Anda di halaman 1dari 36

ISSN 2087-4154

Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan


(Journal of Midwifery Science and Health)
Vol. 2 , No. 1 Juli 2011

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PIJAT BAYI DENGAN


PERILAKU MEMIJAT BAYI USIA 1 – 12 BULAN DI DESA AGUNG MULYO KECAMATAN
JUWANA KABUPATEN PATI TAHUN 2010
Puji Hastuti dan Umi Wahyuni

HUBUNGAN KONSUMSI JAMU TRADISIONAL DENGAN OUT COME JANIN ATERM


DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT KRISTEN TAYU KECAMATAN TAYU
KABUPATEN PATI BULAN JANUARI – MARET 2010
Etni Dwi Astuti dan Dewi Seftia Rosyidatul Hilaliyyah

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERNIKAHAN DINI DENGAN KEJADIAN


PERNIKAHANDINI DI DESA KARANG SUMBER KECAMATAN WINONG
KABUPATEN PATI TAHUN 2010
Sri Hadi Sulistiyaningsih dan Yenni Ermawati

HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL PEROKOK DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI


LAHIR RENDAH DI DESA PENGKOL KECAMATAN JEPARA KABUPATEN JEPARA
TAHUN 2010
Uswatun Kasanah dan Ika Kurnia Rufaida

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKSUKSESAN IBU DALAM


MEMBERIKAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GABUS II
Dewi Ritnowati dan Nining Widiastutik

PENGARUH PENGGUNAAN KB SUNTIK DMPA TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN


DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA AKSEPTOR DI BPS SITI KOENDARTI JAKEN
TAHUN 2010
Irfana Tri Wijayanti dan Sari Patul Muharni

Diterbitkan oleh
Akademi Kebidanan Bakti Utama
Pati

Jurnal Kebidanan dan Pati ISSN


Kesehatan
Vol. 2 No. 1 Hal. 1 – 35
Juli 2011 2087-4154
Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan
(Journal of Midwifery Science and Health)
Vol. 2, No. 1 Juli 2011
Susunan Dewan Redaksi

Penanggung jawab (Chairman):


Direktur AKBID Bakti Utama Pati

Ketua (Editor in Chief) :


Suparjo, S.Kp,. M.Kes.

Sekretaris (Secretary Editor) :


Sri Hadi Sulistiyaningsih, S.Si.T.

Anggota (Section Editors) :


Uswatun Kasanah, S.Si.T., Norma Jeepi Margiyanti, S.Si.T., Dewi Ritnowati, S.Si.T,
dr. Bambang Haryanto, Sp.OG., dr. Cahyono Hadi, Sp.OG., dr. Iwan Prasetyo, Sp.OG.

Redaksi Teknis (Technical Editor):


Anis Indriyani, S.K.M.

Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan terbit dua kali dalam setahun (Januari dan Juli)

Terbit pertama kali : Juli 2011

Administrasi dan Sekretariat :


Hery Siswanto, A.Md., Anisa Widyastuti, Septi Diyah

Alamat :
Jl. Ki Ageng Selo No.15 Pati, e-mail : akbidbup@gmail.com

Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health)
merupakan wadah atau sarana yang menerbitkan tulisan ilmiah hasil-hasil penelitian
maupun nonhasil penelitian di bidang ilmu-ilmu kebidanan khususnya dan ilmu-ilmu
kesehatan pada umumnya yang belum pernah diterbitkan atau sedang dalam proses
penerbitan di jurnal-jurnal ilmiah lain. Redaksi berhak mengubah tulisan tanpa mengubah
maksud atau substansi dari naskah yang dikirimkan. Naskah yang belum layak diterbitkan
dalam Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan tidak dikembalikan kepada pengirimnya,
kecuali atas permintaan dari penulis yang bersangkutan.

Jurnal Ilmu Kebidanan Pati ISSN


Vol. 2 No. 1 Hal. 1 -35
dan Kesehatan Juli 2011 2087-4154
Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan
(Journal of Midwifery Science and Health)
Vol. 2, No. 1 Juli 2011

DAFTAR ISI

 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PIJAT BAYI DENGAN


PERILAKU MEMIJAT BAYI USIA 1 – 12 BULAN DI DESA AGUNG MULYO KECAMATAN
JUWANA KABUPATEN PATI TAHUN 2010 ............................................................. 1 - 5
Puji Hastuti Puji Hastuti dan Umi Wahyuni

 HUBUNGAN KONSUMSI JAMU TRADISIONAL DENGAN OUT COME JANIN ATERM DI


RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT KRISTEN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI BULAN
JANUARI – MARET 2010 …..………………………………..……..…………………………………. 6 – 13
Etni Dwi Astuti dan Dewi Seftia Rosyidatul Hilaliyyah

 HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERNIKAHAN DINI DENGAN KEJADIAN


PERNIKAHAN DINI DI DESA KARANG SUMBER KECAMATAN WINONG KABUPATEN PATI
TAHUN 2010 .................................................................................................... 14 - 18
Sri Hadi Sulistiyaningsih dan Yenni Ermawati

 HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL PEROKOK DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR
RENDAH DI DESA PENGKOL KECAMATAN JEPARA KABUPATEN JEPARA TAHUN 2010
........................................................................................................................ 19 - 24
Uswatun Kasanah dan Ika Kurnia Rufaida

 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKSUKSESAN IBU DALAM


MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GABUS II ............ 25- 30
Dewi Ritnowati dan Nining Widiastutik

 PENGARUH PENGGUNAAN KB SUNTIK DMPA TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN


DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA AKSEPTOR DI BPS SITI KOENDARTI JAKEN TAHUN 2010
........................................................................................................................ 31 - 35
Irfana Tri Wijayanti dan Sari Patul Muharni
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PIJAT
BAYI DENGAN PERILAKU MEMIJAT BAYI USIA 1-12 BULAN DI DESA
AGUNG MULYO KECAMATAN JUWANA KABUPATEN PATI TAHUN 2010

Puji Hastuti, S. Si. T


Staf Pengajar Akademi Kebidanan Bakti Utama Pati

ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PIJAT
BAYI DENGAN PERILAKU MEMIJAT BAYI USIA 1-12 BULAN DI DESA
AGUNG MULYO KECAMATAN JUWANA KABUPATEN PATI TAHUN 2010.
Pijat bayi adalah terapi sentuh tertua dan terpopuler yang dikenal manusia. Pijat bayi
telah lama dilakukan hampir diseluruh dunia termasuk di Indonesia dan diwariskan
secara turun-temurun orang tua dan saudara si bayi. Dalam penelitian ini di lakukan di
Desa Agung Mulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati, bulan Januari-Febuari 2010.
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan primipara
tentang pijat bayi dengan perilaku memijat bayi usia 1-12 bulan di Desa Agung Mulyo
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian
analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua primipara
yang memiliki bayi dan bertempat tinggal di Desa Agung Mulyo dengan totality
sampling sebanyak 30 responden. Instrument penelitian menggunakan kuesioner.
Sedangkan pengolahan data dengan uji korelasi chi-square. Berdasarkan jumlah
primipara yang mempunyai bayi usia 1-12 bulan di Desa Agung Mulyo Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati dari 30 responden di dapatkan primipara dengan pengetahuan
baik dan perilaku memijat bayi usia 1-12 bulan baik ada 15 orang (50%), sedangkan
yang berperilaku tidak baik tidak ada (0%). Primipara dengan pengetahuan sedang dan
perilaku memijat bayi baik ada 7 orang (23,3%), sedangkan yang perilaku memijat bayi
tidak baik ada 5 orang (16,7%). Primipara dengan pengetahuan kurang dan perilaku
memijat bayi baik tidak ada (0%), sedangkan yang perilaku memijat bayi tidak baik ada
3 orang (10%). Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
primipara tentang pijat bayi dengan perilaku ibu memijat bayi usia 1-12 bulan
menggunakan chi-square hitung 24,375 dimana tabel chi-squre hitung > dari chi-square
tabel dengan probabilitas 5,991, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti ada
hubungan antara pengetahuan primipara tentang pijat bayi dengan perilaku ibu memijat
bayi usia 1-12 bulan di Desa Agung Mulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Di
harapkan kepada primipara untuk melakukan pemijatan bayinya sendiri daripada
dilakukan di dukun bayi.
Kata Kunci : Pengetahuan Primipara, Perilaku Memijat Bayi

PENDAHULUAN
Reaksi spontan ketika seseorang mengalami trauma fisik adalah memijat bagian yang
sakit. Ini menunjukkan bahwa pijatan adalah satu dari teknik penyembuhan pertama
yang dilakukan oleh manusia. Selama berabad-abad telah banyak jenis pemijatan yang
dikembangkan sebagai respon terhadap berbagai aspek kesehatan yang ditimbulkannya
(Turner & Nanayakkara, 2005)1. Pijat bayi adalah terapi sentuh tertua dan terpopuler
yang dikenal manusia. Pijat bayi telah lama dilakukan hampir diseluruh dunia termasuk
di Indonesia dan diwariskan secara turun-temurun (Roesli, 2008)2. Sentuhan dan pijat
bayi setelah kelahiran dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan
yang dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi. Pijat pada bayi terbukti dapat
merangsang pertumbuhan otot dan syaraf tubuh serta diyakini dapat melepas hormone
oksitoksin dan endorphin yang bermanfaat untuk meredakan rasa sakit, terutama saat
bayi mulai tumbuh giginya. Pijat pada bayi bisa memperlancar aliran darah sehingga
membuat bayi lebih santai. Perlu diperhatikan, sebaiknya pijat diberikan setelah bayi
berusia 30 hari (Subekti, 2008)3.
Ilmu kesehatan modern telah membuktikan secara ilmiah bahwa terapi sentuhan dan
pijat pada bayi mempunyai banyak manfaat terutama bila dilakukan oleh orang tua bayi
sendiri. Pemijatan bayi merupakan sarana ikatan yang indah antara bayi dan orang
tuanya. Sejak awal kelahirannya bayi mengenali ibunya melalui sentuhan, dan memijat
memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi. Penelitian klinis menunjukkan bahwa
sentuhan sayang dan pijatan membantu bayi tumbuh lebih kuat dan tidur lebih nyenyak
(Majalah Bunda Balita, 2005)4. Pijat bayi dapat dilakukan siapa saja, utamanya orang
tua dan saudara si bayi. Meskipun orang lain, harus benar-benar memiliki perasaan
sayang yang tinggi. Berbagai manfaat bisa diperoleh dari kebiasaan memijat bayi, di
antaranya hubungan batin antara orang tua dan bayi terjaga, terpenuhinya kebutuhan
ASI, melancarkan peredaran darah dan bisa meningkatkan kekebalan tubuh bayi
(http://cetak.fajar.co.id/news.php?newsid=59595) Akses 9 November 2009)5. Namun
sayangnya masih banyak mitos-mitos dimasyarakat khususnya pada perawatan bayi
yang tetap dipercaya, contohnya : masih banyak ibu-ibu yang enggan untuk melakukan
pemijatan secara rutin kepada bayinya apalagi diawal-awal kelahirannya karena mereka
beranggapan bahwa bayi tidak boleh sering dipijat, badannya masih lemah atau alasan
lain yang tidak pernah dibuktikan kebenarannya. Padahal sentuhan pada bayi pada awal-
awal kelahirannya bisa memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan bayi
(http://rinie.info/2008/06/13/pijat-bayi) Akses 9 November 2009)6. Biaya paling mahal
dari pemijatan bayi sebenarnya bukan pada tarif harganya, namun kemauan orangtua itu
sendiri. Pemijatan hanya memerlukan sedikit minyak pelumas (baby oil) dan selebihnya
faktor kerelaan orangtua untuk mengorbankan waktu berbagi kasih sayang. Sebab, pijat
bayi dilakukan sebagai bentuk kasih sayang dan interaksi sehat yang menyenangkan.
Dengan kata lain perpaduan antara terapi, bounding (ikatan kasih sayang), dan seni.
Jadi, sekali melakukan pemijatan pada bayi, rasa bahagia dan kepuasan dinikmati setiap
hari (http://wahyumedia.com/Pemahaman-Tentang-Pijat-Bayi.html) Akses 9 November
2009)7.
Pijat bayi ternyata memiliki kisah sendiri. Stimulasi pijat bayi mulai diperkenalkan
oleh Dr. Tiffany Field dari Touch Research Institute, Miami, Florida, AS, saat
menyampaikan presentasinya dalam Kongres Internasional Dokter Spesialis Anak di
Hong Kong pada 1995. Penelitian serupa kemudian dilakukan di sejumlah negara lain
seperti Kanada, Cina, Israel, Swedia, Filipina, Singapura, dan Hong Kong. Perintis
penelitian pijat bayi itu pernah diundang ke Jakarta atas prakarsa Johnson & Johnson
pada 1997. Saat itu, Tiffany memberikan ceramah di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) dan beberapa kota besar di Indonesia. Sejak itu, minat
terhadap pijat bayi di Indonesia mulai berkembang. Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)/RSCM bahkan telah melakukan
pelatihan stimulasi sentuhan bagi tenaga kesehatan
(http://www.wahjoe.com/20080205/pijat-bayi.html) Akses 8 November 2009)8. Di
Indonesia, pijat telah dipraktikan sejak dahulu secara turun temurun, walaupun tidak
diketahui jelas bagaimana pijat dapat berpengaruh demikian positif pada tubuh manusia,
namun pengaruh positif sentuhan pada proses tumbuh kembang anak telah lama dikenal
manusia (Subekti, 2008)9. Di Jawa sering kita mengenal adanya dukun pijat bayi yang
katanya memiliki keahlian memijat bayi. Jadi kata orang tua dulu bayi harus dipijat
seminggu sekali. Cara pemijatan tiap dukun bayi memiliki teknik tersendiri yang tidak
sama, karena ilmu tersebut didapatkan secara turun temurun
(http://www.wahjoe.com/20080205/pijat-bayi.html) Akses8 November 2009)10.
Berdasarkan wawancara awal, pada 20 primipara di Desa Agung Mulyo Juwana, Pati,
ada 13 ibu yang masih ragu untuk melakukan pemijatan pada bayinya bahkan takut
untuk memberikan sentuhan-sentuhan ringan dan 4 ibu lainnya lebih memilih

