Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi seiring berjalannya waktu selalu menghasilkan
produk-produk baru atau pengembangan dari produk-produk sebelumnya yang
memiliki kualitas berbeda-beda. Saat produk tersebut ingin dikenalkan dan dijual ke
konsumen, maka perusahaan membutuhkan merek. Menurut pasal 1 butir 1 Undang-
Undang Merek 2001 diberikan suatu definisi tentang merek yaitu tanda yang berupa
gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari
unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa.
Merek memiliki kemampuan sebagai tanda yang dapat membedakan hasil
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain di dalam pasar, baik untuk
barang/jasa yang sejenis maupun yang tidak sejenis. Fungsi merek tidak hanya
sekedar untuk membedakan suatu produk dengan produk lain, melainkan juga
berfungsi sebagai aset perusahaan yang tidak ternilai harganya, khususnya untuk
merek-merek yang berpredikat terkenal.
Sebuah merek dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat karena
melalui merek produk barang atau jasa sejenis dapat dibedakan asal muasalnya,
kualitasnya serta keterjaminan bahwa suatu produk tersebut Original. Melalui merek
sebuah perusahaan telah membangun suatu karakter terhadap produk-produknya,
yang diharapkan akan dapat membentuk reputasi bisnis yang meningkat atas
penggunaan merek tersebut.
Upaya pemilik merek untuk mencegah pemakaian mereknya oleh pihak lain
merupakan hal yang sangat penting dan sepatutnya dilindungi oleh hukum. Berkaitan
dengan perlindungan merek, perdagangan tidak akan berkembang jika merek tidak
mendapat perlindungan hukum yang memadai di suatu Negara. Pembajakan atau
pelanggaran-pelanggaran merek tentunya tidak hanya merugikan para pengusahanya
saja sebagai pemilik atau pemegang hak atas merek tersebut, tetapi juga bagi para
konsumen.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja ruang lingkup merek?
2. Bagaimana cara permohonan pendaftaran merek?
3. Bagaimana cara pendaftaran merek?
4. Bagaimana pengalihan atas merek terdaftar?
5. Apakah yang dimaksud merek kolektif?
6. Apakah yang dimaksud indikasi geografis dan indikasi asal?
7. Bagaimana cara penghapusan dan pembatalan merek?
8. Bagaimana cara penyelesaian sengketa merk?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Objektif
 Untuk mengetahui dari hak merek apa saja ruang lingkup merek.
 Untuk mengetahui bagaimana cara permohonan pendaftaran merek.
 Untuk mengetahui bagaimana cara pendaftaran merek.
 Untuk mengetahui bagaimana pengalihan atas merek terdaftar.
 Untuk mengetahui apakah yang dimaksud merek kolektif.
 Untuk mengetahui apakah yang dimaksud indikasi geografis dan indikasi asal.
 Untuk mengetahui bagaimana cara penghapusan dan pembatalan merek.
 Untuk mengetahui bagaimana cara penyelesaian sengketa merk.
2. Tujuan Subjektif
 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum Bisnis
 Untuk memperluas dan menambah wawasan pengetahuan bagi penulis
mengenai apa itu hak merek

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. RUANG LINGKUP MEREK

Perkembangan hukum merek bermula pada abad pertengahan di Eropa pada saat
perdagangan dengan dunia luar mulai berkembang. Semula fungsinya hanya untuk
menunjukkan asal produk yang bersangkutan berasal. Secara etimologis istilah “merek”
barasal dari bahasa Belanda sedangkan dalam bahasa daerah Jawa disebut ciri atau tengger.
Dalam bahasa Belanda dikenal juga dengan Mark, atau Brand dalam bahasa Inggris, diatur
dalam UU No. 15 Tahun 2001 yang merupakan perbaikan dan penyempurnaan dari UU No.
14 Tahun 1997 dan UU No. 19 Tahun 1992.

Sejak Indonesia meratifikasikan perjanjian WTO dan TRIPs yang merupakan


lampirannya, Indonesia harus tunduk kepada aturan yang bersifat global tersebut. Selain
menggunakan Konvensi Paris, bidang merek juga membentuk bermacam – macam perjanjian
Internasional, yaitu:

1. Perjanjian Madrid 1891: Madrid Agreement Concerning Repression of False


Indications of Origin. Perjanjian ini berkenaan dengan upaya penindakan terhadap
pemalsuan indikasi atau sebutan asli suatu barang.
2. Perjanjian Madrid 1891: Madrid Arrangement Concerning the International
Registration of Trademark. Perjanjian ini berkenaan dengan pendaftaran internasional
tentang Merek.
3. Perjanjian Den Haag 1925: The Hague Arrangement Concerning the International
Deposit of Industrial Pattern and Design. Perjanjian ini berkenaan dengn penyimpanan
internasional tentang gambar – gambar atau model kerajinan.
4. Perjanjian Lisabon 1938: Lisabon Agreement Concerning the Protection and the
International Registration of Declaration of origin. Perjanjian ini berkenaan dengan
perlindungan dan pendaftaran internasional mengenai keterangan asal barang.
5. Perjanjian Nice 1957: Nice Agreement Concerning the International Classification of
Goods and Service to Which Trademarks Apply. Perjanjian ini berkenaan dengan
klasifikasi internasional mengenai merek barang atau jasa.

3
1. Beberapa Pengertian

Menurut Pasal 1 UU. No. 15 Tahun 2001

a) Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
b) Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
c) Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
d) Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum
secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.

Selain menurut batasan yuridis beberapa sarjana ada juga memberikan pendapatnya
mengenai pengertian merek, yaitu:

1. Sudargo Gautama (1997), mengatakan bahwa perumusan pada Paris Convention,


suatu Trademark atau merek pada umumnya didefinisikan sebagai suatu tanda yang
berperan untuk membedakan barang- barang dari suatu perusahaan dengan barang-
barang dari perusahaan lain.
2. R. M. Suryodiningrat (1980), mengatakan bahwa barang – barang yang dihasilkan oleh
pabrik dengan dibungkus dan pada bungkusnya itu dibubuhi tanda tulisan atau
perkataan untuk membedakan dari barang sejenis hasil perusahaan lain, tanda inilah
yang disebut merek perusahaan.
3. M. N. Purwosutjipto (1991: 88), mengatakan bahwa Merek itu ada dua macam, yaitu
merek perusahaan atau merek pabrik dan merek perniagaan. Merek perusahaan atau
merek pabrik (fabrieks merk, factor mark) adalah merek yang dilekatkan pada barang
oleh si pembuatnya (pabrik). Sedangkan merek perniagaan (handelsmerk, trade mark)
adalah merek yang dilekatkan pada barang oleh pengusaha perniagaan yang
mengedarkan barang itu.

4
4. Prof. R Soekardono, S. H., mengatakan bahwa merek adalah sebuah tanda (Jawa: ciri
atau tengger) dengan nama dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana perlu juga
dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitetnya barang dalam perbandingan
dengan barang – barang sejenis yang dibuat atau barang dalam perbandingan dengan
barang – barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang – orang atau badan
– badan perusahaan lain.

Secara yuridis dapat kita lihat pengertian merek di dalam Pasal 1 (ayat) 1 Undang –
Undang No 15 Tahun 2001 dijelaskan bahwa adalah “tanda yang berupa gambar, nama,
kata, huruf – huruf, angka – angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur – unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang
dan jasa.”

2. Hak Merek

Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek
yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan
sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

B. PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK


1. Penolakan Permohonan Pendaftaran Merek
Pasal 5 Merek tidak dapat didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah satu
unsur di bawah ini:
a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama,
kesusilaan, atau ketertiban umum;
b. tidak memiliki daya pembeda;
c. telah menjadi milik umum; atau
d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan
pendaftarannya.

5
Pasal 6

(1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut:

a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek milik


pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;
b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang
sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-
geografis yang sudah dikenal.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat pula diberlakukan
terhadap barang dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu
yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

(3) Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut:

a. merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang
dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;
b. merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau
simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas
persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang;
c. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan
oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang
berwenang.
2. Syarat dan Tata Cara Permohonan
Menurut Pasal 7 UU. No. 15 Tahun 2001:
a. Permohonan diajukan dalam bahasa Indonesia, untuk merek bahasa asing atau di
dalamnya terdapat huruf selain huruf latin wajib disertai terjemahannya dalam bahasa
Indonesia.
b. Permohonan ditandatangani pemohon atau kuasanya dengan dilampiri bukti
pembayaran biaya.
c. Permohonan untuk dua kelas barang atau lebih dan/atau jasa dapat diajukan dalam
satu permohonan yang diatur pemerintah.

6
3. Permohonan Pendaftaran Merek dengan Hak Prioritas
Permohonan harus diajukan dalam waktu enam bulan terhitung sejak tanggal
penerimaan permohonan pendaftaran merek yang pertama kali diterima di negara lain
yang merupakan anggota WTO.

C. PENDAFTARAN MEREK

Yang dapat mengajukan pendaftaran merek adalah :

1. Orang (persoon)
2. Badan Hukum (recht persoon)
3. Beberapa orang atau badan hukum (pemilikan bersama)

Fungsi Pendaftaran Merek:

1. Sebagai alat bukti bagi pemilik yang berhak atas merek yang didaftarkan.
2. Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhan atau sama pada
pokoknya yang dimohonkan pendaftaran oleh orang lain untuk barang/jasa sejenis.
3. Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama keseluruhan
atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk barang/jasa sejenis.

Prosedur Permohonan Pendaftaran Merek berdasarkan Undang-Undang Merek No. 15 Tahun


2001.

1. Permohonan pendaftaran Merek diajukan dengan cara mengisi formulir yang telah
disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap 4 (empat).
2. Pemohon wajib melampirkan:
a. Surat pernyataan di atas kertas bermeterai cukup yang ditanda tangani oleh pemohon
(bukan kuasanya), yang menyatakan bahwa merek yang dimohonkan adalah miliknya;
b. Surat kuasa khusus, apabila permohonan pendaftaran diajukan melalui kuasa;
c. Salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopinya yang dilegalisasi oleh
notaris, apabila pemohon badan hukum;
d. 24 (dua puluh empat) lembar etiket merek (4 lembar dilekatkan pada formulir) yang
dicetak diatas kertas;
e. Fotokopi kartu tanda penduduk pemohon;
f. Bukti prioritas asli dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia, apabila permohonan
dilakukan dengan hak prioritas; dan

7
g. Bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah).

