Anda di halaman 1dari 16

A.

PSAK 18: AKUNTANSI DAN PELAPORAN PROGRAM MANFAAT


PURNAKARYA (DANA PENSIUN)
PSAK 18 mengatur tentang akuntansi dan pelaporan program manfaat
purnakarya untuk semua peserta sebagai suatu kelompok. PSAK 18 ini melengkapi
PSAK 24 (revisi 2010): Imbalan Kerja. Program manfaat purnakarya dapat berupa
program iuran pasti atau program manfaat pasti.
Dalam hal program manfaat purnakarya diselenggarakan sebagai dana program
terpisah, maka program ini harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Program manfaat purnakarya dengan aset yang diinvestasikan pada perusahaan
asuransi tunduk pada perlakuan akuntansi dan persyaratan pendanaan yang sama seperti
halnya perjanjian investasi swasta. Dengan demikian, program tersebut masuk dalam
ruang lingkup pernyataan ini kecuali kontrak dengan perusahaan asuransi tersebut
adalah atas nama peserta atau kelompok peserta tertentu, dan kewajiban manfaat
pensiun tersebut merupakan tanggung jawab perusahaan asuransi. Pernyataan ini tidak
mengatur tentang kesejahteraan karyawan dalam bentuk lain, misalnya kewajiban
pemberian pesangon, perjanjian kompensasi yang ditangguhkan (deferred
compensation arrangements), tunjangan cuti jangka panjang, pensiun dini tertentu atau
program pemutusan kontrak kerja, tunjangan kesehatan dan kesejahteraan, atau
program bonus. Jaminan sosial pemerintah juga diluar lingkup Pernyataan ini.
IAS 26 Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plans diadopsi menjadi
ED PSAK 18 (revisi 2010): Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya.
Alasan penggunaan kata purnakarya karena hal ini berkenaan dengan keadaan atau
kedudukan setelah selesai berdinas, bukan hanya dana pensiun (pusat bahasa). Kata
pensiun sering dianalogikan selesai bekerja karena memasuki umur pensiun.
Sedangkan purnakarya memiliki arti yang lebih luas yakni bisa saja selesai bekerja
sesuai dengan perencanaan atau kontrak kerjanya
Program manfaat purnakarya adalah perjanjian untuk setiap entitas yang
menyediakan manfaat purnakarya untuk karyawan pada saat atau setelah berhenti
bekerja (baik dalam bentuk iuran bulanan atau lumpsum) ketika manfaat semacam itu,
atau iuran selanjutnya untuk karyawan, dapat ditentukan atau diestimasi sebelum
purnakarya berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam dokumen atau
praktik-praktik entitas.

1
1. Program Iuran Pasti
Program iuran pasti adalah program manfaat purnakarya dimana jumlah yang
dibayarkan sebagai manfaat purnakarya ditetapkan berdasarkan iuran ke suatu dana
bersama pendapatan investasi selanjutnya. Dalam program ini termasuk program
iuran pasti yang diatur dalam peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam program iuran pasti, jumlah manfaat masa depan yang diterima oleh
peserta ditentukan dari jumlah iuran yang dibayarkan pemberi kerja, peserta atau
keduanya dan efisiensi kegiatan operasional serta pendapatan investasi atas dana
purnakarya tersebut. Kewajiban pemberi kerja biasanya diselesaikan melalui
kontribusinya kepada dana purnakarya. Bantuan aktuaris biasanya tidak diperlukan
walaupun kadang-kadang digunakan untuk mengestimasi manfaat purnakarya yang
akan diterima peserta berdasarkan iuran saat ini dan variasi tingkat iuran di masa
depan serta pendapatan investasi.
Peserta berkepentingan mengetahui kegiatan program purnakarya karena secara
langsung mempengaruhi tingkat manfaat purnakarya yang akan diterima di masa
depan. Peserta berkepentingan mengetahui apakah iuran telah diterima dan
pengendalian yang tepat telah dilakukan untuk melindungi hak-hak penerima
manfaat purnakarya. Pemberi kerja berkepentingan pada kegiatan operasional yang
efisien dan wajar atas program purnakarya.
Tujuan pelaporan program iuran pasti adalah memberikan informasi secara
periodik mengenai penyelenggaraan program purnakarya dan kinerja investasinya.
Tujuan tersebut lazimnya dapat dipenuhi dengan menyusun laporan, antara lain
terdiri atas:
a. penjelasan atas kegiatan signifikan program manfaatpurnakarya selama suatu
periode pelaporan dan dampak setiap perubahan yang terkait dengan program
tersebut, keanggotaan, syarat dan kondisi;
b. pelaporan tentang transaksi dan kinerja investasi selama periode pelaporan dan
posisi keuangan program purnakarya pada akhir periode pelaporan; dan
c. penjelasan atas kebijakan investasi
2. Program Manfaat Pasti
Program manfaat pasti adalah program manfaat purnakarya dimana jumlah
yang dibayarkan sebagai manfaat purnakarya ditentukan dengan mengacu pada
formula yang biasanya didasarkan pada penghasilan karyawan dan/atau masa kerja.