2 J.Ilmu Kebid&Kesh, Vol. 2 No. 1, Juli


2011 (13-18)
memijatkan bayinya di dukun bayi. Tapi juga ada 3 ibu yang melakukannya sendiri
dirumah setelah diajari bidan desa. Fenomena yang ada dimasyarakat tersebut,
pengetahuan primipara terhadap pijat bayi masih kurang, mereka memijatkan bayinya
hanya pada saat sakit saja, selalu membangunkan bayinya untuk dilakukan pemijatan,
dan kadang memaksa posisi bayi saat tidak mau dipijat. Bayi yang sering dipijat ibunya,
tidurnya lebih lelap, tidak rewel dan mengalami peningkatan berat badan lebih cepat
berbeda dengan bayi yang jarang dipijat atau dipijatkan ke dukun, bayi sering sakit,
tibur tidak nyenyak, dan sereng rewel atau menangis. Dari hasil wawancara dengan
primipara penulis tertarik untuk mengambil judul “Hubungan Antara Pengetahuan
Primipara Tentang Pijat Bayi Dengan Perilaku Memijat Bayi Usia 1-12 Bulan di Desa
Agung Mulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Tahun 2010”.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN


Jenis penelitian ini adalah analitik korelatif. Penelitian dilakukan dengan pendekatan
cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat. Variabel independent dalam penelitian ini adalah
pengetahuan primipara tentang pijat bayi sedangkan dependennya adalah perilaku
memijat bayi usia 1-12 bulan. Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat
atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu (Notoadmodjo, 2005:70).
Populasi dalam penelitian ini adalah 30 primipara (ibu yang baru pertama kali
melahirkan satu anak atau lebih yang hidup), bertempat tinggal di Desa Agung Mulyo
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati pada bulan Januari-Febuari 2010. Sampel yang
diambil adalah 30 primipara yang mempunyai bayi usia 1-12 bulan dan bertempat
tinggal di Desa Agung Mulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati, pada bulan Januari-
Febuari 2010. Sampling adalah metode yang digunakan untuk menyelidiki sebagian dari
populasi (Sugiono, 2002). Cara pengumpulan data dalam penelitian adalah kuesioner.
Peneliti membagikan kuesioner kepada primipara dan menganjurkan untuk
menjawabnya, kemudian pertanyaan yang sudah dijawab diserahkan kembali kepada
peneliti. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah
matang, dimana responden dan interviewer (dalam hal wawancara) tinggal memberikan
jawaban atau dengan memberikan tanda – tanda tertentu (Notoatmodjo, 2002).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian

Sebanyak 30 responden bahwa primipara dengan pengetahuan baik dan perilaku


memijat bayi usia 1-12 bulan baik ada 15 orang (50%) sedangkan yang berperilaku
tidak baik tidak ada (0%). Primipara dengan pengetahuan sedang dan perilaku
memijat bayi baik ada 7 orang (23,3%) sedangkan yang perilaku memijat bayi tidak
baik ada 5 orang (16,7%). Primipara dengan pengetahuan kurang dan perilaku
memijat bayi baik tidak ada (0%) sedangkan yang perilaku memijat bayi tidak baik
ada 3 orang (10%). Hasil uji hubungan dengan uji chi square dengan dk=2, taraf
signifikasi 95% dengan nilai kemaknaan 5%, diperoleh Chi kuadrat hitung = 24,375,
sedangkan harga chi kuadrat tabel = 5,991. Sesuai ketentuan kalau harga Chi
kuadrat hitung lebih besar dari tabel (24,375>5,991), maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara Pengetahuan
Primipara tentang Pijat Bayi dengan Perilaku Memijat Bayi Usia 1-12 Bulan.
B. Pembahasan

1. Pengetahuan Primipara
Berdasarkan hasil penelitian, primipara dengan pengetahuan tentang pijat
bayi baik sebanyak 15 orang (50%), primipara yang berpengetahuan sedang
sebanyak 12 orang (40%). Sedangkan primipara yang berpengetahuan kurang
ada 3 orang (10%), dari ketiga responden tersebut menjawab memulai pemijatan
dari muka diakhiri bagian kaki juga ada yang memulai dari dada diakhiri bagian
kaki yang benar adalah mulai dari kaki diakhiri bagian punggung; memijat
bayinya setelah 30 hari atau 6-7 bulan setelah bayi lahir padahal pemijatan yang
baik bisa dilakukan segera setelah bayi lahir; menganggap pijat bayi merupakan
sentuhan-sentuhan ringan padahal pijat bayi adalah terapi sentuh dan seni
perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktekkan sejak berabad-abad
silam, memijat bayinya hanya pada saat sakit; selalu membangunkan bayinya
untuk dilakukan pemijatan dan juga kadang memaksa posisi bayi saat tidak mau
dipijat.
2. Perilaku Memijat Bayi Usia 1-12 Bulan
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa perilaku memijat bayi usia 1-
12 bulan yang dilakukan oleh ibu primipara sendiri ada 22 orang (73,3%), dan
yang dilakukan di dukun ada 8 orang (26,7%). Sebagian besar primipara
berperilaku memijat bayinya sendiri dan tidak memijatkan ke dukun, karena
adanya dukungan dari suami dan keluarga supaya melakukan pijat bayi sendiri,
disamping itu juga bisa meningkatkan kasih sayang antara ibu dan bayinya.
Sedangkan primipara yang berperilaku memijat bayinya ke dukun, karena
mereka lebih yakin dan beranggapan kalau memijatkan ke dukun bayi yang sakit
atau rewel akan lebih cepat sembuh. Sebagian primipara juga ada yang belum
berani memijat bayinya sendiri, sehingga pada usia bayi kurang dari 1 bulan
mereka memilih memijatkannya ke dukun.

SIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Primipara dengan pengetahuan tentang pijat bayi baik sebanyak 15 orang (50%);
pengetahuan sedang ada 12 orang (40%), dan pengetahuan kurang ada 3 orang
(10%).
2. Perilaku primipara yang memijat bayi usia 1-12 bulan sendiri ada 22 orang (73,3%),
dan yang di dukun ada 8 orang (26,7%).
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara Pengetahuan Primipara
tentang Pijat Bayi dengan Perilaku Memijat Bayi Usia 1-12 Bulan di Desa Agung
Mulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Tahun 2010.
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang hubungan pengetahuan tentang pijat bayi dan perilaku memijat bayi
usia 1-12 bulan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan di masyarakat.
2. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan menambah
progam kerja untuk memberikan pengetahuan tentang pijat bayi pada ibu-ibu
yang memiliki bayi sehingga diharapkan dapat meningkatkan tumbuh
kembang bayi.
3. Bagi ibu-ibu dan bayinya
Ibu-ibu hendaknya memijat bayinya sendiri sehingga hubungan
psikologis antara ibu dan bayi dapat terjalin dengan baik..
4. Bagi Masyarakat
Setelah masyarakat mengetahui pentingnya memijat bayi usia 1-12
bulan, maka dapat meningkatkan peran serta dan memotivasi keluarganya
untuk melakukan pemijatan bayi sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Departemen Kesehatan R.I, 2006. Promosi Kesehatan untuk politeknik/ D3/ Kesehatan.
Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan.
Fajar, 2009. Pijat Bayi. http://cetak.fajar.co.id/news.php?newsid=59595.
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta : Salemba Medika.
Kumala, P. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekijdo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 1. Jakarta :
Salemda Medikal.
Pusdiknaskes, WHO & JHPIEGO, 2003, Asuhan kebidanan Post Partum. Jakarta:
Pusdiknaskes, WHO & JHPIEGO.
Prawiroharjo, Sarwono, 2008. ”Ilmu Kebidanan”. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.

Rinie, 2008. Pijat Bayi. http://rinie.info/2008/06/13/pijat-bayi.

Roesli, Utami, 2008. Pedoman Pijat Bayi edisi revisi. Jakarta : Trubus Agriwidya.
Subekti, Rini, 2008. Panduan Praktis Memijat Buah Hati anda. Yogyakarta : Nusa
Pressindo.
Sugiyono, 2005. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Turner, R & Nanayakkara Susie. 2005. Pedoman Praktis Pemijatan Pada Bayi. Jakarta :
Karisma Publishing Group.
Wahjoe, 2008. Pijat Bayi. http://www.wahjoe.com/20080205/pijat-bayi.html.

Wahyumedia, 2009. Pemahaman Tentang Pijat Bayi. http://wahyumedia.com/Pemahaman-


Tentang-Pijat-Bayi.html.

Williams, Frances. 2003. Baby care-Pedoman Merawat Bayi. Jakarta : Erlangga.

HUBUNGAN KONSUMSI JAMU TRADISIONAL DENGAN OUT COME


JANIN ATERM DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT KRISTEN TAYU
KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI BULAN JANUARI – MARET 2010

Etni Dwi Astuti, S. Si. T


Staf Pengajar Akademi Kebidanan Bakti Utama Pati

ABSTRAK
Hubungan Konsumsi Jamu Tradisional Dengan Out Come Janin Aterm di Ruang
Bersalin Rumah Sakit Kristen Tayu Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Bulan
Januari – Maret 2010. Sebagian besar ibu hamil menganggap jamu lebih aman
dikonsumsi dari pada obat Karena ramuannya alami dan tidak mengandung bahan
kimia yang berbahaya bagi ibu hamil maupun keselamatan janin yang dikandungnya,
tetapi perlu diwaspadai karena setelah melewati beragam penelitian didapatkan
beberapa kategori jamu dengan bahan dasar tanaman obat yang dapat memberikan
pengaruh buruk pada pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri .Tujuan untuk
mengetahui hubungan konsumsi jamu tradisional dengan out come janin aterm di
Ruang Bersalin Rumah Sakit Kristen Tayu Kecamatan Tayu Kabupaten Pati bulan
Januari – Maret 2010. Jenis penelitian yang digunakan observasi dengan metode
pendekatan analitik korelasi dan metode survey retrospective. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu bersalin dengan out come janin baik dan jelek di Ruang
Bersalin Rumah Sakit Kristen Tayu Kecamatan Tayu Kabupaten Pati bulan Januari –
Maret 2010 dengan jumlah sampel sebanyak 30 ibu bersalin dengan teknik total
sampling. Dari 30 sampel didapatkan ibu bersalin dengan apgar score rendah
sebanyak 22 orang (73,3%), ibu bersalin dengan air ketuban keruh sebanyak 20 orang
(66,7%), ibu bersalin dengan cacat positif pada bayi baru lahir sebanyak 2 orang
(6,7%), ibu bersalin dengan bayi lahir mati sebanyak 1 orang (3,3%).
Kata kunci : konsumsi jamu, outcome janin, aterm

