Abstrak
Metro Ethernet merupakan salah satu teknologi untuk memberikan solusi terintegrasi untuk layanan suara, data dan
video dalam cakupan yang luas (perkotaan). Teknologi ini memiliki kecepatan transmisi data sebesar 10 Mbps - 100
Gbps. Suatu jaringan harus memiliki kualitas layanan dan kapasitas yang memadai baik dari segi kapasitas link, router
dan performansi QoS (Quality of Service). Pada penelitian ini, dirancang jaringan metro ethernet dengan kapasitas
sesuai kebutuhan masyarakat kota Semarang tahun 2028 dengan kualias layanan yang sesuai dengan standar PT. Telkom
dan ITU-T. Pemodelan dan pembuatan simulasi rancangan jaringan menggunakan perangkat lunak Riverbed Modeler
17.5. Perbandingan protocol routing RIP dan OSPF dengan parameter waktu konvergensi dilakukan sebelum analisis
QoS, dengan tujuan mendapatkan rekomendasi protocol routing yang terbaik. Analisis parameter QoS yang diukur
meliputi round trip delay (RTD), jitter, packet loss, utilisasi dan volume trafik. Hasil perbandingan protocol routing
menunjukkan bahwa protocol routing OSPF memiliki waktu konvergensi lebih cepat 2 kali lipat dari protokol RIP. Hasil
analisis QoS menyatakan bahwa QoS semua link telah sesuai dengan standar yang ada, nilai terbesar untuk RTD adalah
1,265 ms, untuk jitter adalah 0,7331 ms, untuk packet loss ratio adalah 0,00019214 %, untuk utilisasi tertinggi yaitu
58,4%, dan volume trafik terbesar adalah 91.636 Mbps.
Kata Kunci: Metro, ethernet, performansi QoS, protocol routing, RTD, jitter, utilisasi, konvergensi
Abstract
Metro Ethernet is one of the technologies to provide integrated solutions for voice, data and video services in a wide
range (urban). This technology has data transmission speeds of 10 Mbps - 100 Gbps. A network must have adequate
service quality and capacity both in terms of link capacity, routers and QoS (Quality of Service) performance. In this
study, a metro ethernet network was designed with the capacity according to the needs of the people of the city of
Semarang in 2028 with service quality in accordance with the standards of PT. Telkom and ITU-T. Modeling and making
network design simulations using Riverbed Modeler 17.5 software. Comparison of RIP and OSPF routing protocols with
convergence time parameters is done before QoS analysis, with the aim of getting the best routing protocol
recommendations. Analysis of QoS parameters measured includes round trip delay (RTD), jitter, packet loss, utilization
and traffic volume. The results of the comparison of the routing protocol indicate that the OSPF routing protocol has a
convergence time that is twice as fast as the RIP protocol. The results of QoS analysis state that QoS all links are in
accordance with existing standards, the largest value for RTD is 1,265 ms, for jitter is 0.7331 ms, for packet loss ratio is
0.00019214%, for the highest utilization is 58.4%, and the largest traffic volume is 91,636 Mbps.
Keywords: Metro, Ethernet, QoS performance, routing protocol, RTD, jitter, utilization, convergence
1
dengan kecepatan transmisi data sebesar 10 Mbps - 100 tahapan yang sistematis. Diagram alir perancangan
Gbps. Kota Semarang merupakan ibukota provinsi simulasi secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 1.
sehingga membutuhkan perencanaan jaringan yang handal
untuk membangun infrastruktur jaringan yang dapat START A
melayani pelanggan dengan kualitas pelayanan yang baik.