Sebelum mengajukan aplikasi pendaftaran hak merek, sebaiknya dilakukan dulu


pencarian bahwa hak merek yang akan Anda ajukan belum pernah terdaftar di Dirjen HAKI.
Setelah terdapat konfirmasi bahwa hak merek tersebut masih bisa didaftarkan, maka
selanjutnya proses pendaftaran bisa dilakukan. Lama proses dari pendaftaran hingga terbitnya
sertifikat hak merek (jika tidak ada keberatan dari pihak lain) adalah sekitar 2 -3 tahun.

Hal-Hal yang Menyebabkan Suatu Merek Tidak Dapat di Daftarkan.

1. Didaftarkan oleh pemohon yang tidak beritikad baik.


2. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas
keagamaan, kesusilaan, atau ketertiban umum.
3. Tidak memiliki daya pembeda.
4. Telah menjadi milik umum.
5. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan
pendaftarannya. (Pasal 4 dan Pasal 5 UU Merek).

Hal-hal yang menyebabkan suatu permohonan merek harus ditolak oleh Dirjen HKI:

1) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik


pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;
2) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang
sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa.
3) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang
sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa yang tidak sejenis
sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah;
4) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi
geografis yang sudah dikenal;
5) Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang
dimiliki orang lain, kecuali ata persetujuan tertulis dari yang berhak;
6) Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera atau lambang
atau simbol atau emblem suatu negara atau lembaga nasional maupun
internasional,kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang

8
7) Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan
oleh negara atau lembaga pemerintahan, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak
yang berwenang.

 Jangka Waktu dan Perpanjangan


a. Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 tahun sejak
tanggal penerimaan dan jangka waktu tersebut dapat diperpanjang.
b. Permohonan perpanjangan diajukan secara tertulis oleh pemilik merek atau kuasanya
dalam jangka waktu 12 bulan sebelum berakhir jangka waktu perlindungan merek
terdaftar tersebut.

Permohonan perpanjangan disetujui:

1) Bila merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang/jasa sebagaimana yang
disebut pada merek tersebut.
2) Barang atau jasa dari merek tersebut masih diproduksi dan diperdagangkan.

Perpanjangan ditolak:

1) Permohonan ditolak apabila permohonan perpanjangan di ajukan kurang dari 12 bulan


dari masa berakhirnya perlindungan hukum merek tersebut.
2) Apabila mempunyai persamaan pada pokok atau merek terkenal milik orang lain.

D. PENGALIHAN ATAS MEREK TERDAFTAR


1. Pengalihan Hak
Pendaftaran atas merek marupakan suatu hak yang dilindungi oleh hukum
maka dapat dilakukan berbagai perbuatan hukum dengannya. Hak atas merek
terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena:
a. Pewarisan.
b. Wasiat.
c. Hibah.
d. Perjanjian.
e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Pengalihan hak atas merek wajib dimohonkan pencatatannya kepada
Direktorat Jenderal untuk dicatat dalam Daftar Umum Merek, dan permohonan
pencatatan pengalihan hak atas merek tersebut disertai dengan dokumen yang

9
mendukungnya. Dokumen yang dimaksud antara lain sertifikat merek dan bukti
lainnya yang mendukung pemilikan hak tersebut. Kewajiban untuk mencatat
pengalihan hak atas merek menurut memori penjelasan demi “perlindungan hukum”
supaya dapat diwujudkan secara lebih efektif khususnya bagi penerima hak.
Pengalihan hak atas merek terdaftar yang telah dicatat dalam Daftar Umum
Merek diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Pentingnya pendaftaran terhadap
pengalihan merek terdaftar tersebut karena pengalihan hak atas merek terdaftar yang
tidak dicatat dalam Daftar Umum Merek tidak berakibat hukum pada pihak ketiga.
Berbeda dengan pengalihan hak atas merek barang, pengalihan hak atas merek
jasa yang terdaftar memiliki persyaratan tambahan. Hal itu disebabkan hak atas merek
jasa terdaftar yang tidak dapat dipisahkan dari kemampuan, kualitas, atau
keterampilan pribadi pemberi jasa yang bersangkutan, hanya dapat dialihkan dengan
ketentuan harus ada jaminan terhadap kualitas pemberian jasa.
Pengalihan hak atas merek terdaftar hanyaa dicatat oleh Direktorat Jenderal
apabila disertai pernyataan tertulis dari penerima pengalihan bahwa merek tersebut
akan digunakan bagi perdagangan dan/atau jasa.
Karena hak atas merek ini merupakan suatu hak (yang tidak berwujud) maka
dapat dialihkan kepada mereka yang menurut hukum mewarisi, karena wasiat atau
hibah merek bersangkutan itu. Juga jika perjanjian, misalnya jual beli sesuai dengan
persyaratan dalam Undang-Undang ini. Yang menarik adalah bahwa selalu dalam
Undang-Undang Merek Baru ini, disyaratkan akte Notaris. Karena dianggap hal-hal
ini penting untuk pembuktian.