PENDAHULUAN
Jamu sudah dikenal sudah berabad-abad di Indonesia yang mana pertama kali jamu
dikenal dalam lingkungan istana atau keraton terutama Kesultanan di Djogjakarta dan
Kasunanan di Surakarta. Jaman dahulu resep jamu hanya dikenal dikalangan keraton
dan tidak diperbolehkan keluar dari keraton. Tetapi seiring dengan perkembangan
jaman, orang-orang lingkungan keraton sendiri yang sudah modern, mereka mulai
mengajarkan meracik jamu kepada masyarakat diluar keraton sehingga jamu
berkembang sampai saat ini tidak saja hanya di Indonesia tetapi sampai ke luar negeri.
Bagi masyarakat Indonesia, Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara
tradisional yang mengacu pada resep peninggalan para leluhur dan digunakan secara
turun temurun sehingga menjadi budaya atau adat istiadat yang sulit untuk dihilangkan
atau diberantas yang masih dipertahankan dan dikembangkan sampai sekarang
(Hayanto, 2009). Jamu di sediakan secara tradisional dalam bentuk cairan atau jamu
gendong, serbuk atau seduh, tablet, dan kapsul, yang bahannya terdiri dari racikan
tumbuh-tumbuhan baik itu daun atau folia, batang atau caulix, buah atau folium, bunga
atau fruktus, akar atau radix. (Haryanto, 2009). Di jaman modern sekarang ini jamu
masih tetap mendapat tempat di hati konsumennya,bahkan sudah berkembang menjadi
industri besar dan dengan kemasan yang instan sehingga konsumen lebih mudah dalam
mengkonsumsinya. Jamu digunakan untuk mendapatkan kesehatan serta
menyembuhkan berbagai penyakit serta digunakan pula sebagai perawatan kecantikan
muka dan tubuh (Lestari & Suharmiati, 2007). Keunggulan jamu adalah murah, simple,
efek sampingnya relative rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda
memiliki efek saling mendukung, pada suatu tanaman memiliki lebih dari satu efek
farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit metabolic dan degenerative (Haryanto,
2009). Sebagian besar ibu hamil menganggap jamu lebih aman dikonsumsi karena
ramuannya alami dan tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh
terutama bagi ibu hamil dan keselamatan janin yang dikandungnya (Suara Rakyat,
2008) 1.
Disamping itu perlu disadari pula bahwa memang ada beberapa kelemahan pada
jamu yaitu jamu bersifat rahasia, tidak pernah dilakukan uji klinis maupun statistic,
tidak empiris dan non injectable (Haryanto, 2009). Ada beberapa rumusan tanaman obat
yang diketahui berbahaya untuk kehamilan setelah melewati beragam peneliatian.
Secara toksikologi bahan yang berbahaya adalah suatu bahan baik alami maupun
sintetis, organic maupun anorganic yang karena komposisinya dalam keadaan, jumlah,
dosis, dan bentuk tertentu dapat mempengaruhi fungsi organ tubuh manusia atau hewan
sedemikian sehingga mengganggu kesehatan baik sementara, tetap atau sampai
menyebabkan kematian (Pranomo, 2008). Konsumsi jamu dalam kehamilan juga bisa
mengakibatkan kerusakan pada janin yang bersifat irreversible atau tidak dapat
membaik kembali, misalnya jamu dengan berbahan dasar tanaman obat yang bersifat
teratogenic yaitu jamu yang dapat membuat cacat bayi yang berada dalam kandungan,
yang mengakibatkan organ tubuh tidak terbentuk sempurna yaitu bibir sumbing dan
cacat dengan tangan buntung atau cocofolia seperti contoh: kina, lada, cabai jawa, umbi
angelica sinesis L. Merangsang rahim seperti; kencur, jungrahap, majakan, daun kaki
kuda, meniran demikian juga brotowali yang dinyatakan memiliki efek samping dapat
mengganggu kehamilan dan mengganggu pertumbuhan plasenta (Lestari dan
Suharmiyati, 2007). Keadaan tersebut juga bisa menyebabkan perdarahan pada ibu
hamil, jika tidak ditangani segera akan membuat radang dan luka kronis, bahkan bisa
mengakibatkan gawat janin atau fetal distres yaitu suatu kegawatan pada janin yang jika
tidak ditangani bisa menyebabkan kematian janin. Dasar terjadinya gawat janin adalah
hipoksia terutama di otak menurut waktu terjadinya dapat akut atau kronis dan dapat
terjadi pada kehamilan (Haryanto, 2009) 2.
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak
konsepsi atau pembuahan dan berakhir sampai permulaan persalinan. (Manuaba, 1999).
Konsumsi jamu maupun obat dalam masa kehamilan juga perlu diwaspadai karena ada
beberapa kategori jamu dan obat yang dikonsumsi ibu hamil dapat memberikan
pengaruh buruk pada pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri. Pertumbuhan
berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah organ, ukuran atau dimensi
tingkat sel, maupun individu, yang bisa diukur, sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan jaringan sistem organ termasuk
emosi intelektual, dan tingkah laku (Soewarjo, 2008) 3. Demikian halnya kasus yang
terjadi di Rumah Sakit Kristen Tayu kecamatan Tayu kabupaten Pati pada Bulan
Agustus 2009, dari 8 ibu bersalin terdapat 7 luaran persalinan dengan air ketuban
keruh, 6 apgar scor rendah, 1 cacat dan 1 kematian pada Bayi Baru Lahir. Berdasarkan
uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Konsumsi Jamu Tradisional dengan Out Come Janin Aterm di Ruang
Bersalin Rumah Sakit Kristen Tayu Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati”.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan penelitian retrospektif yaitu
meneliti ke belakang (Haryanto, 2009). Peneliti melakukan observasi & pengamatan
langsung pada out come janin aterm apabila didapati apgar score rendah, air ketuban
keruh, bayi lahir cacat, dan bayi lahir mati maka peneliti melakukan observasi lanjutan
yaitu melakukan wawancara yang mengarah pada konsumsi jamu tradisional sebelum
dan selama kehamilan pada tiap responden yang akan dilanjutkan dengan analisa data
dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi jamu tradisional dengan out
come janin aterm. Variabel independent yaitu konsumsi jamu tradisional. Variabel
dependent yaitu out come janin aterm. Sampel yang diambil adalah semua pasien ibu
bersalin dengan out come baik dan jelek di Ruang Bersalin Rumah Sakit Kristen Tayu
pada bulan Januari – Maret 2010. Dalam penelitian ini menggunakan 100% dari
populasi yaitu sebanyak 30 ibu bersalin. Sampel diambil secara langsung pada saat
penelitian dilakukan dengan menggunakan total populasi. Alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Alat ukur dalam penelitian ini
adalah observasi dan wawancara sehingga tidak membutuhkan uji validitas dan
reliabilitas

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Apgar Score
Tabel 1
Tabulasi Silang Antara Konsumsi Jamu dengan Apgar Score Pada Ibu
Bersalin di RS Kristen Tayu Kabupaten Pati
Apgar Score
Pengetahuan Total %
Baik % Rendah %
Mengkonsumsi 0 0 22 73.3 22 73.3
Tidak Mengkonsumsi 8 26.7 0 0 8 26.7
Total 8 26.7 22 73.3 30 100
Sumber : Hasil olah data SPSS
Tabel di atas menjelaskan tentang penyebaran data antara 2 variabel yaitu
konsumsi jamu tradisional dengan apgar score. Sebagian besar ibu bersalin
mengkonsumsi jamu tradisional dengan apgar score rendah yaitu sebanyak 22
responden (73.3%). Setelah dilakukan perhitungan diperoleh nilai RR sebesar 7.000
dengan confidence interval sebesar 0.145 – 0.732. Dari kedua analisis diatas, dapat
diambil kesimpulan yang sama, yaitu ada hubungan antara konsumsi jamu
tradisional dengan apgar score ibu bersalin di Rumah Sakit Tayu Kabupaten Pati.
2. Air Ketuban
Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara konsumsi jamu
tradisional dengan hasil luaran air ketuban.
Tabel 2
Tabulasi Silang Antara Konsumsi Jamu dengan Air Ketuban Pada Ibu
Bersalin di RS Kristen Tayu Kabupaten Pati

