Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MENGIDENTIFIKASI EFEK ANALGETIK

PARACETAMOL- ASPIRIN DAN KODEIN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4 :

1. Hairunisa Natlia 3422117121


2. Indah Setyawati 3422117137
3. Ira Aulia Sahara 3422117143
4. Irna Marliyana 3422117146
5. Lutfiana Rizqiyani 3422117173
6. Putri Ainunnisya 3422117232
7. Nikita Suci Indriani 3422117204

AKADEMI FARMASI IKIFA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Obat dapat berasal dari berbagai sumber, banyak diperoleh dari ekstraksi
tanaman. Misalnya nikotin dalam tembakau , kofein dari kopi dan kokain dari tanaman
koka . Morfin dan kodein diperoleh dari tanaman opium, sedangkan heroin dibuat dari
morfin dan kodein. Marijuana beasal dari daun, tangkai atau biji dari tanaman kanabis
(Cannabis sativum) , sedangkan hashis dari minyak hash berasal dari resin tanaman
tersebut, begitu juga ganja.

Nyeri terjadi jika organ tubuh, otot atau kulit terluka oleh benturan, penyakit ,
keram , atau bengkak. Rangsangan penimbul nyeri umumnya mempunyai kemampuan
yang menyebabkan sel-sel melepaskan enzim proteolitik (pengurai protein) dan
polipeptida yang merangsang ujung syaraf yang kemudian menimbulkan impuls nyeri .
Senyawa kimia dalam tubuh yang disebut prostaglandin bereaksi membuat ujung syaraf
menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan nyeri oleh polipeptida lain.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

TUJUAN UMUM

1. Dapat bekerja dengan hewan percobaan.


2. Menghayati secara lebih baik berbagai prinsip farmakologi hipnotik dan sedatif
yang diperoleh secara teori.
3. Menghargai hewan-hewan percobaan karena peranannya dalam mengungkap
fenomena- fenomena kehidupan .
4. Menyadari pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap hasil eksperimen
farmakologi dan pengaruh yang sama terhadap manusia.
5. Mampu menerapkan, mengadaptasi dan memodifikasi metode-metode
farmakologi untuk penilaian efek obat .
6. Dapat memberikan penilaian terhadap hasil-hasil eksperimen dan memberikan
tafsiran mengenai implikasi praktis dari hasil-hasil eksperimen.

TUJUAN KHUSUS

1. Mengetahui mekanisme kerja obat analgetik.


2. Mengetahui efek obat analgetik.
3. Menghitung % efek analgetik.
4. Menyatakan zat berefek analgetik.

C. MANFAAT PRAKTIKUM (belum)

1. Dapat mengetahui mekanisme kerja dan obat analgetik.


2. Dapat mengetahui onset geliat yang dihasilkan oleh mencit akibat dari efek
pemberian obat analgetik
3. Dapat mengetahui dampak obat enalgetik dari dosis tertentu yang di berikan
kepada mencit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Umum

Analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri merupakan
suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, berhubungan
dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang menggambarkan
kerusakan tersebut.

Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk
menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain. Misalnya nyeri pasca
bedah dan pasca bersalin, dismenor (nyeri haid) dan sampai pada nyeri hebat yang
sulit dikendalikan. Hampir semua analgesik ternyata memiliki efek antipiretik dan
antiinflamasi.

Asam salisilat, paracetamol mampu menangani nyeri ringan sampai sedang


sedangkan nyeri yang hebat membutuhkan analgesik sentral yaitu analgesik narkotik.
Efek antipiretik menyebabkan obat tersebut mampu menurunkan suhu tubuh pada
keadaan demam sedangkan sifat antiinflamasi berguna untuk mengobati radang sendi
termasuk pirai/gout yaitu kelebihan asam urat sehingga pada daerah sendi terjadi
pembengkakan dan timbul rasa nyeri.

Analgesik antiinflamasi diduga bekerja berdasarkan penghambatan sintesis


prostaglandin (penyebab rasa nyeri).