2. Lisensi
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik merek terdaftar kepda pihak
lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak)
untuk menggunakan merek tersebut baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang
dan/atau jasa yang didaftarkan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.
Pemilik merek terdaftar berhak memberikan lisensi kepada pihak lain dengan
perjanjian bahwa penerima lisensi akan menggunakan merek tersebut untuk sebagian
atau seluruh jenis barang atau jasa yang telah terdaftar menggunakan merek tersebut.
Dalam perjanjian lisensi, terdapat tiga pembatasan yaitu:
a. Pembatasan penggunaan merek hanya pada barang dan atau jasa tertentu saja.

10
b. Pembatasan wilayah penggunaan merek sehingga tidak meliputi seluruh
wilayah Indonesia.
c. Pembatasan jangka waktu berlakunya lisensi sehingga bisa lebih pendek
daripada masa perlindungan merek tersebut.

Perjanjian lisensi wajib dimohonkan pencatatannya kepada Direktorat Jenderal


dengan dikenai biaya dan akbiat hukum dari pencatatan perjanjian lisensi berlaku
terhadap pihak-pihak yang bersangkutan dan terhadap pihak ketiga. Walaupun suatu
merek telah dilisensikaan, pemilik merek terdaftar yang telah memberikan lisensi
kepada pihak lain tetap dapat menggunakan sendiri atau memberikan lisensi kepada
pihak ketiga lainya untuk menggunakan merek tersebut, kecuali bila diperjanjikan
lain.
Pada dasarnya lisensi hanya berlaku terhadap penerima lisensi, tetapi dalam
perjanjian lisensi apat ditentukan bahwa penerima isensi bisa memberi lisensi lebih
lanjut kepada pihak ketiga. Selama perjanjian lisensi berlangsung, dapat saja terjadi
pembatalan ats merek yang bersangkutan. Dalam hal terjadi peristiwa yang emilian,
maka penerima lisensi yang beritikad baik, tetapi kemudian merek itu dibatalkan atas
dasar adanya persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek lain yang
terdaftar tetap berhak melaksanakan perjanjian lisensi tersebut sampai dengan
berakhirnya jangka waktu perjanjian lisensi. Namun, penerima lisensi tersebut tidak
lagi wajib melaksanakan pembayaran royalty kepada pemilik merek yang tidak
dibatalkan/pemilik merek yang sah.
Pengalihan pembayaran royalti dari pemilik merek yang dibatalkan kepada
pemilik merek yang sah dibatasi hanya terhitung sejak dibatalkannya merek yang
mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang
sudah lebih dulu terdaftar tersebut karena selama merek tersebut terdaftar maka
selama itu pula diakui keabsahannya. Syarat dan tata cara permohonan pencatatan
perjanjian lisensi dan ketentuan mengenai perjanjian lisensi sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Merek diatur lebih lanjut dengan keputusan presiden.

E. MEREK KOLEKTIF

Di samping merek biasa (tunggal) dikenal pula merek kolektif. Merek kolektif adalah
merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang

11
diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk
membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.

Permohonan pendaftaran merek kolektif hanya dapat diterima apabila dalam


permohonan dinyatakan secara jelas bahwa merek tersebut akan digunakan sebagai merek
kolektif. Permohonan merek kolektif tersebut wajib disertai dengan merek tersebut sebagai
merek kolektif yang ditandatangani oleh semua pemilik merek yang bersangkutan.

Ketentuan terhadap merek kolektif tersebut dalam undang-undang menentukan antara


lain:

a) Penggunaan merek kolektif paling sedikit harus memuat sifat, cirri atau mutu barang
dan/atau jasa yang akan diproduksi dan dipedagangkan dengan menggunakan merek
tersebut.
b) Memuat pengaturan bagi pemilik merek kolektif untuk melakukan pengawasan yang
efektif atas penggunaan merek tersebut.
c) Sanksi atas pelanggaran peraturan penggunaan merek kolektif.

Selanjutnya seluruh ketentuan atau aturan main terhadap merek kolektif bagi pemilik,
pemegang atau penggunanya akan dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam
Berita Resmi Merek. Terhadap tata cara permohonan pendaftaran merek kolektif seluruh
pemeriksaan kelengkapan formal dan tata cara pemeriksaan substansif sama dengan merek
lainnya.

Merek kolektif merupakan merek yang penggunaannya tidak sebagaimana merek


pada umumnya sehingga dalam proses pendaftarannya juga terdapat perbedaan karena
walaupun terdapat persamaan, begi merek kolektif terdapat persyaratan tambahan. Oleh
karena itu, terhadap permohonan pendaftaran merek kolektif dilakukan pemeriksaan
kelengkapan persyaratan sebagaimana halnya dengan syarat dan tata cara pendaftaran merek
pada umunya, serta persyaratan khusus yaitu:

a) Persyaratan bahwa merek tersebut akan digunakan sebagai merek kolektif.


b) Melampirkan salinan ketentuan penggunaan merek kolektif tersebut.

Walaupun terdapat perbedaan antara pemeriksaan kelengkapan persyaratan merek


biasa dan merek kolektif, dalam hal pemeriksaan substantif terhadappermohonan merek
kolektif, dilaksanakan sesuai dengan pemeriksaan substantif merek pada umumnya.