Air Ketuban
Pengetahuan Total %
Jernih % Keruh %
Mengkonsumsi 2 6.7 20 66.7 22 73.3
Tidak Mengkonsumsi 8 26.7 0 0 8 26.7
Total 10 33.3 20 66.7 30 100
Sumber : Hasil olah data SPSS
Tabel di atas menjelaskan tentang penyebaran data antara 2 variabel yaitu
konsumsi jamu tradisional dengan apgar score. Sebagian besar ibu bersalin
mengkonsumsi jamu tradisional dengan air ketuban keruh yaitu sebanyak 20
responden (66.7%). Setelah dilakukan perhitungan diperoleh nilai RR sebesar
5.444 dengan confidence interval sebesar 0.75 – 0.84. Dari kedua analisis diatas,
dapat diambil kesimpulan yang sama, yaitu ada hubungan antara konsumsi jamu
tradisional dengan hasil luaran air ketuban ibu bersalin di Rumah Sakit Tayu
Kabupaten Pati.
3. Lahir Cacat
Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara konsumsi jamu
tradisional dengan proses persalinan lahir cacat.
Tabel 3
Tabulasi Silang Antara Konsumsi Jamu dengan Lahir Cacat Pada Ibu
Bersalin di RS Kristen Tayu Kabupaten Pati
Lahir Cacat
Pengetahuan Total %
Positif % Negatif %
Mengkonsumsi 2 6.7 20 66.7 22 73.3
Tidak Mengkonsumsi 0 0 8 26.7 8 26.7
Total 2 6.7 28 93.3 30 100
Sumber : Hasil olah data SPSS
Tabel di atas menjelaskan tentang penyebaran data antara 2 variabel yaitu
konsumsi jamu tradisional dengan apgar score. Sebagian besar ibu bersalin
mengkonsumsi jamu tradisional dengan cacat negatif yaitu sebanyak 20
responden (66.7%). Setelah dilakukan perhitungan diperoleh nilai RR sebesar
1.15 dengan confidence interval sebesar 0.092. Dari kedua analisis diatas, dapat
diambil kesimpulan yang sama, yaitu tidak ada hubungan antara konsumsi jamu
tradisional dengan hasil lahir cacat ibu bersalin di Rumah Sakit Tayu Kabupaten
Pati.
4. Lahir Mati
Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara konsumsi jamu
tradisional dengan proses persalinan lahir hidup. Untuk memenuhi hipotesis di
atas, maka diperlukan uji hipotesis melalui bantuan program SPSS. Setelah
dilakukan uji hipotesis terdapat data sebagai berikut :
Tabel 4
Tabulasi Silang Antara Konsumsi Jamu dengan Lahir Mati Pada Ibu
Bersalin di RS Kristen Tayu Kabupaten Pati
Lahir Mati
Pengetahuan Total %
Hidup % Mati %
Mengkonsumsi 21 70 1 3.3 22 73.3
Tidak Mengkonsumsi 8 26.7 0 0 8 26.7
Total 29 96.7 0 3.3 30 100
Sumber : Hasil olah data SPSS
Tabel di atas menjelaskan tentang penyebaran data antara 2 variabel yaitu
konsumsi jamu tradisional dengan lahir mati. Sebagian besar ibu bersalin
mengkonsumsi jamu tradisional dengan lair hidup yaitu sebanyak 21 responden
(70%). Setelah dilakukan perhitungan diperoleh nilai RR sebesar 1.05 dengan
confidence interval sebesar 0.0062. Dari kedua analisis diatas, dapat diambil
kesimpulan yang sama, yaitu tidak ada hubungan antara konsumsi jamu
tradisional dengan hasil lahir mati ibu bersalin di Rumah Sakit Tayu Kabupaten
Pati.
B. Pembahasan
1. Konsumsi Jamu Tradisional Ibu Bersalin di RS Kristen Tayu Kecamatan Tayu
Kabupaten Pati Tahun 2010
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional yang
mengacu pada resep peninggalan para leluhur dan digunakan secara turun-
temurun sehingga menjadi budaya atau adat istiadat yang sulit untuk dihilangkan
atau diberantas yang masih dipertahankan dan dikembangkan sampai sekarang
(Haryanto, 2009). Jamu di sediakan secara tradisional dalam bentuk cairan atau
jamu gendong, serbuk atau seduh, tablet, dan kapsul, yang bahannya terdiri dari
racikan tumbuh-tumbuhan baik itu daun atau folia, batang atau caulix, buah atau
folium, bunga atau fruktus, akar atau radix (Haryanto, 2009 ).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagain besar ibu
bersalin di RS Kristen Tayu Kabupaten Pati mengkonsumsi jamu selama
kehamilan yaitu sebanyak 22 orang (73.3%), sedangkan yang tidak
mengkonsumsi adalah 8 orang (26.7%). Dari hasil penelitian ini diperoleh
bahwa sebagian besar ibu hamil mengkonsumsi jamu tradisional, hal ini
dikarenakan ada kepercayaan dan keyakinan bahwa dengan mengkonsumsi jamu
tertentu membuatnya lebih tenang dan percaya diri dalam menjalani persalinan.
2. Outcome Janin Ibu Bersalin di RS Kristen Tayu Kecamatan Tayu Kabupaten
Pati Tahun 2010
a. Apgar Score
Nilai apgar adalah suatu ekspresi keadaan fisiologis BBL Bayi Baru
Lahir dan dibatasi oleh waktu (Soewarjo, 2008). Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh bahwa sebagian besar apgar score janin adalah rendah
yaitu sebanyak 22 janin (73.3%), sedangkan yang apgar score tinggi yaitu
sebanyak 8 janin (26.7%). Banyak faktor yang mempengaruhi apgar score
janin, diantaranya adalah jamu. Apgar score yang rendah menunjukkan
perlunya tindakan medis yang harus segera dilakukan.
b. Air Ketuban
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian besar
janin mengalami air ketuban keruh yaitu sebanyak 20 ibu bersalin (66.7%).
Banyak faktor yang berhubungan dengan air ketuban salah satunya adalah
konsumsi jamu tradisional.
c. Lahir Cacat
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian besar
janin mengalami lahir normal (cacat negatif) yaitu sebanyak 28 janin
(93.3%). Banyak faktor yang berhubungan dengan lahir cacat yang dialami
oleh janin diantaranya konsumsi jamu berbahan dasar tanaman obat yang
bersifat teratogenik yaitu jamu yang mendapat membuat cacat pada bayi
yang berada dalam kandungan, seperti kina lada, dan cabe jawa.
d. Lahir Mati
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh haisl bahwa sebagian besar ibu
memiliki bayi lahir hidup yaitu sebanyak 29 janin (96.7%), sedangkan yang
lahir mati sebanyak 1 janin (3.3%). Bayi yang lahir mati disebabkan karena
konsumsi jamu yang berlebihan dan terlambat pertolongan oleh tenaga
kesehatan.
3. Hubungan Antara Konsumsi Jamu Dengan Outcome Janin Ibu Bersalin di RS
Kristen Tayu Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Tahun 2010
a. Hubungan Antara Konsumsi Jamu Dengan Apgar Score
Berdasarkan hasil penelitian penyebaran data antara 2 variabel yaitu
konsumsi jamu tradisional dengan apgar score diperoleh hasil bahwa
sebagian besar ibu bersalin mengkonsumsi jamu tradisional dengan apgar
score rendah yaitu sebanyak 22 responden (73.3%). Setelah dilakukan
perhitungan dengan menggunakan chi square diperoleh nilai chi-square
hitung adalah 30.000 > chi-square tabel df : 1 taraf signifikan 5% adalah
3,841. Dari analisis diatas, dapat diambil kesimpulan, yaitu ada hubungan
antara konsumsi jamu tradisional dengan apgar score ibu bersalin di Rumah
Sakit Tayu Kabupaten Pati. Ibu yang mengkonsumsi jamu tradisional selama
kehamilannya mengalami apgar score rendah, sebaliknya ibu yang tidak
mengkonsumsi jamu tradisional mengalami apgar score baik.
b. Hubungan Antara Konsumsi Jamu Dengan Air Ketuban
Berdasarkan hasil penelitian penyebaran data antara 2 variabel yaitu
konsumsi jamu tradisional dengan air ketuban diperoleh hasil bahwa
sebagian besar ibu bersalin mengkonsumsi jamu tradisional dengan air
ketuban keruh yaitu sebanyak 22 responden (73.3%). Setelah dilakukan
perhitungan dengan menggunakan chi square diperoleh nilai chi-square
hitung adalah 21.818 > chi-square tabel df : 1 taraf signifikan 5% adalah
3,841
Dari analisis diatas, dapat diambil kesimpulan, yaitu ada hubungan
antara konsumsi jamu tradisional dengan air ketuban ibu bersalin di Rumah
Sakit Tayu Kabupaten Pati. Ibu yang mengkonsumsi jamu tradisional selama
kehamilannya akan mengeluarkan air ketuban keruh, sedangkan yang tidak
mengkonsumsi air ketuban mengeluarkan air ketuban jernih.
c. Hubungan Antara Konsumsi Jamu Dengan Kelahiran Cacat
Berdasarkan hasil penelitian penyebaran data antara 2 variabel yaitu
konsumsi jamu tradisional dengan air ketuban diperoleh hasil bahwa
sebagian besar ibu bersalin mengkonsumsi jamu tradisional dengan cacat
negatif yaitu sebanyak 20 responden (66.7%). Setelah dilakukan perhitungan
dengan menggunakan chi square diperoleh nilai chi-square hitung adalah
0.779 < chi-square tabel df : 1 taraf signifikan 5% adalah 3,841
Dari analisis diatas, dapat diambil kesimpulan, yaitu tidak ada
hubungan antara konsumsi jamu tradisional dengan lahir cacat ibu bersalin di
Rumah Sakit Tayu Kabupaten Pati. Banyak faktor yang berhubungan dengan
lahir cacat yang dialami oleh janin diantaranya konsumsi jamu berbahan
dasar tanaman obat yang bersifat teratogenik yaitu jamu yang mendapat
membuat cacat pada bayi yang berada dalam kandungan, seperti kina lada,
dan cabe jawa.
d. Hubungan Antara Konsumsi Jamu Dengan Kelahiran Hidup
Berdasarkan hasil penelitian penyebaran data antara 2 variabel yaitu
konsumsi jamu tradisional dengan air ketuban diperoleh hasil bahwa
sebagian besar ibu bersalin mengkonsumsi jamu tradisional dengan lahir
hidup yaitu sebanyak 21 responden (70%).
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan chi square
diperoleh nilai chi-square hitung adalah 0.376 < chi-square tabel df : 1 taraf
signifikan 5% adalah 3,841. Dari analisis diatas, dapat diambil kesimpulan,
yaitu tidak ada hubungan antara konsumsi jamu tradisional dengan lahir
hidup ibu bersalin di Rumah Sakit Tayu Kabupaten Pati. Bayi yang lahir
mati di Rumah Sakit Kristen Tayu disebabkan oleh ibu yang over dosis dan
terlambat dibawa ke Rumah Sakit oleh pihak keluarga sehingga terlambat
ditolong oleh tenaga medis.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sebagian besar ibu bersalin di Rumah Sakit Kristen Tayu Kabupaten Pati
mengkonsumsi jamu tradisonal selama kehamilannya yaitu sebanyak 22 orang
(73.3%), sedangkan yang tidak mengkonsumsi sebanyak 8 orang (26.7%).
2. Outcome Janin Aterm di Rumah Sakit Kristen Tayu Kabupaten Pati
a. Sebagian besar proses persalinan di Rumah Sakit Kristen Tayu Kabupaten Pati
memiliki apgar score rendah yaitu sebanyak 22 orang (73.3%), sedangkan yang
memiliki apgar score baik sebanyak 8 orang (26.7%).
b. Sebagian besar proses persalinan di Rumah Sakit Kristen Tayu Kabupaten Pati
menghasilkan air ketuban keruh yaitu sebanyak 20 orang (66.7%), sedangkan
yang menghasilkan air ketuban jernih sebanyak 10 orang (33.3%).
c. Sebagian besar proses persalinan di Rumah Sakit Kristen Tayu Kabupaten Pati
melahirkan bayi cacat negative (normal) yaitu sebanyak 28 orang (93.3%),
sedangkan yang melahirkan cacat positif sebanyak 2 orang (6.7%).
d. sebagian besar proses persalinan di Rumah Sakit Kristen Tayu Kabupaten Pati
melahirkan bayi lahir hidup (normal) yaitu sebanyak 29 orang (96.7%),
sedangkan yang melahirkan bayi lahir mati sebanyak 1 orang (3.3%).
3. Ada hubungan antara konsumsi jamu tradisional dengan apgar score ibu bersalin di
Rumah Sakit Kristen Tayu Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Tahun 2010.
4. Ada hubungan antara konsumsi jamu tradisional dengan air ketuban ibu bersalin di
Rumah Sakit Kristen Tayu Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Tahun 2010.
5. Tidak ada hubungan antara konsumsi jamu tradisional dengan lahir cacat ibu bersalin
di Rumah Sakit Kristen Tayu Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Tahun 2010.
6. Tidak ada hubungan antara konsumsi jamu tradisional dengan lahir mati ibu bersalin di
Rumah Sakit Kristen Tayu Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Tahun 2010.
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti menambah wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan
terutama tentang jamu tradisional.
2. Bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat supaya lebih berhati – hati dalam
mengkonsumsimya karena obat dan jamu yang dikonsumsi ibu hamil berefek
jangka panjang terutama pada out come janin.
3. Bagi institusi
Diharapkan institusi menambah referensi di perpustakaan, meningkatkan
kualitas dan pengembangan mahasiswa melalui penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta ; Rineka
Cipta.
Budiarto, E. 2002. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. JakaRta:
EGC
Haryanto. 2009. Konsultan Pribadi. Pati : Jawa Tengah
Lestari Handayani. 2007. Tanaman Obat Untuk masa Kehamilan dan Pasca
Melahirkan.Jakarta : Agromedia
Lestari Handayani. 2007. Rahasia Ramuan Madura.Jakarta : Agromedia
Martha Tilaar. 1999. Kecantikan Perempuan Timoer Jakarta : Agromedia
Mochtar, Rustam. 1998.Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC
Notoadmojo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Thneka Cipta
Prawirahardjo, S. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Pustaka Nyonya Meneer. 2010. Semarang : Jawa Tengah
Soewardjo. 2009. Konsultan Pribadi. Pati : Jawa Tengah
Sugiyono. (2005). Statistik untuk penelitian. CV Alfabeta. Bandung Indonesia
Suharmiati & Lestari Handayani. (2007). Cara Benar Meracik Obat Tradisional. Jakarta
: Agromedia
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERNIKAHAN DINI DENGAN
KEJADIAN PERNIKAHANDINI DI DESA KARANG SUMBER KECAMATAN
WINONG
KABUPATEN PATI TAHUN 2010

Sri Hadi Sulistiyaningsih, S. Si. T


Staf Pengajar Akademi Kebidanan Bakti Utama Pati

ABSTRAK
Hubungan Pengetahuan Tentang Pernikahan Dini Dengan Kejadian
Pernikahan Dini Di Desa Karang Sumber Kecamatan Winong Kabupaten Pati
Tahun 2010. Pernikahan dini adalah pernikahan di bawah umur 20 tahun. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Tentang Pernikahan
Dini Dengan Kejadian Pernikahan Dini Di Desa Karang Sumber Kecamatan Winong
Kabupaten Pati Tahun 2010. Subyek penelitian ini adalah responden sejumlah 50 orang
di Desa Karang Sumber. Jenis penelitian ini adalah non-eksperimentalsurvey, dengan
metode pendekatan retrospektif . Metode sampling adalah Total sampling. Jenis data
yang di olah adalah jenis data primer dan jenis data sekunder dengan mengunakan
kuesioner, sedangkan pengolahan data dengan Uji Chi-Square (bantuan program SPSS
14,0). Hasil penelitian menyatakan bahwa ada mengetahui hubungan pengetahuan
tentang pernikahan dini dengan kejadian pernikahan dini di desa karang sumber
kecamatan winong kabupaten pati tahun 2010 dengan nilai chi-square hitung adalah
31.729 > Chi-Square pada tingkat signifikasi 5% adalah 5,99. Dari hasil penelitian ini
diharapkan upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pengarahan pada
responden tentang bahaya pernikahan dini.
Kata Kunci : Pengetahuan Responden Tentang pernikahan Dini

PENDAHULUAN
Pernikahan usia dini masih dijumpai di Negara berkembang Indonesia,
pernikahan diusia dini (12-17 th) sangat memiliki pengaruh yang kurang baik bagi
pasangan remaja itu sendiri. Karena menjadi remaja bearti menjalani proses berat yang
membutuhkan banyak penyesuaian dan dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan
pertumbuhan badani dan pemotongan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah
besar yang mereka hadapi . Perasaan seksual meningkat seiring perkembangan organ-
organ reproduksi maupun hormone yang menyertai dengan kadar yang berbeda satu
dengan yang lai, begitu juga kemampuan untuk mengendalikannya. (http: /blogspot.
Com / 10 / 24/08/nikah-muda). Satu per lima dari jumlah penduduk di Indonesia adalah
remaja (13-19 tahun) yang berpeluang, berperilaku, beresiko tanpa mewaspadai akibat
jangka panjang dari perilaku tersebut. Sedangkan jumlah remaja yang berusia antara 15-
24 tahun sangat besar kurang lebih 4 juta orang. Jumlah tersebut meliputi hamper 25%
dari total 220 juta penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik,2002). Banyak sekali
remaja yang telah aktif secara seksual, mesti tidak selalu atas pilihan sensiri dan
diberbagai daerah kira-kira separuh dari mereka telah menikah.. Terdapat kurang lebih
30% dari jumlah penduduk di Indonesia yang sudah pernah melakukan hubungan seks
dan menikah pada usia dibawah 18 tahun1.
Kelalaian untuk menanggapi kebutuhan remaja tentang kesehatan reproduksi
dan seks yang bertanggung jawab, menuai kegagalan angka statistik pernikahan dini
dengan pengantin berumur 16 th secara nasional mencapai lebih dari seperempat,
bahkan sepertiga dari pernikahan yang terjadi seperti di jawa timur 39,43% Kalimantan
selatan 35,43% jambi 30,63% serta masih banyak lagi di daerah pedesaan yang pada
umumnya, pernikahan sering dilakukan segera setelah anak perempuan mendapatkan
menarche, hal ini akan mendorong untuk menerobos keluar dari alur tugas
perkembangannya, menjalani peran sebagai dewasa tanpa memikirkan kesiapan fisik,
mental, social si pengatin tersebut (Kompas, Minggu 11 april 2004). Terdapat 14.546
pasangan di Kabupaten Pati yang melakukan pernikahan pada tahun 2008. Usia
perkawinan mempelai perempuan yang umurnya 16-19 tahun sebanyak 6.427 orang dan
umurnya kurang dari 16 tahun sebanyak 21 orang. Usia mempelai laki-kaki dibawah
umur 19 tahun sebanyak 7 orang (Depag kab.Pati,2008) 2.
Pada desa Karangsumber Kecamatan Winong Kabupaten Pati tahun 2009
ditemukan cukup banyak jumlah remaja yang menikah sebelum usia 18 tahun sebanyak
10 responden.Akibat dari pernikahan dini itu banyak responden yang bercerai sebanyak
(60%) responden, yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga sebanyak (30%)
responden, dan yang menelantarkan anaknya sebanyak (10%) responden, akibat dari
pernikahan dini adalah BBLR sebanyak (40%) responden prematur (30%) responden.
Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang
belum matang. Berdasarkan data yang tercatat pada regristrasi desa Karangsumber
selama periode bulan juni –desember 2009, sebanyak 25 orang responden yang menikah
di bawah umur 20 tahun (Desa Karangsumber,2009). Pengetahuan tentang pernikahan
dini dengan kejadian pernikaan dini di desa Karangsumber Kec. Winong Kab. Pati
masih sangat rendah. Oleh karena itu, banyak sekali responden yang menikah dini.
Mereka tidak tahu dampak yang ditimbulkan dari pernikahan dini3
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu di lakukan penelitian dengan judul
”Hubungan Pengetahuan tentang Pernikahan Dini Dengan Kejadian Pernikahan Dini di
Desa Karang Sumber Kec. Winong Kab. Pati Tahun 2010”.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN


Jenis penelitian ini adalah non-eksperimental observasional (survey yaitu suatu
cara penelitian diskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya
cukup banyak dalam jangka waktu tertentu (Notoatmodjo,2005). Metode penelitian
yang digunakan adalah diskriptif analitik menggunakan korelasional (hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat). Metode pendekatan retrospektif yaitu penelitian
yang berusaha melihat ke belakang (backward looking), artinya pengumpulan data di
mulai dari efek atau akibat yang telah terjadi (Notoatmodjo, 2005). Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang pernikahan dini. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kejadian pernikahan dini. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh
populasi yang di teliti yaitu semua wanita yang sudah menikah di Desa Karang Sumber
Kecamatan Winong Kabupaten Pati bulan febuari tahun 2010. Sampel dalam penelitian
ini sebanyak sebanyak 50 responden di Desa Karang Sumber Kecamatan Winong
Kabupaten Pati Tahun 2010. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner untuk mengukur pengetahuan tentang pernikahan dini dan kejadian
pernikahan dini. Merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung
terhadap wanita yang sudah menikah dengan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data. Wawancara dengan wanita yang sudah menikah akan dilaksanakan
dengan menggunakan kuesioner yang sudah disusun sebelumnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. HASIL PENELITIAN
1. Pengetahuan Tentang Pernikahan Dini di Desa Karang Sumber Kecamatan
Winong Kabupaten Pati tahun 2010

Tabel 1
Pengetahuan Tentang Pernikahan Dini di Desa Karang Sumber
Kecamatan Winong Kabupaten Pati tahun 2010
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 13 26.0
Cukup 14 28.0
Kurang 23 46.0
Total 50 100,0
Sumber : hasil olah data SPSS
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan tingkat pengetahuan
responden sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu
sebanyak 23 orang (46%), sedangkan 13 orang memiliki tingkat pengetahuan
baik (26%), dan sisanya 14 rang (28%) memiliki tingkat pengetahuan cukup.
Semakin kurang pengetahuan tentang pernikahan dini maka semakinbanyak
pula yang tidak mengetahuinya. Sebaliknya semakin baik pengetahuan
tentang pernikahan dini maka semakin luas pengetahuannya.
2. Kejadian Pernikahan Dini di Desa Karang Sumber Kecamatan Winong
Kabupaten Pati tahun 2010
Tabel 2
Kejadian Pernikahan Dini di Desa Karang Sumber Kecamatan Winong
Kabupaten Pati tahun 2010
Persentase
Kejadian Pernikahan Dini Frekuensi
(%)
Pernikaha Dini (usia < 20) 30 60
Pernikahan Dewasa ( > 20 ) 20 40
Total 50 100,0
Sumber : hasil olah data SPSS
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan sebagian responden mengalami kejadian
pernikahan dini yaitu sebanyak 30 orang (60%), sedangkan sebanyak 20 orang
(40%) menikah dewasa.
B. PEMBAHASAN
Penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan tentang pernikahan dini
dengan kejadian pernikahan dini di Desa Karang Sumber Kecamatan Winong
Kabupaten Pati Tahun 2010.
1. Pengetahuan Tentang Pernikahan Dini Di Desa Karang Sumber Kecamatan
Winong Kabupaten Pati Tahun 2010.
Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian responden memiliki tingkat
pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 23 (46%). Dari 23 responden yang tidak
mengetahui tentang Salah satu kerugian menikah usia muda (8%), menurut UU
pernikahan minimal umur berapa (8%), pernikahan yang di sahkan negara, seorang
suami menikah lebih dari satu (8%), seorang istri menikah lebih dari satu (10%), umur
untuk hamil dan melahirkan yang baik (8%), aman dan paling rendah resikonya (6%),
keuntungan usia muda setelah menikah apa yang di inginkan (8%). Pengetahuan yang
rendah ini disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah. Orang yang memiliki
pengetahuan yang kurang tentang pernikahan dini belum mengetahui tentang resiko
meikah pada usia dini.
2. Kejadian Pernikahan Dini Di Desa Karang Sumber Kecamatan Winong
Kabupaten Pati Tahun 2010.
Penelitian terhadap kejadian pernikahan dini di Desa Karangsumber
Kecamatan Winong Kabupaten Pati diperoleh bahwa sebagian besar wanita
menikah pada usia dini yaitu sebanyak 30 orang (60%). Wanita di Desa Karang
Sumber Kecamatan Winong Kabupaten Pati Tahun 2010 yang paling banyak
menikah pada usia 16 tahun. Pernikahan usia muda adalah melangsungkan akad
nikah pada usia di bawah kesesuaian aturan yang berlaku yaitu 20 tahun.
3. Hubungan Pengetahuan Tentang Pernikahan Dini Dengan Kejadian Pernikahan
Dini Di Desa Karang Sumber Kecamatan Winong Kabupaten Pati Tahun 2010.
Hasil perhitungan yang telah 31,729 . sedangkan untuk chi square tabel =
5,99. jadi chi square hitung > chi square tabel. Maka Ha diterima dan Ho
ditolak. Berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pernikahan
dini dengan kejadian pernikahan dini di Desa Karang Sumber Kecamatan
Winong Kabupaten Pati Tahun 2010. Seorang responden yang memiliki tingkat
pengetahuan rendah masih berpikir tentang kepercayaan masyarakat pedesaan
akan menjadi perawan tua jika tidak menikah di usia muda. Mereka tidak
memikirkan resiko yang akan terjadi dengan pernikahan di usia dini. Baik itu
resiko fisik maupun psikis yang dialami oleh kedua pasangan. Sebaliknya,
responden yang memiliki pengetahuan baik maka akan melangsungkan
pernikahan pada usia dewasa. Karena untuk melangsungkan pernikahan
dibutuhkan persiapan yang matang. Menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara tingkat pengetahuan responden dengan kejadian pernikahan dini.

SIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Sebagian besar responden di Desa Sumber Kecamatan Winong Kabupaten Pati
memiliki tingkat pengetahuan tentang pernikahan dini dengan kategori kurang
yaitu sebanyak23 orang (46%).
2. Sebagian besar responden di Desa Sumber Kecamatan Winong Kabupaten Pati
melangsungkan pernikahan dini yaitu sebanyak 30orang (60%).
3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pernikahan dini dengan
kejadian pernikahan dini di Desa Karang Sumber Kecamatan Winong
Kabupaten Pati Tahun 2010
B. Saran
1. Bagi Ilmu Kebidanan
Merupaka Pengembangan ilmu kebidanan tentang kesehatan ibu dan anak (KIA)
tentang alat reproduksi pada wanita.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk tenaga kesehatan
khususnya penanggung jawab program kesehatan ibu dan anak (KIA).
3. Bagi Orang Tua dan Masyarakat
Memperluas pengetahuan tentang akibat dari pernikahan dini.

DAFTAR PUSTAKA
Alimul A. Azis, 2007, Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah, Jakarta :
Penerbit Salemba Medika.
Alimul A. Azis, 2008 Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah, Jakarta :
Penerbit Salemba Medika.
Alimul A. Azis, 2009 Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah, Jakarta :
Penerbit Salemba Medika
Arikunto Suharsini, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
BKKBN, 2001, Kesehatan Reproduksi Remaja. Kantor Wilayah Jawa Tengah.
Notoatmdjo, Soekidjo, 2002, Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.
Hurlock, Elizabeth B, Edisi V, Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Kartini, Kartono (2006). Psikologi Wanita 1 Mengenal Gadis Remaja dan Wanita
Dewasa. Cetakan V. Bandung :Mandar Maju.
Nursalam, 2003, Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
keperawatan.jakarta:Salemba Medika
Soetjiningsih, 2002, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV.
Agung Seto.
Sugiyono.2005.Statistik Untuk Penelitian.Bandung:CV.Alfabeta

HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL PEROKOK DENGAN KEJADIAN


BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI DESA PENGKOL KECAMATAN
JEPARA KABUPATEN JEPARA TAHUN 2010

Uswatun Kasanah, S. Si. T


Staf Pengajar Akademi Kebidanan Bakti Utama Pati
ABSTRAK
HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL PEROKOK DENGAN KEJADIAN BERAT
BAYI LAHIR RENDAH DI DESA PENGKOL KECAMATAN JEPARA
KABUPATEN JEPARA TAHUN 2010. Sekarang ini makin banyak diketahui bahwa
merokok tidak hanya berpengaruh terhadap orang yang menghisapnya, tetapi juga
mempengaruhi semua orang yang berada disekitarnya. Termasuk janin yang sedang
berkembang dari ibu hamil yang kebetulan berada didekatya. Hasil studi pendahuluan
yang dilakukan tanggal 26 Agustus 2009 dari jumlah ibu hamil perokok di Desa
Pengkol Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara tahun 2009 dapat diketahui 7 wanita
merokok lebih dari 20 batang sehari wanita merokok lebih dari 1 bungkus sehari.
Dengan demikian angka tertinggi yang dilakukan ibu hamil Desa Pengkol Kecamatan
Jepara Kabupaten Jepara, wanita merokok yang disebabkan oleh berbagai alasan antara
lain kurangnya pengetahuan yang diakibatkan oleh merokok. Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil perokok dengan bayi berat lahir
rendah di RSU Kartini Jepara. Jenis penelitian yang digunakan adalah corelational
studi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil perokok yang mengalami
BBLR di Desa Pengkol Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara sebanyak 30 responden.
Sampel sebanyak 30 orang. Teknik sampling menggunakan teknik total sampling. Umur
ibu hamil sebagian besar 20-30 tahun sebanyak 13 orang (81,3%) dan paling sedikit
pada umur > 35 tahun sebanyak 1 orang (6,3 %). Berdasarkan hasil penelitian diketahui
ibu hamil di Desa Pengkol Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara yang sebagai ibu hamil
perokok sebanyak 6 orang (37,4%) dan yang normal sebanyak 10 orang (62,5%).
Kejadian BBLR ibu hamil perokok sebanyak 6 orang (37,4%) dan yang normal
sebanyak 10 orang (62,5%). Ada hubungan ibu hamil perokok dengan kejadian BBLR
(p value 0,003).
Kata kunci : Ibu hamil perokok dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

PENDAHULUAN
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehiduapan
sehari-hari. Gaya hidup atau life style ini menarik sebagai suatu masalah kesehatan,
minimal dianggap sebagai faktor resiko dari berbagai macam penyakit (Bustam, 2000).
Dari sisi kesehatan, bahaya rokok sudah tak terbantahkan lagi. Bukan hanya menurut
WHO, tetapi lebih dari 70 ribu artikel ilmiah membuktikan hal itu. Dalam kepulan asap
rokok terkandung 4000 racun kimia berbahaya, dan 43 diantaranya bersifat
karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker). Berbagai zat berbahaya itu adalah : tar,
karbon, monoksida (CO) dan nikotin. Mungkin masyarakat sudah mengerti bahayanya,
karena dalam setiap bungkus rokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung,
impotensi dan gangguan kehamilan dan janin (Abadi, T, 2005). Dari peringatan tersebut
dapat diketahi dengan jelas bahwa rokok memiliki pengaruh buruk bagi kehamilan dan
janin dalam kandungan. Kebiasaan merokok pada calon ibu ternyata membawa akibat
buruk pada anak yang akan dilahirkannya. Terdapat bukti kuat bahwa ibu hamil yang
merokok dapat langsung mempengaruhi dan merusak perkembangan janin dalam rahim,
yang sering terjadi adalah berat lahir yang rendah (Arlene, 1996). Berat badan bayi ibu
perokok pada umumnya kurang dan mudah sakit. Berat badan bayi tersebut lebih rendah
40-400 gram dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu bukan perokok. Pada 10
orang ibu hamil sebanyak 7 orang dari ibu-ibu hamil yang merokok satu bungkus sehari
mungkin akan melahirkan anak yang beratnya kurang dari 2500 gram (Aditama, 1997)
1
.
Berdasarkan penelitian, 1 dari 3 wanita yang merokok lebih dari 20 batang sehari
melahirkan bayi dengan berat badan kurang (Syahbana, O. 2001). Sekarang ini makin
banyak diketahui bahwa merokok tidak hanya berpengaruh terhadap orang yang
menghisapnya, tetapi juga mempengaruhi semua orang yang berada disekitarnya.
Termasuk janin yang sedang berkembang dari ibu hamil yang kebetulan berada
didekatya. Jadi, bila suami anda atau setiap orang yang tinggal di rumah anda atau
bekerja di meja di samping anda merokok, tubuh bayi anda akan mendapat pengotoran
oleh asap tembakau hampir sebanyak pengotoran yang ia dapat jika anda sendiri yang
menghisapnya. Bahkan menurut Chandra (2000), bahan kimia yang keluar dari asap
bakaran ujung rokok kadarnya lebih tinggi dari pada yang dihisap perokoknya. Semakin
dekat jarak perokok dengan perokok pasif, akan semakin besar bahayanya, karena itu
penelitian banyak dilakukan pada istri si perokok. Belakangan ini para ahli juga
menemukan hubungan antara penurunan berat bayi yang dilahirkan oleh istri seorang
perokok akibat gangguan perkembangan janin selama dalam kandungan (Aditama,
1997). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 26 Agustus 2009 dari jumlah
ibu hamil perokok di Desa Pengkol Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara tahun 2009
dapat diketahui bahwa kejadian BBLR 15 bayi, 10 ibu hamil (75%) ternyata
mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 1 bungkus sehari. Wanita merokok
disebabkan oleh berbagai alasan antara lain kurangnya pengetahuan yang diakibatkan
oleh merokok (Data Sekunder RSU Jepara Kabupaten Jepara, 2009) 2.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui hubungan perilaku ibu hamil perokok dengan kejadian berat bayi lahir
rendah di Desa Pengkol Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN


Populasinya adalah ibu hamil perokok dengan kejadian BBLR Tahun 2009 di
RSU RA Kartini Jepara sejumlah 25 ibu hamil perokok. Sampel sebanyak 40 orang.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
psikis dan fisik ibu klimakterium tentang menopause. Variabel dependen yang terkait
dalam penelitian ini adalah kondisi psikis wanita menopause. Variabel yang diteliti
menggunakan definisi operasional dengan skala pengukuran variabel menggunakan
skala ordinal (baik, cukup, kurang). Alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data
berupa kuesioner. Kuesioner dengan 6 pertanyaan tentang faktor psikis pada
menopause, 5 pertanyaan tentang faktor ekonomi, 6 pertanyaan tentang faktor seksual.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. HASIL PENELITIAN
1. Umur Ibu Hamil
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Umur Ibu Hamil di RSU RA Kartini Jepara
Tahun 2010
No. Umur f %
1. < 20 tahun 2 12,5
2. 20-35 tahun 13 81,3
3. > 35 tahun 1 6,3
Jumlah 16 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa umur ibu hamil sebagian


besar 20-30 tahun sebanyak 13 orang (81,3%) dan paling sedikit pada umur
> 35 tahun sebanyak 1 orang (6,3 %).
2. Ibu Hamil Perokok
Tabel .2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Perokok di
RSU RA Kartini Jepara
No. Ibu Hamil Perokok f %
1. Merokok 4 25
2. Tidak merokok 12 75
Jumlah 16 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa ibu hamil tidak perokok
sebanyak 12 orang (750%) dan ibu hamil merokok sebanyak 4 orang (25
%).
3. Kejadian BBLR
Tabel .3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Perokok di
RSU RA Kartini Jepara
No. Terjadi BBLR f %
1. BBLR 6 37,5
2. Normal 10 62,5
Jumlah 16 100
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa kejadian BBLR ibu
hamil perokok sebanyak 6 orang (37,4%) dan yang normal sebanyak 10
orang (62,5%).
4. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Perokok dengan Kejadian BBLR di RSU
Kartini Jepara Tahun 2010
Tabel 4
No Kejadian BBLR Total
Ibu Hamil
Tidak BBLR Jml %
Perokok
BBLR
f % f % f %
1. Tidak Merokok 10 83,3 2 16,7 12 100
2. Merokok 0 0 4 100 4 100
Jumlah 10 62,5 6 37,5 16 100
X2 = 8,889 dan p value : 0,003
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa ibu hamil perokok semuanya terjadi
BBLR sebanyak 4 orang (100%). Ibu hamil tidak merokok terjadi BBLR sebanyak 2
orang (16,7%).
Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square di dapatkan nilai chi square
hitung 8,889 > chi square tabel 5,9915 dan p value 0,003 < 0,05 artinya Ho ditolak
dan Ha diterima, berarti ada hubungan Ibu hamil perokok dengan kejadian BBLR.
B. Pembahasan
1. Umur Ibu Hamil
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur ibu hamil sebagian
besar 20-30 tahun sebanyak 13 orang (81,3%) dan paling sedikit pada umur >
35 tahun sebanyak 1 orang (6,3 %). Umur ibu hamil sebagian besar 20-30 tahun
berarti ibu termasuk dalam masa reproduksi sehat. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kelompok umur terbanyak pada usia subur. Pada usia subur
baik untuk mengandung dan melahirkan. Ibu memilih mengandung dan
melahirkan pada usia 20-30 tahun karena psikologis sudah siap, pinggul sudah
kuat dan organ-organ rahim sudah sempurna untuk melahirkan. Hal ini sesuai
dengan teori Hartanto (2003) umur antara 20-35 tahun merupakan yang terbaik
untuk mengandung dan melahirkan.
2. Ibu Hamil Perokok
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ibu hamil di RS Kartini
Jepara sebagai ibu hamil tidak perokok sebanyak 12 orang (750%) dan ibu
hamil merokok sebanyak 4 orang (25 %). Ibu hamil sebagian besar tidak
merokok karena mereka tahu efek samping yang ditimbulkan akibat merokok
yaitu dapat keguguran dan bibir sumbing. Ibu yang mempunyai kebiasaan
merokok berisiko terhadap kejadian BBLR. Ibu hamil dapat sebagai perokok
pasif. Mereka yang tidak merokok tetapi terkena asap rokok dari mereka yang
merokok juga akan mengalami gangguan pada kesehatan dengan resiko yang
sama. Seseorang yang bukan perokok, tetapi yang ikut mengkonsumsi asap
rokok beserta zat-zat yang terkandung didalamnya disebut perokok pasif. Asap
yang dihasilkan dari rokok yang mengepul keluar ditambah dengan asap yang
dihembuskan oleh perokok, mengandung zat kimia lebih tinggi dari pada yang
dihisap oleh perokok itu sendiri. Artinya asap rokok tidak saja berbahaya bagi
perokok melainkan juga perokok pasif atau bukan perokok. Penelitian
menunjukkan bahwa tiap satu batang rokok mengandung kurang lebih 4.000
elemen dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama
pada rokok adalah tar, nikotin dan karbon monoksida (Farrer, 2001).
3. Kejadian BBLR Ibu Hamil Perokok
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kejadian BBLR ibu hamil
perokok sebanyak 6 orang (37,5%). Hal ini karena merokok memberikan risiko
terjadinya BBLR. Merokok dapat menyebabkan bayi lahir rendah. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
persalinan prematur adalah gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20
tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit
menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok), faktor
pekerja yang terlalu berat, faktor kehamilan, hamil dengan hidramnion, hamil
ganda dan perdarahan antepartum (Manuaba, 1998)
4. Hubungan Ibu Hamil Perokok dengan Kejadian BBLR
Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square di dapatkan nilai chi
square hitung 8,889 > chi square tabel 5,9915 dan p value 0,003 < 0,05
artinya Ho ditolak dan Ha diterima, berarti ada hubungan ibu hamil perokok
dengan dengan kejadian BBLR. di RSU Kartini Jepara Tahun 2010. Ibu hamil
perokok berisiko terhadap kejadian BBLR, racun yang ditimbulkan Asap rokok
mengandung komponen-komponen dan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh.
Banyaknya komponen tergantung pada tipe tembakau, temperatur pembakaran,
panjang rokok, prioritas kertas pembungkus, bumbu rokok serta ada tidaknya
filter. Zat-zat yang berbahaya berupa gas-gas atau partikel-partikel. Asap rokok
yang dihisap 90% mengandung berbagai gas seperti N2, 02, C02 10% sisanya
mengandung partikel tertentu seperti tar, nikotin dan lain-lain. Menurut Dr. Rolv
T. Lie dari Universitas Bergen, Norwegia. dari 1.336 bayi yang lahir disana, 573
dari bayi tersebut menderita penyakit bibir sumbing dan terjadi berat bayi lahir
rendah (BBLR). Ternyata ditemukan dalam penelitian, ibu-ibu bayi tersebut
mempunyai kebiasaan merokok 10 batang sehari selama 3 bulan pertama
kelahiran mereka demikian kutip detikhot dari Reutershealth.

SIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur ibu hamil sebagian besar
20-30 tahun sebanyak 13 orang (81,3%) dan paling sedikit pada umur > 35
tahun sebanyak 1 orang (6,3 %).
2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui ibu hamil di RS Kartini Jepara yang
sebagai ibu hamil perokok sebanyak 6 orang (37,4%) dan yang normal
sebanyak 10 orang (62,5%).
3. Kejadian BBLR ibu hamil perokok sebanyak 6 orang (37,4%) dan yang
normal sebanyak 10 orang (62,5%).
4. Ada hubungan ibu hamil perokok dengan kejadian BBLR (p value 0,003).

B. Saran

1. Kepada Masyarakat
Masyarakat diharapkan mendukung ibu hamil agar mau melakukan
konseling kepada ibu hamil untuk tidak merokok, makan makanan bergizi saat
kehamilan dan olah raga ringan atau senam hamil untuk mencegah BBLR.
2. Kepada Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan diharapkan lebih meningkatkan penyuluhan tentang
bahaya merokok dan faktor risiko Berat Bayi Lahir Rendah.
3. Kepada Institusi
Sebagai bahan pustaka dalam meningkatkan dan pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang kebidanan dan neonatologi.
4. Kepada Peneliti
Kepada peneliti lain diharapkan melakukan penelitian di tempat lain sebagai
perbandingan tentang ibu hamil perokok dengan kejadian BBLR.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi IV. Jakarta :
Rineka Cipta.
Jones, Derek Liewelin. 2000. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi VI. Jakarta :
Fakultas Kedokteran UI
Machfoedz. 2006. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan
Kebidanan. Yogyakarta : Fitra Maya
Notoatmodjo, S dkk. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Suamrsono, Sonny. 2004. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta : Graha Ilmu.
Prawiroharjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Pustaka Sarwono Prawiroraharjo.
Saifudain, A.B,. wiknjisastro, H., Affandi, B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan
kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakrta : Yayasan Bina Pustaka.
Depkes RI. 2002. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta : EGC.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Jakarta : Salemba Medika
Saifudin Abdul bari.2003. buku acuan nasional pelayanan kesehatam maternal dan
neonatal. edisi 1. jakarta: yayasan bina pustaka sarwono prawiroharjo
______ http://www.ibuhamilperokok.com
______ http://www.habayarokok.com
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKSUKSESAN IBU
DALAM MEMBERIKAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GABUS
II

Dewi Ritnowati, S. Si. T


Staf Pengajar Akademi Kebidanan Bakti Utama Pati
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKSUKSESAN IBU
DALAM MEMBERIKAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GABUS
II. Pertumbuhan dan perkembangan bayi salah satunya dipengaruhi oleh nutrisi. ASI eksklusif
merupakan nutrisi paling sempurna untuk bayi karena mengandung nutrisi yang seimbang dan
bekal imunitrasi untuk pertahanan terhadap infeksi. Pemberian ASI seringkali terdapat faktor
yang mengahambat sehingga ketidaksuksesan ASI eksklusif selama sekurangnya 6 bulan terjadi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan
ketidaksusesan ibu dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Gabus II.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Tehnik Pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah random sampling dengan 40 responden. Instrumendalamano digunakan dalam penelitian
ini adalah lembar kuesioner kepada responden yang dating saat Posyandu berlangsung. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keadaan pendidikan ibu adalah faktor utaina yang berhubungan
dengan ketidaksuksesan ibu dalam memberikan ASI eksklusif dengan 27 responden (67,5 %)
dalam kategori rendah. Selanjutnya faktor pengetahuan dimana 24 responden (60 %) dalam
kategori kurang. Faktor sosio-ekonomi didapatkan 16 responden (42,5%), faktor pekerjaan 16
responden (40%) responden dipandang sebagal permasalahan yang menghambat ASI eksklusif.
Saran bagi petugas kesehatan untuk lebih intensif bagi memberikan promosi keschatan tenting
pentingnya ASI eksklusif bagi bayi. Ibu seharusnya memberikan ASI eksklusif karena sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Peneliti berikutnya penting untuk meneliti
apakah terdapat hubungan antara faktor pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, sosio-ekonomi ibu
terhadap ketidaksuksesan pemberian ASI eksklusif.

Kata kunci : Ketidaksuksesan Menyusui, ASI eksklusif.