Rasa nyeri tersebut dapat dibedakan dalam 3 kategori :

1. Nyeri ringan (sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid), dapat diobati dengan
asetosal, paracetamol bahkan placebo.
2. Nyeri sedang (sakit punggung, migrain, rheumatik), memerlukan analgesik
perifer kuat.
3. Nyeri hebat (kolik/kejang usus, kolik batu empedu, kolik batu ginjal, kanker),
harus diatasi dengan anlgesik sentral atau analgesik narkotik.

2.2. Penggolongan Analgetik

Analgetik dibagi dalam 2 golongan besar :

1. Analgetik narkotik (analgetik sentral)


Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghilang nyeri yang hebat
sekali. Dalam dosis besar dapat bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran),
mempunyai efek samping menimbulkan rasa nyaman (euforia). Hampir semua
perasaan tidak nyaman dapat dihilangkan oleh analgetik narkotik kecuali sensasi
kulit. Harus hati-hati menggunakan anlgetika ini karena mempunyai resiko besar
terhadap ketergantungan obat (adiksi) dan kecenderungan penyalahgunaan obat.
Obat ini hanya dibenarkan untuk penggunaan insidentiil pada rasa nyeri hebat
(trauma hebat, patah tulang, nyeri infark).

Penggolongan analgetika narkotik adalah sebagai berikut:

a. Alkaloid alam : Morfin, Kodein


b. Derivat semi sintetis : Heroin
c. Derivat sintetik : Metadon, Fentanil
d. Antagonis morfin : Nalorfin, Nalokson dan Pentazocine

2. Analgetik non opioid (non narkotik)


Disebut juga nalgetika perifer karena tidak mempengaruhi susunan saraf pusat.
Semua analgetika perifer memiliki khasiat sebagai antipiretik yaitu menurunkan suhu
badan saat demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur
kalor di hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan
bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat. Misalnya
paracetamol, asetosal. Dan berkhasiat pula sebagai antiinflamasi, antiinflamasi sama
kuat dengan analgetik, digunakan sebagai anti nyeri atau rheumatik contohnya
asetosal, asam mefenamat, ibuprofen. Anti radang yang lebih kuat contohnya
fenilbutazon. Sedangkan yang bekerja serentak sebagai anti radang dan analgetik
contohnya indometazin.

Berdasarkan rumus kimiamya analgetik perifer digolongkan menjadi:

a. Golongan salisilat : Asetosal


b. Golongan para-aminophenol : Paracetamol, Fenasetin
c. Golongan pirazolon (dipiron) : Fenilbutazon
d. Golongan antranilat : Asam Mefenamat

