Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bagian penting mata salah satunya adalah retina. Retina adalah bagian saraf mata,
tersusun atas sel saraf bentuk batang dan kerucut. Sel saraf batang tersebar sepanjang saraf
retina, sedangkan sel saraf kerucut terkonsentrasi pada fovea.1
Pada retina terdapat dua buah bintik yaitu bintik kuning (fovea) dan bintik buta (blind
spot). Pada bintik kuning (fovea) terdapat sejumlah sel saraf kerucut sedangkan pada bintik
buta sel saraf batang maupun kerucut tidak dijumpai. Suatu objek dapat dilihat dengan jelas
apabila bayangan objek tersebut jatuh tepat di fovea. Dalam hal ini lensa mata akan bekerja
otomatis untuk memfokuskan bayangan objek tersebut sehingga tepat jatuh pada bagian fovea.2
Makula merupakan terletak di retina bagian polus posterior di antara arteri retina
temporal superior dan inferior. Ukuran makula sekitar 5-6 mm. Makula pada bagian sentral
dinamakan fovea. Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan dan untuk
penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut.2,3
Di fovea sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel
ganglionnya, dan serat saraf, yang berperan untuk ketajaman penglihatan. Di retina perifer,
banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang sama, dan diperlukan sistem pemancar
yang lebih kompleks. Akibat dari susunan seperti itu bahwa makula terutama digunakan untuk
penglihatan sentral dan warna (penglihatan fototopik) sedangkan bagian retina lainnya, yang
sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer
dan malam (skotopik). 2,3 ,4

Makula lutea dapat dibagi menjadi :


•Foveola
•Fovea
•Wilayah perifoveal
•Wilayah para foveal
Gambar 1. Pembagian Makula

1
Fovea mengandung sel-sel kerucut dan berperan untuk penglihatan sentral dan
penglihatan warna. Fovea sentralis berdiameter 1.5mm merupakan bagian paling senditif dari
macula. Xanthophyll pigmen karotenoid terletak di fovea, kemungkinan besar di lapisan
plexiform luar dan terdiri dari Leutin dan Zeaxanthin yang bertanggung jawab atas warna
gelap yang khas macula di angiogram normal.1

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Retina

2.1.1. Anatomi Retina

Retina adalah bagian mata yang sensitif terhadap cahaya yang terletak di segmen
posterior mata. Retina merupakan struktur yang terorganisasi memberikan informasi visual
ditransmisikan melalui nervus optikus ke korteks visual. Retina berkembang dari cawan
optikus eksterna yang mengalami invaginasi mulai dari akhir empat minggu usia janin.1,2

Bola mata orang dewasa memiliki diameter sekitar 22 mm - 24,2 mm (diameter dari
depan ke belakang). Bola mata anak ketika lahir berdiameter 16,5 mm kemudian mencapai
pertumbuhannya secara maksimal sampai umur 7-8 tahun. Dari ukuran tersebut, retina
menempati dua pertiga sampai tiga perempat bagian posterior dalam bola mata. Total area

retina 1.100 mm2. Retina melapisi bagian posterior mata, dengan pengecualian bagian nervus
optikus, dan memanjang secara sirkumferensial anterior 360 derajat pada ora serrate. Tebal
retina rata-rata 250 μm, paling tebal pada area makula dengan ketebalan 400 μm, menipis pada
fovea dengan ukuran 150 μm, dan lebih tipis lagi pada ora serrata dengan ketebalan 80 μm. 1,2,5

Retina mendapatkan vaskularisasi dari arteri oftalmika (cabang pertama dari arteri
karotis interna kanan dan kiri) dan arteri siliaris (berjalan bersama nervus optikus). Arteri
siliaris memberikan vaskularisasi pada lapisan luar dan tengah, termasuk lapisan pleksiform
luar, lapisan fotoreseptor, lapisan inti luar, dan lapisan epitel pigmen. 3,7

3
Gambar 2.1. Anatomi Retina Sumber: Netter, F., 2006

2.1.2. Histologi Retina

Permukaan luar retina berhubungan dengan koroid, sedangkan permukaan dalamnya


berhubungan dengan badan vitreous. Retina memiliki 10 lapisan, yang terdiri dari (dari luar ke
dalam): 4,9,10

1. Epitel pigmen.
2. Batang dan kerucut.
3. Membran limitans eksterna.
4. lapisan inti luar.
5. lapisan pleksiform luar.
6. lapisan inti dalam.
7. lapisan pleksiform dalam.
8. lapisan sel ganglion.
9. lapisan serabut saraf.
10. membran limitans interna

4
Gambar 2.2. Histologi Lapisan Retina Sumber: ( Mescher, A.L., 2010)

2.1.3. Fisiologi Retina

Retina adalah bagian mata yang paling kompleks dan paling sensitif terhadap cahaya.
Retina memiliki lapisan fotoreseptor berisi sel batang dan kerucut yang memiliki peran dalam
menangkap stimulus cahaya lalu mentransmisikan impuls melalui nervus optikus ke korteks
visual bagian oksipital. 6,8

Fotoreseptor tersusun rapi pada bagian terluar avaskuler retina dan banyak terjadi
perubahan biokimia untuk proses melihat. Komposisi sel kerucut lebih banyak pada bagian
makula (fovea) dan sedikit pada bagian perifer, sedangkan sel batang densitasnya tinggi pada
bagian perifer dan sedikit pada bagian makula (fovea). Sel kerucut berfungsi untuk melihat
warna dan saat siang hari sehingga fovea bertanggung jawab pada penglihatan warna dan
cahaya banyak. Sel batang, mengandung pigmen fotosensitif rhodopsin, berfungsi untuk
melihat warna hitam- putih dan saat malam hari sehingga bagian perifer bertanggung jawab
1,10
untuk penglihatan gelap pada malam hari.

Retina juga memiliki lapisan neural yang terdiri dari sel bipolar, sel ganglion, sel
horizontal, dan sel amakrin. Sel bipolar tersebar di retina dan bertugas menghubungkan sel
fotoreseptor (postsinaps sel batang dan kerucut) dan sel ganglion. Sel ganglion memberikan
akson yang akan bergabung dengan serabut nervus optikus ke otak. Sel horizontal terletak pada
lapisan pleksiform luar dan berfungsi sebagai interkoneksi sel bipolar dengan sel bipolar

5
lainnya. Sel amakrin terletak pada lapisan pleksiform dalam dan berfungsi sebagai penghubung
sel bipolar dengan sel ganglion.

Selain itu, retina juga memiliki sel glia atau sel pendukung yang terdiri dari sel Muller,
astrosit, dan sel mikroglia. Sel Muller terletak pada lapisan inti dalam dan memberikan
ketebalan ireguler yang memanjang sampai ke lapisan pleksiform luar. Sel astrosit tertutup
rapat pada lapisan serabut saraf retina. Sel mikroglia berasal dari lapisan mesodermal dan
bukan merupakan sel neuroglia. 6

2.2. Anatomi dan Fisiologi Makula

2.2.1. Anatomi Makula


Mata merupakan suatu organ yang rumit dan sangat berkembang yang peka terhadap
cahaya. Mata dapat melewatkan cahaya dengan bentuk dan intensitas cahaya serta warna dalam
keadaan yang sempurna. Dengan kandungan yang kuat dan kenyal untuk mempertahankan
bentuknya, mata juga dilindungi oleh struktur tulang yang bersifat protektif dan letaknya
disebut dengan orbit.4
Selain itu, mata juga memiliki lensa yang merupakan suatu lapisan berisi sel peka
cahaya yang dapat memfokuskan bayangan. Pada mata juga terdapat sel dan saraf yang
berfungsi untuk mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke otak.4
Terdapat 3 lapisan yang melengkung pada mata yaitu lapisan terluar yang terdiri dari
kornea dan sklera, lapisan tengah yang terdiri dari koroid, badan silier dan iris yang disebut
juga lapisan vaskuler, dan lapisan dalam yang terdiri dari jaringan saraf, retina.4

a b
Gambar 2 a. anatomi mata, b. Lapisan mata

Pada retina terdapat 2 lapisan yaitu pigmented layer dan neural layer. Pada pigmented
layer terdapat sel epitel yang mengandung melanin yang terletak antara koroid dan bagian saraf

6
dari retina dimana merupakan pemberi warna pada retina dan membantu untuk menyerap
cahaya. Kemudian pada neural layer, terdapat beberapa sub lapisan sebelum suatu cahaya bisa
berubah menjadi impuls yang kemudian akan dikirim ke akson saraf optik. Sub lapisan yang
terdapat pada lapisan neural yaitu: photoreceptor layer, bipolar cell layer dan ganglion cell
layer. Pada photoreceptor layer terdapat sel kerucut, sel batang, sel bipolar, sel ganglion dan
amakrin.5