12
Hak atas merek kolektif terdaftar hanya dapat dialihkan kepada pihak penerima hak
dengan ketentuan dapat melakukan pengawasan secara efektif dengan ketentuan penggunaan
merek kolektif terdaftar tersebut. Terhadap pengalihan akan dicatat dalam Daftar Umum
Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Hak atas merek kolektif ini tidak dapat
dilisensikan kepada pihak lain.

Sebagai salah satu persyaratan tambahan bagi pendaftaran merek kolektif, “ketentuan
penggunaan merek kolektif” memegang peranan penting bagi para pihak. Oleh karena itu,
apabila para pihak merasa bahwa ketentuan penggunaan merek tersebut tidak sesuai lagi, para
pihka dapat melakukan perubahan. Hanya saja perubaan ketentuan penggunaan merek
kolektif wajib dimhonkan pencatatannya kepada Direktorat Jenderal dengan disertai salinan
yang dah mengenai bukti perubahan tersebut.

Bukti perubahan tersebut misalnya dapat berupa pernyataan, perjanjian penggunaan


merek kolektif tersebut, perubahan tersebut nantinya akan dicatat dalam Daftar Umum Merek
dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Terhadap pengalihan hak atas merek kolektif
dan perubahan penggunaan merek kolektif akan dapat berlaku bagi pihak yang
berkepentingan setelah dicatat dalam Daftar Umum Merek.

F. INDIKASI GEOGRAFIS DAN INDIKASI ASAL


1. Indikasi Geografis

Pengertian indikasi geografis sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 1 Undang-


Undang Merek adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena
factor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua
faktor tersebut, memberikan reputasi, kualitas dan karakteristik tertentu pada barang dan atau
produk yang dihasilkan. Tanda yang digunakan sebagai indikasi geografis dapa berupa etiket
atau label yang dilekatkan pada barang yang dihasilkan. Tanda tersebut dapat berupa nama
tempat, daerah atau wilayah, kata, gambar, huruf, atau kombinasi dari unsure-unsur tersebut.

Sebagaimana halnya dengan merek, indikasi geografis baru mendapat perlindungan


setelah terdaftar atas dasar permohonan diajukan oleh:

a) Lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang memproduksi barang yang


bersangkutan, yang terdiri atas:

13
 Pihak yang mengusahakan barang yang merupakan hasil alam atau kekayaan alam.
 Produsen barang hasil pertanian.
 Pembuat barang-barang kerajinan tangan atau hasil produksi.
 Pedagang yang menjual barang tersebut.
b) Lembaga yang diberi kewenangan untuk itu.
c) Kelompok konsumen barang tersebut.

Lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang memproduksi barang adalah


lembaga yang diberi kewenangan untuk mendaftarakan indikasi geografis dan lembaga itu
merupakan lembaga Pemerintahan atau lembaga resmi yang lainnya seperti koperasi, asosiasi
dan lain-lain.

Walaupun indikasi geografis hanya menunjukkan daerah asal suatu barang yang
karena faktor geografis memberikan ciri atau kualitas tertentu, tidaak semua permohonan
pendaftaran indikasi geografis dapat diterima untuk didaftar karena permohonan pendaftaran
indikasi geografis ditolak oleh Direkotorat Jenderal apabila tanda tersebut:

a) Bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, ketertiban umum, atau dapat


memperdayakan atau menyesatkan masyarakat mengenai sfat, cirri, kualitas, asal
sumber, proses pembuatan, dan/atau kegunaannya.
b) Tidak memenuhi syarat untuk didaftar sebagai indikasi geografis.
c) Nama yang telah digunakan sebagai varietas tanaman dan digunakan untuk varietas
tanaman sejenis, kecuali ada penambahan padanan kata yang menunjukkan indikasi
geografis yang sejenis.

Walaupun ada kemungkinan pendaftaran indiksi geografis ditolak oleh Direktorat


Jenderal, terhadap penolakan tersebut dapat dimintakan bandng kepada Komisi Banding
Merek. Sementara itu, ketentuan mengenai banding terhadap penolakan pendaftaran merek
berlaku secara mutatis mutadis bagi permintaan banding terhadap penolakan permohoan
pendaftaran indikasi geografis.

Berbeda dengan jangka waktu perlindungan hak atas merek yang berlaku hanya
selama sepuluh tahun dan masih dapat diperpanjang, indikasi geografis terdaftar mendapat
perlindungan hukum yang berlangsung selama cirri dan/atau kualitas yang menjadi dasar bagi
diberikanya perlindungan atas indikasi geoffrafis tersebut masih ada.

14
Apabila sebelum atau pada saat dimohonkan pendaftaran sebagai indikasi geografis
suatu tanda telah dipakai dengan itikad baik oleh pihak lain yang tidak berhak mendaftar,
pihka yang beritikad baik tersebut tetap dapat menggunakan tanda tersebut untuk jangka
waktu dua tahun terhitung sejak tanda tersebut terdaftar sebagai indikasi geografis.

Pemegang hak atas indikasi geografis dapat mengajukan gugatan terhadap pemakai
indikasi geografis yang tanpa hak, berupa permohonan ganti rugi dan penghentian
penggunaan serta pemusnahan etiket indikasi geografis yang digunakan secara tana hak
tersebut.