AINS adalah obat-obat analgesik yang selain memiliki efek analgesik njuga
memiliki efek antiinflamasi, sehingga oba0obat jenis ini digunakan dalam pengobatan
rheumatik dan gout. Contohnya ibuprofen, diklofenak, fenilbutazon dan piroxicam.
Sebagian besar penyakit rheumatik membutuhkan pengobatan simptomatis, untuk
meredakan rasa nyeri penyakit sendi degeneratif seperti osteoartritis, analgesik tunggal
atau campuran masih bisa digunakan. Tetapi bila nyeri dan kekakuan disebabkan
penyakit rheumatik yang meradang harus diberikan pengobatan dengan AINS.
Efek terapi dan efek samping dari obat golongan NSAIDs sebagian besar
tergantung dari penghambatan biosintesis prostaglandin. Namun, obat golongan
NSAIDs secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrien yang berperan dalam
peradangan.
Golongan obat NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim siklo-oksigenase,
sehingga dapat mengganggu perubahan asam arakhidonat menjadi prostaglandin.
Setiap obat menghambat enzim siklo-oksigenase dengan cara yang berbeda.
Parasetamol dapat menghambat biosintesis prostaglandin apabila lingkungannya
mempunyai kadar peroksida yang rendah seperti di hipotalamus, sehingga parasetamol
mempunyai efek anti-inflamasi yang rendah karena lokasi peradangan biasanya
mengandung banyak peroksida yang dihasilkan oleh leukosit.
Aspirin dapat menghambat biosintesis prostaglandin dengan cara mengasetilasi
gugus aktif serin dari enzim siklo-oksigenase. Thrombosit sangat rentan terhadap
penghambatan enzim siklo-oksigenase karena thrombosit tidak mampu mengadakan
regenerasi enzim siklo-oksigenase.
Semua obat golongan NSAIDs bersifat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi.
Efek samping obat golongan NSAIDs didasari oleh hambatan pada sistem biosintesis
prostaglandin. Selain itu, sebagian besar obat bersifat asam sehingga lebih banyak
terkumpul dalam sel yang bersifat asam seperti di lambung, ginjal, dan jaringan
inflamasi.
Efek samping lain diantaranya adalah gangguan fungsi thrombosit akibat
penghambatan biosintesis tromboksan A2 dengan akibat terjadinya perpanjangan
waktu perdarahan. Namun, efek ini telah dimanfaatkan untuk terapi terhadap thrombo-
emboli. Selain itu, efek samping lain diantaranya adalah ulkus lambung dan perdarahan
saluran cerna, hal ini disebabkan oleh adanya iritasi akibat hambatan biosintesis
prostaglandin PGE2 dan prostacyclin. PGE2 dan PGI2 banyak ditemukan di mukosa
lambung dengan fungsi untuk menghambat sekresi asam lambung dan merangsang
sekresi mukus usus halus yang bersifat sitoprotektan.

A. Asetosal
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin merupakan
obat yang diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam dan lain-lain. Saat ini
asetosal semakin banyak karena sifat plateletnya. Sebagai contoh aspirin dosis kecil
digunakan untuk pencegahan trombosis koroner dan cerebral. Asetosal adalah
analgetik antipiretik dan antiinflamasiyang sangat luas digunakan dan digolongkan
obat bebas. Masalah efek samping yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan
iritasi lambung dan saluran cerna dapat dikurangi dengan meminum obat setelah
makan atau membuat menjadi sediaan salut enterik, karena salisilat bersifat
hepatotoksik maka tidak dianjurkan diberikan pada penderita penyakit hati yang
kronis.
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang demam, antiplatelet
Kontra indikasi : Anak dibawah usia 12 tahun, anak yang sedang disusui,
gangguan saluran cerna, hemofilia penting untuk menjelaskan kepada keluarga
bahwa acetosal adalah obat yang tidak cocok untuk anak yang berpenyakit ringan.
Efek samping : Ringan dan tidak sering yaitu iritasi saluran cerna
Sediaan : Acetosal tablet 100mg, 500mg

B. Asam Mefenamat
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedamg dan kondisi yang berhubungan
dengan dismenore dan menoralgi.
Kontra indikasi : Harus digunakan hati-hati pada pasien usia lanjut, peradangan
usus besar, pada pengobatan jangka lama harus dilakukan tes darah.
Efek samping : Mengantuk, diare, trombositopenia, anemia dan kejang-kejang
pada over dosis.
Sediaan : Asam mefenamat(generik) kaptab 250mg, 500mg
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 PROSEDUR KERJA

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Masing-masing kelompok mengambil 6 ekor mencit yang telah dipuasakan
semalam dan di timbang.
3. Menghitung dosis larutan yang akan diberikan pada mencit.
4. Membuat larutan suspensi yang akan diberikan pada mencit, berupa larutan
Paracetamol, Aspirin , Kodein dan Gom.
5. Menyiapkan larutan-larutan yang akan diberikan ke mencit sesuai dengan dosis
yang telah di hitung dalam bentuk oral.
6. Mencit dipisahkan dalam 6 ruangan berbeda.
7. Kemudian mencit di berikan perlakuan secara oral dengan larutan yang telah
dibuat. Setelah 1/2 jam mencit disuntik dengan i.p berupa larutan asam asetat.
8. Catat waktu jarum suntik dicabut dan waktu mencit mulai menggeliat. Kemudian
amati geliat mencit dan hitung jumlah geliat mencit 10 menit sesudah pemberian
asam asetat.
9. Catat masing-masing data dalam tabel jumlah geliatan setiap 5 menit selama 30
menit.
10. Mencit yang telah di uji coba, dikembalikan ke dalam kandangnya dan bersihkan
alat-alat yang telah digunakan.