PENDAHULUAN
Pembangunan generasi yang sehat, cerdas dan taqwa merupakan tanggung jawab
seluruh komponen masyarakat, baik dari kalangan pejabat tingkat atas, sampai pada rakyat
jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu ibu. Ibu mempunyai peran dan
tanggung jawab untuk melahirkan generasi yang cerdas dan taqwa sehingga mampu
memberi warna bagi negeri tercinta dan mampu menjadikan tunas-tunas bangsa yang siap
dan mampu memimpin bangsa. Anak yang sehat harus dipersiapkan sejak dalam
kandungan, saat persalinan hingga masa tumbuh kembangnya (Purwanti,
2003). Angka Kematian Bayi merupakan indikator untuk menentukan tinggi rendahnya
derajat kesehatan secara nasional. Indonesia pada tahun 2002-2003 telah bekerja keras
untuk menurunkan angka kematian bayi sebesar 55 per 1000 kelahiran hidup dan
menurunkan angka kematian balita sebesar 46 per 1000 balita hidup. Pada tahun 2004 AKB
menurun menjadi 51 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita tetap bertahan 46
per 1000 balita hidup (Depkes RI. 2004) 1.
Mengingat ASI merupakan hal yang sangat mempengaruhi dalam menurunkan angka
kematian bayi maka WHO mengatur dalam kode etik yang isinya kurang lebih “untuk
mencapai pertumbuhan dan perkembangan dan kesehatan optimal, diberi ASI eksklusif
selama enam bulan pertama, selanjutnya untuk kecukupan nutrisi, bayi harus mulai diberi
MP-ASI yang cukup dan aman serta pemberian ASI diteruskan sampai usia 2 tahun atau
lebih” (Siswono, 2004). Menyusui adalah hak setiap ibu tidak terkecuali ibu yang bekerja.
Agar dapat terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai
manfaat dari ASI dan menyusui serta bagaimana melakukan manajemen laktasi (Pusat
Kesehatan Kerja Depkes RI, 2005). Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan
mengenai pemberian ASI eksklusif melalui permenkes nomor 450/Menkes/SK/IV/2004,
dan peraturan yang mengatur tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) melalui
peraturan nomor 237/1997. Perlu ditegaskan di sini bahwa MP-ASI bukanlah makanan
pengganti ASI (Gklinis, 2004). Hanya 14% ibu di Tanah Air yang memberikan air susu ibu
(ASI) eksklusif kepada bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya
menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan. Hasil yang dikeluarkan Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) periode 1997-2003 cukup memprihatinkan. Bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif sangat rendah.
Berdasarkan riset yang sudah dibuktikan di seluruh dunia, ASI merupakan makanan
terbaik bagi bayi hingga enam bulan, dan disempurnakan hingga umur dua tahun.
(http://www. Media Indonesia.com/30/05/2009). Namun yang patut disayangkan tingkat
pemberian ASI secara eksklusif di tanah air hingga saat ini masih sangat rendah yaitu antara
39 persen hingga 40 persen dari jumlah ibu melahirkan. Promosi pemberian ASl masih
terkendala oleh rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASl dan cara menyusui yang
benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dari petugas kesehatan, masa cuti yang terlalu
singkat bagi ibu yang bekerja, persepsi sosial budaya dan keagresifan produsen susu
formula mempromosikan produknya kepada masyarakat dan petugas kesehatan (Depkes RI,
2006) 2.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di wilayah kerja puskesmas
Gabus II di dapatkan data awal jumlah ibu yang dalam masa menyusui adalah 259 sampai
Oktober 2008. Perincian dari ibu menyusui untuk kedua desa tersebut adalah 135 ibu
menyusui. Selanjutnya peneliti. melakukan pengamatan di salah satu dusun yaitu
Karangrejo di dapatkan jumlah ibu yang dalam masa menyusui adalah 93 ibu menyusui,
namun setelah dikaji tenyata didapatkan bahwa hanya 50 ibu yang masih aktif memberikan
ASI nya, atau berarti cuma 53,7 % ibu yang aktif menyusui dari total keseluruhan 93 1bu.
Kenyataan ini membuat peneliti ingin mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan
ketidaksuksesan ibu dalam memberikan ASI eksklusif di awal massa pertumbuhan dan
perkembangan bayi3.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN


Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi: pengetahuan ibu, pendidikan ibu,
pekerjaan dan status social ekonomi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
ketidaksuksesan pemberian ASI eksklusif. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian
deskriptif eksploratif, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo,
2002). Populasi penelitian adalah semua ibu yang memiliki bayi umur 6 – 12 bulan.
Populasinya sebanyak 120 dari data tersebut yang dijadikan sampel 40 ibu. Sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi umur 6 – 12 bulan. Alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah di buat oleh peneliti
sendiri menurut Arikunto (2006).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Tingkat Pengetahuan Responden tentang ASI
Deskripsi tingkat pengetahuan responden tentang ASI dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

Tabel 1. Tingkat Pengetahuan Responden tentang ASI

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


Baik 6 15.0
Cukup 10 25.0
Kurang 24 60.0
Jumlah 40 100.0
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa responden yang
berpengetahuan baik sebesar 15% (6 responden), berpengetahuan cukup sebesar
25% (10 responden) dan yang berpengetahuan kurang sebesar 60% (24
responden).
2. Tingkat Pendidikan Responden
Deskripsi tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2 Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


Pendidikan Dasar 27 67.5
Pendidikan Menengah 8 20.0
Pendidikan Tinggi 5 12.5
Jumlah 40 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa responden yang menempuh
pendidikan dasar sebesar 67,5% (27 responden), pendidikan menengah sebesar
20% (8 responden) dan yang menempuh pendidikan tinggi sebesar 12.5% (5
responden).
3. Jenis Pekerjaan Responden
Deskripsi jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3 Jenis Pekerjaan Responden

Pekerjaan Frekuensi Persentase


PNS, TNI, Pensiunan 7 17.5
Pegawai Swasta 8 20.0
Petani 5 12.5
Buruh Tani 16 40.0
Tidak Bekerja 4 10.0
Total 40 100.0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa responden yang bekerja
sebagai PNS, TNI, Pensiunan sebesar 17,5% (7 responden), pegawai swasta
sebesar 20% (8 responden), petani sebesar 12.5% (5 responden), buruh tani 40%
(16 responden) dan yang tidak bekerja sebesar 10% (4 responden).
4. Tingkat Sosial Ekonomi Responden
Deskripsi tingkat sosial ekonomi responden dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4 Tingkat Sosial Ekonomi

Sosial Ekonomi Frekuensi Persentase (%)


Pendapatan < 500.000 16 40.0
Pendapatan antara 500.000 s.d
17 42.5
1.000.000
Pendapatan > 1.000.000 7 17.5
Jumlah 40 100.0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa responden yang
berpendapatan kurang dari Rp. 500.000 sebesar 40% (16 responden), pendapatan
antara Rp. 500.000 sampai Rp. 1.000.000 sebesar 42,5% (17 responden), dan
yang berpendapatan lebih dari Rp.1.000.000 sebesar 17,5% (7 responden).
B. Pembahasan
1. Pengetahuan
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden yang berpengetahuan
baik sebesar 15% (6 responden), berpengetahuan cukup sebesar 25% (10 responden)
dan yang berpengetahuan kurang sebesar 60% (24 responden). Berdasarkan data
tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan
yang kurang tentang tentang ASI. Penilaian ini didasarkan pada ketepatan jawaban
responden dalam mengisi lembar kuesioner.
2. Pendidikan
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa responden yang menempuh
pendidikan dasar sebesar 67,5% (27 responden), pendidikan menengah sebesar 20%
(8 responden) dan yang menempuh pendidikan tinggi sebesar 12.5% (5 responden).
Dari hasil tersebut kebanyakan responden hanya berpendidikan pada pendidikan
tingkat dasar yaitu SD dan SLTP. Dalam hal ini pendidikan juga berpengaruh
terhadap ketidaksuksesan ibu dalam menyusui bayinya, secara tidak langsung dalam
hal ini pendidikan akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan responden
tentang ASI. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007), perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
3. Pekerjaan
Kendala ibu bekerja sangat besar pengaruhnya terhadap proses menyusui
dimana dapat dilihat dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa responden yang bekerja
sebagai PNS, TNI, Pensiunan sebesar 17,5% (7 responden), pegawai swasta sebesar
20% (8 responden), petani sebesar 12.5% (5 responden), buruh tani 40% (16
responden) dan yang tidak bekerja sebesar 10% (4 responden).
4. Sosial Ekonomi
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa responden yang berpendapatan
kurang dari Rp. 500.000 sebesar 40% (16 responden), pendapatan antara Rp.
500.000 sampai Rp. 1.000.000 sebesar 42,5% (17 responden), dan yang
berpendapatan lebih dari Rp.1.000.000 sebesar 17,5% (7 responden).

SIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam tidak suksesnya pemberian ASI
eksklusif yaitu faktor pengetahuan, pendidikan, pekerjaan sosial ekonomi.
2. Faktor sosio-ekonomi diidentifikasi sebagai faktor utama penyebab gagalnya
ASI eksklusif di mana 16 responden ibu atau sekitar 40 % ibu dalam kategori
kurang baik.
3. Faktor pengetahuan diidentifikasi sebagai faktor utama penyebab gagalnya ASI
eksklusif di mana 24 responden ibu atau sekitar 60 % dalam kategori kurang
baik.
4. Faktor pekerjaan diidentifikasi sebagai faktor utama penyebab gagalnya ASI
eksklusif di mana 8 responden ibu atau sekitar 20 %. Ibu yang bekerja bahwa
seringkali masalah pekerjaan membuat seorang ibu beralih ke susu pengganti
ASI dan hal ini yang menyebabkan pemberian ASI ekslusif menjadi terhambat.
B. Saran
1. Bagi Institusi Puskesmas
Untuk meningkatkan promosi kesehatan dalam hal pemberian ASI secara
eksklusif kepada ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Gabus II.
2. Bagi Subyek Penelitian
Bagi subyek penelitian untuk memberikan ASI eksklusif selama untuk
mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal.
3. Bagi peneliti lain
Perlu penelitian lebih lanjut dengan metode kualitatif sehingga dapat dikaji lagi
lebih mendalam faktor yang menyebabkan ketidak suksesan pemberian ASI
eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Chumbley, Jane (2004). Menyusui ; Panduan menyusui dan mengenalkan Botol.
Erlangga. Jakarta.
Depkes RI. (2004). Indonesia Health Profile. Indonesia Ministry of Health for Data and
Information. Ministry of Health. Jakarta.
Depkes RI. (2005). Manajemen Laktasi. Jakarta: Departemen Kesehatan. Jakarta:
Depkes
Depkes RI. (2006). Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir. Jakarta : JHPIEGO-
WHO.
http://www.mediaIndonesia.com. Inisiasi Inisiasi Cegah Kematian Bayi. Diunduh 29
Agustus 2009.
Hubertin, S.P (2004). Statistik Kesehatan: Belajar mudah tehnik analisis data dalam
penelitian kesehatan. Mitra Cendikia Press. Jogjakarta.
Irawati. (2007). Konsep Penerapan ASI Eksklusif Buku Saku Untuk Bidan. Jakarta:
EGC.
Notoatmodjo, S. (2004). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka. Jakarta.
Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Purnomosidi. (2004). Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Purwanti. (2003). 2003. Konsep Penerapan ASI Eksklusif Buku Saku Untuk Bidan.
Jakarta: EGC.
Rinaningsih. (2007) ASI EKSKLUSIF: Modal kecerdasan anak. Media Informasi
Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Semarang.
Rulina, suradi. (2004). Program Manajemen Laktasi. Perkumpulan Perinatologi
Indonesia. Jakarta.
Siswono. (2004). Penatalaksanaan ASI Eksklusif. Jakarta: Rineka Cipta.
Utami, Roesli. (2008). Inisiasi menyusui dini plus ASI eksklusif. Pustaka Bunda. Jakarta.
Verral, Sylvia. (2003). Anatomy and physiology Applied to Obstetrics. EGC. Jakarta.

PENGARUH PENGGUNAAN KB SUNTIK DMPA TERHADAP PERUBAHAN


BERAT BADAN DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA AKSEPTOR
DI BPS SITI KOENDARTI JAKEN TAHUN 2010

Irfana Tri Wijayanti, S. Si. T


Staf Pengajar Akademi Kebidanan Bakti Utama Pati
ABSTRAK
Pengaruh penggunaan KB Suntik DMPA Terhadap Perubahan Berat Badan Dan
Siklus Menstruasi Pada Akseptor Di BPS Siti Koendarti Jaken Tahun 2010.
Program Keluarga Berencana (KB) adalah bagian yang terpadu (Integral) dalam
program Pembangunan Nasional yang bertujuan untuk turut serta menciptakan
kesejahteraan ekonomi, sprititual dan sosial budaya penduduk Indonesia (Dep. Kes RI,
1994). Pertumbuhan penduduk Indonesia, belakangan ini sangat terasa. Dalam tahun ini
saja pertumbuhannya mencapai 3,2 juta jiwa. Pelayanan kasus efek samping yang
tertinggi dari peserta KB suntikan yaitu sebesar 2.672 kasus atau 54,8 %, berikutnya
diikuti peserta IUD sebesar 951 kasus atau 19,5 %. Sedangkan jumlah kasus terendah
terdapat pada peserta KB kondom yaitu sebesar 0,0 %. (BKKBN, 2003). Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengaruh pengguanaan KB suntik DMPA
terhadap perubahan berat badan dan siklus menstruasi pada akseptor di BPS Siti
Koendarti Jaken. Jenis penelitian ini merupakan penelitian penelitian diskriptif adalah
suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini
menggunakan metode survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara fakto-faktor resiko dengan efek,dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus dalam waktu yang bersamaan
(Notoatmodjo, 2005). Cara pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri di tempat
tinggal masing-masing responden dengan menggunakn data primer yaitu langsung dari
responden dengan cara menyebar kuesioner (angket) yang diberikan kepada responden.
Dalam penelitian ini anggota sampel adalah semua akseptor KB DMPA di BPS Siti
Koendarti yang berjumlah 42 akseptor. Hasil analisa univariatnya menggambarkan
adanya perubahan berat badan dan siklus menstruasi pada pengguna KB DMPA.
Kata Kunci : KB suntik , Berat badan , Siklus menstruasi.