Apabila terjadi pelanggaran indikasi gegorafis, untuk menghindari kerugian yang


lebih besar bagi pihak yang dirugikan, maka dikenal pula penetapan sementara. Ketentuan
mengenai penetapa sementara yang berlaku trhadap pelanggaran hak atas merek berlaku
secara mutatis mutandis terhadap pelaksanaan hak atas indikasi geografis.

2. Indikasi Asal

Indikasi asal dilindungi sebagai suatu tanda yang:

a. Menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena factor lingkungan geografis
termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut,
memberikan reputasi, kualitas dan karakteristik tertentu pada barang dan atau produk
yang dihasilkan, tetapi tidak di daftarkan.
b. Semata-mata menunjukkan asal suatu barang atau jasa.

Ketentuan mengenai gugatan dan penetapan sementara atas pelanggaran merek dan
indikasi geografis berlaku secara mutatis mutandis terhadap pemegang hak atas indikasi asal.
Oleh karena itu, ketentuan mengenai indikasi geografus berlaku secara mutatis mutandis
terhadap indikasi asal, ini berarti bahwa pada dasarnya kedudukan indikasi asal sama dengan
indikasi geografis, hanya saja indikasi asal tidak didaftarkan. Indikasi asal memiliki
perbedaan dengan indikasi geografis. Indikasi asal hanya mengidentifikasi asal barang
produksi yang tidak terkait dengan faktor alam.

15
G. PENGHAPUSAN DAN PEMBATALAN MEREK
1. Penghapusan

Penghapusan pendaftaran merek dari Daftar Umum Merek dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:

a. Atas prakarsa Direkotorat Jenderal.


b. Berdasarkan permohonan pemilik merek yang bersangkutan.

Penghapusan merek terdaftar berdasarkan prakarsa Direktorat Jenderal dapat


dilakukan jika memenuhi hal-hal berikut:

a. Merek tidak digunakan selama tiga tahun berturut-turut dalam perdagangan barang
dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali apabila ada
alasan yang data diterima oleh Direktorat Jenderal.
b. Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis
barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk pemakaian merek yang
tidak sesuai dengan merek yang didaftar.

Penghapusan merek sebagaimana disebutkan, memungkinkan akan merugikan


pemilik merek. Oleh karena itu, masih disediakan kesempatan bagi pemilik merekk yang
dihapus untuk mengajukan keberatan atas penghapusan merek tersebut. Keberatan terhadap
penghapusan merek tersebut dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga. Dalam hal merek yang
dimohonkan penghapusan pendaftrannya masih terikat perjanjian lisensi, penghapusan hanya
dapat dilakukan apabila hal tersebut disetujui secara tertulis oleh penerima lisensi, penerima
lisensi dengan tegas menyetujui untuk mengesampingkan adanya persetujuan tersebut.

Penghapusan pendaftaran merek berdasarkan prakarsa Direktorat Jenderal dicatat


dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Selain itu,
penghapusan pendaftaran merek tersebutpun dapat diajukan oleh pihak ketiga dalam bentuk
gugatan kepada Pengadilan Niaga. Pengahapusan pendaftaran merek dilakukan oleh
Direktorat Jenderal dengan mencoret merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek
dengan memberi catatan tentang alasan dan tanggal penghapusan tersebut. Selanjutnya,
penghapusan pendaftaran yang dimaksud diberitahukan secara tertulis kepada pemilik merek
atau kuasanya dengan menyebutkan alasan penghapusan dan penegasan bahwa sejak tanggal
pencoretan dari Daftar Umum Merek, sertifkat merek yang bersangkutn dinyatakan tidak

16
berlaku lagi, yang berarti pula bahwa penghapusan pendaftaran merek mengakibatkan
berakhirnya perlindunagn hukum atas merek yang bersangkutan.

Untuk merek kolektif, Direktorat Jenderal dapat menghapus pendaftaran atas dasar:

a. Permohona sendiri dari pemilik kolektif dengan persetujuan tertulis semua pemakai
merek kolektif.
b. Bukti yang cukup bahwa merek kolektif tersebut tidak dipakai selama tiga tahun
berturut-turut sejak tanggal pendaftarannya atau pemakaian terakhir kecuali apabila
ada alasan yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal.
c. Bukti yang cukup bahwa merek kolektif digunakan untuk jenis barang atau jasa yang
tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaranya.
d. Bukti yang cukup bahwa merek kolektif tersebut tidak digunskan sesuai peraturan
penggunaan merek kolektif.

2. Pembatalan

Gugatan pembatalan pendaftaran merek dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga oleh
pihak yang berkepentingan antara lain jaksa, yayasan atau lembaga di bidang konsumen, dan
majelis atau lembaga keagamaan berdasarkan undang-undang. Pemilik merek yang tidak
terdaftar dapat pula mengajukan gugatan pembatalan terhadap merek yang terdaftar tapi
setelah mengajukan permohonan pendaftran kepada Direkotrat Jenderal.

Keharusan mengajukan permohonan pendaftaran merek kepada Direktorat Jenderal


sebelum mengajukan gugatan ke pengadilan niaga karena pendaftaran merek di Indonesia
menganut sistem konstitutif sehingga apabila pihak tergugat dikalahkan, permohonan
pendaftaran merek tersebut harus didaftarkan, pemilik merek tersebut tidak dilindungi.