2
Dalam program ini termasuk program manfaat pasti yang diatur dalam peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku
Dalam program manfaat pasti, pembayaran kewajiban manfaat purnakarya
terjanji tergantung pada posisi keuangan program purnakarya dan kemampuan
peserta untuk membentuk iuran masa depan program purnakarya maupun kinerja
investasi dan efisiensi kegiatan operasional program purnakarya.
Program manfaat purnakarya membutuhkan bantuan aktuaris secara periodik
untuk menilai kondisi keuangan setiap program manfaat purnakarya, mengkaji
kembali asumsi aktuaris dan merekomendasikan tingkat iuran masa depan.
Tujuan pelaporan program manfaat purnakarya adalah memberikan informasi
secara periodik tentang sumber daya keuangan dan kegiatan dari program manfaat
purnakarya yang berguna untuk menilai hubungan antara akumulasi sumber daya
dan manfaat program selama jangka waktu. Tujuan ini lazimnya dapat dicapai
dengan menyusun laporan keuangan yang antara lain terdiri atas:
a. penjelasan mengenai kegiatan penting selama suatu periode pelaporan dan
dampak setiap perubahan terkait dengan program manfaat purnakarya,
keanggotaan, syarat dan kondisi;
b. pelaporan tentang transaksi dan kinerja investasi selama periode pelaporan dan
posisi keuangan program manfaat purnakarya pada akhir periode pelaporan
c. informasi aktuaria sebagai salah satu bagian dari laporan atau sebagai laporan
terpisah; penjelasan tentang kebijakan investasi.
Laporan keuangan program manfaat pasti terdiri atas:
a. Laporan yang menyajikan:
i. aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya;
ii. nilai kini aktuaria atas manfaat purnakarya terjanji yang membedakan
antara manfaat telah menjadi hak (vested benefits) dan manfaat belum
menjadi hak (non-vested benefits); dan
iii. surplus atau defisit; atau
b. laporan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya termasuk salah satu dari:
i. catatan yang mengungkapkan nilai kini aktuaria atas manfaat
purnakarya terjanji, yang membedakan antara manfaat telah menjadi
hak dan manfaat belum menjadi hak; atau
ii. referensi atas informasi aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya
disertakan dalam laporan aktuaris. Jika penilaian aktuaria belum
3
disajikan pada tanggal pelaporan keuangan, penilaian terakhir
digunakan sebagai dasar penyusunan dan tanggal penilaian
diungkapkan.

Laporan keuangan menjelaskan hubungan antara nilai kini aktuaria atas manfaat
purnakarya terjanji dengan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya, dan
kebijakan untuk pendanaan kewajiban manfaat purnakarya.

3. Nilai Kini Aktuaria Atas Manfaat Purnakarya Terjanji


Nilai kini dari pembayaran yang diharapkan oleh program manfaat purnakarya
yang dapat dihitung dan dilaporkan dengan menggunakan tingkat gaji kini atau
tingkat gaji proyeksi sampai dengan masa purnakarya peserta. Alasan yang
diberikan untuk menerapkan pendekatan gaji kini antara lain:
a. nilai kini aktuaria atas manfaat purnakarya terjanji, merupakan penjumlahan
dari seluruh gaji saat ini dapat diatribusikan ke setiap peserta dalam program
manfaat purnakarya, dapat dihitung lebih obyektif daripada tingkat gaji
proyeksi karena melibatkan lebih sedikit asumsi;
b. peningkatan manfaat yang dapat diatribusikan ke dalam kenaikan gaji menjadi
kewajiban program manfaat purnakarya pada saat kenaikan gaji; dan
c. jumlah nilai kini aktuaria atas manfaat purnakarya terjanji menggunakan tingkat
gaji kini yang secara umum lebih terkait erat dengan jumlah terutang pada
peristiwa penghentian atau pemutusan program purnakarya.
Alasan yang diberikan untuk menerapkan pendekatan proyeksi gaji adalah sebagai
berikut:
a. informasi keuangan seharusnya disajikan atas dasar kelangsungan usaha,
terlepas dari asumsi-asumsi dan estimasi yang harus dibuat;
b. pada akhir pembayaran program manfaat purnakarya, manfaat ditentukan
dengan mengacu pada gaji saat atau mendekati tanggal purnakarya; oleh karena
itu gaji, tingkat iuran dan tingkat pengembalian harus diproyeksikan; dan
c. kesalahan untuk tidak memasukkan proyeksi gaji (sementara sebagian besar
pendanaan didasari oleh proyeksi gaji) hal ini dapat mengakibatkan pelaporan
pendanaan tampak berlebih tapi nyatanya tidak atau pendanaan terlihat cukup
memadai tapi nyatanya kurang.

4
4. Isi Laporan Keuangan
Pada program manfaat pasti, informasi disajikan dalam salah satu format
berikut, yang mencerminkan perbedaan praktek pengungkapan dan penyajian
informasi aktuaris:
a. Suatu laporan dimasukkan dalam laporan keuangan yang memperlihatkan aset
neto tersedia untuk manfaat purnakarya, nilai kini aktuaria atas manfaat
purnakarya terjanji, dan hasil surplus atau defisit. Laporan keuangan program
manfaat purnakarya juga berisi laporan perubahan aset neto tersedia untuk
manfaat purnakarya dan perubahan nilai kini aktuaria atas manfaat purnakarya
terjanji. Laporan keuangan dapat disertai laporan aktuaris terpisah yang
mendukung nilai kini aktuaria atas manfaat purnakarya terjanji;
b. Laporan keuangan termasuk laporan aset neto tersedia untuk manfaat
purnakarya dan laporan perubahan asset tersedia untuk manfaat purnakarya.
Nilai kini aktuaria atas manfaat purnakarya terjanji diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan. Laporan keuangan dapat juga disertai laporan aktuaris
yang mendukung nilai kini aktuaria atas manfaat purnakarya terjanji; dan
c. Laporan keuangan termasuk laporan aset neto tersedia untuk manfaat
purnakarya dan laporan perubahan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya
dengan menggunakan nilai kini aktuaria atas manfaat purnakarya terjanji yang
terdapat dalam laporan aktuaris terpisah.

Pada setiap bentuk laporan wali amanat yang bersifat laporan manajemen atau
direksi dan laporan investasi dapat dilampirkan dalam laporan keuangan.

5. Program Purnakarya
a. Penilaian Aset Program Purnakarya
Investasi program manfaat purnakarya harus diakui pada nilai wajar.
Pada kasus surat berharga yang diperdagangkan, maka nilai wajar adalah nilai
pasar. Pada investasi program purnakarya yang dimiliki seandainya estimasi
nilai wajar tidak mungkin, maka pengungkapan harus dibuat berisi alasan
mengapa nilai wajar tidak dapat digunakan
Dalam kasus surat berharga yang diperdagangkan pada nilai wajar
biasanya menggunakan nilai pasar karena dianggap sebagai nilai yang paling
tepat untuk mengukur nilai surat berharga pada tanggal pelaporan dan kinerja
investasi selama periode tersebut. Surat-surat berharga yang nilai jatuh

5
temponya sudah ditetapkan dan memang dimaksudkan untuk membayar
manfaat purnakarya, atau bagian yang spesifik dari setiap program purnakarya,
dinilai berdasarkan nilai jatuh temponya dengan asumsi tingkat pengembalian
yang tetap. Investasi program purnakarya yang dimiliki namun tidak
memungkinkan menggunakan nilai wajar, misalnya seluruh kepemilikkan
entitas, maka perlu diungkapkan mengapa nilai wajar tidak bisa digunakan.
Sepanjang investasi dicatat pada jumlah selain nilai pasar atau nilai wajar, maka
nilai wajarnya biasanya juga diungkapkan. Aset yang digunakan untuk
operasional pendanaan dicatat sesuai dengan penerapan Pernyataan lain.
b. Pengungkapan dan Pelaporan
Laporan keuangan program manfaat purnakarya yang berupa manfaat
pasti atau iuran pasti, berisi informasi berikut ini:
i. laporan perubahan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya;
ii. ringkasan dari kebijakan akuntansi yang signifikan; dan
iii. penjelasan mengenai program purnakarya dan pengaruh setiap
perubahan program purnakarya selama periode tersebut.

Laporan keuangan yang disediakan oleh program manfaat purnakarya


termasuk berikut ini, jika memungkinkan:

i. laporan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya, mengungkapkan:


ii. aset pada akhir periode bersangkutan sesuai klasifikasinya;
iii. dasar penilaian aset;
iv. rincian setiap investasi tunggal yang melebihi 5% dari aset neto tersedia
untuk manfaat purnakarya atau 5% untuk setiap kelas atau jenis surat
berharga;
v. rincian setiap investasi pemberi kerja; dan
vi. liabilitas kecuali nilai kini aktuaria atas manfaat purnakarya terjanji;

Laporan perubahan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya


menyajikan hal-hal sebagai sebagai berikut:

i. iuran pemberi kerja;


ii. iuran karyawan;
iii. pendapatan investasi seperti bunga dan deviden;
iv. pendapatan lain-lain;

6
v. manfaat yang dibayarkan dan terutang (analisis, misalnya purnakarya,
kematian dan cacat, serta pembayaran secara lumpsum);
vi. beban administrasi;
vii. beban lain-lain;
viii. pajak penghasilan
ix. laba rugi pelepasan investasi dan perubahan nilai investasi; dan
x. transfer dari dan untuk program purnakarya lain;
c. penjelasan mengenai kebijakan pendanaan;
d. untuk program manfaat pasti, nilai kini aktuaria atas manfaat terjanji yang
membedakan antara manfaat telah menjadi hak (vested benefits) dan manfaat
belum menjadi hak (non-vested benefits) berdasarkan manfaat terjanji sesuai
persyaratan program purnakarya, jasa yang diberikan pada tanggal pelaporan
dan menggunakan tingkat gaji kini atau tingkat gaji proyeksi; informasi ini
termasuk lampiran laporan aktuaris yang disajikan bersama dengan laporan
keuangan terkait;
e. Untuk program manfaat pasti, penjelasan signifikan mengenai asumsi aktuaris
yang dibuat dan metode yang digunakan untuk menghitung nilai kini aktuaria
atas manfaat purnakarya terjanji.

Pelaporan program manfaat purnakarya berisi penjelasan atas program


purnakarya, komponen laporan keuangan atau laporan keuangan tersendiri.
Laporan tersebut berisi hal-hal berikut ini:

a. nama pemberi kerja dan kelompok karyawan yang menjadi peserta program
manfaat purnakarya;
b. jumlah peserta yang menerima manfaat purnakarya dan jumlah peserta lain
yang diklasifi kasikan dengan tepat;
c. jenis program purnakarya, program iuran pasti atau program manfaat pasti;
d. catatan untuk mengetahui apakah peserta mempunyai kontribusi pada program
purnakarya;
e. penjelasan kewajiban manfaat purnakarya kepada peserta;
f. penjelasan persyaratan penghentian setiap program purnakarya; dan
g. perubahan dalam huruf (a) sampai (f) pada periode pelaporan tercakup dalam
laporan.

7
B. PSAK 53: PEMBAYARAN BERBASIS SAHAM
PSAK 53 merupakan pernyataan standar akuntansi yang diterapkan untuk
transaksi pembayaran berbasis saham ketika entitas memperoleh atau menerima barang
atau jasa. Tujuan dari pernyataan ini adalah untuk mengatur pelaporan keuangan entitas
yang melakukan transaksi pembayaran berbasis saham. Secara khusus, pernyataan ini
mempersyaratkan entitas untuk menyajikan dalam laporan laba rugi dan laporan posisi
keuangan dampak ransaksi pembayaran berbasis saham, termasuk biaya yang
berhubungan dengan transaksi pemberian opsi saham kepada karyawan.
Ruang lingkup dari pernyataan ini adalah Entitas menerapkan PSAK ini untuk
akuntansi seluruh transaksi pembayaran berbasis saham, apakah entitas dapat
mengidentifikasikan secara khusus beberapa atau seluruh barang dan jasa yang
diterima, termasuk: Transaksi pembayaran berbasis saham dengan penyelesaian
instrumen ekuitas, Transaksi pembayaran berbasis saham dengan penyelesaian kas,
dan Transaksi di mana entitas menerima atau memperoleh barang atau jasa dan syarat
perjanjiannya memberikan pilihan kepada entitas atau pemasok barang atau jasa
mengenai penyelesaian transaksi apakah dengan kas (atau aset lain) atau dengan
penerbitan instrumen ekuitas. PSAK 53 juga menggunakan istilah “ nilai wajar” dengan
cara yang berbeda dalam beberapa hal dari definisi nilai wajar dalam PSAK 68:
Pengukuran Nilai Wajar. Oleh karena itu, ketika menerapkan PSAK 53 entitas
mengukur nilai wajar sesuai dengan PSAK 53 bukan PSAK 68.
Terdapat beberapa definisi dalam pernyataan ini, yaitu:
a. Instrumen ekuitas, adalah suatu kontrak yang menunjukkan adanya hak residual
atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan semua liabilitas entitas tersebut.
b. Instrumen ekuitas yang diberikan, adalah hak (dengan persyaratan atau tanpa
persyaratan) atas instrumen ekuitas suatu entitas yang diberikan oleh entitas
tersebut kepada pihak lain dalam suatu perjanjian pembayaran berbasis saham.
c. Kondisi vesting, adalah kondisi yang menentukan apakah entitas menerima jasa
yang memberikan hak kepada pihak lawan transaksi untuk menerima kas, aset lain
atau instrumen ekuitas entitas, pada perjanjian pembayaran berbasis saham.
d. Kondisi vesting kinerja pasar, adalah suatu kondisi yang terkait dengan harga pasar
instrumen ekuitas entitas yang menjadi persyaratan harga eksekusi, vesting, atau
ketereksekusian (exercisability) suatu instrumen ekuitas, seperti pencapaian harga
tertentu dari saham atau nilai intrinsik tertentu dari opsi saham, atau pencapaian

