REFARAT
PENYUSUN :
Siti Ramdhani Yugie Prajamukti
PEMBIMBING :
dr. Nur Isra, Sp.KJ
1
2018
2
3
LEMBAR PENGESAHAN
Refarat yang berjudul “Skizofrenia Yang Tak Tergolong” yang dipersiapkan dan
disusun oleh :
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
Pembimbing
4
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................... i
Lembar pengesahan ................................................................................................ ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
2.1 Definisi .................................................................................................. 3
3.2 Epidemiologi ......................................................................................... 4
3.3 Etiologi .................................................................................................. 6
3.4 Patofisiologi .......................................................................................... 9
3.5 Gejala Klinis.......................................................................................... 13
3.6 Diagnosis ............................................................................................... 17
3.7 Diagnosis Banding ................................................................................ 22
3.8 Penatalaksanaan .................................................................................... 25
2.9 Prognosis ............................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37
5
BAB I
PENDAHULUAN
emosi, persepsi dan tingkah laku. Skizofrenia merupakan golongan psikosa yang
berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar
dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa.
Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25
tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden
skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di
nikotin. Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan perilaku
6
menyerang. Bunuh diri merupakan penyebab kematian pasien skizofrenia yang
terbanyak, hampir 10% dari pasien skizofrenia yang melakukan bunuh diri.
dari aspek psikofarmakologis, dan aspek psikososial. Hal ini berkaitan dengan
bulkan gangguan bersifat kompleks. Oleh sebab itu memerlukan penanganan dari
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya
atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif, dan perilaku. Secara umum, gejala
skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu gejala positif, gejala negatif,
nyata. Sering terjadi pada dewasa muda, ditegakkan melalui pengalaman pasien
dan dilakukan observasi tingkah laku, serta tidak dibutuhkan adanya pemeriksaan
laboratorium.
dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak
selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada
pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul
8
biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian.
mereda, namun hilang timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya.
Menurut Eugen Bleuler, skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah
belah, adanya keretakan atau disharmoni atara proses pikir, perasaan, dan
perbuatan.
2.2. EPIDEMIOLOGI
dunia. Skizofrenia terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama.
Gejala-gejala awal biasanya terjadi pada masa remaja atau awal dua puluhan. Pria
skizofrenia, sulit dilakukan. Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun dan
hampir semua hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada orang
dewasa dalam rentang yangsempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000 penduduk.
Ini merupakan temuan utama dari penelitian di 10-negara yang dilakukan oleh
9
Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan
lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15
telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih mungkin daripada wanita untuk
terganggu oleh gejala negatif dan wanita lebih mungkin memiliki fungsi sosial
yang lebih baik daripada laki-laki. Pada umumnya, hasil akhir untuk pasien
skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien
dunia. Secara historis, prevalensi skizofrenia di Timur Laut dan Barat Amerika
Bunuh diri (10%), penyakit-penyakit lain akibat pola hidup yang buruk,
b. ♂ = ♀:
Onset lebih awal dan gejala lebih buruk pada ♂, disebabkan karena
pengaruh estrogen.
d. Usia:
10
o Gejala-gejala dapat membaik perlahan pada usia pertengahan dan
lebih tua.
kronis.
2.3. ETIOLOGI
skizofrenia.
11
c. Neuroanatomy (abnormalitas struktur otak)
otak pasien.
Double Bind
12
orangtua yang melibatkan perebutan kekuasaan antara kedua
tua.
Ekspresi Emosi
pasien skizofrenia
ekonomi rendah.
13
4. Teori belajar
Menurut teori ini, orang menjadi skizofrenia karena pada masa kanak-
cara pikir yang tidak rasional dengan meniru dari orangtuanya, yang
2.4. PATOFISIOLOGI
gejala negatif.
14
Gambar 1. Mekanisme terjadinya gejala positif dan negative pada
gangguan psikotik
yaitu :
gerakan, EPS
pelepasan prolaktin.9
15
Gambar 2. Jalur-jalur dopaminergik9
saraf yang terletak di otak yang merupakan bagian dari sistem motor yang
belakang atau batang otak (sel tanduk anterior atau inti saraf kranial
reticular pons dan medula, dan neuron sasaran di sumsum tulang belakang
16
yang terlibat dalam refleks, penggerak, gerakan kompleks, dan kontrol
bagian dari sistem saraf pusat, termasuk nigrostriatal jalur, ganglia basal,
otak kecil, inti vestibular, dan daerah sensorik yang berbeda dari korteks
17
tengah kota, penyalahgunaan obat seperti amphetamine, stres yang
dan gejala positif. Gejala negatif berupa tindakan yang tidak membawa
selama wawancara.
primer dan sekunder (oleh Bleuler). Gejala primer adalah gejala pokok,
18
a. Gejala primer
diutarakan olehnya)
- Gangguan afek dan emosi (afek dan emosi dangkal, acuh tak
bersama-sama
otomatis)
19
berulang-ulang melakukan satu gerakan atau sikap, verbigerasi
orang lain)
b. Gejala sekunder
1. Fase premorbid
normative.
20
2. Fase prodromal
saat uncul simtom psikotik yang nyata. Fase ini dapat berlangsung
3. Fase psikotik
21
Pada fase stabil terlihat simptom negative dan residual dari
2.6. DIAGNOSIS
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas(dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala – gejala kurang tajam atau kurang jelas)
a) Thought
dalam pikirannya
lain mengetahui.
22
b) Delution
kekuatan
mukjizat.
c) Halusinasi auditorik
tubuh
23
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
menerus.
neologisme.
Adanya gejala – gejala khas tersebut diatas telah selama kurun waktu satu
24
minat, tak bertujuan, sikap malas, tak bertujuan, sikap berdiam diri, dan
Paranoid
Katatonik
Hebefrenik(disorganized)
Tak terinci(undifferentiated)
Residual
pasca skizofrenia
25
Kriteria diagnostic menurut DSM-IV yaitu:
Kriteria Diagnostik A:
untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang
1) Waham
2) Halusinasi
inkoheren)
kemauan(avolition)
Catatan: hanya satu gejala criteria A yang diperlukan jika waham adalah
mengkomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara
26
2.7. DIAGNOSIS BANDING
tanpa adanya gejala fisik yang jelas. Pada umumnya, pasien dengan
atau jarang atau adanya variasi dalam tingkat kesadara. Kedua, klinisi
27
termasuk riwayat gangguan medis, neurologist, dan psikiatrik. Ketiga,
28
singkat, dan gangguan skizoafektif. Gangguan skizofreniform berbeda
berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan
Gangguan Mood
mania dan depresi. Gejala afektif atau mood pada skizofrenia harus
Gangguan Kepribadian
29
Gangguan kepribadian, tidak seperti skizofrenia, mempunyai gejala
2.8. TATALAKSANA
A. Terapi Farmakologi
terdapat gejala psikotik atau agresif atau sulit tidur yang parah.
30
Namun tidak disarankan untuk memutuskan obat dan mengganti
dapat diberikan.
- Phenothiazine
Trifluoperazine , Fluphenazine
31
- Butyrophenone : Haloperidol
antagonist ).
- Benzamide : Supiride
Qeutiapine, Zotepine
Injeksi 5mg/ml
32
6 Aripiprazole Tablet 5 - 10 mg 10 – 30 mg/hari
Efek samping ini ada yang dapat di tolerir pasien, ada yang
lambat, ada yang sampai membutuhkan obat simptomatik untuk
meringankan penderitaan pasien.
33
Efek samping dapat juga irreversible : Tardive dyskinesia
(gerakan berulang involunter pada: lidah, wajah, mulut/rahang, dan
anggota gerak, dimana pada waktu tidur gejala tersebut
menghilang). Biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang
(terapi pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini
tidak berkaitan dengan dosis obat anti-psikosis.
Interaksi Obat
34
B. Terapi psikososial
Terapi kelompok
35
Terapi perilaku kognitif telah digunakan pada pasien
Psikoterapi individual
36
tahun. Tipe psikoterapi fleksibel yang disebut terapi personal
2.9. PROGNOSIS
munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan
a. Keluarga
37
dari keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang
b. Inteligensi
pentingnya pengobatan.
c. Pengobatan
serta Clozapine.
d. Reaksi Pengobatan
e. Stressor Psikososial
38
Dengan semakin bertambah meningkatnya perkembangan
skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan mempunayi dampak yang
positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir atau
f. Kekambuhan
g. Gangguan Kepribadian
39
disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang
h. Onset
yang lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki
i. Proporsi
mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk
j. Perjalanan penyakit
prognosisnya lebih baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif
k. Kesadaran
40
Prognosis Baik Prognosis Buruk
41
DAFTAR PUSTAKA
2010.
DSM- 5. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2013
7. Amir N. Dalam Buku ajar psikiatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2013
42