PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-
spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem yankes secara keseluruhan.
Proporsi tenaga keperawatan (perawat dan bidan) merupakan proporsi tenaga terbesar (48%). Dapat
mempengaruhi kinerja rumah sakit dan puskesmas/ sarana pelayanan kesehatan lainnya .
kesehatan yang meliputi pelayanan dasar & rujukan sehingga meningkatkan derajat kesehatan.
Pada tingkat pelayanan dasar dilakukan di lingkup puskesmas dengan pendekatan askep keluarga
& komunitas yang berorientasi pada tugas keluarga dalam kesehatan, diantaranya mengenal
memberikan pelayanan dasar pada anggota keluarga yang sakit serta memodifikasi lingkungan.
Pada lingkup pelayanan rujukan, tugas perawat adalah memberikan askep pada ruang/lingkup
rujukannya, seperti: asuhan keperawatan anak, askep jiwa, askep medikal bedah, askep
1
B. Ruang Lingkup Penulisan
Adapun ruang lingkup penulisan makalah ini penyusun memberikan batasan yaitu pada system
pelayanan keperawatan.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami system
pelayanan keperawatan:
- Pengertian system pelayanan kesehatan.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi system pelayanan kesehatan.
- Pembiayaan (finance) pelayanan kesehatan.
- Agensi pelayanan kesehatan.
- Undang-undang pelayanan kesehatan.
- Masalah system pelayanan kesehatan.
- Tantangan pelayanan kesehatan.
- Provider pelayanan kesehatan.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini pengumpulan data menggunakan metode:
1. Diskusi kelompok.
2. Pengambilan data dari internet.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab utama. Bab I berisi tentang latar
belakang dari penulisan makalah ini, ruang lingkup penulisan, tujuan di adakannya penulisan, dan
metode penulisan makalah ini. Bab II merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tinjauan
pustaka, yang membahas materi/pokok bahasan makalah ini, yakni, System Pelayanan
Lingkungan yang berisikan Pengertian sistem pelayanan kesehatan, Faktor yg mempengaruhi
sistem pelayanan masyarakat, Pembiyaan(finance)pelayanan kesehatan, Agensi pelayanan
kesehatan, UU pelayanan kesehatan, Masalah sistem pelayanan kesehatan, Tantangan pelayanan
kesehatan, dan Provider pelayanan kesehatan. Bab III merupakan bagian terakhir yang berisi
kesimpulan dan saran.
2
BAB II
ISI
A. Pengertian System Pelayanan Kesehatan
• SISTEM ; Suatu kesatuan atau tatanan yg terdiri dr kumpulan eleme-elemen yg saling
berinteraksi & saling bergantung dg yg lain & scr bersama-sama bergerak untuk mencapai
tujuan.
• Unsur sistem : input, process, output, impact, feed back, environment.
• Sistem yg terdiri dr berbagai elemen yg dikenal dg sub sistem, dapat pula membentuk suatu
sistem baru & dipandang sbg sistem lagi.
• SISTEM KESEHATAN : suatu kesatuan dari serangkaian usaha teratur yg terdiri atas berbagai
komponen guna mencapai suatu tujuan derajat kesehatan yg optimal bagi masyarakat.
3
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi System Pelayanan Kesehatan.
Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Pergeseran masyarakat dan konsumen
Hal ini sebagai akibat dari peningkatan pengetahuan dan kesadaran konsumen terhadap
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan upaya pengobatan. sebagai masyarakat yang
memiliki pengetahuan tentang masalah kesehatan yang meningkat, maka mereka mempunyai
kesadaran yang lebih besar yang berdampak pada gaya hidup terhadap kesehatan. akibatnya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan meningkat.
4. Ekonomi
Pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan barangkali hanya dapat dirasakan oleh orang-
orang tertentu yang mempunyai kemampuan untuk memperoleh fasilitas pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan, namun bagi klien dengan status ekonomi rendah tidak akan mampu
mendapatkan pelayanan kesehatan yang paripurna karena tidak dapat menjangkau biaya
pelayanan kesehatan.
4
5. Politik
Kebijakan pemerintah dalam sistem pelayanan kesehatan akan berpengaruh pada kebijakan
tentang bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dan siapa yang menanggung biaya
pelayanan kesehatan
Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam proses kehidupan
seseorang. Tanpa kesehatan, tidak mungkin bisa berlangsung aktivitas seperti biasa. Dalam kehidupan
berbangsa, pembangunan kesehatan sesungguhnya bernilai sangat investatif. Nilai investasinya terletak
pada tersedianya sumber daya yang senatiasa “siap pakai” dan tetap terhindar dari serangan berbagai
penyakit. Namun, masih banyak orang menyepelekan hal ini. Negara, pada beberapa kasus, juga
demikian.
Minimnya Anggaran Negara yang diperuntukkan bagi sektor kesehatan, dapat dipandang sebagai
rendahnya apresiasi akan pentingnya bidang kesehatan sebagai elemen penyangga, yang bila terabaikan
akan menimbulkan rangkaian problem baru yang justru akan menyerap keuangan negara lebih besar lagi.
Sejenis pemborosan baru yang muncul karena kesalahan kita sendiri.
Konsepsi Visi Indonesia Sehat 2010, pada prinsipnya menyiratkan pendekatan sentralistik dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, sebuah paradigma yang nyatanya cukup bertentangan dengan
anutan desentralisasi, dimana kewenangan daerah menjadi otonom untuk menentukan arah dan model
pembangunan di wilayahnya tanpa harus terikat jauh dari pusat.
Sistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) terdiri atas :
1.Upaya Kesehatan
2.Pembiayaan Kesehatan
3.Sumber Daya Manusia Kesehatan
4.Sumber Daya Obat dan Perbekalan Kesehatan
5.Pemberdayaan Masyarakat
6.Manajemen Kesehatan
5
Sebagai subsistem penting dalam penyelenggaraan pembanguan kesehatan, terdapat beberapa
faktor penting dalam pembiayaan kesehatan yang mesti diperhatikan. Pertama, besaran (kuantitas)
anggaran pembangunan kesehatan yang disediakan pemerintah maupun sumbangan sektor swasta. Kedua,
tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaan (fungsionalisasi) dari anggaran yang ada.
