Disusun oleh :
Bagas Anardi Surya Wijaya (2118004)
Syalsia Fatiha Yunkanabilla (2118018)
Cornelia Luba Tara Boro (2118060)
DAFTAR ISI
A. Interoperabilitas
Interoperabilitas Jaringan adalah kemampuan berkelanjutan untuk mengirim
dan menerima data di antara jaringan yang saling terhubung, dan memberikan
tingkat kualitas yang diharapkan oleh pengguna akhir tanpa dampak negatif pada
jaringan pengirim maupun penerima. Secara khusus, interoperabilitas jaringan
mengacu pada kerja sama fungsional layanan telekomunikasi lintas multi-vendor,
multi-carrier interkoneksi yang bekerja sesuai standar yang berlaku dan
spesifikasi yang diperlukan.
Interoperabilitas jaringan menjadi sangat diperlukan untuk mencapai
konektivitas end-to-end karena semakin beragam jaringan yang ada maka
semakin besar pula kebutuhan untuk memastikan agar dapat saling beroperasi
untuk memungkinkan komunikasi end-to-end. Interoperabilitas jaringan sebagai
kemampuan dua jaringan untuk berkomunikasi dapat dicapai dengan dua cara:
baik dengan memiliki dua jaringan yang mengkonfirmasi standar protokol umum
atau dengan menentukan antarmuka standar yang harus dipatuhi oleh semua
jaringan, atau dengan menyediakan gateway yang menerjemahkan antara kedua
protokol.
B. Interoperabilitas Level Hardware
1. Studi Kasus 1
a. Judul :
“Kinerja Arsitektur Interoperabilitas Menggunakan Government Service
Bus (GSB) dan Peer to Peer (P2P)”
b. Permasalahan yang Dihadapi
Interoperabilitas data aplikasi di lingkungan Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN) sangat dibutuhkan untuk mendorong
efesiensi serta penghematan biaya pengembangan aplikasi. LAPAN
memiliki aplikasi dengan berbagai bahasa pemrograman dan framework
aplikasi yang berbeda-beda dan hampir setiap aplikasi dikembangkan
menggunakan DBMS (Database Management System). Pembangunan
aplikasi terus dilakukan tanpa interkoneksi data mengakibatkan terjadi
2
2. Studi Kasus 2
a. Judul :
“Simulasi Interoperabilitas Sistem Pengalamatan IPv4 dan IPv6 Pada
Perangkat -Perangkat Jaringan Komputer”
b. Permasalahan yang Dihadapi
IPv6 merupakan sistem pengalamatan next generation internet. Sistem
pengalamatan ini didesain untuk mengatasi keterbatasan yang dimiliki
oleh IPv4, hal ini disebabkan oleh banyaknya perangkat baru yang
tersambung ke internet dimana jumlahnya terus naik secara drastis diatas
keberadaan IPv4 address yang ada. Karena IPv4 dan IPv6 tidak
dirancang untuk saling interoperasi maka dengan adanya mekanisme
translasi, IPv4 hingga saat ini masih dapat digunakan dan masih
kompatibel untuk perangkat-perangkat jaringan komputer. Namun
demikian ketersediaan sistem pengalamatan IPv6 pada perangkat-
perangkat jaringan saat ini menuntut pengguna internet global untuk
memahami dan kemudian dapat memanfaatkannya sejalan dengan
perkembangan teknologi jaringan komputer. Interoperabilitas IPv4 dan
IPv6 yang dimaksud adalah terkait dengan karakteristik kinerja dan
implementasinya pada perangkat-perangkat jaringan komputer. Dimana
masing-masing perangkat dalam jaringan komputer memiliki
fungsionalitas yang berbeda-beda yang dipengaruhi juga oleh, salah
satunya, karakteristik dari sistem pengalamatan yang digunakan.
data selama tiga kali percobaan. Kemudian pengiriman data yang melalui
wlan0 dan lowpan0 menggunakan protokol komunikasi MQTT dan
CoAP menunjukkan hasil tingkat kesuksesan data yang dikirimkan dari
masing-masing node sensor secara bersamaan dengan hasil pengujian
menunjukkan pengiriman data rata-rata melalui wlan0 sebesar 99,17%,
lowpan0 sebesar 97,50%, dan bluetooth sebesar 100%. Pada pengiriman
data yang dilakukan, seluruh data yang ditampilkan dalam IoT
application memiliki nilai serupa berdasarkan data yang dikirimkan oleh
node sensor. Namun, data yang berbentuk Gambar dan video tidak dapat
dibaca dengan baik sebab keterbatasan kemampuan yang dimilikan
modul GSM dalam mengirimkan data. Berdasarkan hasil tersebut
pengujian interoperabilitas yang dilakukan membuktikan bahwa IoT
middleware mampu mengatasi permasalahan network, syntactical, dan
semantic interoperability secara bersamaan.
d. Hasil Penyelesaian Masalah
Dapat diketahui bahwa IoT middleware yang dibangun peneliti
sebelumnya telah dapat mengatasi permasalahan network, semantic, serta
syntactical interoperability secara bersamaan. Kemudian dari pengujian
pengiriman data pada masing-masing protokol jaringan yang dilakukan
secara bersamaan nilai rata-rata pada Wi-Fi sebesar 96,67%, 6LoWPAN
sebesar 96,11%, dan BLE sebesar 100%. Namun penggunaan network
protocol 6LoWPAN belum dapat mengirimkan data menuju ke
middleware. Pada pengujian parameter kedua dan ketiga yakni
interpretion dan information utilization dihasilkan data yang dikirim dari
middleware menuju IoT application melalui IGD tidak semua dapat
ditampilkan di aplikasi. Hal ini terjadi karena keterbatasan kemampuan
dari perangkat yang digunakan sebagai IGD dan aplikasi itu sendiri.
Sistem IoT yang dijalankan secara bersama-sama berdasarkan kinerja
pada proses pengiriman data. Maka perlu dilakukan penanganan handle
error terhadap data collision sehingga tidak adalagi data yang tidak
8
DAFTAR PUSTAKA
Lukman Musfirah, Rieuwpassa. 2018. SISTEM LAMPU OTOMATIS
DENGAN SENSOR GERAK, SENSOR SUHU DAN SENSOR SUARABERBASIS
MIKROKONTROLER. Jurnal Resistor. 1(2):100-101.
Desmira, , Nugroho Widhi dan Sutarti. 2020. PENERAPAN SENSOR
PASSIVE INFRARED (PIR) PADA PINTU OTOMATIS DI PT LG ELECTRONIC
INDONESIA. Jurnal Prosisko. 7(1) : 4-5.
Desmira, Aribowo Didik, Priyogi Gigih, Islam Saeful. 2022. APLIKASI
SENSOR LDR (LIGHT DEPENDENT RESISTOR) UNTUK EFISIENSI ENERGI
PADA LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM. Jurnal Prosisko. 9(1) : 23.