8
target tertentu yang didasarkan atas harga pasar instrumen ekuitas entitas secara
relatif terhadap indeks harga pasar instrumen ekuitas entitas lain.
e. Nilai intrinsik, adalah selisih antara nilai wajar saham, dengan mana pihak lawan
transaksi memiliki hak (dengan persyaratan atau tanpa persyaratan) untuk memesan
atau menerima, dengan harga (jika ada) yang mana pihak lawan transaksi
disyaratkan (atau akan disyaratkan) untuk membayar saham tersebut.
f. Nilai wajar, adalah suatu jumlah dengan mana suatu aset dapat dipertukarkan, suatu
liabilitas dapat diselesaikan, atau instrumen ekuitas yang diberikan dapat
dipertukarkan antara pihak yang mengerti dan berkeinginan dalam suatu transaksi
yang wajar.
g. Opsi penambahan kembali, adalah opsi saham baru yang diberikan apabila saham
digunakan untuk memenuhi harga eksekusi opsi saham terdahulu.
h. Opsi saham, adalah kontrak yang memberikan hak kepada pemegangnya, tetapi
tidak kewajiban (obligation), untuk membeli saham entitas pada suatu harga
tertentu atau yang dapat ditentukan selama periode waktu tertentu.
i. Pengaturan pembayaran berbasis saham, adalah persetujuan antara entitas (atau
kelompok entitas lain atau setiap pemegang saham tiap kelompok entitas) dan pihak
lain (termasuk karyawan) yang menyebabkan pihak lain berhak untuk menerima (a)
kas atau aset lain entitas dengan jumlah yang didasarkan atas harga (atau nilai)
instrumen ekuitas (termasuk saham atau opsi saham) entitas atau kelompok entitas
lain, atau (b) instrumen ekuitas (termasuk saham atau opsi saham) entitas atau
kelompok entitas lain, apabila kondisi vesting tertentu terpenuhi.
j. Periode vesting, adalah periode dimana semua kondisi vesting yang ditentukan
dalam perjanjian pembayaran berbasis saham harus dipenuhi.
k. Transaksi pembayaran berbasis saham, adalah transaksi yang mana entitas: (a)
menerima barang atau jasa dari pemasok barang atau jasa tersebut (termasuk
karyawan) dalam pengaturan pembayaran berbasis saham, atau (b) menimbulkan
kewajiban untuk menyelesaikan transaksi dengan pemasok dalam pengaturan
pembayaran berbasis saham jika kelompok entitas lain menerima barang atau jasa
tersebut.
l. Transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan instrumen ekuitas,
adalah transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan instrumen
ekuitas: Suatu transaksi pembayaran berbasis saham di mana entitas (a) menerima
barang atau jasa sebagai imbalan atas instrument ekuitasnya (termasuk saham dan
9
opsi saham), atau (b) menerima barang atau jasa tetapi tidak memiliki kewajiban
untuk menyelesaikan transaksi dengan pemasok.
m. Transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan kas, adalah
transaksi pembayaran berbasis saham dimana entitas memperoleh barang atau jasa
dengan menimbulkan liabilitas untuk mentransfer kas atau aset lainnya kepada
pemasok barang atau jasa tersebut dengan jumlah yang didasarkan pada harga (atau
nilai) instrumen ekuitas (termasuk saham dan opsi saham) entitas atau instrumen
ekuitas kelompok.
1. Pengakuan
Entitas mengakui barang atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam transaksi
pembayaran berbasis saham pada saat memperoleh barang atau pada saat jasa
diterima. Entitas juga harus mengakui kenaikan nilai ekuitas terkait jika barang atau
jasa diterima dalam transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan
instrumen ekuitas, atau kenaikan nilai liabilitas jika barang atau jasa diperoleh
dalam transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan kas. Jika
barang atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam transaksi pembayaran berbasis
saham tidak memenuhi kualifikasi pengakuan sebagai aset, maka barang atau jasa
tersebut diakui sebagai beban.
2. Transaksi Pembayaran Berbasis Saham yang Diselesaikan Dengan Instrumen
Ekuitas
Untuk transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan
instrumen ekuitas, entitas mengukur barang atau jasa yang diterima dan kenaikan
terkait di ekuitas, secara langsung, dengan mengacu pada nilai wajar barang atau
jasa yang diterima, kecuali jika nilai wajar tersebut tidak dapat diestimasi secara
andal. Jika entitas tidak dapat mengestimasi nilai wajar barang atau jasa yang
diterima secara andal, maka entitas harus mengukur nilai barang dan jasa tersebut
dan kenaikan terkait di ekuitas, secara tidak langsung dengan mengacu pada nilai
wajar instrumen ekuitas yang diberikan
Dalam hal tidak ada bukti yang menunjukkan keadaan tapi sebaliknya, entitas
harus mengasumsikan bahwa jasa yang diberikan pihak lawan transaksi
diperhitungkan sebagai imbalan atas instrumen ekuitas telah diterima. Dalam kasus
ini, pada tanggal pemberian entitas harus mengakui jasa yang diterima secara penuh
sebesar kenaikan ekuitas terkait.

10
Untuk transaksi yang diukur dengan mengacu pada nilai wajar instrumen
ekuitas yang diberikan, entitas harus mengukur nilai wajar instrumen ekuitas yang
diberikan pada tanggal pengukuran berdasarkan harga pasar jika tersedia, dengan
mempertimbangkan syarat dan ketentuan pemberian instrumen ekuitas.
Pemberian instrumen ekuitas dengan kondisi vesting kinerja pasar, entitas harus
mengakui barang atau jasa yang diterima dari pihak lawan transaksi yang telah
memenuhi seluruh kondisi vesting lainnya (misalnya jasa yang diterima dari
karyawan yang tetap bekerja selama masa kerja tertentu), tanpa memperhatikan
apakah kondisi vesting kinerja pasar tersebut terpenuhi.
Untuk pemberian instrumen ekuitas dengan kondisi non-vesting, entitas harus
mengakui barang atau jasa yang diterima dari pihak lawan transaksi yang telah
memenuhi seluruh kondisi vesting yang bukan kondisi vesting kinerja pasar
(misalnya jasa yang diterima dari karyawan yang tetap bekerja selama masa kerja
tertentu), tanpa memperhatikan apakah kondisi non-vesting tersebut telah
terpenuhi.
Untuk opsi dengan fitur penambahan kembali, fitur tersebut seharusnya tidak
dipertimbangkan ketika mengestimasi nilai wajar opsi yang diberikan pada tanggal
pengukuran. Sebaliknya, opsi penambahan kembali harus dihitung sebagai
pemberian opsi baru, jika dan pada saat opsi penambahan kembali selanjutnya
diberikan.
Setelah mengakui barang atau jasa yang diterima sesuai dengan paragraf dan
kenaikan ekuitas terkait, entitas tidak boleh membuat penyesuaian terhadap total
ekuitas setelah tanggal vesting. Sebagai contoh, entitas tidak boleh membalik
jumlah yang diakui untuk jasa yang diterima dari karyawan jika instrumen ekuitas
yang vested kemudian menjadi hangus , atau dalam hal opsi saham, opsi tersebut
tidak dieksekusi.
Dalam kasus yang jarang terjadi, entitas mungkin tidak dapat mengestimasi
nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan secara andal pada tanggal pengukuran,
sesuai dengan ketentuan.
Entitas mungkin memodifikasi syarat dan ketentuan pemberian instrumen
ekuitas. Sebagai contoh, entitas dapat mengurangi harga eksekusi opsi yang
diberikan kepada karyawan (yaitu menentukan kembali harga opsi), yang
meningkatkan nilai wajar opsi tesebut. Ketentuan pada paragraf 27-29 untuk
menghitung dampak modifikasi tersebut dinyatakan dalam konteks transaksi
11
pembayaran berbasis saham dengan karyawan. Akan tetapi, persyratan tersebut
juga harus diterapkan atas transaksi pembayaran berbasis saham dengan pihak lain
selain karyawan yang diukur dengan mengacu pada nilai wajar instrumen ekuitas
yang diberikan.
3. Transaksi Pembayaran Berbasis Saham yang Diselesaikan Dengan Kas
Untuk transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan kas,
entitas harus mengukur barang atau jasa yang diperoleh dan liabilitas yang timbul
sebesar nilai wajar liabilitas. Sampai dengan liabilitas tersebut diselesaikan, entitas
harus mengukur kembali nilai wajar liabilitas pada setiap akhir periode pelaporan
dan pada tanggal penyelesaian, dimana setiap perubahan nilai wajar diakui dalam
laporan laba rugi pada periode tersebut. Sebagai contoh, entitas mungkin
memberikan karyawan hak atas kenaikan harga saham sebagai bagian dari paket
remunerasi, dimana karyawan akan memperoleh hak untuk menerima pembayaran
kas di masa depan (dan bukannya instrumen ekuitas), berdasarkan kenaikan harga
saham entitas dari tingkat tertentu selama periode waktu tertentu. Atau entitas
mungkin memberikan kepada karyawan hak untuk menerima pembayaran kas di
masa depan berupa hak atas saham (termasuk saham yang akan diterbitkan karena
adanya eksekusi opsi saham) yang dapat ditebus, baik karena diwajibkan (misalnya
karena penghentian kontrak kerja) atau atas pilihan karyawan.
4. Transaksi Pembayaran Berbasis Saham Dengan Pilihan Kas
Untuk transaksi pembayaran berbasis saham dimana persyaratan pengaturannya