Terbatasnya anggaran kesehatan di negeri ini, diakui banyak pihak, bukan tanpa alasan. Berbagai hal bias
dianggap sebagai pemicunya. Selain karena rendahnya kesadaran pemerintah untuk menempatkan
pembangunan kesehatan sebagai sector prioritas, juga karena kesehatan belum menjadi komoditas politik
yang laku dijual di negeri yang sedang mengalami transisi demokrasi ini.
Ironisnya, kelemahan ini bukannya tertutupi dengan penggunaan anggaran yang efektif dan efisien
akibatnya, banyak kita jumpai penyelenggaraan program-program kesehatan yang hanya dilakukan secara
asal-asalan dan tidak tepat fungsi. Relatif ketatnya birokrasi di lingkungan departemen kesehatan dan
instansi turunannya, dapat disangka sebagai biang sulitnya mengejar transparansi dan akuntabilitas
anggaran di wilayah ini. Peran serta masyarakat dalam pembahasan fungsionalisasi anggaran kesehatan
menjadi sangat minim, jika tak mau disebut tidak ada sama sekali.
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan
kesehatan di suatu negara diantaranya adalah pemerataan pelayanankesehatan dan akses (equitable access
to health care) dan pelayanan yang berkualitas (assured quality) . Oleh karena itu reformasi kebijakan
kesehatan di suatu negara seyogyanya memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan
kesehatan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi
(efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) sendiri memberi fokus strategi pembiayaan kesehatan yang memuat
isu-isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan dan program aksi itu pada umumnya adalah dalam area
sebagai berikut:
1.meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang kesehatan
2.mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan permeliharaan kesehatan masyarakat
miskin
3.pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi kesehatan sosial (SHI)
4.penggalian dukungan nasional dan internasional
5.penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional
6.pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data dan fakta ilmiah
7.pemantauan dan evaluasi.
6
Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara diarahkan kepada beberapa hal
pokok yakni; kesinambungan pembiayaan program kesehatan prioritas, reduksi pembiayaan kesehatan
secara tunai perorangan (out of pocket funding), menghilangkan hambatan biaya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, pemerataan dalam akses pelayanan, peningkatan efisiensi dan efektifitas alokasi
sumber daya (resources) serta kualitas pelayanan yang memadai dan dapat diterima pengguna jasa.
Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Strategi Pembiayaan Kesehatan
Mekanisme pembayaran (payment mechanism), yang dilakukan selama ini adalah provider
payment melalui sistem budget, kecuali untuk pelayanan persalinan yang oleh bidan di klaim ke
Puskesmas atau Kantor Pos terdekat. Alternatif lain adalah empowerment melalui sistem kupon.
Kekuatan dan kelemahan alternatif-alternatif tersebut perlu ditelaah dengan melibatkan para pelaku di
tingkat pelayanan.
Informasi tentang kekuatan dan kelemahan masing-masing cara tersebut juga merupakan masukan
penting untuk melengkapi kebijakan perencanaan dan pembiayaan pelayanan kesehatan penduduk
miskin.Alternatif Sumber Pembiayaan: Prospek Asuransi Kesehatan Dalam penyaluran dana JPS-BK
tahun 2001, dicoba dikembangkan JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) sebagai wadah
penyaluran dana JPS-BK. Upaya tersebut umumnya tidak berhasil, karena dalam praktik yang dilakukan
hanyalah pemberian jasa administrasi keuangan yang dikenal sebagai TPA (Third Party Administration).
Berdasarkan pengalaman tersebut diketahui bahwa salah satu prinsip pokok asuransi tidak bisa
diterapkan, yaitu “pooling of risk”. Dalam prinsip ini risiko ditanggung peserta dari berbagai tingkatan,
tidak hanya oleh penduduk miskin. Selain itu, 4 pemberian ”premi” sebesar Rp 10.000/Gakin (dan
dipotong 8% oleh Badam Pelaksana JPKM) tidak didasarkan pada perhitungan risiko finansial mengikuti
prinsip-prinsip aktuarial yang profesional.
Curative vs Preventive Care
1.Sebagian besar dana (pemerintah & swasta) dialokasikan ke program kuratif.
2.Pengalaman empiris menunjang bahwa kegiatan preventif lebih efektif meningkatkan status kesehatan
ketimbang curative care
3.Persepsi preventive, bisa ditunda karena tidak immediate needs- sering salah
7
Kenapa Preventive tidak menjadi Prioritas?
1.Negara berkembang cenderung alokasi lebih besar ke kuratif dibanding preventif – immediate needs
2.Tenaga kesehatan lebih terlatih untuk memberi pelayanan kuratif dari pada kuratif
3.Ukuran preventif tidak selalu berkaitan langsung dengan kesehatan, seperti diet, exercise, dll.
4.Pendapatan perkapita negara yang tinggi, tingkat pendidikan yang lebih tinggi , sadar untuk alokasi
preventif.
Kesehatan sebagai barang Konsumsi dan Investasi
•Sebagai barang konsumsi yang langsung akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (konsumsi), atau
•Kesehatan sebagai kendaraan untuk meningkatkan output dalam perekonomian? (investasi)
Makna investasi dalam budget berbeda yaitu biaya pembelian barang fisik, alat untuk RS atau fasilitas
kesehatan lainnya.
Pendidikan dan Pelatihan
1.Pendidikan untuk tenaga kesehatan : dokter, spesialis, dokter gigi, apoteker, public health, ada di bawah
diknas
2.Pendidikan untuk tenaga kesehatan: perawat, tenaga analis, bidan, ada di bawah depkes
3.Pendidikan dan kesehatan militer: Pendidikan untuk pengobatan alternatif
4.Lebih rasional masuk – ke sektor pendidikan
8
b. Sumber daya
Sumber daya pembiayaan kesehatan terdiri dari: SDM pengelola, standar, regulasi dan kelembagaan yang
digunakan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam upaya penggalian, pengalokasian dan
pembelanjaan dana kesehatan untuk mendukung terselenggaranya pembangunan kesehatan.
c. Pengelolaan Dana Kesehatan
Prosedur/Mekanisme Pengelolaan Dana Kesehatan adalah seperangkat aturan yang disepakati dan secara
konsisten dijalankan oleh para pelaku subsistem pembiayaan kesehatan, baik oleh Pemerintah secara
lintas sektor, swasta, maupun masyarakat yang mencakup mekanisme penggalian, pengalokasian dan
pembelanjaan dana kesehatan.
Prinsip Subsistem Pembiayaan Kesehatan
a.Pembiayaan kesehatan pada dasarnya merupakan tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat, dan
swasta. Alokasi dana yang berasal dari pemerintah untuk upaya kesehatan dilakukan melalui penyusunan
anggaran pendapatan dan belanja, baik Pusat maupun daerah, sekurang-kurangnya 5% dari PDB atau
15% dari total anggaran pendapatan dan belanja setiap tahunnya. Pembiayaan kesehatan untuk orang
miskin dan tidak mampu merupakan tanggung jawab pemerintah.
Dana kesehatan diperoleh dari berbagai sumber, baik dari pemerintah, masyarakat, maupun swasta yang
harus digali dan dikumpulkan serta terus ditingkatkan untuk menjamin kecukupan agar jumlahnya dapat
sesuai dengan kebutuhan, dikelola secara adil, transparan, akuntabel, berhasilguna dan berdayaguna,
memperhatikan subsidiaritas dan fleksibilitas, berkelanjutan, serta menjamin terpenuhinya ekuitas.
b.Dana Pemerintah ditujukan untuk pembangunan kesehatan, khususnya diarahkan untuk pembiayaan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan dengan mengutamakan masyarakat rentan
dan keluarga miskin, daerah terpencil, perbatasan, pulau-pulau terluar dan terdepan, serta yang tidak
diminati swasta. Selain itu, program-program kesehatan yang mempunyai daya ungkittinggi terhadap
peningkatan derajat kesehatan menjadi prioritas untuk dibiayai.
Dalam menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan dana kesehatan, maka sistem pembayaran pada
fasilitas kesehatan harus dikembangkan menuju bentuk pembayaran prospektif. Adapun pembelanjaan
dana kesehatan dilakukan melalui kesesuaian antara perencanaan pembiayaan kesehatan, penguatan
kapasitas manajemen perencanaan anggaran dan kompetensi pemberi pelayanan kesehatan dengan tujuan
pembangunan kesehatan.
c.Dana kesehatan diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan dan masyarakat melalui
pengembangan sistem jaminan kesehatan sosial, sehingga dapat menjamin terpeliharanya dan
terlindunginya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
9
Setiap dana kesehatan digunakan secara bertanggung-jawab berdasarkan prinsip pengelolaan
kepemerintahan yang baik (good governance), transparan, dan mengacu pada peraturan perundangan
yang berlaku.
d.Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui penghimpunan secara aktif
dana sosial untuk kesehatan (misal: dana sehat) atau memanfaatkan dana masyarakat yang telah
terhimpun (misal: dana sosial keagamaan) untuk kepentingan kesehatan.
e.Pada dasarnya penggalian, pengalikasian, dan pembelanjaan pembiayaan kesehatan di daerah
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun untuk pemerataan pelayanan kesehatan,
pemerintah menyediakan dana perimbangan (maching grant) bagi daerah yang kurang mampu.
10
b.Pengalokasian Dana
Pengalokasi dana pemerintah dilakukan melalui perencanaan anggaran dengan mengutamakan
upaya kesehatan prioritas, secara bertahap, dan terus ditingkatkan jumlah pengalokasiannya sehingga
sesuai dengan kebutuhan.
Pengalokasian dana yang dihimpun dari masyarakat didasarkan pada asas gotong-royong sesuai dengan
potensi dan kebutuhannya. Sedangkan pengalokasian dana untuk pelayanan kesehatan perorangan
dilakukan melalui kepesertaan dalam jaminan kesehatan.
c.Pembelanjaan
Pemakaian dana kesehatan dilakukan dengan memperhatikan aspek teknis maupun alokatif sesuai
peruntukannya secara efisien dan efektif untuk terwujudnya pengelolaan pembiayaan kesehatan yang
transparan, akuntabel serta penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance).
Pembelanjaan dana kesehatan diarahkan terutama melalui jaminan kesehatan, baik yang bersifat wajib
maupun sukarela. Hal ini termasuk program bantuan sosial dari pemerintah untuk pelayanan kesehatan
bagi masyarakat miskin dan tidak mampu (Jamkesmas)
Mekanisme Pembiayaan
2 . Asuransi Kesehatan
Suatu perjanjian dimana si penanggung dengan menerima suatu premi mengikatkan dirinya untuk
memberi ganti rugi kepada si tertanggung yang mungkin diderita karena terjadinya peristiwa yang
mengandung ketidakpastian dan yanmg akan mengakibatkan kerugian atau kehilangan suatu keuntungan
11
Bentuk Pembiayaan Pra Upaya
1. Sistem Kapitasi.
Sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu
2.Sistem Paket.
Sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu.
3.Sistem Anggaran
Sistempembayaran di muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan berdasarkan kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan oleh
penyelenggara pelayanan kesehatan.
Manajemen Peserta
- Sebagai perseorangan
- Sebagai satu keluarga.
- Sebagai satu kelompok.
12
Manajemen Keuangan
1. Analisis aktuarial :
a. Pelajari pelayanan yang ditanggung.
b.Angka pemanfaatan untuk tiap jenis pelayanan yang ditanggung.
c. Hitung biaya tunai.
d. Hitung biaya kapitasi.
e. Bandingkan dengan biaya yg ditawarkan
2.Underwriting ( Penilaian resiko calon ) :
a. Umur
b. Jenis kelamin
c.Pekerjaan
d. Pola dan kebiasaan hidup
e. Riwayat kesehatan
f. Riwayat kesehatan keluarga.
Lebih dari tiga dasawarsa Republik Indonesia mencoba berupaya menyelesaikan persoalan
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan R.I telah
mengembangkan berbagai inovasi strategi peningkatan pelayanan kesehatan yang lebih efektif, efisien
dan terpadu. Gagasan-gagasan baru untuk menyelesaikan berbagai persoalan pelayanan kesehatan dicoba
namun demikian faktanya adalah kualitas pelayanan kesehatan di Negara Indonesia masih jauh jika
dibandingkan dengan Negara tetangga. Berbicara mengenai data kesehatan agak membuat kita miris
ketika ada temuan bahwa negara kita menduduki peringkat atas dalam hal jumlah kematian bayi diantara
anggota SEAMIC (Sout East Asia Medical Center). Sebagian masyarakat masih mempunyai kesulitan
13
dalammemperolehderajatpelayanankesehatanyangoptimal.
Desentralisasi permasalahan kesehatan di tingkat nasional ke daerah merupakan inovasi yang
patut disambut dengan baik untuk menanggulangi berbagai masalah kesehatan seperti disparitas
pelayanan kesehatan yang masih tinggi, rendahnya kualitas kesehatan penduduk miskin, rendahnya
kondisi kesehatan lingkungan, birokratisasi pelayanan Puskesmas, dan minimnya kesadaran masyarakat
untuk terlibat dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010, dibutuhkan strategi pengorganisasian
komunitasyangterpadu.
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan yang terinstitusionalisasi mempunyai kewenangan
yang besar dalam mencipta inovasi model pelayanan kesehatan di aras basis. Untuk itu dibutuhkan
komitmen dan kemauan untuk meningkatkan/meratakan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan
dengan melakukan revitalisasi sistem kesehatan dasar dengan memperluas jaringan yang efektif dan
efisien di Puskesmas, peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan/revitalisasi kader PKK,
pembentukan standar pelayanan kesehatan minimum untuk kinerja sistem kesehatan yang komprehensif,
serta memperbaiki sistem informasi pada semua tingkatan pemerintah.
Fungsi Puskesmas terdiri dari tiga yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan dan pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Dari fungsi Puskesmas ini jelas peran Puskesmas bukan saja
persoalan teknis medis tetapi juga bagaimana keterampilan sumber daya manusia yang mampu
mengorganisir modal sosial yang ada di masyarakat. Fungsi dan peran Puskesmas sebagai lembaga
kesehatan yang menjangkau masyarakat di wilayah terkecil membutuhkan strategi dalam hal
pengorganisasian masyarakat untuk terlibat dalam penyelenggaraan kesehatan secara mandiri.
PEMBAHASAN
Revitalisasi Puskesmas melalui strategi pengorganisasian masyarakat mempunyai misi untuk
mengoptimalkan fungsi dan kinerja Puskesmas terutama dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat di aras komunitas basis. Sumber daya manusia yang ada
di Puskesmas selain menguasai teknis mengenai penanganan permasalahan kesehatan sebaiknya juga
dibekali dengan penguasaan keterampilan untuk melakukan pengorganisasian komunitas.
Pengorganisasian masyarakat merupakan proses untuk membangun kekuatan komunitas dengan
melibatkan anggota masyarakat sebanyak mungkin melalui proses menemukan modal sosial,
problematika, merumuskan alternatif pemecahan masalah –dalam hal ini kesehatan- serta membangun
institusi sosial yang demokratis, berdasarkan aspirasi, keinginan, kekuatan dan potensi yang tumbuh
dalam komunitas.
14
Tujuan proses pengorganisasian komunitas dalam merevitalisasi peran Puskesmas antaralain:
3. Membangun aliansi: Puskesmas dan kelompok kesehatan di aras komunitas harus membangun dan
tergabung dalam aliansi-aliansi strategis untuk menambah proses pembelajaran dan menambah kekuatan
diri.
Adapun langkah yang menjadi kompas dalam melakukan pengorganisasian kesehatan di masyarakat
antaralain:
1. INTEGRASI- Sebuah proses dimana seorang penggerak kesehatan masyarakat terlibat bersama di aras
komunitas dan menjalin komunikasi serta relasi dengan cara belajar dari budaya yang berkembang di
masyarakat. Akan lebih baik jika seorang penggerak kesehatan masyarakat tinggal bersama dengan
komunitas untuk membangun kepercayaan dan mempelajari segala potensi dan permasalahan yang
dihadapi oleh komunitas;
2. INVESTIGASI MODAL SOSIAL MASYARAKAT- Investigasi modal sosial merupakan sebuah
proses pembelajaran dan analisa yang sistematis mengenai struktur sosial-budaya dan kekuatan atau
potensi yang terdapat di target masyarakat yang diorganisir. Dari proses ini diharapkan menghasilkan data
terolah yang mampu menggambarkan potret masyarakat yang diorganisir misalnya seperti community
leader (pemimpin lokal di aras komunitas basis), potensi kelompok swadaya, tingkat kesehatan, dan
lainnya;
15
3. MEMBANGUN RENCANA DAN STRATEGI- Perencanaan merupakan sebuah proses untuk
mengidentifikasi tujuan dan menterjemahkan tujuan tersebut ke dalam kegiatan yang nyata/konkrit dan
spesifik. Perencanaan akhir dan pengambilan keputusan akhir dilakukan oleh komunitas yang diorganisir;
4. GROUNDWORK: Proses penajaman dari langkah pengorganisasian, merupakan proses dialogis dan
transformatif. Pendekatan yang dilakukan bukan lagi orang per orang tetapi sudah dengan melakukan
kelompok-kelompok kecil dengan melakukan dialog mengenai pandangan, impian, analisis, kepercayaan,
perilaku yang berkaitan dengan isu/persoalan yang dikeluhkan oleh komunitas. Proses ini bertujuan untuk
memastikan keterlibatan kelompok dalam melakukan analisa, pemecahan masalah, dan aksi bersama
untuk memecahkan permasalahan tersebut.
5. RAPAT-RAPAT- Mencari tahu budaya, sejarah, kondisi ekonomi, lingkungan, pemimpin lokal,
aktivitas formal dan informal, dalam komunitas. Perjumpaan dengan kelompok besar di aras komunitas
dilakukan juga untuk mendiskusikan secara formal mengenai isu yang akan dipecahkan bersama;
6. ROLE PLAY: Merupakan sebuah proses dimana anggota kelompok di aras komunitas melakukan
simulasi peran melalui dialog, diskusi, lobi, negosiasi, atau bahkan advokasi dalam sebuah studi kasus
terkait dengan isu kesehatan yang menjadi permasalahan. Berbagai skenario sebaiknya didesain sehingga
memberikan proses pembelajaran bagi komunitas dalam proses penyelesaian masalah;
7. MOBILISASI- Merupakan sebuah langkah aksi dari komunitas untuk mencoba menyelesaikan
permasalahan yang muncul. Bekaitan dengan isu yang diangkat mungkin ini bisa berupa negosiasi dan
atau dialog disertai dengan tip dan trik yang telah dipersiapkan. Terkait dengan permasalahan ini bisa
berupa tindakan mobilisasi anggota dalam komunitas untuk berpartisipasi dalam memulai kegiatan-
kegiatan yang dapat menyelesaikan permasalahan mereka. Misalnya kampanye operasi jentik nyamuk,
orasi kesehatan dan lainnya;
8. EVALUASI- Sebuah proses dimana anggota kelompok kesehatan mempunyai keterampilan untuk
menilai tentang proses pembelajaran apa yang mereka dapat dari serangkaian kegiatan yang dilakukan,
apa yang tidak diraih terkait dengan indikator/hasil yang ditetapkan dalam perencanaan, apa kelebihan
dan kelemahan dari proses pelaksanaan aksi yang telah dilakukan dan bagaimana cara meminimalkan
segala kelemahan dan kesalahan yang telah dilakukan;
9. REFLEKSI- Sebuah langkah yang seringkali dianggap sepele tetapi disinilah kekuatan spirit sebuah
gerakan dalam proses pengorganisasian. Proses refleksi adalah sebuah proses dimana dimensi rasa lebih
mengutama untuk kemudian mendorong proses kesadaran diri dari anggota kelompok dalam komunitas.
Dalam refleksi, proses pencerahan apa yang terjadi di masing-masing anggota kelompok di aras
komunitas dibagikan berdasarkan pengalaman mereka ketika melakukan aksi;
16
10. PELEMBAGAAN KELOMPOK KESEHATAN-Tujuan dari pengorganisasian kesehatan
komunitas salah satunya adalah membangun organisasi rakyat yang kokoh sehingga mampu menjadi
media yang dapat menjembatani segala persoalan dan aspirasi yang ada di aras komunitas. Proses untuk
menentukan pemimpin organisasi, peran-peran dalam organisasi disepati secara demokratis. Demikian
juga budaya organisasi dan kesiapan manajemen juga diinisiasiuntukmenjaminkeberlanjutanorganisasi.
I. UMUM
17
Pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut semua segi kehidupan, baik fisik, mental
maupun sosial ekonomi. Dalam perkembangan pembangunan kesehatan selama ini, telah terjadi
perubahan orientasi, baik tata nilai maupun pemikiran terutama mengenai upaya pemecahan masalah di
bidang kesehatan yang dipengaruhi oleh politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan serta
ilmu pengelahuan dan teknologi. Perubahan orientasi tersebut akan mempengaruhi proses
penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Di samping hal tersebut dalam pelaksanaan pembangunan
kesehatan perlu memperhatikan jumlah penduduk Indonesia yang besar, terdiri dari berbagai suku dan
adat istiadat, menghuni ribuan pulau yang terpencar-pencar dengan tingkat pendidikan dan sosial yang
beragam.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya, harus
dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan
yang semula dititikberatkan pada upaya penyembuhan penderita secara berangsur-angsur berkembang ke
arah keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh. Oleh karena itu, pembangunan kesehatan yang
menyangkut upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) harus dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan, dan dilaksanakan bersama antara Pemerintah dan masyarakat.
Peran serta aktif masyarakat termasuk swasta perlu diarahkan, dibina,dan dikembangkan sehingga dapat
melakukan fungsi dan tanggung jawab sosialnya sebagai mitra Pemerintah. Peran Pemerintah lebih
dititikberatkan pada pembinaan, pengaturan, dan pengawasan untuk terciptanya pemerataan pelayanan
kesehatan dan tercapainya kondisi yang serasi dan seimbang antara upaya kesehatan yang dilaksanakan
oleh Pemerintah dan masyarakat termasuk swasta. Kewajiban untuk melakukan pemerataan dan
peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat, tetap menjadi tanggung jawab
Pemerintah.
Keberhasilan pembangunan diberbagai bidang dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
telah meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat dan kesadaran akan hidup sehat. Hal ini
mempengaruhi meningkatnya kebutuhan pelayanan dan pemerataan yang mencakup tenaga, sarana, dan
prasarana baik jumlah maupun mutu. Karena itu diperlukan pengaturan untuk melindungi pemberi dan
penerima jasa pelayanan kesehatan.
Dalam rangka memberikan kepastian dan perlindungan hukum untuk meningkatkan,
mengarahkan dan memberi dasar bagi pembangunan kesehatan diperlukan perangkat hukum kesehatan
yang dinamis. Bagi pemberi jasa pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman hasil produksi rumah
tangga yang masih dalam pembinaan Pemerintah, pelaksanaan hukum diberlakukan secara bertahap.
Perangkat hukum tersebut hendaknya dapat menjangkau perkembangan yang makin kompleks yang akan
terjadi dalam kurun waktu mendatang.
18
Untuk itu perlu penyempurnaan dan pengintegrasian perangkat hukum yang sudah ada.
