RMK SAP 6
“PENGARUH FAKTOR POLITIS PADA STANDAR AKUNTANSI”
Oleh :
Anak Agung Dwi Kristiyanthi (1607531158/32)
Destha Della Pragaswari (1607531159/33)
iii
PENGARUH FAKTOR POLITIS PADA STANDAR AKUNTANSI
Proses pembentukan standar akuntansi sering disebut dengan standar setting process.
Pembuatan standar akuntansi tidak lepas dari proses politik. Dalam penyusunan sebuah standar,
terkait banyak pihak dengan berbagai latar belakang, motivasi, dan memiliki kepentingan yang
berbeda-beda baik itu dari pemerintah, swasta, ataupun profesi akuntan itu sendiri terhadap
pembuatan standar akuntansi. Dengan begitu unsur politik dapat berperan dalam penyusunan
suatu stanadar.
Menurut Zaff (2002) dalam jurnal Helmy, “yang dinamakan sebagai proses politik adalah
pembelaan atau pertimbangan self-interested dari pembuatan standar mengenai aspek yang
mungkin diasosiasikan dalam istilah economic consequess. Dalam bukunya yang berjudul
“the rise of Economic Consequences” Zaff mengartiakan konsekuensi ekonomi sebagai “... the
impact of accounting report on the decision making behavior of business, goverment, unions,
investor, and creditor”.
Selain itu Scroeder & Clark (1995: 13) juga menjelaskan dalam jurnal Helmy: “Akuntansi
sebenarnya terbentuk dari fenomena ekonomi dari perkembangan berbagai entitas ekonomi
yang ada, sehingga pembentukan standar akuntansi bukanlah suatu proses yang berjalan serta-
merta, namun sangat memperhatikan aspek konsekuensi ekonomi yang diakibatkannya. Oleh
karenanya apabila proses penyusunan standar penuh dengan tekanan dari berbagai pihak yang
berkepentingan, bukanlah suatu hal yang mengejutkan karena adanya aspek economic
consequences”
Proses penyusunan standar bukanlah suatu proses yang berjalan serta-merta, dan standar-
standar akuntansi tidaklah murni dari teori, tetapi proses penyusunan akuntansi dibentuk
dengan memperhatikan aspek konsekuensi ekonomi. Pembuatan ekonomi yanhg melaui proses
politik bisa beraakibat kepada pandangan masyarakat terhadap standar akuntansi sebagai
permainan politik saja dengan kepentingan masing-masning didalamnya. Sehingga perlu
kehati-hatian dalam proses pembuatannya agar tidak berdampak negatif di pandangan
masyarakat. Misalnya dalam pembuata standar oleh FASB, pihak-pihak yang mempengaruhi
FASB dalam penyusunan standar akuntansi (Gambar 1), Jurnal dari Putra Astika yaitu:
1. FASB
2. Business entitis, yaitu perusahaan yang menyusun laporan keuangan
3. CPAs and accounting firms
4. Preparers, misalanya Financial Executives Institute
5. AICPA (American Institute of Certified Publlic Accountants), AcSec (Accounting
Standards Executive Committe)
1
6. Investing public
7. Academicians
8. Industry association
9. Goverment, seperti SEC (Securities Exchange Commission), IRS (Internal Revenue
Service) dan instansi pemerintahan lainnya.
10. Financial community analysts, banker, etc
2
masing PSAK hasilnya bervariasi yaitu tidak berpengaruh pada PSAK 08 dan PSAK 38,
berpengaruh rendah pada PSAK 51 dan berpengaruh sedang pada PSAK 57.
Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan kelompok yang paling banyak memberikan
tanggapan adalah KAP bukan pembuat laporan keuangan, hal tersebut diduga karena
adanya pandangan pelaku bisnis bahwa standar merupakan tanggung jawab IAI.
Kemudian melalui uji beda proporsi ditemukan tidak terdapat perbedaan pengaruh antar
konstituen, hal ini tidak konsisten dengan the Interest Group Theory. Selanjutnya tidak
ditemukan juga perbedaan pengaruh antara tanggapan yang bersifat substantif dan yang
bersifat bahasa. Namun perbedaan pengaruh ditemukan antar standar yang berarti
pengaruh lobi konstituen tergantung dari standarnya.
Beberapa keterbatasan penelitian diantaranya :
1. Penggunaan tanggapan tertulis sebagai ukuran lobi padahal lobi yang sebenarnya
lebih sering dilakukan lewat jalur non formal.
