Anda di halaman 1dari 21

JURNAL PSIKOLOGI

VOLUME 42, NO. 1, APRIL 2015: 78 – 98

Program Bantu Diri Terapi Kognitif Perilaku:


Harapan bagi Penderita Depresi
Tjipto Susana1
Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Eko Hari Parmadi, Puspaningtyas Sanjoyo Adi


Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Abstract. This article is the first-phased report of a research through a testing of cognitive
behavioral therapy module. The subjects involved in this research were 27 students who
were experiencing mild to moderate depression. The research design was experiment
with a pretest and posttest group. Instruments used in this study were Back Depression
Inventory-II (BDI-II), Automatic Thought Questionnaire (ATQ), Dysfunctional Attitude Scale
(DAS). The data was analized using paired t-test. Based on qualitative analysis, the results
showed that in general it was easy for the students to understand and do the module
independently. This module was very helpful for them in managing thoughts and feelings
and specifically in the automatic negative thoughts, dysfunctional thinking, and rules.
Nevertheless, this module did not cover the core belief. The results of the t test (t (25)=9.2;
p<0.001) indicated that the Self-Help Cognitive Behavioral Therapy module could reduce
the level of depression, automatic negative thoughts and dysfunctional thoughts.
Keywords: Cognitive Behavior Therapy, depression, self-help, web-based program

Abstrak. Laporan penelitian ini adalah laporan tahap pertama yang berupa uji coba
modul Terapi Kognitif Perilaku. Subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 27
mahasiswa yang mengalami depresi ringan sampai sedang. Rancangan penelitiannya
adalah eksperimen dengan satu kelompok pra dan purna uji. Alat ukur yang digunakan
adalah Back Depression Inventory-II, Automatic Thought Questionnaire, Dysfunctyional
Attitude Test. Analisis data yang digunakan adalah paired t-test. Secara kualitatif hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara umum modul yang dibuat mudah dipahami dan
bisa dilakukan secara mandiri oleh subjek. Secara umum modul ini sangat membantu
subjek dalam mengelola pikiran dan perasaan. Secara spesifik, modul ini sangat
membantu dalam hal pengelolaan pikiran negatif otomatis, cara berpikir yang salah, dan
rules, tetapi belum sampai pada core belief. Hasil uji t (t(25)=9,2; p<0,001) menunjukkan
bahwa Modul Bantu Diri Terapi Kognitif Perilaku bisa menurunkan tingkat depresi,
pikiran negatif otomatis, dan pikiran disfungsional.
Kata kunci: Terapi Kognitif Perilaku, depresi, bantu diri, program berbasis web

1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat melalui: datus3@yahoo.com

78 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI

Organisasi Kesehatan Dunia (World diantaranya sampai kehilangan nyawa.


Health Organisation = WHO) meramalkan Menurut American Psychiatric Asso-
bahwa di tahun 2020, secara global gang- ciation (2010) untuk gangguan depresi ri-
guan depresi akan menduduki peringkat ngan sampai sedang, beberapa psikoterapi
kedua penyebab kematian prematur dan yang mempunyai bukti empiris bisa
ketidakmampuan individu (Mukhtar, Oei, mengurangi tingkat keparahan depresi
& Yaacob, 2011; National Institute of Mental adalah terapi kognitif perilaku, psikoterapi
Health, 2002; World Health Organisation, interpersonal, terapi psikodinamik, terapi
2005). Depresi merupakan gangguan pemecahan masalah, baik yang dilakukan
kesehatan utama yang berkaitan dengan secara individual maupun kelompok.
kerugian ekonomi dan ketidakmampuan McGinn (2000) menyatakan bahwa terapi
(Andrew & Titov, 2007; Wang, Simon, & kognitif merupakan tritmen untuk depresi
Kessler, 2003). Direktur Bina Pelayanan yang diterima secara luas sebagai tritmen
Kesehatan Jiwa di Indonesia, dokter utama untuk depresi dan merupakan
Pandu Setiawan menyatakan bahwa beban salah satu dari dua tritmen yang dimasuk-
yang ditimbulkan akibat depresi akan jauh kan dalam petunjuk tritmen depresi yang
lebih besar dari pada penyakit lainnya dipublikasikan oleh Agency for Health Care
(”Waspadai Peningkatan”, 2012). Depresi and Policy Research (AHCPR). Studi-studi
ringan dapat menyebabkan menurunnya yang dirangkum oleh Epp dan Dobson
produktivitas penderita, dan depresi berat (2010) menunjukkan bahwa terapi kognitif
dapat menyebabkan penderitanya tidak perilaku efektif untuk gangguan depresi.
mampu bekerja.
Aaron T. Beck dan sejawatnya adalah
WHO memprediksi angka gangguan ahli yang pertama kali mengembangkan
jiwa penduduk dunia meningkat hingga terapi kognitif untuk depresi (dalam
15% pada tahun 2015. Peningkatan gang- McGinn, 2000). Lebih dari 40 tahun, model
guan kesehatan mental penduduk dunia kognitif Beck untuk depresi dan terapi
berjalan seiring dengan laju modernisasi kognitif perilaku (TKP) telah mendapat-
(“Tinas Psikologi”, 2012). Chiu (2004) kan perhatian sebagai subjek penelitian
menyatakan bahwa di wilayah Pasifik dibandingkan psikoterapi lain untuk
penderita depresi mayor mencapai tingkat depresi (American Psychiatric Association,
1,3 – 5,5% pada populasi umum. Studi 2000; Hollon & DeRubeis dalam Mukhtar,
epidemiologi menunjukkan bahwa tinggi- dkk., 2005). Beberapa penelitian termasuk
nya jumlah penderita depresi mayor ini studi meta-analisis yang dirangkum oleh
hampir setara dengan di negara-negara Mukhtar, dkk. (2005) dan Petrocelli (2002)
Barat (Mukhtar, dkk., 2005). Sementara itu menunjukkan bahwa TKP efektif untuk
di Indonesia, berdasarkan laporan Riset depresi. Petrocelli (2002) dalam studi
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 (“Jum- meta-analisisnya juga menunjukkan bah-
lah Penduduk”, 2012; “Tinas Psikologi”, wa TKP tidak hanya efektif sebagai terapi
2012) prevalensi gangguan mental emo- individual, tetapi juga sebagai terapi
sional (kecemasan dan depresi) orang kelompok.
Indonesia berumur 15 tahun ke atas men-
Teori Kognitif secara umum maupun
capai 11,6% dan 0,46% lainnya mengalami
yang dirumuskan oleh Beck menghipote-
gangguan jiwa berat. Berdasarkan data
siskan bahwa cara berpikir negatif tertentu
statistik tahun 2004 tercatat ada sebanyak
meningkatkan kecenderungan seseorang
1030 orang mencoba bunuh diri dan 705
mengembangkan dan memelihara depresi

JURNAL PSIKOLOGI 79
SUSANA, DKK.

ketika ia mengalami peristiwa hidup yang perasaan dan perilaku. Intensitas perasaan
menekan (McGinn, 2000). Oleh karena itu negatif yang berkurang akan berdampak
mengubah cara berpikir menjadi lebih pada berkurangnya kecenderungan mun-
adaptif merupakan salah satu alternatif culnya pikiran yang disfungsional. Oleh
untuk menurunkan kecenderungan de- karena itu urutan dalam upaya pengu-
presi. rangan gejala depresi bisa dimulai dari
Meskipun pada awalnya Beck pikiran, tetapi bisa juga dimulai dari pera-
mengembangkan teori bahwa proses saan atau perilaku (Beck dalam Dowd,
berpikir dan isi pikiran berkaitan dengan 2004).
depresi, tetapi Beck, dkk. (dalam Dowd, Jadi terapi kognitif perilaku berfokus
2004) tidak juga mengklaim bahwa pada pemrosesan informasi dan perilaku
pikiran-pikiran disfungsionalah penyebab yang bersifat depresif. Aspek yang diinter-
utama depresi. Ada peran faktor biologis, vensi adalah kognisi, pikiran/emosi
sosial, dan psikologis sebagai penyebab (termasuk reaksi fisiologis), dan perilaku.
depresi. Beck menyatakan bahwa lingkar- Pada ranah kognisi, subjek belajar mene-
an hubungan antara pikiran, perasaan rapkan teknik merestrukturisasi kognisi
atau emosi, dan perilaku menghasilkan sehingga cara berpikirnya menjadi lebih
lingkaran sindrom depresi. Lingkaran logis dan adaptif. Pada saat melakukan
hubungan antara pikiran-perasaan/emosi- identifikasi dan restrukturisasi pikiran
perilaku inilah yang memperkuat gejala- disfungsional, individu harus mampu
gejala depresi yang diderita oleh seseo- memeriksa pikiran otomatis yang muncul
rang. Menurut teori ini, pikiran disfung- sebagai sebuah gejala psikologis, bukan
sional bisa memunculkan perasaan/emosi sebagai fakta atau realitas. Kemampuan
tertentu, yang akhirnya diikuti oleh peri- ini oleh Beck disebut sebagai decentering.
laku atau tindakan yang selaras dengan Kemampuan decentering ini diajarkan
pikiran dan perasaan yang muncul. dalam bentuk mencari fakta objektif dari
Demikian halnya, perasaan atau emosi pikiran dan perasaan. Dari pencarian fakta
negatif bisa memunculkan pikiran dis- ini diharapkan muncul kesadaran atau
fungsional yang akhirnya menghasilkan pencerahan bahwa apa yang selama ini
perilaku tertentu. Perilaku yang tidak diyakini sebagai kebenaran, ternyata ha-
adaptif juga bisa menghasilkan perasaan nyalah berupa asumsi, keyakinan, pikiran,
atau emosi negatif dan akhirnya memun- atau perasaan yang bersifat subjektif.
culkan pikiran disfungsional. Oleh karena
Dalam perkembangan selanjutnya,
itu dalam menangani klien depresi, Beck
ketika teori mindfulness yang berakar dari
dan kawan-kawan mengembangkan pen-
ajaran Budhisme, mulai dikenal kembali di
dekatan kognitif-perilaku.
Barat dan dikembangkan oleh Kabat-Zinn
Dalam terapi kognitif perilaku, gejala pada tahun 1980-an (dalam Fruzetti &
depresi atau kecemasan bisa dikurangi Erikson, 2010), maka salah satu cara mela-
dengan langkah pertama memulai dari kukan decentering bisa melalui kegiatan-
merestrukturisasi pikiran yang disfung- kegiatan atau latihan-latihan memusatkan
sional. Asumsinya perubahan pikiran perhatian dengan cara-cara tertentu yang
akan menyebabkan terjadinya perubahan bertujuan untuk menyadari saat ini dan
perasaan/emosi dan perilaku. Tetapi tidak bersifat bebas penilaiaan (Kabat-Zinn da-
jarang pula gejala depresi akan berkurang lam Idusohan-Moizer, Sawicka, Dendles,
ketika intervensi dimulai dari pengolahan & Albany (2013).

