Anda di halaman 1dari 9

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA MEDIKA

NOMOR :109/RSPM/SK-DIR/VIII/2018
TENTANG

PELAYANAN INSTALASI BEDAH-ANESTESI


RUMAH SAKIT PRIMA MEDIKA

DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA MEDIKA


Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Sakit Prima Medika Pemalang, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan Instalasi Bedah-Anestesi yang
bermutu tinggi;

b. Bahwa agar pelayanan Instalasi Bedah-Anestesi di Rumah


Sakit Prima Medika Pemalang dapat terlaksana dengan
baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Prima
Medika Pemalang sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pelayanan Instalasi Bedah-Anestesi di Rumah Sakit Prima
Medika Pemalang

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam a dan b,perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Rumah Sakit Prima Medika Pemalang

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
779/MenKes/SK/VIII/2008 tentang standar pelayanan
Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor:1333/MenKes/SK/XII/1999 tentang standar
pelayanan Rumah Sakit
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PELAYANAN INSTALASI BEDAH-ANESTESI RUMAH SAKIT


PRIMA MEDIKA PEMALANG
KESATU : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan
Instalasi Bedah-Anestesi Rumah Sakit Prima Medika Pemalang
dilaksanakan oleh Ka. Instalasi Bedah-Anestesi Rumah Sakit
Prima Medika Pemalang
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkanya dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagai mana mestinya

Ditetapkan : di Pemalang
Pada tanggal :1 Agustus 2018
=======================

Direktur

dr. SlametWidodo
NIK. 01.2014.009
Lampiran
Keputusan Direktur Rumah Sakit Prima Medika
Nomor:109/RSPM/SK-DIR/VIII/2018
Tanggal: 1 Agustus 2018

A. KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESIOLOGI


1. Kebijakan Umum
a. Pelayanan Anestesi, Sedasi dan Analgesi diberikan pada pasien yang
akan menjalani pembedahan, prosedur medik atau trauma yang
menyebabkan rasa nyeri kronik maupun akut, cemas dan stres psikis.
b. Pelayanan Anestesi menunjang fungsi tubuh, terutama jalan nafas,
peredaran darah, dan kesadaran pasien serta menjaga keseimbangan
cairan elektrolit dan metabolism tubuh pasien.
c. Pelayanan anestesi melakukan reanimasi dan resusitasi jantung paru
pada keadaan yang mengancam jiwa, diinstalasi manapun pasien berada
( IGD, Kamar Bedah, RR, ICU/ Poliklinik maupun ruang perawatan )
d. Pelayanan Anestesiologi dilakukan oleh Dokter Spesialis Anestesiologi
yang memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sudah
melalui seleksi dan rekomendasi direktur.
e. Dokter Spesialis Anestesiologi terdiri dari dokter purna waktu dan
dokter paruh waktu serta bertanggung jawab penuh pada pelayanan
anestesiologi di seluruh instalasi Rumah Sakit Prima Medika yang
jadwal jaganya diatur.
f. Pelayanan Anestesiologi dibantu oleh beberapa perawat anestesi purna
waktu yang bersertifikat dan memiliki ijin sesuai dengan ketentuan yang
berlakuyang direkomendasikan oleh dokter spesialis Anestesiologi.
g. Perawat Anestesi dapat melakukan tindakan sedasi ringan-moderat dan
dalam apabila mendapat instruksi/izin dari dokter anestesi atau dokter
operator dan tanggung jawab ada pada dokter anestesi atau dokter
operator yang bersangkutan, semuanya didokumentasikan dalam rekam
medis pasien.
h. Sedasi Ringan dapat dilakukan oleh dokter umum/dokter
spesialisrumah sakit Prima Medika yang menangani pasien dan
bertanggung jawab penuh terhadap pasien tersebut dalam
pelaksanaannya.
i. Peralatan elektromedik anestesi harus selalu dilakukan pemeliharaan
dan kalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
j. Semua perlengkapan medic anestesi dan obat-obat anestesi harus selalu
di cek fungsi dan kelengkapannya sebelum petugas anestesi melakukan
tindakan medic anestesi terhadap pasien
k. Seluruh pelayanan anestesi di rumah sakit Prima MedikaPemalang
mengacu pada Panduan Pelayanan Anestesi yang telah disepakati dan
disetujui oleh komite pelayanan medik rumah sakit Prima
MedikaPemalang dan telah sesuai dengan standar pelayanan
anestesiologi.
l. Semua pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan
pasien dan setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standart profesi,
standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi dan
menghormati hak-hak pasien.
m. Pelayanan anestesiologi dilaksanakan dalam 24 jam.
n. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat
rutin setiap bulan, minimal 1 bulan sekali, dan membuat laporan.
2. Kebijakan Khusus
a. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan anestesi diberikan
informasi dan edukasi mengenai prosedur yang akan dijalani,komplikasi
yang mungkin terjadi serta respon terhadap komplikasi tersebut,
prosedur asesmen pra anestesi dan post anestesi, selanjutnya
pasien/keluarga menandatangani surat pernyataan telah mengerti akan
semua penjelasan yang telah diberikan serta menandatangani surat
persetujuan tindakan medis ( informed consent).
b. Pemberi edukasi diberikan oleh dokter penanggung jawab anestesi
didampingi perawat atau dokter umum yang ditunjuk dan berkompeten
didampingi perawat atau oleh perawat senior yang ditunjuk dan
berkompeten didampingi oleh perawat lain
c. Pada setiap pasien yang akan dilakukan tindakan anestesi prinsip
pencegahan dan pengendalian infeksi selalu dijalankan.
d. Setiap petugas yang ikut dalam tim pelayanan anestesi ( dokter
spesialis/dokter umum/perawat anestesi/perawat), mampu melakukan
berbagai teknik dan berbagai macam cara sedasi, farmakologi obat
sedasi dan penggunaan zat reversal (antidote-nya), memonitor pasien,
dan bertindak jika ada komplikasi.
e. Setiap pasien sewaktu dikamar operasi, sebelum dilakukan anestesi,
diidentifikasi kembali yang meliputi :
a) Nama pasien, umur dan diagnosa
b) Dokter operator dan dokter anestesi
c) Jenis anestesi dan jenis operasi
d) Lokasi yang akan dioperasi
e) Informed consent
f. Setiap pasien dengan tindakan operasi sesaat sebelum induksi anestesi,
sesaat sebelum incisi, sesaat sebelum menutup luka operasi dilakukan
verifikasi dengan menggunakan surgical safety checklist (SIGN IN, TIME
OUT, SIGN OUT).
g. Bila terjadi kecelakaan/ kegagalan dari tindakan anestesi yang
dimaksud, hal tersebut dilaporkan kepada kabid pelayanan untuk tindak
lanjut.
h. Petugas anestesi memonitoring kondisi pasien secara terus menerus
selama proses anestesi berlangsung sampai pada periode pemulihan
pasca anestesi, dan semua pelaksanaan dicatat dalam blangko anestesi
pasien serta didokumentasikan didalam rekam medis pasien tersebut.
i. Laporan anestesi harus ditulis oleh dokter anestesiologi secara lengkap
sesuai dengan formulir yang sudah tersedia dan disimpan dalam rekam
medis pasien
j. Setiap petugas anestesi atau staf anestesi wajib mengikuti pelatihan-
pelatihan demi pembangunan mutu rumah sakit
k. Bila terjadi bencana/ hospital disaster plan, anestesiologi siap dalam
penanggulangannya.
B. KEBIJAKAN PELAYANAN BEDAH
1. Kebijakan umum
a. Pelayanan operasi di Instalasi Bedah-Anestesi ini dikelola oleh seorang
Dokter Spesialis bersama staf managerial, didukung oleh kelompok
dokter spesialis yang melakukan tindakan operasi atau tindakan
invansif, dan juga oleh kelompok perawat khusus yang telah mendapat
pendidikan atau pelatihan perawatan Instalasi Bedah-Anestesi dan
atau perawat yang telah berpengalaman di Instalasi Bedah-Anestesi
lebih dari 2 tahun.
b. Pelayanan bedah dilakukan oleh Dokter Spesialis bedah dari semua
disiplin ilmu yang memiliki ijin sesuai dengan ketetuan yang berlaku
dan sudah melalui seleksi dan rekomendasi direktur.
c. Semua perawat di Instalasi Bedah-Anestesi harus memiliki ijin sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
d. Penyediaan tenaga di Instalasi Bedah-Anestesi mengacu pada pola
ketenagaan.
e. Peralatan elektromedik bedah harus selalu dilakukan pemeliharaan
dan kalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
f. Semua pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan
keselamatan pasien dan setiap petugas harus bekerja sesuai dengan
standar profesi, standar prosedur oprasional yang berlaku, etika
profesi, dan menghormati hak-hak pasien.
g. Pelayanan bedah dilaksanakan dalam 24 jam.
h. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat
rutin setiap bulan minimal 1 kali sebulan dan wajib membuat laporan
2. Kebijakan Khusus
a. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi diberikan
informasi dan edukasi mengenai prosedur yang akan
dijalani,komplikasi yang mungkin terjadi serta respon terhadap
komplikasi tersebut, prosedur asesmen pra operasi dan post operasi,
selanjutnya pasien/keluarga menandatangani surat pernyataan telah
mengerti akan semua penjelasan yang telah diberikan serta
menandatangani surat persetujuan tindakan medis ( informed
consent).
b. Pemberi edukasi diberikan oleh dokter penanggung jawab
pembedahan didampingi perawat atau dokter umum yang ditunjuk
dan berkompeten didampingi perawat atau oleh perawat senior yang
ditunjuk dan berkompeten didampingi oleh perawat lain.
c. Pada setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi prinsip
pencegahan dan pengendalian infeksi selalu dijalankan.
d. Setiap petugas yang ikut dalam tim operasi ( dokter spesialis/dokter
umum/perawat asisten/perawat instrument/perawat sirkuler),
mampu mengenal anatomi tubuh manusia, menguasai teknik operasi
yang akan dilakukan, mengenal instrument yang akan digunakan
dalam pembedahan tersebut, serta respon terhadap komplikasi yang
mungkin timbul.
e. Setiap pasien sewaktu di Instalasi Bedah-Anestesi, sebelum dilakukan
operasi, dilakukan identifikasi yang meliputi :
a) Nama pasien, tanggal lahir , no. RM
b) Diagnosa operasi
c) Dokter operator dan dokter anestesi
d) Jenis anestesi dan jenis operasi
e) Penandaan Lokasi yang akan dioperasi
f) Informed consent
f. Setiap pasien dengan tindakan operasi sesaat sebelum induksi
anestesi, sesaat sebelum incisi, sesaat sebelum menutup luka operasi
dilakukan verifikasi dengan menggunakan surgical safety checklist
(SIGN IN, TIME OUT, SIGN OUT).
g. Bila terjadi kecelakaan/ kegagalan dari tindakan operasi yang
dimaksud, hal tersebut dilaporkan kepada pelayanan pasien safety
untuk tindak lanjut.
h. Status fisiolgis pasien secara kontinu dimonitor oleh tim anestesi
selama pembedahan berlangsung, apabila pasien dioperasi dengan
anestesi umum atau regional, bila pasien dilakukan operasi dengan
lokal anestesi, maka pemantauan status fisiologis pasien dilakukan
oleh dokter bedah yang bertanggung jawab, semua temuan ditulis dan
dimasukan dalam status rekam medis pasien
i. Penghitungan instrument dan kasa dilakukan sebelum operasi dan
sesudah operasi, sebelum penutupan peritoneum, bila terdapat ketidak
sesuaian, maka dilakukan penghitungan dan pencarian sebelum luka
operasi ditutup.
j. Laporan operasi harus ditulis oleh dokter operator secara lengkap
yang meliputi :
a) Diagnosa pra operasi dan pasca operasi
b) Nama operator, asisten, instrument.
c) Nama prosedur dan teknik pembedahan dari awal insisi sampai
menjahit luka operasi
d) Specimen bedah untuk pemeriksaan jika ada
e) Catatan komplikasi spesifik dan perdarahan
f) Tanggal, waktu dan tanda tangan dokter operator yang
bertanggung jawab
g) Nomor pendaftaran dari alat yang dipasang (implan)
h) Semua laporan didokumentasikan dalam status pasien
k. Informasi penjadwalan pasien (baik elektif maupun darurat) didapat
dari instalasi rawat inap, IGD, Poli rawat jalan maupun poliklinik
spesialis Rumah Sakit Prima Medika.
l. Bila terjadi penemuan diagnosa baru pada pasien selama operasi
berlangsung dan membutuhkan konsul cito di meja operasi dengan
dokter spesialis lain, dokter operator dapat menginfomasikan kepada
perawat coordinator ataupun perawat sirkuler untuk memanggil
dokter konsultan yang dimaksud, selanjutnya bila keadaan telah
memungkinkan, surat konsul dapat dituliskan kemudian, dan
didokumentasikan didalam status rekam medik pasien.
m. Bila terjadi bencana atau hospital disaster plan, kamar bedah siap
untuk berperan didalam penanggulangannya

Ditetapkan : di Pemalang
Padatanggal :1 Agustus 2018
=======================

Direktur

dr. SlametWidodo
NIK. 01.2014.009

Anda mungkin juga menyukai