PENDAHULUAN
Program Keluarga Berencana (KB) adalah bagian yang terpadu (Integral) dalam
program Pembangunan Nasional yang bertujuan untuk turut serta menciptakan
kesejahteraan ekonomi, sprititual dan sosial budaya penduduk Indonesia (Dep. Kes RI,
1994). Pertumbuhan penduduk Indonesia, belakangan ini sangat terasa. Dalam tahun ini
saja pertumbuhannya mencapai 3,2 juta jiwa. Untuk mengurangi ledakan penduduk itu,
pada tahun 2010 pemerintah menargetkan angka kelahiran bayi sekitar 2 juta jiwa
melalui program KB (http://bkkbnpati.com/2010). Berdasarkan data dari BKKBN
propinsi Jawa Tengah pada Pembinaan PUS dan Kesertaan Ber-KB, cakupan akseptor
aktif KB paling banyak ada 83,46% di Kabupaten Semarang, sedangkan hasil cakupan
Perolehan Peserta KB terbanyak 17,90% di Kota Magelang, hasil perolehan Peserta
Baru berdasarkan Jenis Kelamin diperoleh 2,17% akseptor Pria, dan 8,74% akseptor
wanita1.
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan akseptor KB misalnya faktor
tingkat ekonomi, usia, paritas, pendidikan. Pada umumnya PUS (Pasangan Usia Subur)
yang telah menjadi akseptor KB lebih banyak menggunakan pil, suntik dan kondom.
Sementara ini kegiatan Keluarga Berencana masih kurangnya dalam pengunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Bila dilihat dari cara pemakaian alat kontasepsi
dapat dikatakan bahwa :IUD 4.32% MOW 1.12% MOP 0.20% KONDOM 13.75%
IMPLANT 10.54% SUNTIK 43.35% PIL 26.76%
(http://chinue.wordpress.com/2010/03/15/cakupan-kb-awal-2010/). Pelayanan kasus
efek samping yang tertinggi dari peserta KB suntikan yaitu sebesar 2.672 kasus atau
54,8 %, berikutnya diikuti peserta IUD sebesar 951 kasus atau 19,5 %. Sedangkan
jumlah kasus terendah terdapat pada peserta KB kondom yaitu sebesar 0,0 % (BKKBN,
2003) Prevalensi keikutsertaan Keluarga Berencana Kabupaten Pati pada tahun 2009
sebesar 78,82%. Pada bulan oktober 2009, di kecamatan Jaken terdapat jumlah
Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 9.928 PUS terdiri dari peserta KB Aktif sebanyak
7.614 (76,69%) PUS dan bukan peserta KB sebanyak 2.314 (23,31%) PUS. Metoda
kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB Aktif terdiri dari IUD sebanyak
411(5,39%), MOW 458 (6,02%), MOP sebanyak 146, Kondom sebanyak 20(0,26%),
Implant sebanyak 704(9,24%), Suntik sebanyak 5.271 (69,22%), Pil sebanyak 604
(7,93%). Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa peminat KB suntik masih lebih
banyak dari KB yang lainnya. Peserta KB baru di Kabupaten Pati bulan oktober 2009
sejumlah 2.409. Dari target PPM PB sebesar 13.053 (BPPKB, 2009)2.
Berdasarkan pendataan dari BPS Siti Koendarti Jaken bulan oktober 2009 di
temukan akseptor KB sebanyak 76 0rang. Akseptor KB suntik 3 bulan sebanyak 42
orang , akseptor KB 1 bulan sebanyak 23 orang, KB pil 7 dan KB lainnya sebanyak 4
orang. Untuk itu subyek yang di teliti yaitu Akseptor KB suntik 3 bulan atau DMPA.
Dari 42 akseptor KB suntik 3 bulan saya mengadakan survey pada 10 orang, terdapat
(40%) ibu yang mengeluh menstrusinya terganggu dan (30%) mengeluh perubahan pada
berat badan, (20%) mengatakan tidak mengeluh apapun dan (10%) mengatakan
mengeluh perubahan pada siklus menstruasi dan berat badan.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriftif. Desain yang digunakan
adalah dengan menggunakan metode survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus dalam waktu yang bersamaan
(Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam penelitian ini yaitu Penggunaan KB DMPA,
Berat Badan, Siklus Menstruasi. Populasi penelitian ini adalah semua akseptor KB
suntik DMPA (3 bulan) di BPS Siti Koendarti yang berjumlah 42 akseptor. Sampel
dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB DMPA di BPS Siti Koendarti yang
berjumlah 42 akseptor. Tehnik pengambilan total sampling yaitu jumlah keseluruhan
dari populasi dijadikan sampel (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini yaitu
keseluruhan akseptor KB DMPA. Alat ukur untuk mengumpulkan data adalah
kuesioner.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Pengaruh Penggunaan KB suntik DMPA Terhadap Berat Badan Di BPS
Siti Koendarti Jaken
Tabel. 1
Distribusi Frekuensi Gambaran Pengaruh Penggunaan KB suntik DMPA
Terhadap Berat Badan Di BPS Siti Koendarti Jaken
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Bertambah 34 81,0
Tetap 2 4,8
Berkurang 6 14,3
Total 42 100,0
Berdasarkan tabel di atas pengaruh penggunaan KB suntik DMPA
terhadap berat badan berkategori bertambah dengan jumlah 34 responden
(81,0%) kategori tetap dengan jumlah 2 responden (4,8%), Sedangkan yang
berkategori berkurang dengan jumlah 6 responden (14,3%).
2. Gambaran Pengaruh Penggunaan KB suntik DMPA Terhadap Siklus Menstruasi Di
BPS Siti Koendarti Jaken
Tabel. 2
Distribusi Frekuensi Gambaran Pengaruh Penggunaan KB suntik DMPA
Terhadap Siklus Menstruasi Di BPS Siti Koendarti Jaken
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ada Perubahan 30 71,4
Tidak Ada Perubahan 12 28,6
Total 42 100,0
Berdasarkan tabel di atas pengaruh penggunaan KB suntik DMPA
terhadap siklus menstruasi berkategori ada perubahan terdiri dari 30 responden
(71,4%) sedangkan yang berkategori tidak ada perubahan terdiri dari 12
responden (28,6%).
B. Pembahasan
1. Gambaran Pengaruh Penggunaan KB suntik DMPA Terhadap Berat Badan Di BPS
Siti Koendarti Jaken. Berdasarkan penelitian terhadap pengguna penggunaan KB
suntik DMPA di BPS Siti Koendarti Jaken yang berjumlah 42 responden tentang
pengaruhnya KB suntik DMPA terhadap berat badan diperoleh data bahwa sebagian
besar responden berkategori bertambah terdiri dari 34 responden (81,0%).
Penambahan berat badan rata-rata terjadi pada semua pengguna KB hormonal baik
suntik 1 bulan , suntik 3 bulan maupun pil. Penambahan berat badan pada KB
suntik DMPA terjadi dalam tahun pertama dan tidak ada hubungan yang sinifikan
antara lama pemakaian suntik DMPA dengan peningkatan berat badan pada
akseptor KB suntik DMPA. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar
bervariasi antara 1 sampai 5 kg dalam tahun pertama. Penyebab bertambahnya berat
badan belum terlalu jelas, tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh dan
bukan karena retensi cairan (Hartanto, 2004). Hipotesa para ahli: DMPA atau Depo-
Provera merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus, yang
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya bahkan nafsu makan juga
bisa berkurang. Karbohidrat yang berlebihan dalam tubuh dirubah menjadi glukosa
sehingga dapat terjadi penambahan berat badan (Hartanto, 2004). Progesteron
merupakan pengembangan estrogen dan kompetitor androgen, jika terjadi
ketidakseimbangan hormon androgen dapat berpengaruh secara sistemik salah
satunya menjadikan profil lemak tidak normal yang dapat menjadikan kegemukan
(obesitas) atau terlalu kurus (http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/09/apa-itu-
hormon/). Dari hasil penelitian terlihat adanya perubahan berat badan pada
pengguna akseptor KB DMPA. Hal tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan
DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus, yang
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya bahkan nafsu makan juga
bisa berkurang, sehingga terjadi perubahan berat badan.
2. Gambaran Pengaruh Penggunaan KB suntik DMPA Terhadap Siklus Menstruasi Di
BPS Siti Koendarti Jaken. Berdasarkan penelitian terhadap pengguna penggunaan
KB suntik DMPA di BPS Siti Koendarti Jaken yang berjumlah 42 responden
tentang pengaruhnya KB suntik DMPA terhadap siklus menstruasi diperoleh data
bahwa sebagian besar responden berkategori ada perubahan terdiri dari 30
responden (71,4%). Biar bagaimanapun, setiap alat tersebut, masing-masing
mempunyai dampak positif dan negatif bagi penggunanya. Namun, ada satu dampak
yang berlaku untuk semua, yaitu perubahan hormon. Awal pemakaian memang
sering timbul gangguan dalam menstruasi. Pola haid yang normal dapat menjadi
amenore, perdarahan ireguler, perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi yang
lama, itu karena pengaruh dari ketidak seimbangan hormone akibat penggunaan KB
suntik DMPA. Akan tetapi setelah pemakaian beberapa bulan hormon dalam tubuh
dapat beradaptasi dan dapat seimbang sehingga menstruasi dapat normal kembali.
Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter–menstrual
dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian
amenore bertambah besar. Insiden yang tinggi dari amenore diduga berhubungan
dengan atropi endometrium. DMPA lebih sering menyebabkan
perdarahan(Hartanto,2004). Perubahan hormon tersebut menyebabkan perubahan
siklus haid, ada yang tidak teratur dan bahkan, ada yang mundur beberapa bulan dari
sebelum menggunakan alat KB. Seperti diketahui, bahwa haid terjadi karena adanya
hormon estrogen dan progresteron yang secara simultan merangsang pembentukan
lapisan endometrium (lapisan di dalam rahim) (Baitur Ruqyah, 2009). Sediaan
suspensi mikrokristal dalam kemasan 3 ml tiap vial 150 mg/ml : setiap ml
mengandung bahan aktif : medroxyprogesterone acetate 150 mg. Bahan tambahan/
non aktif : plyethylene glycol 3350, methylparaben, polysorbate 80, propylparaben,
sodium chloride dan water for injection. Setelah suntikan dalam 150 mg DMPA
pada bokong atau otot deltoid sebagai larutan mikrokristal mengakibatkan absorbsi
yang lambat dari tempat suntikan dan menghasilkan konsentrasi sirkulasi
progesteron aktif yang memanjang. Dosis progesteron yang relatif tinggi sangat
efektif karena fungsinya yang menghambat ovulasi
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6460/3/08E00815.pdf.txt). Dari
hasil penelitian dapat terlihat bahwa memang benar terjadi perubahan pada siklus
menstruasi akibat penggunaan KB suntik DMPA, tetapi dengan berjalannya waktu
hormon dapat menjadi seimbang kembali dan siklus menstruasipun dapat kembali
normal, KB suntik DMPA lebih sering menyebabkan amenore setelah terjadi
keseimbangan hormon.

SIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Gambaran pengaruh penggunaan KB suntik DMPA terhadap berat badan di BPS
Siti Koendarti Jaken sebagian besar berkategori bertambah dengan jumlah 34
responden (81,0%)
2. Gambaran pengaruh penggunaan KB suntik DMPA terhadap siklus menstruasi
di BPS Siti Koendarti Jaken sebagian besar berkategori ada perubahan terdiri
dari 30 responden (71,4%)

C. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Hendaknya tenaga kesehatan dalam melakukan promosi kesehatan
khususnya promosi kesejahteraan keluarga. Petugas kesehatan agar lebih
berperan aktif dalam menunjang keberhasilan KB suntik terutama tentang efek
samping yang bisa terjadi agar masyarakat lebih memahami tentang alat
kontrasepsi suntik ini.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti diharapkan penelitian ini bisa dijadikan referensi dan
pengetahuan untuk dapat diterapkan dalam penelitian lain dan dalam pelayanan
di lahan kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka
Cipta.
Baitur Ruqyah. (2009). Dampak KB Suntik. http://ruqyah-
online.blogspot.com/2009/03/dampak-kb-suntik.html. Diambil pada tanggal 7
November 2009.
Everett, Suzane. (2007). Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi.
Jakarta : EGC.
Hartanto, Hanafi. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Manuaba, IBG. (2006). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC.
Manuaba, IBG. (2006). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta : Arcan.
Muhtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri Jilid II, Jakarta : EGC.
Notoatmojo, Soekidjo. (2005). MetodologiPenelitianKesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.
Praktiknya, AW. (2003). Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Prawihardjo, Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Saifudin, A.B. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka.
Siswosudarno, HR.dkk. (2001). Teknologi Kontrasepsi. Jogjakarta : Gajah Mada.
Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai