Abstract. This article is the first-phased report of a research through a testing of cognitive
behavioral therapy module. The subjects involved in this research were 27 students who
were experiencing mild to moderate depression. The research design was experiment
with a pretest and posttest group. Instruments used in this study were Back Depression
Inventory-II (BDI-II), Automatic Thought Questionnaire (ATQ), Dysfunctional Attitude Scale
(DAS). The data was analized using paired t-test. Based on qualitative analysis, the results
showed that in general it was easy for the students to understand and do the module
independently. This module was very helpful for them in managing thoughts and feelings
and specifically in the automatic negative thoughts, dysfunctional thinking, and rules.
Nevertheless, this module did not cover the core belief. The results of the t test (t (25)=9.2;
p<0.001) indicated that the Self-Help Cognitive Behavioral Therapy module could reduce
the level of depression, automatic negative thoughts and dysfunctional thoughts.
Keywords: Cognitive Behavior Therapy, depression, self-help, web-based program
Abstrak. Laporan penelitian ini adalah laporan tahap pertama yang berupa uji coba
modul Terapi Kognitif Perilaku. Subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 27
mahasiswa yang mengalami depresi ringan sampai sedang. Rancangan penelitiannya
adalah eksperimen dengan satu kelompok pra dan purna uji. Alat ukur yang digunakan
adalah Back Depression Inventory-II, Automatic Thought Questionnaire, Dysfunctyional
Attitude Test. Analisis data yang digunakan adalah paired t-test. Secara kualitatif hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara umum modul yang dibuat mudah dipahami dan
bisa dilakukan secara mandiri oleh subjek. Secara umum modul ini sangat membantu
subjek dalam mengelola pikiran dan perasaan. Secara spesifik, modul ini sangat
membantu dalam hal pengelolaan pikiran negatif otomatis, cara berpikir yang salah, dan
rules, tetapi belum sampai pada core belief. Hasil uji t (t(25)=9,2; p<0,001) menunjukkan
bahwa Modul Bantu Diri Terapi Kognitif Perilaku bisa menurunkan tingkat depresi,
pikiran negatif otomatis, dan pikiran disfungsional.
Kata kunci: Terapi Kognitif Perilaku, depresi, bantu diri, program berbasis web
78 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI
JURNAL PSIKOLOGI 79
SUSANA, DKK.
ketika ia mengalami peristiwa hidup yang perasaan dan perilaku. Intensitas perasaan
menekan (McGinn, 2000). Oleh karena itu negatif yang berkurang akan berdampak
mengubah cara berpikir menjadi lebih pada berkurangnya kecenderungan mun-
adaptif merupakan salah satu alternatif culnya pikiran yang disfungsional. Oleh
untuk menurunkan kecenderungan de- karena itu urutan dalam upaya pengu-
presi. rangan gejala depresi bisa dimulai dari
Meskipun pada awalnya Beck pikiran, tetapi bisa juga dimulai dari pera-
mengembangkan teori bahwa proses saan atau perilaku (Beck dalam Dowd,
berpikir dan isi pikiran berkaitan dengan 2004).
depresi, tetapi Beck, dkk. (dalam Dowd, Jadi terapi kognitif perilaku berfokus
2004) tidak juga mengklaim bahwa pada pemrosesan informasi dan perilaku
pikiran-pikiran disfungsionalah penyebab yang bersifat depresif. Aspek yang diinter-
utama depresi. Ada peran faktor biologis, vensi adalah kognisi, pikiran/emosi
sosial, dan psikologis sebagai penyebab (termasuk reaksi fisiologis), dan perilaku.
depresi. Beck menyatakan bahwa lingkar- Pada ranah kognisi, subjek belajar mene-
an hubungan antara pikiran, perasaan rapkan teknik merestrukturisasi kognisi
atau emosi, dan perilaku menghasilkan sehingga cara berpikirnya menjadi lebih
lingkaran sindrom depresi. Lingkaran logis dan adaptif. Pada saat melakukan
hubungan antara pikiran-perasaan/emosi- identifikasi dan restrukturisasi pikiran
perilaku inilah yang memperkuat gejala- disfungsional, individu harus mampu
gejala depresi yang diderita oleh seseo- memeriksa pikiran otomatis yang muncul
rang. Menurut teori ini, pikiran disfung- sebagai sebuah gejala psikologis, bukan
sional bisa memunculkan perasaan/emosi sebagai fakta atau realitas. Kemampuan
tertentu, yang akhirnya diikuti oleh peri- ini oleh Beck disebut sebagai decentering.
laku atau tindakan yang selaras dengan Kemampuan decentering ini diajarkan
pikiran dan perasaan yang muncul. dalam bentuk mencari fakta objektif dari
Demikian halnya, perasaan atau emosi pikiran dan perasaan. Dari pencarian fakta
negatif bisa memunculkan pikiran dis- ini diharapkan muncul kesadaran atau
fungsional yang akhirnya menghasilkan pencerahan bahwa apa yang selama ini
perilaku tertentu. Perilaku yang tidak diyakini sebagai kebenaran, ternyata ha-
adaptif juga bisa menghasilkan perasaan nyalah berupa asumsi, keyakinan, pikiran,
atau emosi negatif dan akhirnya memun- atau perasaan yang bersifat subjektif.
culkan pikiran disfungsional. Oleh karena
Dalam perkembangan selanjutnya,
itu dalam menangani klien depresi, Beck
ketika teori mindfulness yang berakar dari
dan kawan-kawan mengembangkan pen-
ajaran Budhisme, mulai dikenal kembali di
dekatan kognitif-perilaku.
Barat dan dikembangkan oleh Kabat-Zinn
Dalam terapi kognitif perilaku, gejala pada tahun 1980-an (dalam Fruzetti &
depresi atau kecemasan bisa dikurangi Erikson, 2010), maka salah satu cara mela-
dengan langkah pertama memulai dari kukan decentering bisa melalui kegiatan-
merestrukturisasi pikiran yang disfung- kegiatan atau latihan-latihan memusatkan
sional. Asumsinya perubahan pikiran perhatian dengan cara-cara tertentu yang
akan menyebabkan terjadinya perubahan bertujuan untuk menyadari saat ini dan
perasaan/emosi dan perilaku. Tetapi tidak bersifat bebas penilaiaan (Kabat-Zinn da-
jarang pula gejala depresi akan berkurang lam Idusohan-Moizer, Sawicka, Dendles,
ketika intervensi dimulai dari pengolahan & Albany (2013).
80 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI
JURNAL PSIKOLOGI 81
SUSANA, DKK.
terapi yang bersifat bantu diri, bahkan bantu diri. Sementara itu bagi penderita
dengan berkembangnya teknologi digital, depresi berat dan juga disfungsional pikir
TKP mulai berkembang menjadi program berat, Burns menganjurkan untuk melaku-
bantu diri berbasis web (Clarke, dkk., kan terapi tatap muka dengan psikotera-
2009). Studi meta-analisis yang dilakukan pis.
oleh Andersson dan Cuijpers (2009) Setelah melihat persoalan penanganan
menunjukkan bahwa tritmen berbasis web depresi di Indonesia yang masih belum
ini secara empiris cukup menjanjikan. bisa menjangkau sebagian besar penderita,
Menurut Berger, dkk. (2011) metode besarnya manfaat terapi kognitif perilaku
TKP berbasis web ini mampu mengatasi berbasis internet/web, dan belum banyak
beberapa hambatan untuk mendapatkan dikembangkannya program yang interak-
pelayanan langsung dari psikolog, yaitu tif, maka terbuka peluang untuk mengem-
terbatasnya jumlah klinisi, stigma, kesu- bangkan modul TKP bantu diri yang
litan berkonsultasi karena kesibukan, dan bersifat interaktif. Penelitian ini bertujuan
beaya. Mengingat Indonesia juga tidak merancang dan mengujicobakan modul
terlepas dari hambatan-hambatan seperti TKP bantu diri yang nantinya akan dikem-
yang diungkapkan Berger dkk., misalnya bangkan menjadi terapi kognitif perilaku
keberadaan psikolog klinis ataupun yang bersifat interaktif dan berbasis web
psikiater masih dibawah rasio ideal yaitu yang akan sangat membantu upaya pence-
0,22:100 ribu, padahal standar yang diberi- gahan dan tindakan kuratif bagi penderita
kan oleh WHO sebesar 1:30 ribu. (Retno- depresi ringan maupun sedang di Indo-
wati, 2011; “Tinas Psikologi”, 2012), maka nesia.
pengembangan TKP yang bersifat bantu
diri baik yang berbasis web maupun tidak,
Metode
sangat dibutuhkan.
Di Indonesia, program bantu diri Penyusunan modul TKP bantu diri
untuk depresi baik yang berupa buku
Tahap pertama, dilakukan penyusun-
maupun yang berbasis internet masih
an modul oleh peneliti. Beberapa referensi
belum banyak dikembangkan. Program
yang menjadi dasar untuk penyusunan
bantu diri berbasis internet yang dikem-
modul adalah: (1) Burns, (1988) yang
bangkan di Indonesia masih berupa web
berjudul Terapi kognitif: Pendekatan baru
atau blog yang berisi biblioterapi, tips,
bagi penanganan depresi (Santoso, terj.).
skala sederhana, dan beberapa kuis sing-
Jakarta: Penerbit Erlangga. (karya asli
kat. Padahal hasil penelitian Clarke, dkk.
terbit 1980). (2) Neenan, M., & Dryden, W.
(2009) menunjukkan bahwa program yang
(2004). Cognitive Therapy: 100 key points &
berisi tutorial interaktif yang memberikan
techniques. New York: Brunner-Routledge,
umpan balik secara personal mirip dengan
terapi tatap muka merupakan elemen dan (3) www.get.gg/selfhelpassist.htm.
yang paling efektif. An Introductory self help course in Cognitive
Behavior Therapy. Carol Vivyan 2009-2013.
Pengembangan program bantu diri
berbasis web ini akan sangat berguna bagi Buku karya Burns (1988) serta Neenan
penderita gangguan depresi ringan dan dan Dryden (2004) dipilih karena kedua
sedang. Menurut Burns (1988), penderita buku ini mendasarkan tulisannya pada
depresi ringan sampai sedang masih bisa teori Beck sebagai pencetus teori dan
dan akan mendapat manfaat dari program terapi kognitif perilaku. Sementara TKP
82 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI
bantu diri Vivyan di pilih karena ia duk”, 2012; “Tinas Psikologi”, 2012; )
mengembangkan TKP bantu diri berbasis prevalensi gangguan mental emosional
web dan berisi: (1) pelatihan keterampilan (kecemasan dan depresi) orang Indonesia
praktis untuk mengubah suasana hati berumur 15 tahun ke atas mencapai 11,6%
yang berkaitan dengan pikiran dan peri- dan 0,46% lainnya mengalami gangguan
laku, dan (2) memberikan latihan-latihan jiwa berat; (2) Menurut teori Piaget per-
yang berdasarkan integrasi pikiran-tubuh kembangan kognitif seseorang yang beru-
(mind-body integration skill). sia 18 tahun ke atas sudah mencapai tahap
Pada proses penyusunan modul, operasional formal atau mampu berpikir
peneliti berdiskusi dan berkonsultasi abstrak; (3) mahasiswa di Indonesia pada
dengan beberapa ahli yaitu psikolog klinis umumnya adalah pengguna internet seca-
yang juga seorang akademisi. Ahli yang ra aktif, maka lebih sesuai sebagai media
dilibatkan dalam penilaian modul ini uji coba pengembangan modul yang nan-
sudah melakukan praktik klinis lebih dari tinya akan dibuat berbasis internet/web.
20 tahun dan juga bersertifikat sebagai Subjek yang diikutsertakan dalam
Terapis Kognitif Perilaku. penelitian ini adalah mahasiswa yang
mengalami depresi ringan sampai sedang
Subjek (skor depresi dengan skala BDI-II berkisar
antara 17 - 30, dan tidak mempunyai gejala
Subjek penelitian yang dilibatkan
bunuh diri). Rata-rata skor depresi subjek
dalam penelitian ini berjumlah 27 (8 laki-
adalah 23,37 (SD=5,1). Penetapan batas
laki dan 19 perempuan). Tidak seimbang-
skor depresi dengan BDI-II sebesar 17 – 30
nya jumlah laki-laki dan perempuan ini
dan tidak mempunyai gejala bunuh diri,
merupakan cerminan dari kenyataan
didasarkan pada peneltian Ginting, dkk.
bahwa kecenderungan perempuan untuk
(2013) bahwa skor batas untuk depresi
menderita depresi lebih tinggi dibanding-
sedang di Indonesia adalah 17, dan juga
kan laki-laki. Studi internasional (American
kriteria yang dibuat oleh Burns (1988).
Psychiatric Association, 2003; Goldman,
Semua subjek bukanlah pasien depresi
1999; Immerman & Mackey, 2003; Kane &
yang sudah mendapatkan diagnosis dari
Garber, 2004; Mackey & Immerman, 2000;
psikolog atau psikiater dan tidak sedang
NIMH, 2006) menunjukkan bahwa preva-
menjadi pasien untuk mendapatkan terapi
lensi perempuan untuk menderita depresi
atau intervensi psikologis maupun medis.
dan somatisasi lebih tinggi dibandingkan
Mereka juga tidak mengalami gejala-gejala
laki-laki. WHO (2001) melaporkan bahwa
psikotik, seperti waham, halusinasi, keru-
pada tahun 2000, prevalensi depresi uni-
sakan berpikir logis. Kriteria ini didasar-
polar pada perempuan sebesar 3,2% dan
kan pada ketentuan yang dibuat oleh para
laki-laki 1,9%; sedangkan untuk episode
ahli (American Psychiatric Association, 2003;
depresi, prevalensi perempuan sebesar
Burns, 1988; Munoz, dkk., 2000) bahwa
9,5% dan laki- laki sebesar 5,8%.
TKP, terutama yang bersifat bantu diri
Mereka adalah mahasiswa dengan lebih sesuai untuk orang yang mengalami
rata-rata usia 20,44 tahun (SD=3,82). Pemi- depresi ringan sampai sedang dan tidak
lihan subjek yang berstatus mahasiswa mengalami gangguan mental lain seperti
dan berusia 18 tahun ke atas ini didasar- psikotik, gangguan kepribadian, kecan-
kan pada pertimbangan sebagai berikut: duan alkohol atau obat-obatan terlarang.
(1) di Indonesia, berdasarkan laporan Riset Untuk penderita depresi berat dan disertai
Kesehatan Dasar 2007 (“Jumlah Pendu-
JURNAL PSIKOLOGI 83
SUSANA, DKK.
84 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI
BDI-II dengan skala lain yang mengukur harapan dan harga diri negatif, harga diri
gejala-gejala sejenis yaitu dengan Type D rendah, dan ketidakberdayaan. ATQ
Personality Scale (DS14, mengukur kecen- mengukur seberapa sering seseorang
derungan karakteristik kepribadian yang mempunyai pikiran negatif, dengan lima
mengarah pada afek negatif dan inhibisi skala yaitu dari tidak pernah (1) sampai
sosial) (r=0,52; p<0,01), Basic Anxiety selalu (5). Rentang skor total yang
Inventory (BAI, mengukur kecemasan) diperoleh berkisar antara 30 – 150. Dari
(r=0,52, p<0,01) dan berkorelasi negatif beberapa penelitian (misalnya Hollon &
dengan skala yang mengukur kondisi Kendal, 1980 memperoleh α=0,97; Harrell
yang berlawanan dengan depresi, yaitu & Ryon, 1983 memperoleh α=0,98; Kazdin,
dengan Multidimensional Scale of Perceived 1990 memperoleh α=0,94) ATQ menun-
Social Support (MSPSS, mengukur persepsi jukkan konsistensi internal yang sangat
terhadap dukungan sosial) (r=-0,39, p<0,01) tinggi. Hasil perhitungan peneliti juga
dan Life Orientation Test-Revised version menunjukkan bahwa ATQ mempunyai
(LOT-R, mengukur optimisme) (r=-0,46, konsistensi internal yang tinggi yang
p<0,01). Uji coba yang dilakukan peneliti ditunjukkan oleh koefisen Alpha Cronbach
juga menunjukkan hal yang sama, yaitu sebesar 0,95. ATQ mempunyai validitas
BDI-II berkorelasi positif dengan skala diskriminan yang baik, yaitu mampu
CDS (Carroll Depression Scales) (r=0,72; membedakan antara pasien yang depresi
p<0,01), skala CES-D (Center for Epidemio- dan nondepresi (Hollon & Kendal, 1980;
logic Studies Depression Scale) (r=0,74; Harrell & Ryon, 1983; Kazdin, 1990). Hasil
p<0,01), ATQ (Automatic Thoughts Question- uji validitas konvergen (concurrent validity)
naire, mengukur pikiran negatif) (r=0,71; yang dilakukan peneliti dan hasil-hasil
p<0,01), dan DAS (Disfunctional Attitude penelitian sebelumnya (Harrell & Ryon,
Scale, mengukur sikap yang disfungsional) 1983; Kazdin, 1990) menunjukkan bahwa
(r=0,35; p<0,01), dan berkorelasi negatif ATQ berkorelasi dengan konstruk yang
dengan skala yang mengukur kebahagiaan sama yaitu dengan BDI-II, MMPI-D, DAS,
(SHS=Subjective Happiness Scale) (r=-0,48; CES-D, CDS, aneka pengukuran disfungsi
p<0,001). Penelitian Ginting, dkk. (2013) pikiran. Dari uji coba penelitian ini ATQ
menunjukkan bahwa BDI-II mampu mem- juga mempunyai validitas diskriman yang
bedakan antara individu yang depresi dan baik, yaitu berkorelasi negatif dengan
tidak depresi dan mempunyai konsistensi skala kebahagiaan (r=-0,52; p<0,01).
internal 0,90 serta reliabiltas tes ulang Dysfunctional Attitude Scale (DAS).