Gambar 3. lapisan neural retina

Setiap sel pada photoreceptor layer memiliki kerja yang berbeda. Sel batang sangat
sensitif terhadap cahaya yang berguna untuk penglihatan saat malam hari. Sel kerucut
memberikan penglihatan warna dimana stimulasi sel ini dapat menyebabkan persepsi dari
berbagai warna. Sel bipolar berfungsi untuk menghubungkan sinaps dari sel batang dan sel
kerucut. Sel amakrin berfungsi untuk menginhibisi hubungan antara sel batang dan sel kerucut
dengan sel ganglion. Selain itu, sel amakrin juga berguna untuk meningkatkan sensitivitas dari
retina.5
Bagian posterior mata dapat dilihat dengan oftalmoskop yang meliputi retina dengan
pembuluh darahnya serta papil saraf optikus. Makula merupakan suatu area terletak di retina
bagian polus posterior di antara arteri retina temporal superior dan inferior dengan diameter ±
5,5 mm. Suatu daerah di macula berbentuk cekungan di sentral berukuran 1,5 mm; kira-kira
sama dengan diameter diskus secara anatomis disebut juga dengan fovea.6,7

7
Gambar 4. Makula

Secara topografi makula terdiri dari umbo, foveola, fovea, parafovea, dan perifovea. Umbo
adalah pusat dari foveola. Secara histologis terdiri dari suatu lamina basal yang tipis, sel-sel
Muller dan sel kerucut.8

Gambar 5. Topografi Makula


Foveola merupakan area pusat cekungan di dalam fovea, dengan lokasi ± 4 mm kearah
temporal dan ± 0,8 mm ke inferior dari pusat papil optik, dengan diameter sekitar 0,35 mm dan
ketebalan sekitar 0,10 mm pada pusatnya. Berisi sel-sel kerucut, sel-sel Muller dan sel-sel
glial.8,9,10 Di daerah sentral makula adalah Fovea Avaskular Zone (FAZ), area kecil berbentuk
konkaf tanpa kapiler-kapiler retina dan terdiri atas sel-sel kerucut.10
Fovea terletak di tengah-tengah makula yang ditandai oleh daerah cekungan permukaan
retina bagian dalam dengan diameter sekitar 1,5 mm. Pada daerah ini sel kerucut akan
terdorong ke arah tepi, lapisan pleksiforma luar (lapisan Henle) menjadi horizontal, sedangkan
serat sel Muller tersusun secara miring. Fotoreseptor yang terdapat di fovea hanyalah sel-sel
kerucut. Fotoreseptor batang dikecualikan dari retina luar foveal ("zona bebas batang").
Akibatnya, foveola hanya mengandung fotoreseptor kerucut dan beberapa sel Muller.
Kepadatan sel kerucut di fovea kurang lebih 150.000 sel/mm2 dan semakin ke perifer semakin

8
sedikit hingga mencapai 5.000 sel/mm2. Fovea mewakili wilayah retina ketajaman visual
terbesar. Secara klinis, ini diakui oleh refleks foveal, menumpulkan atau kehilangan yang dapat
mengindikasikan penyakit makula dini.1
Fovea tidak mengandung kapiler retina (zona foveal avascular [FAZ]), membuat fovea
tergantung pada suplai darah dari choriocapilaris. Sejauh mana FAZ dapat digambarkan
dengan akurasi hanya dengan fluorescein angiography. Pembuluh darah retina dari retina
sementara tidak melintasi fovea pusat tetapi melengkung di sekitarnya.1

Gambar 6. diameter macula

Istilah makula berasal dari kata “macula lutea“ yang berarti bintik kuning, dikarenakan
adanya warna kekuningan akibat pigmen karotenoid (xantophyl).8,9,10 Terdapat dua pigmen
utama didalam makula yaitu zeaxanthin dan lutein. Rasio lutein dibanding zeaxanthin pada
area sentral adalah 1 : 2,4 (sepanjang radius 0,25 mm dari fovea) dan berangsur meningkat
menjadi 2 : 1 pada area perifer (2,2-8,7 mm dari fovea).10
Secara histologis, makula terdiri dari 5 lapisan, yaitu membran limitan interna, lapisan
fleksiformis luar (lapisan ini lebih tebal dan padat di daerah makula karena akson sel batang
dan sel kerucut menjadi lebih oblik saat mening- galkan fovea dan dikenal sebagai lapisan
serabut Henle), lapisan nukleus luar, membran limitan eksterna, dan sel-sel fotoreseptor.10
Sel batang dan kerucut merupakan sel fotoreseptor yang sensitif terhadap cahaya. Sel-
sel ini memiliki 2 segmen yaitu segmen luar dan segmen dalam. Segmen luar (terdiri dari
membran cakram yang berisi pigmen penglihatan) berhubungan dengan epitel pigmen retina.
Sel epitel pigmen retina akan memfagositosis secara terus menerus membran cakram, sisa
metabolisme segmen luar yang telah difagositosis oleh epitel pigmen retina disebut
lipofusin.13,14,15

9
Sel epitel pigmen retina memiliki aktivitas metabolisme yang tinggi, dengan ber
tambahnya usia, pigmen lipofusin makin bertambah, akibatnya akan mengganggu pergerakan
nutrien dari pembuluh darah koroid ke epitel pigmen retina dan sel fotoreseptor.16 Vaskularisasi
makula disuplai oleh arteri retina sentralis, korio kapiler, arteri silio retina yang berjalan dari
papil nervus optikus ke makula.8,10

2.2.2. Embriogenesis Makula

Meskipun makula terbentuk sangat awal selama ontogenesis, makula membutuhkan


waktu lebih lama daripada retina perifer untuk matang secara histologis dan fungsional.
Pengembangan makula dini berdasarkan tiga fitur ophthalmoscopic yang dapat diamati: ada
atau tidak ada pigmentasi makula, refleks annular, dan refleks foveolar. Pigmentasi makula
dimulai pada minggu ke-34 dan memunculkan refleks annular dan foveolar pada minggu ke-
42 usia kehamilan. Diperkirakan bahwa peningkatan pigmentasi mencerminkan perubahan
dalam lapisan RPE dan mungkin karena peningkatan kepadatan dan ketebalan sel RPE (Retinal
Pigment Epithelium) di daerah makula, sedangkan pengembangan refleks annular dan foveolar
mencerminkan maturasi struktural makula dan foveola.8,9

2.2.3. Fisiologi Makula


Fungsi utama mata adalah memfokuskan berkas cahaya dari lingkungan ke sel
fotoreseptor retina, yaitu sel batang dan sel kerucut. Fotoreseptor kemudian mengubah energi
cahaya menjadi sinyal listrik untuk ditransmisikan ke sistem saraf pusat. Saraf retina terdiri
dari tiga lapisan sel yang peka rangsang yaitu :
1) Lapisan paling luar (paling dekat dengan koroid) yang mengandung sel batang
dan sel kerucut,
2) Lapisan tengah sel bipolar,
3) Lapisan dalam sel ganglion. Akson-akson sel ganglion menyatu membentuk
saraf optik, yang keluar dari retina tidak tepat di bagian tengah. Titik di retina
tempat saraf optik keluar dan pembuluh darah berjalan disebut diskus optikus.10

Bila sel batang ataupun sel kerucut terangsang, sinyal akan dijalarkan melewati lapisan
ganglion dan bipolar sebelum mencapai fotoreseptor di semua bagian retina kecuali di fovea.
Di fovea, yaitu cekungan yang terletak tepat di tengah retina, lapisan ganglion dan bipolar
tersisih ke tepi sehingga cahaya langsung mengenai fotoreseptor.10 Fovea terutama berfungsi

10
untuk penglihatan cepat dan rinci. Fovea sentralis dengan diameter hanya 0,3 milimeter,
hampir seluruhnya terdiri atas sel-sel kerucut.7 Foveola adalah bagian paling tengah pada
fovea, di sini fotoreseptornya adalah sel kerucut, dan bagian retina paling tipis.9 Daerah tepat
di sekitar fovea, makula lutea juga memiliki konsentrasi sel kerucut yang tinggi dan ketajaman
baik.
Makula berfungsi dalam penglihatan sentral; menentukan bentuk detil suatu objek
(tajam penglihatan), penglihatan warna serta lapang pandangan sentral. Bila cahaya dengan
spektrum 400-700 nm (nanometer) diabsorpsi oleh pigmen sel fotoreseptor retina maka akan
timbul proses biokimia yang memulai suatu potensial elektrik. Potensial elektrik ditingkatkan
dan dimodulasi di retina kemudian diteruskan ke otak dimana persepsi terjadi. Rangsangan
yang terus menerus dimungkinkan bila pigmen fotoreseptor diganti terus menerus. Bila reaksi
biokimia dihambat maka impuls saraf juga akan berhenti secara bersamaan.1

Fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Segmen luar (paling dekat dengan koroid), bagian ini mendeteksi rangsangan
cahaya. Segmen ini, berbentuk batang pada sel batang dan kerucut pada sel kerucut,
2. Segmen dalam, yang terletak di bagian tengah fotoresetor. Bagian ini mengandung
perangkat metabolik sel,
3. Terminal sinaps, yang terletak paling dekat dengan bagian interior mata, menghadap
ke sel bipolar. Bagian ini menyalurkan sinyal yang dihasilkan fotoreseptor karena stimulasi
cahaya ke sel-sel selanjutnya di jalur penglihatan.9
Segmen luar terdiri dari tumpukan lempeng-lempeng membranosa gepeng yang
mengandung banyak molekul fotopigmen peka cahaya. Fotopigmen mengalami perubahan
kimiawi ketika diaktifkan oleh sinar. Perubahan yang dipicu oleh cahaya dan pengaktifkan
fotopigmen ini melalui serangkaian tahap menyebabkan terbentuknya potensial reseptor yang
akhirnya menghasilkan potensial aksi. Potensial aksi menyalurkan informasi ini ke otak untuk
pemprosesan visual.9
Fotopigmen terdiri dari dua komponen :
1. Opsin yang merupakan suatu protein,
2. Retinen, suatu turunan vitamin A yang terikat di bagian dalam molekul opsin.
Retinen adalah bagian fotopigmen yang menyerap cahaya
Terdapat empat fotopigmen berbeda, satu di sel batang dan masing- masing satu di
ketiga jenis sel kerucut. Keempat fotopigmen ini menyerap panjang gelombang sinar yang
berbeda-beda.19 Bahan kimia yang peka cahaya dalam sel batang disebut rodopsin; tiga bahan

11
kimia peka cahaya dalam sel kerucut, disebut pigmen warna merah, hijau dan biru, mempunyai
komposisi sedikit berbeda dari rhodopsin.20
Retina mengandung sel batang 30 kali lebih banyak daripada sel kerucut (100 juta sel
batang dibandingkan 3 juta sel kerucut per mata). Sel kerucut lebih banyak di makula lutea
pada bagian tengah retina. Dari titik ini keluar, konsentrasi sel kerucut berkurang dan
konsentrasi sel batang meningkat. Sel batang paling banyak di perifer. Perbedaan antara sel
batang dan sel kerucut adalah sel kerucut memberi penglihatan warna sedangkan sel batang
memberi penglihatan hanya dalam bayangan abu-abu. Sel kerucut memiliki sensitivitas rendah
terhadap cahaya, “dinyalakan” hanya oleh sinar terang siang hari, tetapi sel ini memiliki
ketajaman (kemampuan membedakan titik yang berdekatan) tinggi. Manusia menggunakan sel
kerucut untuk penglihatan siang hari, yang berwarna dan tajam. Sel batang memiliki ketajaman
rendah tetapi sensitivitasnya tinggi sehingga sel ini berespons terhadap sinar temaram malam
hari.9,10
Sel kerucut pada retina merupakan komponen penting untuk melihat warna. Setiap jenis
sel kerucut sensitif terhadap panjang gelombang yang berbeda. Pada sel kerucut mata orang
yang normal memiliki tiga jenis pigmen yang dapat membedakan warna.21 Ketiga macam
pigmen tersebut sensitif terhadap cahaya. Penglihatan warna yang normal pada manusia ini
disebut juga dengan trikromatik. Sifat absorbsi dari pigmen yang terdapat di dalam ketiga
macam sel kerucut itu menunjukkan bahwa puncak absorbsi pada gelombang cahaya berturut-
turut sebagai berikut :
a) 420 nm: sel kerucut biru atau "S" kerucut untuk panjang gelombang pendek
(short-wavelength light),
b) 530 nm: sel kerucut hijau atau "M" kerucut untuk panjang gelombang
menengah (middle-wavelength light),
c) 560 nm: merah kerucut atau " L" kerucut untuk gelombang panjang (long-
wavelength light) (Deeb dan Motulsky, 2011).

12
Gambar 7. wavelength light

Penglihatan warna, presepsi berbagai warna, bergantung pada berbagai rasio stimulasi
ketiga tipe sel kerucut terhadap bermacam-macam panjang gelombang tertentu dari sinar yang
sampai ke fotoreseptor retina.4 Panjang gelombang ini juga merupakan panjang gelombang
untuk puncak sensitivitas cahaya untuk setiap tipe sel kerucut, yang dapat mulai digunakan
untuk menjelaskan bagaimana retina dapat membedakan warna.10 Misalnya panjang
gelombang yang terlihat sebagai biru tidak merangsang sel kerucut merah atau hijau sama
sekali tetapi merangsang sel kerucut biru secara maksimal.9
Bila panjang gelombang elektromagnetik yang diterima terletak di antara kedua pigmen
sel kerucut, maka akan terjadi penggabungan warna. Masukan-masukan warna tersebut di
kombinasikan dan diproses pada pusat penglihatan warna di korteks penglihatan primer pada
otak dan inilah yang akan menghasilkan presepsi warna. 8

13
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Retina adalah bagian mata yang sensitif terhadap cahaya yang terletak di segmen
posterior mata. Retina memiliki 10 lapisan, yang terdiri dari (dari luar ke dalam): Epitel
pigmen, Batang dan kerucut, Membran limitans eksterna, lapisan inti luar,lapisan pleksiform
luar,lapisan inti dalam, lapisan pleksiform dalam,lapisan sel ganglion,lapisan serabut saraf,
membran limitans interna.

Pada retina terdapat dua buah bintik yaitu bintik kuning (fovea) dan bintik buta
(blind spot). Pada bintik kuning (fovea) terdapat sejumlah sel saraf kerucut sedangkan pada
bintik buta sel saraf batang maupun kerucut tidak dijumpai. Suatu objek dapat dilihat dengan
jelas apabila bayangan objek tersebut jatuh tepat di fovea. Dalam hal ini lensa mata akan
bekerja otomatis untuk memfokuskan bayangan objek tersebut sehingga tepat jatuh pada
bagian fovea.
Makula merupakan terletak di retina bagian polus posterior di antara arteri retina
temporal superior dan inferior, makula lutea dapat dibagi menjadi : Foveola, Fovea,Wilayah
perifoveal, Wilayah para foveal.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. http://jurnal/repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/44075/Chapter%20II.pd
f/ Vaughan & Asbury’s general ophthalmology, 2007 sequence/.
2. Hardy RA,. Retina dan Tumor Intraokuler. Dalam : Vaughan D.G, Asbury T., Riordan
E.P, Editor. Oftalmologi Umum Edisi 14. Jakarta : Widya Medika. 2000.
3. Sidarta I,. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam : Ilmu Penyakit Mata Edisi kedua.
Jakarta : BP-FKUI. 2002.
4. Riordan-Eva, P & Witcher, JP (2008). Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology,
17th Edition. New York: McGraw-Hill Companies. Diterjemahkan: Diana Susanto.
2009. Oftalmologi Umum Vaughan &Asbury, Ed. 17. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
5. Guyton AC, Hall JE.2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah:
Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Laureen Sheerwood, 2011. Fisiologi Manusia Edisi 6. Jakarta: EGC
7. Junqueira L.C., J.Carneiro, R.O. Kelley. 2007. Histologi Dasar. Edisi ke-5.
Tambayang J., penerjemah. Terjemahan dari Basic Histology. EGC. Jakarta.
8. Kincaid MC, Green WR. Anatomy of the vitreous, retina, and choroid. In: Regillo CD,
Brown GC, Flynn HW, editors. Vitreoretinal disease: the essentials. New York: Thieme
Medical Publisher;1999:11-24.
9. Yanoff M. Macular pathology. In: Yannuzzi LA, Gitter KA, Schatz H, editors. The
macular: A comprehensive text and atlas. SA: Baltimore; 1979:3-13.
10. Regillo C, Chang TS, Johnson MW et al., Retina and Vitreous. Basic and Clinical
Science Course Section 12. American Academy of Ophthalmology. San Fransisco:
LEO, 2005 pp 7 - 12; 87 93

15

Anda mungkin juga menyukai