3.2 ALAT DAN BAHAN

Alat :
1. Timbangan mencit
2. Keranjang
3. Alat suntik 1 ml
4. Sonde oral mencit
5. Kapas
Bahan :
1. Paracetamol Tablet
2. Aspirin Tablet
3. Kodein Tablet
4. Asam Asetat 1 %
5. GOM 2 %
6. Ethanol 70 %

3.3. PERHITUNGAN
28 𝑔
N1 = 20 𝑔 𝑥 0,3 𝑚𝑙 = 0,42 𝑚𝑙

0,027 𝑘𝑔
P2 = 1 𝑘𝑔
𝑥 300 𝑚𝑔 = 8,1 𝑚𝑔

8,1 𝑚𝑔
= 𝑥 1 𝑚𝑙 = 0,40 𝑚𝑙
20 𝑚𝑔

0,025 𝑘𝑔
A3 = 1 𝑘𝑔
𝑥 300 𝑚𝑔 = 7,5 𝑚𝑔

7,5 𝑚𝑔
= 𝑥 1 𝑚𝑙 = 0,3 𝑚𝑙
25 𝑚𝑔

0,024 𝑘𝑔
A4 = 1 𝑘𝑔
𝑥 300 𝑚𝑔 = 7,2 𝑚𝑔

7,2 𝑚𝑔
= 𝑥 300 𝑚𝑔 = 0,28 𝑚𝑙
25 𝑚𝑔

0,023 𝑘𝑔
C5 = 1 𝑘𝑔
𝑥 30 𝑚𝑔 = 0,69 𝑚𝑔

0,69 𝑚𝑔
= 𝑥 1 𝑚𝑙 = 0,34 𝑚𝑙
2 𝑚𝑔

0,024 𝑘𝑔
C6 = 1 𝑘𝑔
𝑥 30 𝑚𝑔 = 0,72 𝑚𝑔

0,72 𝑚𝑔
= 𝑥 1 𝑚𝑙 = 0,36 𝑚𝑔
2 𝑚𝑔
0,028 𝑘𝑔
As1 = 𝑥 75 𝑚𝑔 = 2,1 𝑚𝑔
1 𝑘𝑔

2,1 𝑚𝑔
= 1000 𝑚𝑔
𝑥 100 𝑚𝑙 = 0,21 𝑚𝑙

0,027 𝑘𝑔
As2 = 𝑥 75 𝑚𝑔 = 2,02 𝑚𝑔
1 𝑘𝑔

2,02 𝑚𝑔
= 1000 𝑚𝑔
𝑥 100 𝑚𝑙 = 0,20 𝑚𝑙

0,025 𝑘𝑔
As3 = 𝑥 75 𝑚𝑔 = 1,87 𝑚𝑔
1 𝑘𝑔

1,87 𝑚𝑔
= 𝑥 100 𝑚𝑙 = 0,18 𝑚𝑙
1000 𝑚𝑔

0,024 𝑘𝑔
As4 = 1 𝑘𝑔
𝑥 75 𝑚𝑔 = 1,8 𝑚𝑔

1,8 𝑚𝑔
= 1000 𝑚𝑔
𝑥 100 𝑚𝑙 = 0,18 𝑚𝑙

0,023 𝑘𝑔
As5 = 1 𝑘𝑔
𝑥 75 𝑚𝑔 = 1,72 𝑚𝑔

1,72 𝑚𝑔
= 1000 𝑚𝑔
𝑥 100 𝑚𝑙 = 0,17 𝑚𝑙

0,024 𝑘𝑔
As6 = 1 𝑘𝑔
𝑥 75 𝑚𝑔 = 1,8 𝑚𝑔

1,8 𝑚𝑔
= 1000 𝑚𝑔
𝑥 100 𝑚𝑙 = 0,18 𝑚𝑙
3.4 PEMBUATAN SEDIAAN

1. Larutkan gom 2 gram dengan aq dest ad 100 ml Beri Etiket 2%


2. Gerus 2 tab kodein 20 mg ad halus homogen, larutkan dengan gom sebanyak
10 ml. Beri Etiket 2 mg/ml
3. Gerus ½ tab paracetamol 250 mg ad halus homogen, larutkan dengan gom
sebanyak 10 ml. Beri Etiket 33,3 mg/ml
4. Gerus 2 ½ tab Aspirin 250 mg gerus ad halus homogen, larutkan dengan gom
sebanyak 10 ml. Beri Etiket 25 mg/ml

3.5 DEFINISI OPERASIONAL (BELUM)


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Kelompok 4

Tanggal percobaan : 29 November 2018

Tabel 4.1 : Data pengujiaan Efek Analgetik PCT-Aspirin-kodein

Tabel 4.2 : Rata-rata Analgetik PCT-Aspirin-kodein


Gambar 4.1 : Grafik % Getik

Tabel 4.2 : Data pengujiaan Onset dan % Efek Analgetik PCT-Aspirin-kodein

Tabel 4.2 : Rata-rata Onset dan % Efek PCT-Aspirin-kodein


Gambar 4.1 : Grafik Onset dan % Efek

4.2 PEMBAHASAN

a. Pada praktikum ini dilakukan uji coba efek analgetik terhadap mencit
