Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Masalah Utama
Gangguan proses pikir: waham
II. Proses Terjadinya Masalah
Waham adalah keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen,
1998).
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus-
menerus tetapi tidak sesuai kenyataan. Waham sering ditemukan pada gangguan jiwa
berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita
skizofrenia (Yusuf, Fitryasari, Niharyati, 2015).
Etiologi waham menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012) timbul sebagai akibat dari
proyeksi di mana seseorang melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia
luar. Individu itu biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin, dan cenderung
menarik diri. Keadaan ini sering kali disebabkan karena merasa lingkungannya tidak
nyaman, merasa benci, kaku, cinta pada diri sendiri yang berlebihan, angkuh, dan keras
kepala. Dengan seringnya memakai mekanisme proyeksi dan adanya kecendrungan
melamun serta mendambakan sesuatu secara berlebihan, maka keadaan ini dapat
berkembang menjadi waham. Secara perlahan-lahan individu itu tidak dapat
melepaskan diri dari khayalannya dan kemudian meninggalkan dunia realitas.
Kecintaan pada diri sendiri, angkuh dank eras kepala, adanya rasa tidak aman, membuat
seseorang berkhayal ia sering menjadi penguasa da hal ini dapat berkembang menjadi
waham besar. Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri
dan keutuhan keluarga merupakan penyebab terjadinya waham. Selain itu kecemasan,
kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepsi mengenai perbedaan antara apa
yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun sehingga segala sesuatu sukar lagi
dibedakan, mana rangsangan dari pikiran dan rangsangan dari lingkungan.
Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya waham (Keliat, 1998) yaitu:
1. Faktor predisposisi meliputi perkembangan sosil kultural, psikologis, genetic,
biokimia. Jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal
terganggu maka individu mengalami stress dan kecemasan. Berbagai faktor
masyarakat dapat membuat seseorang merasa terisolasi dan kesepian yang
mengakibatkan kurangnya rangsangan eksternal. Stres yang berlebihan dapat
mengganggu metabolism dalam tubuh sehingga membuat tidak mampu dalam
stimulus internal dan eksternal.
2. Faktor presipitasi : klien mengalami hubungan yang bermusuhan, terlalu lama
diajak bicara, objek yang ada di lingkungannya dan suasana sepi (isolasi) dapat
meningkatkan stress dan kecemasan.

Tanda dan gejala waham menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012)

1. Waham kebesaran : meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,


diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “Saya punya
tambang emas”.
2. Waham curiga : meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Contoh : “Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena
mereka iri dengan kesuksesan saya”.
3. Waham agama : memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh waham agama : “Saya harus pakai pakaian putih setiap hari kalau mau
masuk sorga”.
4. Waham somatic : meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang
penyakit diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “Saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan
tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5. Waham nihilistik : meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh dari waham nihilistic: “ini kana lam kubur ya, semua yang ada di sini
adalah roh-roh”.
III. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

-Pikiran logis -Distorsi pikiran -Gangguan proses pikir


-Persepsi akurat -Ilusi -Waham
-Emosi konsisten dengan -Reaksi emosi berlebihan -Perilaku disorganisasi
Pengalaman atau kurang -Isolasi sosial
-Perilaku sesuai -Perilaku aneh atau tidak -Sulit berespon emosi
-Berhubungan sosial biasa
-Menarik diri
(Stuart dan Laraia, 2005)
IV. A. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
Selama pengkajian, perawat harus mendengarkan, memperhatikan, dan
mendokumentasikan semua informasi, baik melalui wawancara maupun observasi
yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya.
Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengkaji waham :
a. Apakah klien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan
menetap.
b. Apakah klien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah klien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya.
c. Apakah klien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh atau
tidak nyata.
d. Apakah klien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya.
e. Apakah klien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain.
f. Apakah klien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain.
g. Apakah klien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya. Selama
pengkajian harus mendengarkan dan memperhatikan semua informasi yang
diberikan tentang wahamnya, dan untuk mempertahankan hubungan saling
percaya yang telah terbina jangan menyangkal atau menolak keyakinan klien.

Alasan masuk/dirawat: umumnya klien dengan gangguan orientasi realita dibawa


ke rumah sakit karena mengungkapkan kata-kata ancaman, mengatakan benci dan
kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal, marah atu merusak barang-barang dan tidak
mampu mengendalikan diri. Klien juga mengungkapkan sesuatu yang tidak
realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, dan pengulangan kata-kata yang
didengar. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi
tidak sesuai kenyataan. Biasanya klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga,
bermusuhan, merusak (diri, orang lain, dan lingkungan), takut, kadang panic,
sangat waspada, tidak dapat menilai lingkungan/realitas, ekspresi wajah klien
tegang, dan mudah tersinggung.

Data focus pengkajian pada klien dengan waham menurut Keliat dan Akemat
(2009) : pada proses pikir (sirkumtansial, flight of idea, kehilangan asosiasi,
tangensial, blocking, pengulangan bicara), Isi Pikir (obsesi, depersonalisasi,
hipokondria, fobia, ide terkait, pikiran magis), proses pikir (agama, somatic,
kebesaran, curiga, nihilistic, sisip pikir, siar pikir, kontrol pikir).

B. Pohon Masalah
Kerusakan komunikasi verbal (Effect)

Perubahan proses pikir (Core Problem)

Harga Diri Rendah Kronik (Causa)

V. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan proses pikir : waham
2. Harga diri rendah kronik
3. Kerusakan komunikasi verbal.
VI. Rencana Keperawatan
Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan
Keperawatan Tujuan umum dan khusus Tindakan Keperawatan
Gangguan proses 1. Klien dapat membina 1.1.Bina hubungan saling
pikir : waham hubungan saling percaya percaya dengan klien :
beri salam terapeutik
(panggil nama klien),
sebutkan nama perawat,
jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang,
buat kontrak yang jelas
(topic yang dibicarakan,
waktu, dan tempat)
1.2. Jangan membantah dan
mendukung waham
klien:
-Katakan perawat
menerima keyakinan
klien: “Saya menerima
keyakinan anda “
disertai ekspresi
menerima.
-Katakan perawat tidak
mendukung: “Sukar
bagi saya untuk
mempercayainya”
disertai ekspresi ragu
tapi empati.
-Tidak membicarakan
isi waham klien.
1.3. Yakinkan klien berada
dalam keadaan aman dan
terlindung.
1.4. Observasi apakah waham
klien mengganggu
aktivitas sehari-hari dan
perawatan diri.
2. Klien dapat 2.1. Beri pujian pada
mengidentifikasi penampilan dan kemapuan
kemampuan yang yang realistis
dimiliki 2.2. Diskusikan dengan klien
kemampuan yang dimiliki
pada waktu lalu dan saat
ini yang realistis (hati-hati
terlibat diskusi tentang
waham)
2.3. Tanyakan apa yang biasa
klien lakukan (kaitkan
dengan aktivitas sehari-
hari dan perawatan diri)
kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini.
2.4. Jika klien selalu bicara
tentang wahamnya,
dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak
ada. Perawat perlu
memperlihatkan bahwa
klien penting.

3. Klien dapat 3.1. Observasi kebutuhan klien


mengidentifikasi sehari-hari
kebutuhan yang tidak 3.2. Diskusikan kebutuhan
terpenuhi klien yang tidak terpenuhi
baik selama di rumah
maupun di rumah sakit
(rasa takut, ansietas,
marah)
3.3. Hubungan kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan
timbulnya waham
3.4. Tingkatkan aktivitas yang
dapat memenuhi
kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan
tenaga (aktivitas dapat
dipilih bersama klien, jika
mungkin buat jadwal)
3.5. Atur situasi agar klien
mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.

4. Klien dapat 4.1. Berbicara dengan klien


berhubungan dengan dalam kontek realitas(diri,
realistis orang lain, tempat, dan
waktu)
4.2. Sertakan klien dalam terapi
aktivitas kelompok
:orientasi realitas
4.3. Beri pujian pada tiap
kegiatan positif yang
dilakukan klien.

5.1. Diskusikan dengan


5. Klien mendapat
keluarga tentang gejala
dukungan keluarga
waham, cara merawatnya,
lingkungan keluarga,
follow up obat.
5.2. Anjurkan keluarga
melaksanakan 5.1. dengan
perawat.
6.1. Diskusikan dengan klien
6. Klien dapat dan keluarga tentang obat,
menggunakan obat frekuensi, dosis, dan efek
dengan benar samping akibat
penghentian
6.2. Diskusikan perasaan klien
setelah minum obat
6.3. Berikan obat dengan
prinsip lima benar.

Rencana Keperawatan Gangguan Proses Pikir: Waham Dalam Bentuk Strategi Pelaksanaan

No. Klien Keluarga


SP1P SP1K
1. Membantu orientasi realitas Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat klien
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak Menjelaskan pengertian, tanda, dan gejala
terpenuhi waham dan jenis waham yang dialami beserta
proses terjadinya
3. Membantu klien memenuhi Menjelaskan cara-cara merawat klien waham
kebutuhannya
4. Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Melatih keluarga cara merawat klien dengan
klien waham
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang Melatih keluarga mempraktikkan cara
dimiliki merawat langsung kepada klien waham.
3. Melatih kemampuan yang dimiliki.
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas
klien di rumah termasuk minum obat (discharge
planning)
2. Memberikan pendidikan kesehatan Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
tentang penggunaan obat secara
teratur
3. Mengajarkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
Daftar Pustaka

Damaiyanti, M., dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Keliat, B.A. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Stuart dan Laraia. (2005). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing Edisi 6. St Louis :
Mosby Year Book.

Stuart, G.W., dan Sundeen, S.J. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Alih Bahasa
Akhir Yani S. Jakarta : EGC

Yusuf, A.H., Fitriyasari, R. dan Lihayati, H. E. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa .
Jakarta : Salemba Medika.
KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
PROSES PIKIR : WAHAM

Oleh:

A A GEDE SASKA ARIPUTRA


NIM.1602526005
PROFESI NERS PSSKPN B ANGKATAN 2016

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2018

Anda mungkin juga menyukai