2. Tanggapan dipandang sebagai suara atau vote yang berarti cenderung tidak
memperhatikan substansi.
3. Kekurangan data mengenai tanggapan konstituen atas eksposure draft.
4. Masih sedikitnya referensi penelitian mengenai lobi konstituen di Indonesia.
Perusahaan yang mempunyai tujuan tertentu melakukan lobi pemerintah untuk
membuat standar sesuai dengan tujuan perusahaan. Dalam situasi tertentu hubungan
personal (perusahaan) dapat menghindari prosedur birokratis yang panjang dan mahal.
Dengan negara yang politik, hukum, dan ekonomi yang lemah, informasi-informasi yang
dibutuhkan perusahaan untuk membantu pencapaian tujuan akan sangat sulit. Dengan
seperti ini perusahaan dan politisi melakukan kesepakatan dengan proses lobi. Proses lobi
tidaklah lepas dalam proses politik. Karena dalam proses politik, pihak-pihak tertetu yang
memiliki kepentingan tersendiri melakukan lobi untuk membuat standar yang nanatinya
membantu perusahaan mencapai tujuannya.
3. Review SFAS 52
Sebagai hasil dari penyebarluasan fokus yang sama dengan yang ditimbulkan oleh
manajemen Massey-Ferguson, FASB memutuskan di tahun 1979 untuk menguji
4
ulang akuntansi untuk translasi mata uang asing. Hasilnya adalah SFAS 52, yang
dikeluarkan pada Desember 1981. Terdapat beragam metode translasi yang
diperlukan dalam SFAS 52. Tahap pertama adalah pembukuan laporan keuangan
asing dalam mata uang lokalnya. Dalam tahap kedua, laporan keuangan ini
ditranslasikan ke dalam pembukuan mata uang fungsional menggunaka metode
temporal (kecuali mata uang lokal adalah mata uang fungsional). Dalam tahap
ketiga, laporan mata uang fungsional ditranslasikan (kecuali mata uang
fungsionalnya adalah dollar US) ke dollar US mengunakan metode tarif sekarang.
Ingat bahwa penyesuaian translasi yang muncul dalam dua kasus pengecualian -
operasi asing yang terintegrasi dan ekonomi inflasi tinggi harus dimasukkan dalam
pendapatan bersih kini dalam SFAS 52, seperti dalam SFAS 8.
4. Kritik SFAS 8 dan SFAS 52
Menurut SFAS 52, tujuan dasar translasi mata uang asing adalah untuk menyediakan
informasi yang secara umum cocok dengan dampak ekonomi yang diharapkan dari
perubahan tarif pada arus kas dan ekuitas perusahaan. Tujuan ini dirasa masuk akal
dan konsisten dengan SFAS 1 dalam Kerangka Konseptual FASB. Karena itu, kita
akan menggunakannya sebagai dasar untuk kritik kita.
SFAS 52 juga mengacu pada kritik pervasif bahwa translasi dalam SFAS 8 tidak
mencerminkan kenyataan yang mendasari operasi asing. Tentunya, Massey-
Ferguson akan setuju degan kritik ini. Namun, kita akan berargumen bahwa SFAS 8
konsisten dengan teori paritas daya beli dan pada tingkat yang lebih rendah, dengan
teori paritas tingkat bunga pada perubahan tarif pertukaran. Kadang, sulit untuk
melihat SFAS 52 konsisten dengan kedua teori ini.
Dampak yang dihasilkan dalam SFAS 8 adalah tidak ada kerugian atau keuntungan
pada aktiva nonmoneter yang dicatat dalam SFAS 8 ketika tarif pertukaran asing
berubah karena aktiva tersebut ditranslasikan pada tarif historis. Jadi, SFAS 8
konsisten dengan teori paritas daya beli, paling tidak berhubungan dengan aktiva
nonmoneter.
Hal ini juga dianggap bahwa SFAS 8 konsisten dengan teori paritas tingkat bunga,
paling tidak sejauh konsentrasi pada kewajiban bersih moneter. Dalam paritas
tingkat bunga, nilai mata uang asing akan melemah dalam pasar pertukaran asing
jika tingkat bunga ekonomi asing akan turun relatif terhadap tingkat bunga di negara
lain. Tingkat bunga yang lebih rendah pada ekonomi asing berarti bahwa perusahaan
yang dikonsolidasi dapat membayar kembali kewajiban bersih moneternya dan
5
meminjam kembali pada tingkat bunga yang lebih rendah; yaitu, perusahaan tersebut
mendapat keuntungan (asumsikan tak ada penalti untuk pembiayaan ulang). Karena
itu, pemasukan keuntungan dan kerugian translasi pada kewajiban bersih moneter
dalam SFAS 8 juga dianggap konsisten dengan teori paritas tingkat bunga.