menggunakan Codein, Paracetamol dan Aspirin .
b. Pada 6 mencit yang diuji coba, diberikan 4 perlakuan berbeda antara lain:
perlakuan kombinasi Paracetamol dengan Asam asetat, Aspirin dengan Asam
Asetat, Codein dengan Asam Asetat dan Gom dengan Asam Asetat secara i.p .
Dari 6 perlakuan yang diberikan terhadap mencit didapatkan hasil 6 ekor mencit
dapat menggeliat setelah diberikan cairan asam asetat.
c. 6 mencit yang dapat menggeliat memiliki onset yang berbeda-beda.
d. Dari 6 mencit yang berhasil menggeliat, memiliki durasi yang berbeda-beda.
Durasi onset tercepat ada pada pemberian kombinasi Gom dengan Asam Asetat
intravena yakni selama 6 menit.
e. Berdasarkan hasil percobaan di atas, dapat dilihat bahwa perbedaan pemberian
larutan kombinasi Paracetamol dengan Asam asetat, Aspirin dengan Asam
Asetat, Codein dengan Asam Asetat dan Gom dengan Asam Asetat secara
intravena dapat mempengaruhi penggeliatan pada mencit.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN (belum)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Analgetik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik dan meringankan atau
menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anastesi umum.
2. Pada pemberian obat Kodein, Aspirin, Paracetamol dan Gom secara oral, dapat
memberikan efek atau dampak analgetik dengan mencit menggeliat dan di
tandainya dengan perut mencit menempel pada
3.

B. SARAN
 Berat badan mencit yang digunakan dalam percobaan hendaknya
disamaratakan sehingga terdapat keseragaman volume larutan yang diberikan
pada mencit.
 Sebaiknya asisten pendamping dalam laboratorium ditambah agar membantu
dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

1. Priyanto, 2010 .“ Faramologi Dasar”. PT Ienskonfi ; Jakarta


2. Tjay Hoan Tan, 2007 .“Obat-obat penting”. PT Alex media ; Jakarta
3. Gunawan, Gan, 2011 .“Farmakologi dan Terapi”. UI Press Indonesia ; Jakarta
4. Malole M.B.M, Pramono C Utami Sri,1989 .“Penanganan Hewan coba di
laboratorium”. ITB
5. Anief, M. 2000. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai