Anda di halaman 1dari 1

Kemarin adalah hari anak nasional, walau dicederai oleh berita kekerasan juga ditujukan

terhadap anak, tragisnya peristiwa terjadi pada puncak seremonial hari anak yang juga dihadiri
presiden. Begitulah gambaran tentang anak di tanah air, dimanapun berada, tidak lepas dari
tindakan keras,eskploitasi dan berbagai perbuatan lainn yang memang tidak layak untuk mereka
terima.

Eksploitasi anak, bukan saja terjadi di dunia pabrik ataupun dunia pekerjaan kasar dan
“lapangan” serta “jalananan” dan bidang lainnya, namun sesungguhnya eksploitasi anak sudah
jelas dan terjadi didepan ribuan pasang mata, didepan organisasi-organisasi, lembaga-lembaga
yang berwenang mengurusi masalah anak, dan pemerintah sendiri.

Kita dapat melihat, anak-anak dibawah umur, bermain dalam sinetron. Bahkan kita juga sempat
mendengar kabar, jika ada seorang artis remaja, yang pergi dari rumah akibat merasa terkekang
hidupnya, atau seorang artis sinetron remaja, memvideokan dirinya dengan berucap sumpah
serapah didepan kamera, mengumpat dan mencaci teman-teman kecilnya dulu, dan banyak
berita-berita lainnya tentang terganggunya mental dan pikiran anak-anak para selebritis.

Memang, kesempatan dalam mencari uang sangatlah sulit, persaingan


begitu ketat. Namun, sebagai orang tua, apakah begitu tega melihat anaknya menjadi bintang,
menjadi selebritis, menjadi terkenal, dengan banyak dan penuh aktifitas, namun disisi lain,
sebenarnya mereka hidup tidak normal, tidak seperti sebagaimana anak-anak seusia mereka.
Mereka mempunyai jadwal malam hari, mereka mempunyai jadwal siang hari, mereka
mempunyai jadwal pagi hari, mereka mempunyai jadwal sore hari.

Disisi lain, disaat si anak tersebut sibuk dengan aktifitas “shooting” dan wawancara, dalam dunia
lain, anak-anak seusia mereka sibuk bermain dengan teman-temannya, beelari kesana kemari,
tertawa terbahak, berloncat-loncatan. Tidakkah terpikir orang tua mereka berpikir, bahwa mereka
sebenarnya sudah melakukan eksploitasi terhadap anak mereka, demi yang namanya uang dan
ketenaran.

Entahlah, pola pikir setiap manusia memang tidak sama, mungkin mereka tidak melihatnya
sebagai eksploitasi, melainkan “rutinitas”. Dan itulah, anak-anak, dengan lugu dan menurutnya,
mereka mengikuti kemauan orang tua, mencari uang sebanyak-banyaknya.

Anda mungkin juga menyukai