memberikan pilihan kepada entitas atau pihak lawan transaksi untuk menyelesaikan
transaksi apakah akan diselesaikan dengan kas (atau aset lain) atau dengan
penerbitan instrumen ekuitas, maka entitas harus mencatat transaksi atau komponen
transaksi tersebut sebagai transaksi pembayaran berbasis saham dengan
penyelesaian kas, jika dan sepanjang, entitas telah menimbulkan liabilitas untuk
diselesaikan dengan kas atau aset lain, atau sebagai transaksi pembayaran berbasis
saham dengan diselesaikan instrumen ekuitas jika dan sepanjang, tidak terdapat
liabilitas yang timbul.
a. Transaksi Pembayaran Berbasis Saham dengan Persyaratan Pengaturan yang
Memberikan Pilihan Penyelesaian kepada Pihak Lawan
Jika entitas memberikan hak kepada pihak lawan untuk memilih
transaksi pembayaran berbasis saham akan diselesaikan dengan kas atau dengan
menerbitkan instrumen ekuitas, maka entitas telah memberikan instrumen
12
keuangan majemuk, yang meliputi komponen utang dan komponen ekuitas.
Untuk transaksi dengan pihak selain karyawan, yang nilai wajar barang atau
jasa yang diterima diukur secara langsung, entitas mengukur komponen ekuitas
dan instrumen keuangan majemuk sebesar perbedaan antara nilai wajar barang
atau jasa yang diterima dan nilai wajar komponen utang, pada tanggal barang
atau jasa diterima.
b. Transaksi Pembayaran Berbasis Saham dengan Persyaratan Pengaturan yang
Memberikan Pilihan Penyelesaian kepada Entitas
Untuk transaksi pembayaran berbasis saham yang persyaratan
pengaturannya memberikan entitas pilihan akan diselesaikan dengan kas atau
dengan menerbitkan instrumen ekuitas, entitas menentukan apakah entitas
memiliki kewajiban kini untuk menyelesaikan dengan kas dan mencatat
transaksi pembayaran berbasis saham secara tepat. Entitas memiliki kewajiban
kini untuk menyelesaikan dengan kas jika pilihan penyelesaian dengan
instrumen ekuitas tidak memiliki subtansi komersial, atau entitas memiliki
praktik masa lalu atau kebijakan tertulis mengenai penyelesaian dengan kas,
atau secara umum menyelesaikan dengan jika pihak lawan meminta
penyelesaian dengan kas.
5. Pembayaran Berbasis Saham Antar Kelompok Entitas
Untuk transaksi pembayaran berbasis saham antar kelompok entitas, dalam
laporan keuangan tersendiri atau individual, entitas yang menerima barang atau jasa
mengakui barang atau jasa yang diterima sebagai transaksi pembayaran berbasis
saham yang diselesaikan dengan instrumen ekuitas atau diselesaikan dengan kas
dengan menilai:
a. Sifat dari penghargaan yang diberikan
b. Hak dan kewajiban yang dimiliki entitas
Jumlah yang diakui oleh entitas yang menerima barang atau jasa dapat berbeda
dari jumlah yang diakui oleh kelompok usaha yang dikonsolidasi atau oleh
kelompok entitas lain yang menyelesaikan transaksi pembayaran berbasis saham.
Entitas yang menerima barang atau jasa mengukur barang atau jasa yang diterima
sebagai transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan instrumen
ekuitas jika:
a. Penghargaan yang diberikan adalah instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas
atau
13
b. Entitas tidak memiliki kewajiban untuk menyelesaikan transaksi pembayaran
berbasis saham.
Entitas kemudian mengukur kembali transaksi pembayaran berbasis saham
yang diselesaikan dengan instrumen ekuitas tersebut hanya untuk perubahan dalam
kondisi vesting nonpasar sesuai dengan penjelasan sebelumnya. Dalam keadaan
lain, entitas yang menerima barang atau jasa mengukur barang atau jasa tersebut
sebagai transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan kas.
6. Pengungkapan
Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan
keuangan untuk memahami sifat dan luas pengaturan pembayaran berbasis saham
yang selama periode. Untuk memberi dampak penerapan prinsip penjelasan
sebelumnyam entitas mengungkapkan sekurang-kurangnya hal berikut:
a. Deskripsi mengenai setiap jenis pengaturan pembayaran berbasis saham yang