sebesar 0,55 (p<0,01). DAS merupakan alar ukur yang dirancang
Automatic Thoughts Questionnaire untuk mengidentifikasi penyimpangan
(ATQ). ATQ merupakan alat ukur yang kognisi, yang mungkin sebagian penyim-
berisi 30 aitem yang digunakan untuk pangan ini berkaitan dengan depresi
mengukur frekuensi pikiran negatif (Weissman & Beck, 1978). Skala ini berisi
otomatis tentang diri (Hollon & Kendall, 40 aitem yang dikembangkan atas dasar
1980). Pikiran-pikiran negatif ini mempu- model terapi kognitif Beck dan berisi
nyai peran penting dalam mengembang- empat faktor mendasar, yaitu: perfek-
kan dan memelihara aneka psikopatologi, sionisme, mencari perhatian orang lain
termasuk depresi. ATQ mengukur empat (konfirmasi), mencari kepuasan orang lain,
aspek pikiran otomatis, yaitu salah suai dan evaluasi fungsional (Ebrahimi, dkk.,
personal dan keinginan untuk berubah, 2012). Setiap jawaban akan diberi skor
JURNAL PSIKOLOGI 85
SUSANA, DKK.
berdasarkan tujuh skala, yaitu; (1) sangat mengubah perilaku, menjaga jarak dengan
tidak setuju sampai (7) sangat setuju. Skor pikiran (mind-body medicine) dan memper-
terendah yang diperoleh adalah 40 dan tahankan kondisi positif. Berikut adalah
skor tertinggi 280. Penelitian Ciarrochi dan penjelasan per bagian modul.
Bilich (2006) menunjukkan bahwa DAS Pengantar terdiri dari pemahaman
mempunyai konsistensi internal yang konsep depresi, hubungan antara pikiran-
baik, yaitu koefisien alpha-nya berkisar perasaan-perilaku-respon fisiologis, dan
antara 0,84 – 0,92. Hasil uji konsistensi terapi kognitif perilaku. Pada bagian
internal pada penelitian ini juga menun- pengantar ini kegiatan terdiri dari pema-
jukkan hal yang sama, yang ditunjukkan haman diri dan pemahaman kognitif. Oleh
oleh koefisen alpha sebesar 0,874. Dari uji karena itu pada bagian awal individu akan
tes ulang, DAS juga menunjukkan relia- diminta melakukan asesmen diri.
bilitas yang baik, yaitu berkisar antara 0,80
Setelah memahami diri, persoalan,
– 0,92 (Ciarrochi & Bilich, 2006). Validitas
dan bagaimana persoalan tersebut mun-
konvergen (concurrent validity) yang diper-
cul, maka pada bagian kedua individu
oleh dari penelitian ini menunjukkan
akan diajak untuk memahami pikiran,
bahwa DAS berkorelasi positif dengan
mengevaluasi, dan mengubah pikiran
beberapa skala yang mengukur konstruk
menjadi lebih konstruktif. Sama seperti
yang serupa, yaitu dengan ATQ (r=0,48;
pada bagian pengantar, bagian kedua ini
p<0,01), BDI-II (r=0,35; p<0,01), CDS
juga berisi kegiatan pemahaman diri,
(r=0,47; p<0,01), CES-D (r=0,41; p<0,01).
latihan, dan pemahaman konsep.
DAS juga mempunyai validitas diskrimi-
nan yang baik, yaitu mampu membedakan Bagian ketiga berupa perubahan
antara individu yang depresi dan nonde- melalui perilaku. Pada bagian ini individu
presi (Ciarrochi & Bilich, 2006) dan ditun- diajak untuk melakukan kegiatan-kegiatan
jukkan dari korelasi negatif DAS dengan positif yang bisa meningkatkan perasaan
skor skala kebahagiaan (r=- 0,50; p<0,01). bermakna.
Bagian keempat berisi latihan menjaga
Modul Bantu Diri Terapi Kognitif Perilaku jarak dengan pikiran, menerima pikiran
Modul ini sebagian besar merupakan dan perasaan, serta mengurangi reakti-
hasil pengembangan dari modul bantu vitas terhadap pikiran dan perasaan. Di
diri berbasis web yang disusun oleh sini dilatihkan aneka latihan kesadaran,
Vivyan ditambah dengan beberapa peng- relaksasi, dan meditasi.
ukuran pikiran disfungsional dan gejala Bagian kelima berisi tentang strategi
depresi, beberapa teknik dari buku bantu mempertahankan kondisi positif. Dengan
diri Burns (1988) dan terapi kognitif yang keterampilan ini diharapkan individu bisa
ditulis oleh Neenan dan Dryden (2004). mengurangi risiko kembali ke kondisi
Pemilihan referensi-referensi tersebut depresi.