Dalam Undang-undang ini diatur tentang :
1. asas dan tujuan yang menjadi landasan dan memberi arah pembangunan kesehatan yang dilaksanakan
melalui upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
orang sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal tanpa membedakan status sosialnya;
2. hak dan kewajiban setiap orang untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal serta wajib untuk
ikut serta di dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan;
3. tugas dan tanggung jawab Pemerintah pada dasarnya adalah mengatur, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan serta menggerakkan peran serta masyarakat;
4. upaya kesehatan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan melalui pendekatan
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan;
5. sumber daya kesehatan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan, harus tetap
meaksanakan fungsi dan tanggung jawab sosialnya, dengan pengertian bahwa sarana pelayanan kesehatan
harus tetap memperhatikan golongan masyarakat yang kurang mampu dan tidak semata-mata mencani
keuntungan;
6. ketentuan pidana untuk melindungi pemberi dan penerima jasa pelayanan kesehatan bila terjadi
pelanggaran terhadap Undang-undang ini.
Undang-undang ini hanya mengatur hal-hal yang bersifat pokok, sedangkan yang bersifat teknis dan
operasional diatur dalam Peraturan Pemerintah dan peraturan pelaksanaan lainnya.
19
Perlunya Perbaikan Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia untuk Mengurangi
Terjadinya Kasus Malpraktek
Seperti yang telah diamanatkan dalam UUD 1945 hasil amandemen, dalam Pasal 28 H ayat (1)
dikatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Di sini secara jelas
diatur bahwa hidup secara sehat dan memperoleh pelayanan kesehatan merupakan hak setiap warga
negara dan hal ini menjadi kewajiban bagi negara untuk merealisasikannya. Sejak awal sebelum diatur
secara jelas dalam amandemen UUD 1945, kesehatan sudah menjadi bagian dari kehidupan warga negara,
termasuk didalamnya telah diatur dalam UN Universal Declaration of Human Rights tahun 1948,
kemudian dituangkan dalam WHO Basic Document, GENEVA 1973, yang berbunyi, “The enjoyment of
the highest attainable standard of health is one of the fundamental rights of every human being ”. Pada
tahun 1960-an hak warga negara perihal kesehatan ini tidak menjadi perhatian utama pemerintah. Hal ini
terbukti dengan adanya pencatatan sejarah mengenai hukum kesehatan yang diatur di
Indonesia,yaitudenganUUNomor9Tahun1960.
Dengan diamanatkannya dalam UUD 1945 sudah seharusnya pelayanan kesehatan di Indonesia
harus ditingkatkan dan diprioritaskan karena sudah menjadi hak setiap warga negara untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang layak. Pada saat ini kasus-kasus malpraktek sangat marak terjadi diberbagai
daerah dan tempat-tempat pelayanan kesehatan.
Malpraktik adalah kelalaian profesional dan malapraktik kedokteran adalah kelalaian penyedia layanan
kesehatan. Malpraktek medis terjadi bila penyedia layanan kesehatan gagal untuk bertindak sesuai dengan
praktek medis yang berlaku. Ini bisa terjadi ketika operator melakukan sesuatu yang seharusnya tidak
dilakukan atau gagal untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan.
Apa yang dimaksud dengan malpraktek secara umum kita jumpai dalam pasal 11 UU no.6 tahun 1963
tentang Tenaga Kesehatan, yaitu:
a.melalaikan kewajiban
b. melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seseorang tenaga kesehatan, baik
mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan
c. mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan
d. melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang ini.Secara lebih kasuistis kita
jumpai dalam Undang-undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan.
20
Tidak selamanya kasus malpraktek itu hanya di sebabkan oleh seorang dokter banyak faktor yang
dapat mempengaruhinya. Kasus malpraktek seharusnya dianalisa dari berbagai aspek. selain petugas
medis, kita juga harus melihat fasilitas dan riwayat pasien. Petugas medis artinya semua orang yang ada
di klinik atau rumah sakit, termasuk direktur atau perawat yang menangani pasien. Banyak faktor yang
dapat memicu terjadinya malpraktek seperti minimnya fasilitas medis. Kesalahan diagnosa penyakit
sering terjadi akibat tidak ditunjang pemeriksaan yang lengkap hingga akhirnya dokter salah memberikan
terapi. Sangat jelas bahwa masalah malpraktek itu lebih kompleks dari apa yang kita bayangkan.
Dalam menangani kasus malpraktek dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak baik dari
pemerintah sendiri, penyedia jasa pelayanan kesehatan maupun masyarakat yang menggunakan jasa
tersebut. Entah pemerintah sadar atau tidak, pelayanan kesehatan itu bukanlah masalah satu orang dokter
saja, melainkan itu adalah masalah sistem keseluruhan, dan harus diperbaiki secara simultan bukan cuma
satu aspek saja. Masalah kesehatan ini juga harusnya diselesaikan secara komprehensif, dan butuh dana
yang besar. Tidak dapat dipungkiri bahwa campur tangan pemerintah bisa sangat berpengaruh untuk
menyelesaikan kasus malpraktek ini karena sudah tugas dan kewajiban dari pemerintah untuk menangani
dan menyelesaikan permasalahan ini sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang republik
Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan bab IV mengenai tugas dan tanggung jawab pasal 6
yang berbunyi “Pemerintah bertugas mengatur, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan”. Jika tidak ditangani dengan serius kasus ini akan semakin parah sehingga menyebabkan
pelayanan kesehatan di Indonesia mendapat citra buruk, baik di Indonesia sendiri maupun di mata dunia
internasional.
Memang sudah ada langkah dari pemerintah sendiri untuk meningkatkan kualitas para dokter
dengan mengadakan uji kompetensi dokter Indonesia (UKDI), akan tetapi kurang berhasil untuk
mencegah terjadinya kasus malpraktek terbukti masih maraknya kasus malpraktek. Dengan anggaran
pendidikan yang sedemikian besarnya alangkah lebih baik jika pemerintah meningkatkan kompetensi
para dokter tersebut ketika mereka kuliah karena itu akan lebih efektif jika dibandingkan dengan hanya
mengukur kemampuan para dokter lewat ujian yang hanya berdurasi tiga jam.