ada pada setiap waktu selama periode, termasuk syarat dan ketentuan umum
setiap pengaturan
b. Jumlah dan rata-rata tertimbang harga eksekusi opsi saham untuk setiap
kelompok opsi
Untuk opsi saham yang beredar pada akhir periode, kisaran harga eksekusi dan rata-
rata tertimbang sisa umur kontrak. Entitas mengungkapkan pula informasi yang
memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk memahami bagaimana
penentuan nilai wajar barang atau jasa yang diterima atau nilai wajar instrumen
ekuitas yang diberikan selama periode. Dan entitas juga mengungkapkan informasi
yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk memahami dampak
transaksi pembayaran berbasis saham terhadap laba rugi entitas selama periode dan
terhadap posisi keuangannya.
7. Ketentuan Transisi
Untuk ketentuan transisi atas transaksi pembayaran berbasis saham yang
diselesaikan dengan instrumen ekuitas, entitas menerapkan PSAK ini untuk
pemberian saham, atau instrumen ekuitas lain yang diberikan setelah tanggal 1
januari 2012 dan belum vest pada tanggal efektif pernyataan ini. Entitas dianjurkan,
tetapi tidak disyaratkan, untuk menerapkan PSAK ini, pemberian lain dari
instrumen ekuitas jika entitas telah mempubikasikan nilai wajar instrumen ekuitas
tersebut yang ditentukan pada tanggal pengukuran. Untuk seluruh pemberian
instrumen ekuitas yang menerapkan PSAK ini, menyajikan kembali informasi
14
komparatif dan, jika dapat diterapkan, menyesuaikan pada awal periode
sajian.Untuk seluruh pemberian instrumen ekuitas yang belum menerapkan PSAK
sebagai contoh instrumen ekuitas yang diberikan pada atau sebelum 1 januari 2012
entitas harus tetap mengungkapkan informasi yang disyaratkan di paragraf 44 dan
45.
8. Konsep Dasar Akuntansi Yang Diterapkan
Terdapat beberapa konsep dasar yang diterapkan dalam PSAK 53, yaitu:
a. Konsep Pengakuan
Konsep ini menekankan pada kapan dan bagaimana suatu kejadian
ekonomi diakui. Pada PSAK 53 paragraf 07-08 menguraikan mengenai
bagaimana pengakuan dari barang atau jasa yang diterima dalam pembayaran
berbasis saham serta kenaikan yang terkait di ekuitas jika barang atau jasa
diterima
b. Measurement Basis
Dalam pengukuran yang digunakan dalam akuntansi, ada beberapa
macam-macam metode pengukuran seperti harga pokok, harga pasar, harga
yang terendah antara harga pokok dan harga pasar, harga realisasi dan yang lain-
lain. Dalam PSAK 53 paragraf 10, diatur bahwa ketika terjadi transaksi
pembayaran berbasis saham maka yang menjadi fokus utama adalah nilai wajar
dari barang atau jasa yang diterima oleh perusahaan. Sementara jika nilai wajar
dari barang atau jasa tidak dapat diukur secara andal, maka nilai wajar instrumen
ekuitas yang dijadikan dasar dalam penyajian, pengukuran maupun
pengungkapan dalam laporan keuangan.
c. Konsistensi
Konsep ini mengarah pada petunjuk agar entitas-entitas menggunakan
metode akuntansi yang sama setiap periode untuk tujuan keseragaman juga
memperbandingkan. Dalam PSAK 53, disyaratkan untuk menggunakan model
penilaian yang konsisten dengan metode penilaian harga instrumen keuangan
yang berlaku umum serta harus menyertakan seluruh faktor dan asumsi yang
akan dipertimbangkan oleh partisipan pasar yang mengetahui dalam
menetapkan harga. Contoh model tersebut adalah model Black-Scholes dan
model Binomial.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2014. Standar Akuntansi Keuangan Edisi Revisi 1 Januari 2015:
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 53 mengenai Pembayaran Berbasis Saham.
Jakarta.

Kieso, D. E., Jerry J. Weiganndt & Tery D. Warfield.(2007). Akuntansi Intermediate. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

PSAK 18 (Revisi 2010)

http://iaiglobal.or.id

http://acccountingunsoed.org/accounting-standard-resume-psak-18/ (Diakses pada 10


November 2017)

http://dwipw.wordpress.com/2011/03/02/psak-53/amp/ (Diakses pada 10 November 2017)

16

Anda mungkin juga menyukai