Penelitian ini berfokus pada pemodelan dan B
pembuatan simulasi jaringan Metro Ethernet di Kota Memodelkan
Memodelkan
Semarang untuk kebutuhan 10 tahun mendatang dengan Jaringan Metro Ethernet
Skenario Normal dengan
Routing Terbaik
simulasi Riverbed Modeler 17.5 Academic Version
berdasarkan hasil forecasting trafik, serta dimensioning
jaringan dari penelitian saudari Sekar Nirmakumala [1]. Memodelkan Menentukan Parameter
Skenario Routing RIP & OSPF Dan
Penentuan protocol routing juga penting untuk jaringan Statistik QoS
2
Tabel 3. Konfigurasi Media Transmisi
No Atribut Pengaturan
1 Model 10/40/100Gbps_Ethernet
2 Propagation Speed 200.000.000 m/s (speed of light in glass)
3 Condition Enabled
4 Cost 1.0
5 Delay Menyesuaikan Jarak transmisi
(propagation
6 Packet Format Ethernet, Ethernet_v2
7 Data Rate 10/40/100Gbps
3
kehandalan link. Semakin tinggi nilai delay maka terdapat 𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑛𝑡−𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑒𝑑
𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠 = x 100% (3)
𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑛𝑡
kemungkinan bahwa kualitas dari suatu link kurang baik.
Sementara itu, round trip delay (RTD) dalam transmisi
2.3.4 Utilisasi
paket data merupakan penjumlahan dari dua nilai delay.
Namun dalam penelitian ini, dua delay yang dijumlahkan
Utilisasi sendiri merupakan kapasitas jaringan yang
untuk perhitungan RTD tersebut berbeda. Delay yang
terpakai dan dinyatakan dalam persen. Dalam hal ini
dijumlahkan adalah delay yang diperoleh dari paket data
Utilisasi/okupansi jaringan cenderung dipengaruhi
dengan delay dari ACK (acknowledgement) yang
langsung oleh trafik yang ditransmisikan melewati
dibangkitkan oleh TCP. Untuk delay yang diperoleh dari
jaringan IP tersebut. Standar utilisasi yang diterapkan pada
paket data, meliputi delay transmisi, delay propagasi dan
perancangan jaringan metro ethernet ini adalah maksimal
delay proses dimana delay proses sendiri merupakan
80%, hal ini ditetapkan untuk mengantisipasi trafik
penjumlahan dari delay antrean dan delay layanan yang ada
limpahan dari link lain ketika terjadi link putus atau
dalam node. Delay dari ACK pada dasarnya sama dengan
kegagalan node. Persamaan (4) menunjukkan perhitungan
delay dari paket data, hanya saja nilai delay transmisinya
utilisasi secara matematis.
berbeda karena ukuran paketnya berbeda [21],[27].
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡ℎ𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ𝑝𝑢𝑡 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑐
𝑈𝑡𝑖𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 = x 100% (4)
𝑅𝑇𝐷 = (𝜏 𝑇 + 𝜏𝑝𝑟𝑜𝑝 + 𝜏𝑝𝑟𝑜𝑐 ) + (𝜏𝑎𝑐𝑘 + 𝜏𝑝𝑟𝑜𝑝 + 𝜏𝑝𝑟𝑜𝑐 ) 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝ℎ𝑦𝑠𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑛𝑘
(1)
3. Analisis Hasil Simulasi
Keterangan : 3.1 Perbandingan Protokol Routing
𝜏𝑇 = delay transmisi (s atau ms)
𝜏𝑝𝑟𝑜𝑝 = delay propagasi (s atau ms) Parameter yang digunakan untuk data statistik
𝜏𝑎𝑐𝑘 = delay transmisi ACK (s atau ms) perbandingan dua protokol tersebut adalah network
𝑇𝑎𝑐𝑘 = delay total ACK (s atau ms) convergence duration atau waktu konvergensi.
RTD = round trip delay (s atau ms) Konvergensi sendiri mendefinisikan kondisi di mana
semua router pada jaringan mancapai “kesepakatan” dalam
2.3.2 Jitter menentukan jalur terbaik dalam routing, jadi network
convergence duration adalah kecepatan waktu protokol
routing dalam memperbarui tabel routing karena adanya
Jitter dapat didefinisikan sebagai total variasi delay
kegagalan link atau node dalam jaringan. Semakin cepat
antara blok-blok informasi yang berurutan. Besarnya nilai
protokol tersebut dalam membuat routing baru maka
jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi beban trafik
protokol tersebut semakin baik. Skema link failure dibuat
yang ada dalam jaringan hingga berpeluang menimbulkan
untuk menunjang perbandingan sehingga kinerja dari
tumbukan antar paket (collision). Semakin besar beban
protokol routing dapat diuji.
trafik di dalam jaringan akan menyebabkan semakin besar
pula peluang terjadinya collision sehingga nilai jitter-nya Tabel 5. Waktu konvergensi skema link failure pertama
juga akan semakin besar. Besarnya nilai jitter menandakan
performansi link pada jaringan tersebut buruk sehingga No Parameter OSPF (sec) RIP (sec)
nilai jitter harus dijaga seminimal mungkin untuk 1 Rata-rata 6,73 26,218
mendapatkan performansi link yang baik dan handal. 2 Max 17,5 40,779
3 Min 4,675 20,806
𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 (𝑠) = √(𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 − 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦)2 (2)
Tabel 6. Waktu konvergensi skema link failure kedua
5
yang ditentukan oleh Telkom (10 ms) dan ITU-T (1 ms) berkecepatan cahaya sehingga sangat sedikit noise yang
sesuai pada Tabel 2.2. Jitter rata-rata pada hasil simulasi dihasilkan, terlebih lagi jarak transmisi yang tidak begitu
adalah 0,66743 ms, nilai ini masih berada dibawah standar jauh karena hanya dalam kota saja. Faktor selanjutnya
yang ditentukan. Untuk waktu jitter tertinggi adalah adalah TTL (Time To Live) paket tidak tercapai karena
0,796264454 ms terdapat pada link BMK_UNR, paket terlalu lama berada di dalam jaringan dan tak
sedangakan untuk nilai jitter terendah terdapat pada link kunjung sampai pada tujuan karena permasalahan routing.
GBL_UNR yaitu 0,471741365 ms. Nilai pada parameter Faktor terakhir yang berpeluang menimbulkan packet loss
jitter dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan besarnya adalah ketika laju kedatangan pertumbuhan trafik sama
tumbukan antar paket (congestion) yang ada dalam dengan atau lebih besar dari kemampuan pelayanan (laju
jaringan IP. layanan) perangkat dalam jaringan (λ ≥ μ) sehingga dapat
menyebabkan kemacetan (congestion) hingga luapan trafik
3.2.3 Packet Loss Ratio (overflow).
7
[19] https://www.cisco.com/c/en/us/about/security Pengesahan
center/network-performance-metrics.html
[20] Kristina R Sitompul, “Analisis Kinerja Jaringan
Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro
Telah disetujui untuk diajukan pada seminar Tugas Akhir
Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan)”, Universitas
Sumatra Utara, 2009. Semarang, 10 September 2018
[21] Ljiljana Trajkovic. “OSPF, EIGRP And RIP
Peformance Analysis Based On Opnet”, ENSC835,
2011 Pembimbing 1, Pembimbing 2
[22] OPNET Technologies Inc., “Version: 14.5.A PL8
(Build 7808 32-bit),” Bethesda, MD 20814, USA. 2008.
[23] G. Keiser, Optical Fiber Communications 3rd edition.
The McGraw-Hill Companies United States of
America, 2000.
[24] IEEE Computer Society, “IEEE Standard for Ethernet,” Sukiswo, S.T., M.T. Ajub Ajulian Zahra, S.T., M.T.
IEEE Stand. Assoc., no. December, 2012. NIP 196907141997021001 NIP 197107191998022001
[25] Huawei NetEngine 80E Core Router Manual, Huawei
Technologies Co., Ltd, China, 2009
Biodata
Danur Ilham Khoiruman
(21060114130117) adalah
mahasiswa Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang
angkatan 2014 dengan pilihan
Konsentrasi Telekomunikasi. Ia
lahir di Semarang, pada tanggal 18
September 1995. Ia telah
menempuh pendidikan di SDN
Siliwangi Semarang, SMPN 3
Semarang, dan SMAN 3
Semarang. Ia memiliki mimpi
menjadi orang yang soleh, mempunyai rezeki melimpah
agar mampu bersedekah banyak untuk umat, dan menebar
manfaat di setiap tempat ia berada.