didasarkan pada pertimbangan bahwa
acuan tersebut sesuai dengan grand theory Rancangan uji coba modul
yang digunakan yaitu teori Beck tentang Modul diujicobakan pada subjek yang
depresi dan teori body-mind medicine yang mengalami depresi ringan sampai sedang
sudah dijelaskan di bagian pendahuluan. dalam bentuk terapi kelompok. Dalam
Modul terdiri dari lima bagian besar, penyampaian modul, studi mandiri dan
yaitu pengantar, mengubah pikiran, pekerjaan rumah diberikan dalam porsi
86 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI
yang lebih banyak dibandingkan lekturet psikologis yang ikut berperan dalam peru-
(atau ceramah). Model terapi kelompok ini bahan perilaku), dan efek regresi (yaitu
dipilih dengan tujuan dimungkinkannya skor-skor yang bergerak menuju harga
terjadi sharing pengalaman dan diskusi tengah sebagai akibat ketidak sempurnaan
yang sangat berguna bagi evaluasi modul. hubungan antara skor pra uji dan purna
Porsi pekerjaan rumah yang berupa la- uji (Kerlinger, 1990, Shaughnessy,
tihan dan studi mandiri yang cukup besar Zechmeister, & Zechmeister, 2007).
dimaksudkan untuk menguji cobakan
modul ini sebagai modul bantu diri. Pada Analisis data
setiap sesi pertemuan ada evaluasi dari
Karena hanya terdapat satu kelompok
pengamat dan dari subjek penelitian.
dengan pra dan purna uji, maka data
Selain evaluasi secara kualitatif, pada dianalisis menggunakan uji t berpasangan
awalnya penelitian ini dirancang juga (paired t-test non-independent t-test).
untuk menguji efek terapi dengan
rancangan eksperimen lapangan klasik
Hasil
(Leedy & Ormrod,2005; Neuman, 2000;
Shaughnessy, Zechmeister, & Zechmeister,
Penyusunan Modul
2007) atau yang disebut Kelompok Kontrol
Pra dan Purna Uji (Kerlinger, 1990; Leedy Dari hasil diksusi dengan para
& Ormrod, 2005). Pada rancangan ini reviewer modul muncul beberapa masukan
subjek dimasukkan kedalam kelompok sebagai berikut: (1) Terapi sebaiknya bisa
eksprerimen dan kontrol dengan penun- membawa seseorang kepada kesadaran
jukkan acak (random assignment). perasaan dan pikiran karena tidak setiap
Meskipun awalnya rancangan peneli- orang dengan mudah mengidentifikasi
tian berupa Kelompok Kontrol Pra dan dan menguji pikiran. Maka latihan-latihan
Purna uji, tetapi pada akhir eksperimen, kesadaran perasaan dan pikiran perlu ada,
ternyata hanya lima orang dari kelompok tidak sekedar latihan menganilisis pikiran.
kontrol yang mengerjakan purna uji, Dalam kasus seperti ini, kemampuan
dengan demikian rancangan penelitian mengamati dan tidak bereaksi terhadap
awal tidak bisa diterapkan. pikiran akan membantu seseorang mengu-
rangi reaktivitas, meningkatkan ketenang-
Rancangan penelitian akhir berupa
an, dan penerimaan terhadap menerima
satu kelompok pra dan purna uji
pikiran dan perasaannya. (2) Terapi kog-
(Kerlinger, 1990, Shaughnessy,
nitif perilaku yang berupa bantu diri,
Zechmeister, & Zechmeister, 2007).
sebaiknya sederhana dan mudah dipaha-
Kelemahan dari rancangan ini sebenarnya
mi. Kegiatan-kegiatan yang dirancang
adalah kontrol terhadap variabel-variabel
sebaiknya bisa membawa pada pema-
pencemar kurang baik, misalnya efek
haman dan kesadaran kognitif tentang
pengukuran (pengukuran pra uji meme-
pemikiran yang tidak realistis, dan (3) Jika
ngaruhi perubahan perilaku subjek), efek
memang ingin dibuat model web, sebaik-
sejarah (selama jeda pengukuran pra dan
nya web tersebut bersifat interaktif.
purna uji ada faktor-faktor lain di luar
terapi yang ikut berperan terhadap peru- Berdasarkan masukan-masukan terse-
bahan perilaku), kematangan (misalnya but, maka modul bantu diri TKP diper-
pertambahan usia mental atau peristiwa baiki. Secara umum modul ini terdiri dari
hidup yang meningkatkan kematangan lima bagian besar, yaitu pengantar, meng-
JURNAL PSIKOLOGI 87
SUSANA, DKK.
Tabel 1
Kisi-Kisi Modul Bantu Diri Terapi Kognitif Perilaku
88 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI
JURNAL PSIKOLOGI 89
SUSANA, DKK.
Tabel 2
Statistik deskriptif skor pra dan purna uji
N Valid 27 27 27 27 27 27 27 27
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 20.44 23.37 6.59 68.19 50.07 153.11 111.33
Median 20.00 22.00 3.00 65.00 43.00 145.00 116.00
Mode 19 20 2 53 a 40 150 98a
Std. Deviation 3.816 5.047 8.229 18.731 23.123 45.096 21.891
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
90 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI
Tabel 3
Deskripsi skor pra dan purna uji berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin BDI-II Pre BDI-II Purna ATQ-Pre ATQ-Purna DAS-Pre DAS-Purna
Perempuan 24,26316 6,421053 72,15789 51,36842 161,6316 111,5263
Laki-laki 21,25 7 58,75 47 132,875 110,875
Tabel 4
Hasil uji t skor BDI-II, ATQ, dan DAS
Paired Difference
95 % Confidence
Std t df Sig.
