untuk PROM (M ± SD) (142,64 ± 11,168), dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi
nya (151.67 ± 5.96). Begitu juga untuk AROM, Std. Deviasi sebelum bekam untuk AROM (134.14 ±
16.53) dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi nya (147.24 ± 7.04). Hal yang sama juga dapat
dilihat pada skor sakit dan kenyamanan. Std. Deviasi sebelum bekam untuk Sakit adalah (5.38 ± 2.8),
dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi nya (1.29 ± 2.02). Std. Deviasi sebelum bekam untuk
kenyamanan adalah (7,21 ± 1,65), dan tiga minggu setelah bekam St. Deviasinya adalah (8,29 ± 1,20).
Tabel 1: Menampilkan perbedaaan Pasif dan aktif pergerakan, skor sakit dan kenyamanan
sebelum dan setelah Terapi Bekam.
Signifikansi perbedaan skor subjek sebelum dan setelah bekam
Seperti yang dapat kita lihat pada tabel di atas terdapat perbedaan nyata dalam setiap hasil skor
pengukuran antara sebelum bekam dan tahap follow up. Pasangan sampel t-test dilakukan untuk
memastikan perbedaan signifikansi statistik antara skor sakit, rerata pergerakan dan kenyamanan:
segera setelah bekam, 1 minggu setelah bekam, 2 minggu setelah bekam dan 3 minggu setelah
bekam.
Tabel 2: Menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam skor subjek sebelum dan setelah bekam
Tabel di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam statistik Passive Ranger of
Motion (PROM), Active Ranger of Motion(AROM), Skala Analog Sakit Visual dan Skala Analog
Kenyamanan Visual sebelum dan setelah Terapi Bekam; p = 0,05 pada semua hasil pengukuran.
Pembahasan
Efek dari Terapi Bekam pada rerata pergerakan dan tingkat pengurangan rasa sakit (Tabel 1 dan 2)
Tingkat rasa sakit yang dirasakan oleh subyek penelitian setelah bekam adalah jauh lebih rendah
dibandingkan dengan sebelum dibekam. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 yang menunjukkan
perbedaan antara rerata pergerakan pasif dan aktif (ROM), Skor Sakit dan Kenyamanan sebelum dan
setelah Terapi Bekam.
Tampak bahwa skor sakit memiliki perubahan yang sama dengan range skor pergerakan. Rata-rata
skor sakit menurun dari 5,14 ke 1,26 setelah minggu ketiga. Terjadi penurunan yang cukup besar
pada tingkatan persepsi rasa sakit dan pada pasangan sampel t-test ditemukan adanya perbedaan
nilai yang signifikan secara statistik segera setelah bekam, 1 minggu dan 2 minggu dan juga 3 minggu
setelah bekam (p <0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa intervensi terhadap nyeri lutut anterior
(dengan bekam) dapat mengakibatkan penurunan tingkatan persepsi rasa sakit yang signifikan yang
dirasakan oleh individu (Clark et al, 2000). Juga jelas terlihat bahwa tingkatan rasa sakit maksimum
yang dirasakan oleh individu berkurang sebesar 50% (dari 10/10 menjadi 5/10) di akhir penelitian.
Hasil tersebut sangatlah penting mengingat Terapi Bekam telah lama dianjurkan sebagai terapi yang
efektif untuk mengobati nyeri (Cassileth, 2004 dan Hennawy 2004). Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini melengkapi saran yang dibuat oleh banyak praktisi bekam di seluruh dunia.
Tampak bahwa range pergerakan aktif maupun pasif meningkat cukup baik setelah bekam. The mean
AROM pre cupping was 134.14degrees with the minimum ROM being 95degress. Rerata AROM
sebelum bekam adalah 134.14 derajat dengan ROM minimum 95 derajat. Nilai rerata nya telah
meningkat menjadi 143 derajat pada 1 minggu setelah bekam dan skor minimum telah meningkat
menjadi 124 derajat. Pada minggu ketiga, nilai rerata telah meningkat menjadi 147.24 derajat dan
skor minimum telah meningkat menjadi 128 derajat. Setelah pengujian dengan pasangan sampel t-
test ditemukan adanya perbedaan skor yang signifikan secara statistik beberapa saat setelah bekam,
serta 1, 2 dan 3 minggu setelah bekam (p <0,05). Begitu juga perbedaan yang signifikan secara
statistik terlihat pada PROM. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa terapi bekam secara signifikan
mampu meningkatkan range pergerakan sendi lutut baik aktif maupun pasif.