Gugatan pembatalan pendaftaran merek hanya dapat ajukan dalam jangka waktu lima
tahun sejak tanggal pendaftaran merek. Namun masih terdapat pengecualian atas pembatasan
waktu tersebut karena gugatan pembatalan dapat diajukan tanpa batas waktu apabila merek
yang bersangkutan bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum.

Sama halnya dengan penghapusan merek, pembatalan pendaftaran merek dilakukan


oleh Direktorat Jenderal dengan mencoret merek yang bersangkutan dari Daftar Umum
Merek dengan memberi catatan tentang alasan dan tanggal pembatalan tersebut. Pencoretan

17
pendaftaran suatu merek dari Daftar Umum Merek tersebut juga diumumkan dalam Berita
Resmi Merek.

Pembatalan pendaftaran itu diberitahukan secara tertulis kepada kepada pemilik


merek atau kuasanya dengan menyebutkan alasan pembatalan dengan penegasan bahwa sejak
tanggal pencoretan dari Daftar Umum Merek, sertifikat merek yang bersangkutan dinyatakan
tidak berlaku lagi. Dengan demikian, pembatalan dan pencoretan pendaftaran merek
mengakibatkan berakhirnya perlindungan hukum atas merek yang bersangkutan.

H. SENGKETA MEREK
1. Gugatan atas Pelanggaran Merek

Gugatan atas pelanggaran merek dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga untuk
barang atau jasa yang sejenis berupa:

a. Gugatan ganti rugi.


b. Penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek tersebut.

Gugatan ganti kerugian dan/atau penghentian yang berkaitan dengan penggunaan


merek secara tanpa hak tersebut memang sudah sewajarnya, karena tindakan tersebut sangat
merugikan pemilik merek yang sah. Bukan hanya kerugian ekomoni tapi jug adapt merusak
citra merek tersebut apabila barang ataujasa yang menggunakan merek secara tanpa hak
tesebut kualitasnya lebih rendah daripada barang atau jasa yang menggunakan merek yang
sah.

Selama masih dalam pemeriksaan dan untuk mencegah kerugian yang lebih besar,
atas permohonan pemilik merek atau penerima lisensi selaku penggugat, hakim dapat
memerintahkan tergugat untuk menghentikan produksi, peredaran dan/atau perdagangan
barang atau jasa yang menggunakan merek tersebut secara tanpa hak.

2. Tata Cara Gugatan pada Pengadilan Niaga

Tata cara pengajuan gugatan pembatalan pendaftaran merek, yaitu:

a. Gugatan pembatalan pendaftaran merek yang diajukan kepada Ketua Pengadilan


Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau domisili tergugat.

18
b. Sebagai pengecualian atas gugatan yang diajukan ke Pengadilan Niaga di tempat
tinggal atau domisili tergugat adalah hal tergugat bertempat tinggal di luar wilayah
Indonesia karena gugatan tersebut diajukan kepada Pengadilan Niaga Jakara Pusat.
c. Penitera mendaftarkan gugatan pembatalan pada tanggal gugatan yang bersangkutan
diajukan dan kepada penggugta diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani
penitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran gugatan.
d. Panitera menyampaikan gugatan pembatalan kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam
jangka waktu paling lama dua hari sejak gugatan didaftarkan.
e. Dalam jangka waktu paling lama tiga hari trhitung sejak tanggal gugatan pembatalan
didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan menetapkan sidang.
f. Sidang pemeriksaan atas guagatan pembatalan diselenggarakan dalam jangka waktu
paling lama enam puluh hari setelah gugatan didaftarkan.
g. Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama tujuh hari setelah
gugatan pembatalan didaftarkan.
h. Putusan atas gugatan pembatalan harus diucapkan paling lama Sembilan puluh hari
setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling lama tiga puluh hari atas
persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
i. Putusan atas gugatan pembatalan yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum
yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam siding terbuka untuk umum
dan dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun terhadap putusan tersebut diajukan
suatu upaya hukum.
j. Isi putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud di atas wajib disampaikan oleh
juru sita kepada para pihak paling lama empat belas hari setelah putusan atas gugatan
pembatalan diucapkan.

Tata cara gugatan sebagimana diatur di atas berlaku secara mutatis mutandis terhadap
gugatan-gugatan ganti rugi, dan/atau penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan
penggunaan merek tersebut.