Interval of the
Mean SD Error (2-tailed)
Difference
Mean
Lower Upper
Pair 1 BDI_pre –BDI_Post 16.731 9.272 1.818 12.986 20.476 9.201 25 .000
Pair 1 ATQ_pre - ATQ_post 18.111 26.283 5.058 7.714 28.508 3.581 26 .001
Pair 1 DAS_pre - DAS_post 41.778 46.913 9.028 23.220 60.336 4.627 26 .000
Rerata skor DAS (pikiran disfung- interaktif. Maksudnya ketika modul ini
sional) subjek penelitian ini pada saat nantinya sudah dalam bentuk web, maka
mengalami depresi sebesar 153,11 dan setiap orang akan mendapatkan umpan
setelah TKP serta mengalami penurunan balik langsung dari setiap lembar kerja
depresi, rerata skor DAS subjek menjadi maupun beberapa alat asesmen diri yang
111,33. dikerjakan. Web juga akan dirancang
untuk memberikan laporan kemajuan dari
setiap individu yang telah melakukan
Diskusi
kegiatan-kegiatan yang dituliskan dalam
Modul ini memang tidak sampai pada modul. Program interaktif ini akan sangat
penelusuran core belief sehingga meskipun bermanfat bagi individu untuk mengeta-
subjek mampu melihat rules yang menda- hui kemajuan yang sudah dicapai, sekali-
sari pikiran negatif otomatis dan disfung- gus sebagai sarana memotivasi individu
sional, tetapi mereka masih mengalami untuk tetap melakukan latihan-latihan
kesulitan mengubah pikiran yang bersifat yang bisa membantunya meningkatkan
kaku, mengharuskan, dan mengikat. Kare- kesehatan mental.
na program bantu diri ini tidak sampai Hasil uji t menunjukkan bahwa modul
pada penelusuran dan pengubahan core bantu diri TKP dapat mengurangi gejala
bielief secara langsung, maka jika latihan- depresi, pikiran negatif otomatis, dan
latihan kesadaran dan meditasi tidak pikiran disfungsional. Dengan kata lain
dilakukan secara rutin dan berkelanjutan, hasil penelitian ini mendukung teori
ada kemungkinan subjek akan mengalami kognitif Beck bahwa TKP seharusnya tidak
kembali kondisi depresi meskipun tidak hanya mengurangi gejala depresi tetapi
seberat sebelumnya. juga pikiran negatif otomatis dan disfung-
Kebaruan modul ini dibandingkan sional.
dengan modul yang sudah ada adalah Rerata skor ATQ subjek penelitian ini
adanya pemeriksaan diri yang nantinya saat mengalami depresi masih lebih
umpan baliknya akan berupa program
JURNAL PSIKOLOGI 91
SUSANA, DKK.
92 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI
JURNAL PSIKOLOGI 93
SUSANA, DKK.
94 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI
Chiu E. (2004). Epidemiology of depres- Ebrahimi, A., Afshar, H., Doost, H. T. N.,
sion in the Asia Pacific region. Austra- Mousavi, S. G., & Moolavi. H. (2012).
lasian Psychiatry, 12, 4-10. Attitude scale and general health
Ciarrochi, J., & Bilich. L. (2006). Acceptance questionnaire subscales predict
and commitment therapy. School of depression? J Res Med Sci., 17(1), 40-44.
Psychology, University of Wollongong. Epp, A. M., & Dobson, K. S. (2010). The
Clarke, G., Kelleher, Ch., Hornbrook, M., evidence base of Cognitive-Behavioral
DeBar, L., Dickerson, J., & Gullion, Ch. Therapy. Dalam Dobson, K.S. (Ed).
(2009). Randomized effectiveness trial Handbook of Cognitive-Behavioral Thera-
of an internet, pure self-help, Cognitive pies (h. 39 – 73). New York: The Guil-
Behavioral Intervention for depressive ford Press.
yymptoms in young adults. Cognitive Freund, P. E. S., & McGuire, M. B. (1991).
Behaviour Therapy, 38(4), 222–234. Health, illness, and the social body:
Davidson, R. J., Kabat-Zinn, J., ACritical Sociology. New Jersey: Pren-
Schumacher, J., Rosenkranz, M., Muller, tice-Hall.