Adanya penurunan skor sakit tersebut dapat dikaitkan dengan alasan yang rasional yakni bekam
dapat menyebabkan pengeluaran zat seperti morfin (Endorfin), Serotonin atau Kortisol yang pada
akhirnya dapat membantu menghilangkan sakit dan memperbaiki status fisiologis seseorang(Schulte,
1996). Akupressure dan Akupunktur dalam faktanya telah digunakan dan terbukti berguna untuk
meredakan nyeri dan penanganan addiksi/ketagihan(Schulte, 1996; Hinze, 1988; Cadwell, 1998).
Pada tingkat biologis, seperti halnya Akupressure dan Akupunktur, Terapi Bekam bekerja dengan cara
merangsang atau mengaktifkan (1) sistem kekebalan tubuh; (2) Pengeluaran Enkefalin; (3) Pelepasan
neurotransmitter (4) Penyempitan dan pelebaran pembuluh darah serta (5) Gerbang rasa nyeri pada
Sistim Syaraf Pusat (CNS) yang berfungsi mengartikan sensari rasa nyeri (NIH Consensus
Development Panel, 1998; Schulte, 1996). Akhirnya, diyakini bahwa perangsangan pada titik
Akupuntur dapat mengakibatkan Gerbang nyeri menjadi kewalahan dengan cara meningkatkan
frekuensi impulse, sehingga akhirnya menutup gerbang dan dapat meredakan nyeri(Oumeish, 1998;
Cadwell, 1998).
Pengaruh Terapi Bekam terhadap Kenyamanan (Tabel 1 dan 2)
Adalah tidak mungkin untuk mengukur pengaruh intervensi seperti Terapi Bekam secara kwantitas
terhadap kehidupan seseorang dengan sebenar-benarnya. Pendekatan secara kualitatif untuk
mengetahui pengaruh terapi dari perspektif pasien mungkin merupakan interpretasi yang lebih
akurat daripada pengaruh umum. Namun demikian skala analog serupa dengan VAS Sakit yang
digunakan untuk mengukur secara kwantitas pengaruh terapi bekam terhadap kenyamanan
seseorang. Rerata skor kenyamanan VAS telah meningkat dari 7,21 ke 8,23; secara keseluruhan
peningkatannya lebih dari 1. Peningkatan skor kenyamanan stabil sepanjang penelitian, hal tersebut
mencerminkan keyakinan bahwa Terapi Bekam memiliki dampak positif pada kenyamanan. Temuan
ini didukung oleh uji pasangan sampel t-test (p = = 0,05). Hennawy (2004) juga mendukung hal
tersebut.
Oleh karena itu sangatlah wajar untuk menetapkan bahwa adanya manfaat biologis terapi bekam
bersama dengan factor psikologis dalam memberikan kesehatan fisik dan kenyamanan psikologis.
Kesimpulan
Penelitian ini bukan ditujukan untuk suatu bagian penyelidikan semata tapi untuk melaksanakan
perubahan dalam praktek kesehatan. Lebih dari itu tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki
dan juga meningkatkan kesadaran mengenai penanganan dengan terapi bekam dan mendapatkan
hal-hal penting yang berkaitan dengan hal tersebut. Keampuhan dari penggunaan bekam untuk nyeri
lutut anterior, Range Gerakan dan kenyamanan telah mengungkapkan hasil penelitian yang memiliki
perbedaan signifikan secara statistik dalam mendukung Terapi Bekam. Diharapkan juga bahwa
sebagai sebuah tindakan, Terapi Bekam perlu diatur dan dilakukan pencatatan oleh para praktisi yang
mengembangkannya. Penelitian jangka panjang lanjutan yang berkaitan dengan efek Terapi Bekam
harus dilakukan untuk masalah musculoskeletal (otot dan tulang) yang lain.