Karena teori paritas tingkat bunga tidak membuat hubungan langsung antara tingkat
harga dalam ekonomi asing dan tarif pertukaran, maka sulit untuk menilai apakah
hal ini konsisten dengan translasi SFAS 8 pada aktiva nonmoneter pada tarif historis.
5. Contoh Konsekuensi Ekonomis Standar Akuntansi
Stephen A. Zeff, seorang tokoh akuntansi yang paling persuasif berkaitan dengan
konsekuensi ekonomi, mengenalkan konsep ini dalam artikelnya tahun 1978 yang
berjudul “The Rise of Economic Consequences”. Zeff (1978) mendefinisikan
economic consequences sebagai dampak laporan akuntansi terhadap perilaku
pengambilan keputusan bisnis, pemerintah, dan kreditor. Esensi definisi tersebut
adalah bahwa laporan akuntansi dapat mempengaruhi (affect) keputusan nyata oleh
manajer dan pihak lain, tidak hanya sekedar menggambarkan (reflecting) hasil
keputusan yang dibuat. Zeff mendokumentasikan beberapa contoh di Amerika
Serikat dimana bisnis, asosiasi industri, dan pemerintah mencoba mempengaruhi,
atau telah mempengaruhi, standar akuntansi yang disusun oleh Accounting
Principles Board (APB) dan pendahulunya the Committee on Accounting Procedure
(CAP).
Economic consequences adalah konsep yang menyatakan bahwa, walaupun
bertentangan dengan implikasi teori pasar modal efisien, pilihan kebijakan akuntansi
dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Walaupun dengan implikasi kebijakan teori
pasar modal efisien, tampak bahwa pilihan kebijakan akuntansi memiliki
konsekuensi ekonomi bagi pamakai laporan keuangan, walaupun tidak secara
langsung mempengaruhi aliran kas perusahaan.
Esensi dari economic consequences adalah bahwa kebijakan akuntansi dan
perubahan kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu permasalahan (matter),
terutama permasalahan bagi manajemen. Akan tetapi, apabila hal tersebut
merupakan permasalahan bagi manajemen, kebijakan akuntansi juga permasalahan
bagi investor yang memiliki perusahaan karena manajer dapat mengubah hasil
operasi operasi perusahaan sesungguhnya dengan melakukan perubahan kebijakan
akuntansi.
6
Economic consequences muncul karena perusahaan melakukan kontrak seperti
kompensasi eksekutif (executive compensation) dan kontrak utang (debt contract).
Kebijakan akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi yang
penting bagi investor. Manajer dapat menggunakan sumber informasi berupa pilihan
kebijakan akuntansi yang dipilih sebagai sinyal tentang informasi dalam dari
perusahaan.
Teori pasar modal efisien gagal menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan teori pasar
modal efisien, suatu perubahan akuntansi direaksi oleh pasar hanya apabila
perubahan akuntansi tersebut berpengaruh terhadap arus kas perusahaan. Economic
consequences diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan
akuntansi walaupun perubahan kebijakan akuntansi tersebut tidak berpengaruh
secara langsung terhadap arus kas. Karena itu, economic consequences merupakan
salah satu anomali pasar modal efisien. Teori akuntansi positif (Positive Accounting
Theory/PAT) adalah penjelasan terhadap adanya economic consequences.
7
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Helmi. “Konsekuensi Ekonomi Dan Proses Politik Dalam Penyusunan Standar
Akuntansi”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (IQTISHODUNA), 2006.
https://www.scribd.com/doc/240179775/Pengaruh-Lobi-Pada-Standar-Akuntansi#download
(diakses pada 30 September 2018)
http://msa15.blogspot.co.id/2012/02/konsekuensi-ekonomi.html
(diakses pada 30 September 2018 )
https://www.academia.edu/7289207/FAKTOR-
FAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI_PEMBUATAN_STANDAR_AKUNTANSI_FEBR
INA_NASTITI_RIDHA_11312116
(diakses pada 30 September 2018)