Dalam menangani kasus malpraktek diperlukan perbaikan dalam dua faktor yaitu peningkatan
sumber daya manusia (SDM) dan peralatan medis. Karena kedua hal tersebut adalah inti dari
permasalahan pelayanan kesehatan di Indonesia. Dengan memperbaiki dua faktor tersebut diharapkan
pelayanan kesehatan di Indonesia dapat meningkat. Tidak hanya itu kedua faktor tersebut memiliki
hubungan dan saling berkaitan satu sama lain serta merupakan satu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan.
21
Kedua faktor tersebut saling mendukung satu sama lain,tidak akan ada artinya jika kita memiliki sumber
daya manusia yang berkualitas tapi kita tidak memilki fasilitas atau peralatan medis yang lengkap dan
modern. Begitupun sebaliknya, meskipun kita memiliki peralatan yang super lengkap tapi jika tidak
ditunjang oleh sumber daya manusia yang berkualitas akan percuma saja karena tidak aka ada yang
mengoperasikan alat-alat tersebut.
Untuk meningkatkan dua faktor tersebut banyak yang bisa pemerintah lakukan.Untuk
meningkatkan mutu sumber daya manusia yaitu dengan menyesuaikan kurikulum dengan kemajuan
tekhnologi, melengkapi fasilitas-fasilitas atau alat-alat untuk proses pembelajaran, memilih tenaga ajar
yang kompeten dan professional, studi Ianjut atau penataran bagi tenaga pelayanan kesehatan. Untuk
peralatan medis pemerintah memang harus mengeluarkan dana yang cukup besar tapi itu semua demi
kepentingan masyarakat Indonesia karena jika kita ingin meraih impian kita harus berkorban. Tidak hanya
itu jika Indonesia memiliki peralatan medis yang canggih masyarakat Indonesia tidak akan berobat ke luar
negeri dan bahkan orang luar negeri akan datang berobat ke Indonesia.
Ada berbagai keberhasilan yang telah dicapai, namun ada pula tantangan dan masalah kesehatan
yang harus disikapi. Tantangan tersebut diantaranya semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat pada
pelayanan kesehatan yang bermutu; beban ganda penyakit (di satu sisi, angka kesakitan penyakit infeksi
masih tinggi namun di sisi lain penyakit tidak menular mengalami peningkatan yang cukup bermakna);
disparitas status kesehatan antar wilayah cukup besar, terutama di wilayah timur (daerah terpencil,
perbatasan dan kepulauan/DTPK); peningkatan kebutuhan distribusi obat yang bermutu dan terjangkau;
jumlah SDM Kesehatan kurang, disertai distribusi yang tidak merata; adanya potensi masalah kesehatan
akibat bencana dan perubahan iklim, serta integrasi pembangunan infrastruktur kesehatan yang
melibatkan lintas sektor di lingkungan pemerintah, Pusat-Daerah, dan Swasta.
22
Dalam paparannya berjudul Meningkatkan Good Governance Kesehatan di Tingkat Provinsi,
Menkes menyampaikan tantangan bidang kesehatan tahun 2010 dan upaya terobosan dalam
pembangunan kesehatan. Menkes menjelaskan, pada periode 2010-2014, Kemkes melaksanakan
terobosan dalam bentuk Reformasi Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Tujuannya untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan menghilangkan kesenjangan pembangunan
kesehatan antar daerah, antar sosial ekonomi, serta meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan
kesehatan yang bermutu. Reformasi Bangkes dilakukan melalui 7 upaya, yaitu revitalisasi primary health
care (PHC) dan sistem rujukannya, serta pemenuhan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK);
ketersediaan, keterjangkauan obat di seluruh fasilitas kesehatan, termasuk saintifikasi jamu; ketersediaan,
distribusi SDM Kesehatan yang bermutu secara adil dan merata; pengembangan jaminan kesehatan;
penanganan daerah bermasalah kesehatan (PDBK), dan peningkatan pelayanan kesehatan di DTPK;
pelaksanaan reformasi birokrasi serta world class health care. Ditambahkan, mulai tahun 2010 Kemkes
meluncurkan Program BOK. Program ini merupakan bantuan Pemerintah Pusat pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam bentuk block grant, guna mendukung peningkatan fungsi Puskesmas dan
pelayanan kesehatan di Puskesmas.
BOK digunakan untuk program promotif dan preventif di Puskesmas dalam rangka pencapaian
standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan dan percepatan pencapaian MDGs tahun 2015.
Dalam pemanfaatannya dana BOK terintegrasi dengan dana-dana lain yang ada di Puskesmas.
Dalam Upaya Penurunan AKI dan AKB, Kementerian Kesehatan melaksanakan program
Jaminan Persalinan (Jampersal) bagi seluruh ibu bersalin yang belum mempunyai jaminan kesehatan.
Penggunaan dana Jampersal terintegrasi dengan Jamkesmas dan BOK.
Masalah terbesar dalam distribusi obat adalah sulitnya memperoleh informasi logistik obat. Ada
kabupaten dalam satu provinsi yang ketersediaan obatnya berlebihan, sebaliknya ada kabupaten yang
kekurangan obat. Untuk mengatasi masalaha ini akan dikembangkan pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan yang disebut e-logistic system. Tujuannya, untuk mengetahui ketersediaan obat di daerah
melalui sistem on-line. Membangun system on-line di mana obat menjadi bagian dari Sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS).
Jamu sebagai pengobatan tradisional telah diterima dan digunakan luas di masyarakat. Sekitar
59,12% penduduk Indonesia pernah mengonsumsi jamu dan 95,6% di antaranya merasakan khasiatnya.
Agar jamu dapat digunakan dalam praktek kedokteran maka diperlukan kajian yang berbasis bukti
(saintifikasi jamu). Untuk itu perlu regulasi yang dapat menjamin penggunaan jamu di fasilitas kesehatan.