Lampiran
Lampiran 1
Lampiran 2: Paket Penilaian
Diterjemahkan oleh dr. Abu Hana Untuk http://kaahil.wordpress.com
Referensi
Al Dairani et al,. [n/a] 2001 and 2003 avialable at www.thingsnotsaid.org – accessed June 2005
Al-Jawzeyah I. Q. (10 th century) Medicine of the Prophet. Darussalam International Publications.
Al-Rawi and Nessan AH (1997) Joint hypermobility in patients with chondromalacia patellae.;Br J
Rheumatol 1997 Dec;36(12):1324-7
Al-Rub A (1999) Healing with the Medicine of the Prophet. Darussalam International Publishers and
Distributors.
As-Sawi A, J, M (1992) Proposed Medical research Projects derived from the Qur’an and Sunnah.
Hay’at al-I’jaz al-Ilmi. Makkah Al-mukarramah, Saudi Arabia
Ballegaard, S., Norrelund, S. & Smith, D. F., 1996. Cost-benefit of combined use of acupuncture,
Shiatsu and lifestyle adjustment for treatment of patients with severe angina pectoris. Acupuncture
& Electro-Therapeutics Research. 21(3-4): 187-197
Cadwell, V., 1998. A primer on acupuncture. Journal Emergency Nursing. 24(6): 514-517
Chen A., 1993. Effective acupuncture therapy for stroke and cerebrovascular disease, part I. In:
Gosman-Hedstrom, G.; Glaesson, L.; Klingenstierna, U.; Carlsson, J.; Olausson, B.; Frizell, M.;
Fagerberg, B. & Blomstrand, C., 1998. Effects of acupuncture treatment on daily life activities and
quality of life: a controlled, prospective, and randomized study of acute stroke patients. Stroke: A
Journal of Cerebral Circulation. 29(10): 2100-2108
Chirali, I. Z (1999) Traditional Chinese Medicine Cupping Therapy, 6th Edition. Churchill Livingstone.
Clark D, I (2000), N Downing, J Mitchell, L Coulson, E P Syzpryt, M Doherty. Physiotherapy for anterior
knee pain: a randomised controlled trial Ann Rheum Dis 2000;59:700-704
Commission for Racial Equality (1999) Ethnic minorities in Britain (WWW). Available at
http://www.cre.gov.uk/pdfs/em_fs.pdf (accessed 17 January 2003)
Crespo, C.J., Smit, E., Andersen, R.E., Carter-Pokras, O. and Ainsworth, B.E. (2000) Race/ethnicity,
social class and their relation to physical activity during leisure time: results from the Third National
Health and Nutrition Examination Survey. American Journal of Preventive Medicine 18(1), 46-53
Curtis N, J (2005), Management of Urinary tract Infections: historical perspective and current
strategies: Part 1-before antibiotics. Journal of Urology. 173(1):21-26, January 2005.
Davis, C. M., 1997. Complementary Therapies in Rehabilitation. Holistic Approaches for Prevention
and Wellness. SLACK Inc., Thorofare, New Jersey, USA
Department of Health (2001) National Service Framework for Older People. London, The Stationary
Office
Duckworth, M. (1999) Outcome selection and typology. Physiotherapy 85(1), 21-27
Ernst, E. & White, A. R., 2000. Acupuncture may be associated with serious adverse events. British
Medical Journal. 320(7233): 513
Fairbank 1984) cited by D.P. Johnson 2005 Anatomy, Diagnosis Mechcanics and Management of
Anterior Knee Pain (available from http://www.orthopaedics.co.uk/boc/v2rinfo10.htm – accessed
July 2005
Falkenstrom, M. K., 1998. Pain management of the patient with cancer in the homecare setting.
Journal of Intravenous Nursing. 21(6): 327-334
Felhendler, D. & Lisander, B., 1996. Pressure on acupoints decrease postoperative pain. Clinical
Journal of Pain. 12(4): 326-329
Fessele, K. S., 1996. Managing the multiple causes of nausea and vomiting in the patient with cancer.
Oncology Nursing Forum. 23(9): 1409-1415
Freeman, J.A. (2002) Assessment, outcome measurement and goal setting in physiotherapy practice.
In Edwards, S. (ed) Neurological Physiotherapy (2 nd edition). Churchill Livingstone, London
Hargreaves, S. (2000) Burden of ageing population may be greater than anticipated. The Lancet 355,
2146
Hennawy M (2004). Cupping therapy and Infertility. Available at:
http://www.obgyn.net/english/pubs/features/presentations/hennawy15/280,1 Cupping Therapy and
Infertility. Accessed December 2004.
Hinze, M. L. M., 1988. The effects of therapeutic touch and acupressure on experimentally induced
pain [thesis (Ph.D.)--University of Texas at Austin] Ann Arbor, Mich., U.M.I., America
Jadad, A. R. & Browman, G. P., 1995. The WHO analgesic ladder for cancer pain management:
stepping up the quality of its evaluation. The Journal of the American Medical Association. 274(23):
1870-1873.
Jin, Y.; Wu, L. & Xia, Y., 1996. Clinical study on painless labor under drugs combined with acupuncture
analgesia. Chen Tzu Yen Chiu Acupuncture Research. 21(3): 9-17
King, C., Castro, C., Wilcox, S., Eyler, A.A., Sallis, J.F. and Brownson, R.C. (2000) Personal and
environmental factors associated with physical inactivity among different racial-ethnic groups of U.S
middle-aged and older-adult women. Health Psychology 19(4), 354-364
Lee, T. A (2001) Chinese Way Of Easing Pain – Acupressure. Pain, Symptom Control and Palliative Care
1:1
Levangie, P. K and Norkin, C.C (2001) Joint Structure and Function. A Comprehensive Analysis, 3 rd
Edition
Longsdale, I. (2005) Manager of The Spa at County Hotel, London. Discussion re. ‘the use of cupping
therapy in Eastern Europe’
Michalsen A, Klotz S, Ludtke R, Moebus S, Spahn G, Dobos GJ (2003) . Effectiveness of leech therapy
in osteoarthritis of the knee: a randomized, controlled trial. Ann Intern Med. 2003 Nov 4;139(9):724-
30
Munro, J., Brazier, J., Davey, R. and Nicholl, J. (1997) Physical activity for the over-65’s – could it be a
cost-effective exercise for the NHS? Journal of Public Health Medicine 19(4), 397-402
NIH Consensus Development Panel on Acupuncture, 1998. Acupuncture (NIH consensus conference).
Journal of the American Medical Assoication. 280(17): 1518-1542
Oumeish, O. Y., 1998. The philosophical, cultural, and historical aspects of complementary,
alternative, unconventional, and integrative medicine in the old world. Archives of Dermatology.
134(11): 1373-1386
Pettinger, N. (1998) Age Old Myths. Health Service Journal 108, 24-25
Schulte, E., 1996. Complementary therapies: Acupuncture: Where East meets West. Research
Nursing. 59(10): 55-57
Unschuld P, Medicine in China: A History of Ideas, 1985 University of California Press, Berkeley, CA
Vickers, A. & Zollman, C., 1999. ABC of complementary medicine: Acupuncture (Clinical Review).
British Medical Journal. 319(7215): 973-976
Sumber :
http://sayarbiant.multiply.com/journal/item/88/jurnal_ilmiah_bekam_Penelitian_Penga
ruh_Terapi_Bekam_untuk_Penanganan_Nyeri_Lutut_Anterior_Bagian_Depan_dan_p
otensi_peranannya_dalam_Promosi_Kesehatan?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
%2Fitem Kamis, 26 April 2012 Pk. 01.32 WIB