19
3. Kasasi

Tata cara pengajuan kasasi dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Permohonan kasasi diajukan paling lama empat belas hari setelah tanggal putusan
yang dimohonkan kasasi diucapkan atau diberitahukan kepada para pihak dengan
mendaftarkan kepada panitera.
b) Panitera mendaftar permohna kasasi pada tanggal permohonan yang bersangkutan
diajukan dan kepada pemohon kasasi diberikan tanda terima tertulis yang
ditandatangani oleh panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan
pendaftaran.
c) Permohonan kasasi sudah harus menyampaikan memori kasasi kepada panitera dalam
jangka waktu tujuh hari sejak tanggal permohonan kasasi didaftarkan kepada panitera
yang telah memutus gugatan tersebut.
d) Panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi dan memori kasasi tersebut kepada
pihak termohon kasasi yang lama dua hari setelah permohonan kasasi didaftarkan.
e) Termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi kepada panitera paling
lama tujuh hari setelah tanggal termohon kasasi menerima memori kasasi dan panitera
wajib menyampaikan kontra memori kasasi kepada pemohon kasasi paling lama dua
hari setelah kontra memori kasasi diterima oleh panitera.
f) Panitera wajib menyampaikan berkas perkara kasasi yang bersangkutan kepada
Mahkamah Agung paling lama tujuh hari setelah lewat jangka waktu penyerahan
kotra memori kasasi kepada pemohon kasasi.
g) Mahkamah Agung Wajib mempelajari berkas perkara kasasi sebagaimana dimaksud
dan menetapkan hari sidang paling lama dua hari setelah tanggal permohonan kasasi
diterima oleh Mahkamah Agung.
h) Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi dilakukan paling lama enam puluh hari
setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.
i) Putusan atas permohonan kasasi harus diucapkan paling lama sembilan puluh hari
setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.
j) Putusan atas permohonan kasasi yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum
yang mendasari putusaan tersebut harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk
umum.

20
k) Panitera Mahkamah Agung wajib menyampaikan isi putusan kasasi kepada panitera
paling lama tiga hari setelah tanggal putusan atas permohonan kasasi diucapkan.
l) Juru sita wajib menyampaikan isi putusan kasasi tersebut kepada pemohon kasasi dan
termohon kasasi paling lama dua hari setelah putusan kasasi diterima.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa memori kasasi merupakan suatu
keharusan bagi pemohon kasasi, sedangkan kontra memori kasasi hanya merupakan hak bagi
termohon kasasi.

4. Alternatif Penyelesaian Sengketa

Selain penyelesain dengan cara gugatan, adapula cara penyelesaia sengketa melalui
arbitrase dan penyelesaian sengketa yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 30 Tahun
1999.

Dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif


Penyelesain Sengketa dikenal beberapa cara penyelesaian sengketa, yaitu:

a. Arbitrase.
b. Konsultasi.
c. Negosiasi.
d. Mediasi.
e. Konsiliasi.
f. Penilaian ahli.

Diantara keenam cara penyelesaian sengketa tersebut, hanya arbitrase yang


menghasilkan putusan yang memaksa yang dijatuhkan oleh pihak ketiga.

Berdasarkan Undang-Undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, suatu


sengketa dapat diselesaikan memalui alternatif penyelesaian sengketa yang didasarkan pada
itikad baik dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri
(Pengadilan Niaga).

Penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa tersebut diselesaikan


dalam pertemuan langsung oleh para pihak yang hasilnya dituangkan secara tertulis. Apabila
para pihak tidak menyelesaikan sengketa tersebut, para pihak atas kesepakatan tertulis dapat
menyelesaikannya dengan bantuan pihak ketiga.

21
Berbeda dengan alternatif penyelesaiannya sengketa, penyelesaian sengketa melalui
arbitrase merupakan cara penyelesaian senkgeta yang memang sejak awal diserahkan kepada
pihak ketiga untuk memberikan keputusan yang mengikat para pihak, yang putusannya
bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak.

22
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Dalam dunia
perdagangan dikenal dua jenis merek yaitu merek dagang dan merek jasa.
Sedangkan, merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang
dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa
orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang
dan/atau jasa sejenis lainnya.
Indikasi geografis dalam hukum merek dimaksudkan untuk melindungi asal
atau wilayah dimana merek tersebut berasal.
Pendaftaran merek dilakukan dengan melalui beberapa tahap yaitu
pemeriksaan substansif, pengumuman permohonan, keberatan dan sanggahan,
pemeriksaan kembali, jangka waktu perlindungan marek terdaftar, permohonan
banding, komisi banding merek, perpanjangan jangka waktu perlindungan merek
terdaftar, dan perubahan nama dan/atau alamat pemilik merek teraftar.
Penghapusan merek terdaftar dapat dilakukan oleh prakarsa Direktorat
Jenderal dan berdasarkan permohonan pemilik merek yang bersangkutan. Sedangkan
gugatan pembatalan pendaftaran merek dilakukan oleh para pihak.
Sengketa pelanggaran merek dapat dilakukan dengan gugatan pada Pengadilan
Niaga dan Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi. Sementara penyelesaian sengeketa
lain dapat diajukan dengan cara arbitrase.Merek bagi konsumen sebagai alat pembeda
agar konsumen dapat memilih barang sesuai karakteristik dan kualitasnya. Bagi
produsen merek sebagai identitas yang berfungsi sebagai control. Oleh karena itu
merek merupakan hak yang harus dilindungi hukum.

23
DAFTAR PUSTAKA

Asyhadie, Zaeni. 2005. Hukum Bisnis Prinsip Dan Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Fuadi, Munir. 2008. Pengantar Hukum Bisnis-Menata Bisnis Modern di Era Global.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Saliman, Abdul Rasyid. 2005. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus,
Jakarta: Kencana.
Ahmad M. Ramli. 2004. Cyber Law dan HAKI (Dalam Sistem Hukum Indonesia). Bandung:
Refika Aditama.
Ahmadi Miru, Hukum Merek. 2005. Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek.
Jakarta : Rajawali Pers.
Gatot Supramono. 1996. Pendaftaran Merek Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
1992. Jakarta : Penerbit Djambatan.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

24

Anda mungkin juga menyukai