D., Santorelli, S. F., Urbanowski, F., Fruzzetti, A. E., & Erikson, K. R. (2010).
Harrington, A., Bonus, K., & Sheridan, Mindfulness and acceptance interven-
J. F. (2003). Alterations inbrain and tions in cognitive-behavioral therapy.
immune function produced by Dalam Dobson, K.S. (Ed). Handbook of
mindfulness meditation. Psychosomatic Cognitive-Behavioral Therapies (h. 347 –
Medicine, 65(4), 564-570. 372). New York: The Guilford Press.
Dion, K., & Dion, K. L. (1993). Individua- Ginting, H., Näringa, N., Van der Velda,
listic and collectivistic perspectives on W. M., Srisayektic, W., & Beckera, E. S.
gender and the cultural context of love (2013). Validating the Beck Depression
and intimacy. Journal of Social Issues, Inventory-II in Indonesia’s general
49(3), 53-69. population and coronary heart disease
Dobson, K. S., & Dozois, D. J. (2010). patients. International Journal of Clinical
Historical and philosophical bases of and Health psychology, 13, 235−342.
cognitive-behavioral therapies. Dalam Goldman, L. S, Nielson, N. H., &
Dobson, K.S. (Ed). Handbook of Cogni- Champion, N. C. (1999). Awareness,
tive-Behavioral Therapies (h. 3 – 38). New diagnosis, and treatment of depression,
York: The Guilford Press. Clinical Review, 14, 569-580.
Dowd, E. T. (2004). Depression: theory, Haeffel, G. J., Abramson, L. Y., Voelz, Z.
assessment, and new direction in R., Metalsky G. I., Halberstadt, L.,
practice. International Journal of Clinical Dykman, B. M., Donovan, P., Hogan,
and Health Psychology, 4 (2), 413-423. M. E., Hankin, B. L., & Alloy, L. B.
Dusek, J. A., Otu, H. H., Wohlhueter, A. L., (2005). Negative cognitive styles, dys-
Bhasin, M., Zerbini, L. F., Joseph, M. G., functional attitudes, and the remitted
Benson H., & Libermann T. A. (2008). depression paradigm: a search for the
Genomic counter-stress changes elusive cognitive vulnerability to de-
induced by the relaxation response. pression factor among remitted de-
PLoS ONE [Electronic Resource], 3(7), pressives. Emotion, 5(3), 343–348.
e2576.http://.dx.doi.org/10.1371/journal. Harrell, T. H., & Ryon, N. B. (1983) Cogni-
pone.0002576. tive-Behavioral Assessment of Depres-
sion:Clinical Validation of the Auto-
JURNAL PSIKOLOGI 95
SUSANA, DKK.
96 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI
JURNAL PSIKOLOGI 97
SUSANA, DKK.
role played by paternal attitudes of Wang, P. S., Simon, G., & Kessler, R. C.
male superiority and maternal (2003). The economic burden of de-
modeling of gender-related limitations. pression and the cost-effectiveness of
Sex Roles, 38, 539-555. treatment. Int J Methods Psychiatr Res,
Silverstein, B. (1999). Gender difference in 12(1), 22–33.
the prevalence of clinical depression: Waspadai Peningkatan Penderita Depresi.
The role played by depression (2012). Suara Pembaharuan, hal. 6.
associated with somatic symptoms. The Weissman, A. N., & Beck, A. T. (1978). De-
American Journal of Psychiatry, 156, 480- velopment and validation of the Dysfunc-
482. tional Attitudes Scale: a preliminary in-
Silverstein, B. (2002). Gender differences in vestigation. In: Proceedings of the
the prevalence of somatic versus pure meeting of the American Educational
depression: A replication. The American Research Association. Toronto, ON
Journal of Psychiatry, 159, 1051-1052. Wiseman, H., Guttfreund, D. G., & Lurie, I.
Tinas Psikologi. (2012). Menuju Manusia (1995). Gender differences in loneliness
Indonesia Sehat Mental. diunduh dari: and depression of university students
http://www.unair.ac.id/berita.unair.php seeking counseling. British Journal of
?id=1435 Guidance and Counseling, 23(2), 231-143.
Tooley, G. A., Armstrong, S. M., Norman, World Health Organization. (2001). The
T. R., & Sali A. (2000). Acute increases World health report 2001: Mental health:
in night-time plasma melatonin levels New understanding, new hope. France
following a period of meditation. Bio- World Health Organization. (2005). De-
logical Psychology, 53(1), 69-78. pression. Diunduh dari: http://www.
Vivyan, C. (2009 – 2013). An Introductory who.int/mental_health/depression/defi
self help course in Cognitive Behavior nition.
Therapy. Diunduh dari: www.get.gg/
selfhelpassist.htm.
98 JURNAL PSIKOLOGI