23
Dewasa ini, saintifikasi jamu difokuskan pada penelitian preventif 4 ramuan formula untuk gejala
hiperglikemia, hipertensi, hiperkolesterolemia dan hiperurisemia. Saat ini telah dikembangkan klinik
saintifikasi jamu yang dimulai dengan pelatihan 60 dokter Puskesmas di Kabupaten Karang Anyar,
Sragen, Kendal, dan Semarang. Klinik Jamu Medik juga dikembangkan di 12 Rumah Sakit Pendidikan.
Diikuti dengan perjanjian kerjasama antara Badan Litbangkes dan IDI untuk mengembangkan body of
knowledge pelayanan jamu medik di Indonesia, tambah Menkes.
Sementara itu, untuk meningkatkan transparansi dan mempercepat pelayanan kepada masyarakat,
sejak tahun 2010 Kemkes telah menyediakan Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik
(LPSE) pada seluruh proses pengadaan barang dan jasa. Dengan LPSE, Kemkes dapat melakukan
efisiensi/ penghematan sebesar Rp 188 M pada tahun anggaran 2010. LPSE telah mendapat penghargaan
dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah (LKPP)
Selain itu, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik di Kemkes telah
dibentuk Unit Layanan Terpadu. Jenis pelayanan yang disediakan antara lain pelayanan perizinan sarana
sediaan farmasi, PBF, Bahan Baku Obat, Ekspor-Impor Napza dan Prekursor; pelayanan rekomendasi
pengobat tradisional asing; pelayanan Ethical Clearance penelitian kesehatan; pelayanan registrasi (STR)
Dokter/Dokter Gigi; pelayanan pengaduan masyarakat dan pelayanan publik; serta pelayanan urusan
kepegawaian. Kemkes juga memiliki Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC) yang diberikan antara lain
penerimaan informasi pengaduan yang berasal dari masyarakat, lembaga/institusi maupun berita media
massa; penyebaran/distribusi informasi pengaduan kepada Unit terkait baik di tingkat Pusat (Unit Utama
dan UPT Kemkes) maupun di daerah; konfirmasi dan klarifikasi kasus informasi pengaduan yang masuk;
serta penyampaian jawaban penyelesaian kasus informasi pengaduan kepada peminta/publik.
Agenda penting lain dalam Rakerkesnas 2011 adalah Penguatan Peran Provinsi dalam rangka
menuju good governance. Oleh karena itu provinsi diharapkan lebih berperan dalam memfasilitasi proses
perencanaan dan penganggaran serta monitoring dan evaluasi berbagai program kesehatan di wilayah
kerjanya, ujar Menkes. Program Kesehatan 2011
Pada acara Rakerkesnas, Menkes menyampaikan kegiatan unggulan tahun 2011 dan arah kegiatan tahun
2012. Kegiatan unggulan tahun 2011, yaitu uji coba di beberapa RS dalam upaya perluasan jaminan kelas
III di RS; peningkatan mutu pelayanan fasilitas kesehatan dengan akreditasi internasional (Joint
Commision International); ketersediaan obat di daerah dengan penerapan e-logistic; penambahan RS yang
memanfaatkan jamu; mekanisme pelaksanaan BOK yang bertumpu pada Dinkes Kabupaten/Kota;
terobosan jampersal serta flying health care di provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat.
24
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN), maka sebagai dasar perencanaan tahunan adalah RPJMN 2010 – 2014, penyusunan
perencanaan dan penganggaran harus berbasis kinerja dimana setiap rupiah harus menghasilkan output
tertentu serta penghematan dan new initiative.
Di depan 900 peserta Rakerkesnas, Menkes memaparkan rancangan arah kebijakan pembangunan
kesehatan 2012. Sembilan rancangan meliputi peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita yang menjamin
continuum of care. Perbaikan status gizi masyarakat pada pencegahan stunting. Melanjutkan upaya
pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular, diikuti penyehatan lingkungan.
Pengembangan SDM kesehatan dengan pemantapan standar kompetensi. Peningkatan ketersediaan,
keterjangkauan, pemerataan, mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obat dan makanan melalui e-
logistic. Perluasan cakupan jaminan kesehatan melalui jaminan kelas III RS.
25
H. Provider pelayanan kesehatan.
Sebuah penyedia layanan kesehatan adalah orang pribadi atau lembaga yang menyediakan
preventif, kuratif, rehabilitatif promosi atau perawatan kesehatan jasa dengan cara sistematis untuk
individu, keluarga atau masyarakat.
Sebuah penyedia layanan kesehatan individu (juga dikenal sebagai pekerja kesehatan) dapat
menjadi perawatan kesehatan profesional , seorang sekutu kesehatan profesional , seorang pekerja
kesehatan masyarakat , atau orang lain yang terlatih dan berpengetahuan dalam kedokteran , keperawatan
atau profesi kesehatan yang beraliansi , atau masyarakat / komunitas kesehatan . Lembaga (juga dikenal
sebagai fasilitas kesehatan) termasuk rumah sakit , klinik , perawatan primer dan titik pusat layanan lain
pengiriman. Praktek profesional kesehatan dan operasi lembaga-lembaga perawatan kesehatan biasanya
diatur oleh nasional atau negara / pemerintah provinsi melalui badan pengawas yang tepat untuk tujuan
jaminan kualitas . Bersama, mereka membentuk bagian dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan .
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
• Pelayanan keperawatan diberikan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan di tingkat
primer, sekunder, dan tertier
• Pelayanan keperawatan sebagai sistem dipengaruhi oleh input proses dan output
• Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
secara keseluruhan
• Pelayanan keperawatan berpengaruh dalam pencapaian mutu pelayanan kesehatan
• Pelayanan keperawatan berkontribusi dalam pembangunan kesehatan nasional
B. Saran.
1. Kepada mahasiswa hendaknya memahami dengan baik mata ajaran Konsep
Dasar Keperawatan ( KDK ) pada umumnya dan system pelayanan keperawatan pada
khususnya.
2. Diharapkan dengan adanya penyusunan makalah ini mahasiswa lebih giat dalam
kegiatan diskusi kelompok.
27