80 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI

Latihan meditasi pernapasan dan neurotransmiter yang bersifat meningkat-


yoga dapat membantu seseorang lebih kan distres seperti nor-epinephrine dan
menyadari kekinian, termasuk perubahan kortisol (Infante, dkk., 1998; MacLean,
pikiran dan kondisi tubuh dari waktu ke dkk., 1997; Newberg & Iversen, 2003;
waktu. Sejalan dengan teori Beck bahwa Tolley, Armstrong, Norman, & Sali A
ada hubungan antara pikiran, perasaan/ 2003); dan meningkatkan kekebalan tubuh
emosi (termasuk gejala fisiologis), dan (Davidson, dkk., 2003).
perilaku, maka latihan mindfulness ini akan Bukti-bukti empiris tentang dampak
meningkatkan kesadaran individu bahwa meditasi atau latihan mindfulness tersebut
ada hubungan antara pola pikir/cara ber- mendukung teori pengobatan tubuh dan
pikir, perasaan/emosi, dan perilaku. pikiran yang dipopulerkan oleh Norm
Mindfulness dapat membantu individu Shealy di tahun 1978, Jon Kabat-Zinn di
mengenali dan mengamati pola pikiran tahun 1979, Joan Borysenko dan Bernie
dengan lebih jelas dan membuat jarak Siegel di tahun 1980-an (dalam Buczinky,
dengan pikiran yang biasanya pikiran- tt). Teori ini menyatakan bahwa ada
pikiran tersebut memengaruhi suasana kesatuan dan interaksi saling memenga-
hati mereka menjadi lebih buruk. Mind- ruhi antara tubuh, pikiran, dan spirit. Oleh
fulness juga mengurangi kecenderungan karena itu pengobatan pada gangguan
untuk menghentikan atau menghindari fisik maupun mental tidak bisa dilepaskan
pikiran otomatis yang tidak konstruktif. dari pengolahan ketiga aspek tersebut.
Mindfulness meningkatkan kemampuan Berdasarkan teori-teori dan hasil
individu untuk menyadari dan menor- penelitian yang sudah diuraikan sebelum-
malkan emosi dan sensasi tubuh tanpa nya, maka dalam penelitian ini, teori
harus berusaha keras untuk menentang utama yang digunakan untuk menyusun
atau menghentikannya. modul TKP adalah teori Beck dan pengo-
Selain membantu meningkatkan ke- batan pikiran-tubuh (mind-body medicine).
mampuan metakognisi dan kesadaran, Kedua teori ini menjelaskan hubungan
mindfulness dalam bentuk latihan meditasi antara pikiran, perasaan/emosi, perilaku,
secara biologis juga langsung berdampak dan tubuh.
pada reduksi distres. Penelitian-penelitian Zeiss, Lewinsohn, dan Munoz (dalam
yang dilakukan menunjukkan bahwa Munoz, dkk., 2000) menyatakan ada
praktik meditasi menimbulkan perubahan empat elemen kunci yang paling penting
aktivitas gelombang otak (korteks pre- dalam TKP yaitu: (1) memantapkan
frontal, sistem limbik, dan hipotalamus) penalaran dalam intervensi, (2) melatih
yang bersifat menungkatkan regulasi emo- keterampilan praktis untuk mengubah
si (Davidson, dkk., 2003); meningkatkan suasana hati yang berkaitan dengan
aktivitas parasimpatik dan detak jantung pikiran dan perilaku, (3) meningkatkan
yang bersifat meningkatkan kondisi relak- praktik keterampilan di luar sesi terapi,
sasi (Dusek, Otu, Wohlhueter, Bhasin, dan (4) atribusi perbaikan diri pada kete-
Zerbini, Joseph, dkk., 2008; Hölzel, rampilan diri bukan perjumpaan dengan
Carmody, Congleton, Yerramsetti, Gard, & terapis. Berdasarkan empat elemen kunci
Lazar, 2011); meningkatkan neurotrans- tersebut, terutama elemen yang ketiga dan
miter yang memengaruhi kondisi emosi keempat, maka TKP yang mulanya mun-
positif seperti melatonin, serotonin, beta- cul sebagai terapi yang bersifat tatap
endorphin, dan acetylcholine; menurunkan muka, mulai dikembangkan menjadi

JURNAL PSIKOLOGI 81
SUSANA, DKK.

terapi yang bersifat bantu diri, bahkan bantu diri. Sementara itu bagi penderita
dengan berkembangnya teknologi digital, depresi berat dan juga disfungsional pikir
TKP mulai berkembang menjadi program berat, Burns menganjurkan untuk melaku-
bantu diri berbasis web (Clarke, dkk., kan terapi tatap muka dengan psikotera-
2009). Studi meta-analisis yang dilakukan pis.
oleh Andersson dan Cuijpers (2009) Setelah melihat persoalan penanganan
menunjukkan bahwa tritmen berbasis web depresi di Indonesia yang masih belum
ini secara empiris cukup menjanjikan. bisa menjangkau sebagian besar penderita,
Menurut Berger, dkk. (2011) metode besarnya manfaat terapi kognitif perilaku
TKP berbasis web ini mampu mengatasi berbasis internet/web, dan belum banyak
beberapa hambatan untuk mendapatkan dikembangkannya program yang interak-
pelayanan langsung dari psikolog, yaitu tif, maka terbuka peluang untuk mengem-
terbatasnya jumlah klinisi, stigma, kesu- bangkan modul TKP bantu diri yang
litan berkonsultasi karena kesibukan, dan bersifat interaktif. Penelitian ini bertujuan
beaya. Mengingat Indonesia juga tidak merancang dan mengujicobakan modul
terlepas dari hambatan-hambatan seperti TKP bantu diri yang nantinya akan dikem-
yang diungkapkan Berger dkk., misalnya bangkan menjadi terapi kognitif perilaku
keberadaan psikolog klinis ataupun yang bersifat interaktif dan berbasis web
psikiater masih dibawah rasio ideal yaitu yang akan sangat membantu upaya pence-
0,22:100 ribu, padahal standar yang diberi- gahan dan tindakan kuratif bagi penderita
kan oleh WHO sebesar 1:30 ribu. (Retno- depresi ringan maupun sedang di Indo-
wati, 2011; “Tinas Psikologi”, 2012), maka nesia.
pengembangan TKP yang bersifat bantu
diri baik yang berbasis web maupun tidak,
Metode
sangat dibutuhkan.
Di Indonesia, program bantu diri Penyusunan modul TKP bantu diri
untuk depresi baik yang berupa buku
Tahap pertama, dilakukan penyusun-
maupun yang berbasis internet masih
an modul oleh peneliti. Beberapa referensi
belum banyak dikembangkan. Program
yang menjadi dasar untuk penyusunan
bantu diri berbasis internet yang dikem-
modul adalah: (1) Burns, (1988) yang
bangkan di Indonesia masih berupa web
berjudul Terapi kognitif: Pendekatan baru
atau blog yang berisi biblioterapi, tips,
bagi penanganan depresi (Santoso, terj.).
skala sederhana, dan beberapa kuis sing-
Jakarta: Penerbit Erlangga. (karya asli
kat. Padahal hasil penelitian Clarke, dkk.
terbit 1980). (2) Neenan, M., & Dryden, W.
(2009) menunjukkan bahwa program yang
(2004). Cognitive Therapy: 100 key points &
berisi tutorial interaktif yang memberikan
techniques. New York: Brunner-Routledge,
umpan balik secara personal mirip dengan
terapi tatap muka merupakan elemen dan (3) www.get.gg/selfhelpassist.htm.
yang paling efektif. An Introductory self help course in Cognitive
Behavior Therapy. Carol Vivyan 2009-2013.
Pengembangan program bantu diri
berbasis web ini akan sangat berguna bagi Buku karya Burns (1988) serta Neenan
penderita gangguan depresi ringan dan dan Dryden (2004) dipilih karena kedua
sedang. Menurut Burns (1988), penderita buku ini mendasarkan tulisannya pada
depresi ringan sampai sedang masih bisa teori Beck sebagai pencetus teori dan
dan akan mendapat manfaat dari program terapi kognitif perilaku. Sementara TKP

82 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI

bantu diri Vivyan di pilih karena ia duk”, 2012; “Tinas Psikologi”, 2012; )
mengembangkan TKP bantu diri berbasis prevalensi gangguan mental emosional
web dan berisi: (1) pelatihan keterampilan (kecemasan dan depresi) orang Indonesia
praktis untuk mengubah suasana hati berumur 15 tahun ke atas mencapai 11,6%
yang berkaitan dengan pikiran dan peri- dan 0,46% lainnya mengalami gangguan
laku, dan (2) memberikan latihan-latihan jiwa berat; (2) Menurut teori Piaget per-
yang berdasarkan integrasi pikiran-tubuh kembangan kognitif seseorang yang beru-
(mind-body integration skill). sia 18 tahun ke atas sudah mencapai tahap
Pada proses penyusunan modul, operasional formal atau mampu berpikir
peneliti berdiskusi dan berkonsultasi abstrak; (3) mahasiswa di Indonesia pada
dengan beberapa ahli yaitu psikolog klinis umumnya adalah pengguna internet seca-
yang juga seorang akademisi. Ahli yang ra aktif, maka lebih sesuai sebagai media
dilibatkan dalam penilaian modul ini uji coba pengembangan modul yang nan-
sudah melakukan praktik klinis lebih dari tinya akan dibuat berbasis internet/web.
20 tahun dan juga bersertifikat sebagai Subjek yang diikutsertakan dalam
Terapis Kognitif Perilaku. penelitian ini adalah mahasiswa yang
mengalami depresi ringan sampai sedang
Subjek (skor depresi dengan skala BDI-II berkisar
antara 17 - 30, dan tidak mempunyai gejala
Subjek penelitian yang dilibatkan
bunuh diri). Rata-rata skor depresi subjek
dalam penelitian ini berjumlah 27 (8 laki-
adalah 23,37 (SD=5,1). Penetapan batas
laki dan 19 perempuan). Tidak seimbang-
skor depresi dengan BDI-II sebesar 17 – 30
nya jumlah laki-laki dan perempuan ini
dan tidak mempunyai gejala bunuh diri,
merupakan cerminan dari kenyataan
didasarkan pada peneltian Ginting, dkk.
bahwa kecenderungan perempuan untuk
(2013) bahwa skor batas untuk depresi
menderita depresi lebih tinggi dibanding-
sedang di Indonesia adalah 17, dan juga
kan laki-laki. Studi internasional (American
kriteria yang dibuat oleh Burns (1988).
Psychiatric Association, 2003; Goldman,
Semua subjek bukanlah pasien depresi
1999; Immerman & Mackey, 2003; Kane &
yang sudah mendapatkan diagnosis dari
Garber, 2004; Mackey & Immerman, 2000;
psikolog atau psikiater dan tidak sedang
NIMH, 2006) menunjukkan bahwa preva-
menjadi pasien untuk mendapatkan terapi
lensi perempuan untuk menderita depresi
atau intervensi psikologis maupun medis.
dan somatisasi lebih tinggi dibandingkan
Mereka juga tidak mengalami gejala-gejala
laki-laki. WHO (2001) melaporkan bahwa
psikotik, seperti waham, halusinasi, keru-
pada tahun 2000, prevalensi depresi uni-
sakan berpikir logis. Kriteria ini didasar-
polar pada perempuan sebesar 3,2% dan
kan pada ketentuan yang dibuat oleh para
laki-laki 1,9%; sedangkan untuk episode
ahli (American Psychiatric Association, 2003;
depresi, prevalensi perempuan sebesar
Burns, 1988; Munoz, dkk., 2000) bahwa
9,5% dan laki- laki sebesar 5,8%.
TKP, terutama yang bersifat bantu diri
Mereka adalah mahasiswa dengan lebih sesuai untuk orang yang mengalami
rata-rata usia 20,44 tahun (SD=3,82). Pemi- depresi ringan sampai sedang dan tidak
lihan subjek yang berstatus mahasiswa mengalami gangguan mental lain seperti
dan berusia 18 tahun ke atas ini didasar- psikotik, gangguan kepribadian, kecan-
kan pada pertimbangan sebagai berikut: duan alkohol atau obat-obatan terlarang.
(1) di Indonesia, berdasarkan laporan Riset Untuk penderita depresi berat dan disertai
Kesehatan Dasar 2007 (“Jumlah Pendu-

JURNAL PSIKOLOGI 83
SUSANA, DKK.

gangguan-gangguan lain, tetap dianjurkan Inventory–II (BDI-II), Automatic Thougth


untuk mengikuti terapi tatap muka secara Questionnaire (ATQ), dan Dysfunctional
intensif dengan ahli. Attitude Scale (DAS). ATQ dan DAS
Penjaringan subjek dilakukan dengan diadaptasi sesuai dengan prosedur yang
cara sebagai berikut: (1) Memberikan skala ditetapkan oleh International Test Com-
BDI-II pada mahasiswa S1. (2) Mewa- mission Guidelines for Test Adaptation
wancara subjek untuk memperoleh data (International Test Commission, 2010).
kecanduan, gangguan psikologis, gang- Pertama kedua skala ini diterjemahkan ke
guan fisik, dan status pengobatan. (3) dalam Bahasa Indonesia oleh dua orang
Menyeleksi subjek yang memiliki skor penerjemah profesional. Kemudian diter-
depresi 17 – 30 yang diukur dengan BDI-II jemahkan balik ke dalam Bahasa Inggris
dan tidak mempunyai gejala bunuh diri, oleh dua orang Indonesia yang pernah
tidak mengalami kecanduan, tidak meng- tinggal di Negara yang berbahasa Inggris.
alami gangguan psikologis lain, tidak me- Kedua penerjemah balik ini mempunyai
ngalami gangguan fisik yang bisa meme- kemampuan dwi bahasa yaitu Bahasa
ngaruhi proses terapi, dan tidak sedang Indonesia dan Bahasa Inggris dan mem-
menjalani pengobatan medis maupun punyai latar belakang pendidikan psiko-
tritmen psikologis, dan (4) Memberikan logi. Hasil terjemahan balik ini kemudian
penawaran ke subjek untuk terlibat dalam dicocokkan dengan versi aslinya. Dalam
penelitian dan memberikan informed proses mencocokan dan adaptasi bahasa
consent pada subjek yang bersedia terlibat ini dilakukan diskusi antara peneliti,
dalam penelitian. penerjemah, dua staf pengajar di bidang
psikologi, dan beberapa mahasiswa psiko-
Pengambilan sampel logi. Langkah selanjutnya adalah melaku-
kan uji validitas dan reliabilitas skala. BDI-
Metode yang digunakan untuk peng- II yang digunakan dalam penelitian ini
ambilan sampel adalah nonprobabilitas adalah BDI-II versi Bahasa Indonesia yang
dengan teknik purposif (Kerlinger, 1990; sudah diadaptasi oleh Ginting, dkk. (2013).
Leedy & Ormrod,2005). Subjek dalam
Beck Dpression Inventor–II (BDI-II).
penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria
BDI-II terdiri dari 21 aitem yang bersifat
tertentu, yaitu: (1) Berusia 18 tahun ke
laporan diri yang digunakan untuk meng-
atas. (2) Mahasiswa S1. (3) Memiliki skor
ukur tingkat keparahan gejala depresi
depresi 17 – 30 yang diukur dengan BDI-II
secara subjektif (Beck, Steer, & Brown,
dan tidak mempunyai gejala bunuh diri.
1996). Setiap respon jawaban dinilai
(4) Tidak mengalami kecanduan alkohol
berdasarkan skala 0 (tidak mengalami)
atau obat-obatan terlarang. (5) Tidak
sampai 3 (berat). Skala ini berisi aspek
mengalami gangguan psikologis lain. (6)
kognitif (misalnya pikiran tentang kega-
Tidak mengalami gangguan fisik yang
galan di masa lalu), emosi/afeksi (misalnya
bisa memengaruhi proses terapi, dan (7)
kesedihan), dan somatik/vegetatif (misal-
Tidak sedang menjalani pengobatan medis
nya kelelahan) (Beck, Steer, Brown, & van
maupun tritmen psikologis yang bisa
der Does, 2002). BDI-II mempunyai vali-
memengaruhi terapi.
ditas konstruk (concurrent/convergent and
discriminant validity) yang baik. Hal ini
Alat ukur atau skala
ditunjukkan oleh penelitian Ginting, dkk.
Ada tiga skala yang digunakan dalam (2013) yaitu adanya, korelasi positif antara
penelitian ini, yaitu Beck Dpression

84 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI

BDI-II dengan skala lain yang mengukur harapan dan harga diri negatif, harga diri
gejala-gejala sejenis yaitu dengan Type D rendah, dan ketidakberdayaan. ATQ
Personality Scale (DS14, mengukur kecen- mengukur seberapa sering seseorang
derungan karakteristik kepribadian yang mempunyai pikiran negatif, dengan lima
mengarah pada afek negatif dan inhibisi skala yaitu dari tidak pernah (1) sampai
sosial) (r=0,52; p<0,01), Basic Anxiety selalu (5). Rentang skor total yang
Inventory (BAI, mengukur kecemasan) diperoleh berkisar antara 30 – 150. Dari
(r=0,52, p<0,01) dan berkorelasi negatif beberapa penelitian (misalnya Hollon &
dengan skala yang mengukur kondisi Kendal, 1980 memperoleh α=0,97; Harrell
yang berlawanan dengan depresi, yaitu & Ryon, 1983 memperoleh α=0,98; Kazdin,
dengan Multidimensional Scale of Perceived 1990 memperoleh α=0,94) ATQ menun-
Social Support (MSPSS, mengukur persepsi jukkan konsistensi internal yang sangat
terhadap dukungan sosial) (r=-0,39, p<0,01) tinggi. Hasil perhitungan peneliti juga
dan Life Orientation Test-Revised version menunjukkan bahwa ATQ mempunyai
(LOT-R, mengukur optimisme) (r=-0,46, konsistensi internal yang tinggi yang
p<0,01). Uji coba yang dilakukan peneliti ditunjukkan oleh koefisen Alpha Cronbach
juga menunjukkan hal yang sama, yaitu sebesar 0,95. ATQ mempunyai validitas
BDI-II berkorelasi positif dengan skala diskriminan yang baik, yaitu mampu
CDS (Carroll Depression Scales) (r=0,72; membedakan antara pasien yang depresi
p<0,01), skala CES-D (Center for Epidemio- dan nondepresi (Hollon & Kendal, 1980;
logic Studies Depression Scale) (r=0,74; Harrell & Ryon, 1983; Kazdin, 1990). Hasil
p<0,01), ATQ (Automatic Thoughts Question- uji validitas konvergen (concurrent validity)
naire, mengukur pikiran negatif) (r=0,71; yang dilakukan peneliti dan hasil-hasil
p<0,01), dan DAS (Disfunctional Attitude penelitian sebelumnya (Harrell & Ryon,
Scale, mengukur sikap yang disfungsional) 1983; Kazdin, 1990) menunjukkan bahwa
(r=0,35; p<0,01), dan berkorelasi negatif ATQ berkorelasi dengan konstruk yang
dengan skala yang mengukur kebahagiaan sama yaitu dengan BDI-II, MMPI-D, DAS,
(SHS=Subjective Happiness Scale) (r=-0,48; CES-D, CDS, aneka pengukuran disfungsi
p<0,001). Penelitian Ginting, dkk. (2013) pikiran. Dari uji coba penelitian ini ATQ
menunjukkan bahwa BDI-II mampu mem- juga mempunyai validitas diskriman yang
bedakan antara individu yang depresi dan baik, yaitu berkorelasi negatif dengan
tidak depresi dan mempunyai konsistensi skala kebahagiaan (r=-0,52; p<0,01).
internal 0,90 serta reliabiltas tes ulang Dysfunctional Attitude Scale (DAS).
sebesar 0,55 (p<0,01). DAS merupakan alar ukur yang dirancang
Automatic Thoughts Questionnaire untuk mengidentifikasi penyimpangan
(ATQ). ATQ merupakan alat ukur yang kognisi, yang mungkin sebagian penyim-
berisi 30 aitem yang digunakan untuk pangan ini berkaitan dengan depresi
mengukur frekuensi pikiran negatif (Weissman & Beck, 1978). Skala ini berisi
otomatis tentang diri (Hollon & Kendall, 40 aitem yang dikembangkan atas dasar
1980). Pikiran-pikiran negatif ini mempu- model terapi kognitif Beck dan berisi
nyai peran penting dalam mengembang- empat faktor mendasar, yaitu: perfek-
kan dan memelihara aneka psikopatologi, sionisme, mencari perhatian orang lain
termasuk depresi. ATQ mengukur empat (konfirmasi), mencari kepuasan orang lain,
aspek pikiran otomatis, yaitu salah suai dan evaluasi fungsional (Ebrahimi, dkk.,
personal dan keinginan untuk berubah, 2012). Setiap jawaban akan diberi skor

JURNAL PSIKOLOGI 85
SUSANA, DKK.

berdasarkan tujuh skala, yaitu; (1) sangat mengubah perilaku, menjaga jarak dengan
tidak setuju sampai (7) sangat setuju. Skor pikiran (mind-body medicine) dan memper-
terendah yang diperoleh adalah 40 dan tahankan kondisi positif. Berikut adalah
skor tertinggi 280. Penelitian Ciarrochi dan penjelasan per bagian modul.
Bilich (2006) menunjukkan bahwa DAS Pengantar terdiri dari pemahaman
mempunyai konsistensi internal yang konsep depresi, hubungan antara pikiran-
baik, yaitu koefisien alpha-nya berkisar perasaan-perilaku-respon fisiologis, dan
antara 0,84 – 0,92. Hasil uji konsistensi terapi kognitif perilaku. Pada bagian
internal pada penelitian ini juga menun- pengantar ini kegiatan terdiri dari pema-
jukkan hal yang sama, yang ditunjukkan haman diri dan pemahaman kognitif. Oleh
oleh koefisen alpha sebesar 0,874. Dari uji karena itu pada bagian awal individu akan
tes ulang, DAS juga menunjukkan relia- diminta melakukan asesmen diri.
bilitas yang baik, yaitu berkisar antara 0,80
Setelah memahami diri, persoalan,
– 0,92 (Ciarrochi & Bilich, 2006). Validitas
dan bagaimana persoalan tersebut mun-
konvergen (concurrent validity) yang diper-
cul, maka pada bagian kedua individu
oleh dari penelitian ini menunjukkan
akan diajak untuk memahami pikiran,
bahwa DAS berkorelasi positif dengan
mengevaluasi, dan mengubah pikiran
beberapa skala yang mengukur konstruk
menjadi lebih konstruktif. Sama seperti
yang serupa, yaitu dengan ATQ (r=0,48;
pada bagian pengantar, bagian kedua ini
p<0,01), BDI-II (r=0,35; p<0,01), CDS
juga berisi kegiatan pemahaman diri,
(r=0,47; p<0,01), CES-D (r=0,41; p<0,01).
latihan, dan pemahaman konsep.
DAS juga mempunyai validitas diskrimi-
nan yang baik, yaitu mampu membedakan Bagian ketiga berupa perubahan
antara individu yang depresi dan nonde- melalui perilaku. Pada bagian ini individu
presi (Ciarrochi & Bilich, 2006) dan ditun- diajak untuk melakukan kegiatan-kegiatan
jukkan dari korelasi negatif DAS dengan positif yang bisa meningkatkan perasaan
skor skala kebahagiaan (r=- 0,50; p<0,01). bermakna.
Bagian keempat berisi latihan menjaga
Modul Bantu Diri Terapi Kognitif Perilaku jarak dengan pikiran, menerima pikiran
Modul ini sebagian besar merupakan dan perasaan, serta mengurangi reakti-
hasil pengembangan dari modul bantu vitas terhadap pikiran dan perasaan. Di
diri berbasis web yang disusun oleh sini dilatihkan aneka latihan kesadaran,
Vivyan ditambah dengan beberapa peng- relaksasi, dan meditasi.
ukuran pikiran disfungsional dan gejala Bagian kelima berisi tentang strategi
depresi, beberapa teknik dari buku bantu mempertahankan kondisi positif. Dengan
diri Burns (1988) dan terapi kognitif yang keterampilan ini diharapkan individu bisa
ditulis oleh Neenan dan Dryden (2004). mengurangi risiko kembali ke kondisi
Pemilihan referensi-referensi tersebut depresi.
didasarkan pada pertimbangan bahwa
acuan tersebut sesuai dengan grand theory Rancangan uji coba modul
yang digunakan yaitu teori Beck tentang Modul diujicobakan pada subjek yang
depresi dan teori body-mind medicine yang mengalami depresi ringan sampai sedang
sudah dijelaskan di bagian pendahuluan. dalam bentuk terapi kelompok. Dalam
Modul terdiri dari lima bagian besar, penyampaian modul, studi mandiri dan
yaitu pengantar, mengubah pikiran, pekerjaan rumah diberikan dalam porsi

86 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI

yang lebih banyak dibandingkan lekturet psikologis yang ikut berperan dalam peru-
(atau ceramah). Model terapi kelompok ini bahan perilaku), dan efek regresi (yaitu
dipilih dengan tujuan dimungkinkannya skor-skor yang bergerak menuju harga
terjadi sharing pengalaman dan diskusi tengah sebagai akibat ketidak sempurnaan
yang sangat berguna bagi evaluasi modul. hubungan antara skor pra uji dan purna
Porsi pekerjaan rumah yang berupa la- uji (Kerlinger, 1990, Shaughnessy,
tihan dan studi mandiri yang cukup besar Zechmeister, & Zechmeister, 2007).
dimaksudkan untuk menguji cobakan
modul ini sebagai modul bantu diri. Pada Analisis data
setiap sesi pertemuan ada evaluasi dari
Karena hanya terdapat satu kelompok
pengamat dan dari subjek penelitian.
dengan pra dan purna uji, maka data
Selain evaluasi secara kualitatif, pada dianalisis menggunakan uji t berpasangan
awalnya penelitian ini dirancang juga (paired t-test non-independent t-test).
untuk menguji efek terapi dengan
rancangan eksperimen lapangan klasik
Hasil
(Leedy & Ormrod,2005; Neuman, 2000;
Shaughnessy, Zechmeister, & Zechmeister,
Penyusunan Modul
2007) atau yang disebut Kelompok Kontrol
Pra dan Purna Uji (Kerlinger, 1990; Leedy Dari hasil diksusi dengan para
& Ormrod, 2005). Pada rancangan ini reviewer modul muncul beberapa masukan
subjek dimasukkan kedalam kelompok sebagai berikut: (1) Terapi sebaiknya bisa
eksprerimen dan kontrol dengan penun- membawa seseorang kepada kesadaran
jukkan acak (random assignment). perasaan dan pikiran karena tidak setiap
Meskipun awalnya rancangan peneli- orang dengan mudah mengidentifikasi
tian berupa Kelompok Kontrol Pra dan dan menguji pikiran. Maka latihan-latihan
Purna uji, tetapi pada akhir eksperimen, kesadaran perasaan dan pikiran perlu ada,
ternyata hanya lima orang dari kelompok tidak sekedar latihan menganilisis pikiran.
kontrol yang mengerjakan purna uji, Dalam kasus seperti ini, kemampuan
dengan demikian rancangan penelitian mengamati dan tidak bereaksi terhadap
awal tidak bisa diterapkan. pikiran akan membantu seseorang mengu-
rangi reaktivitas, meningkatkan ketenang-
Rancangan penelitian akhir berupa
an, dan penerimaan terhadap menerima
satu kelompok pra dan purna uji
pikiran dan perasaannya. (2) Terapi kog-
(Kerlinger, 1990, Shaughnessy,
nitif perilaku yang berupa bantu diri,
Zechmeister, & Zechmeister, 2007).
sebaiknya sederhana dan mudah dipaha-
Kelemahan dari rancangan ini sebenarnya
mi. Kegiatan-kegiatan yang dirancang
adalah kontrol terhadap variabel-variabel
sebaiknya bisa membawa pada pema-
pencemar kurang baik, misalnya efek
haman dan kesadaran kognitif tentang
pengukuran (pengukuran pra uji meme-
pemikiran yang tidak realistis, dan (3) Jika
ngaruhi perubahan perilaku subjek), efek
memang ingin dibuat model web, sebaik-
sejarah (selama jeda pengukuran pra dan
nya web tersebut bersifat interaktif.
purna uji ada faktor-faktor lain di luar
terapi yang ikut berperan terhadap peru- Berdasarkan masukan-masukan terse-
bahan perilaku), kematangan (misalnya but, maka modul bantu diri TKP diper-
pertambahan usia mental atau peristiwa baiki. Secara umum modul ini terdiri dari
hidup yang meningkatkan kematangan lima bagian besar, yaitu pengantar, meng-

JURNAL PSIKOLOGI 87
SUSANA, DKK.

ubah pikiran, mengubah perilaku, berikan umpan balik dan mempermudah


menjaga jarak dengan pikiran (mind-body subjek mengidentifikasi pikiran-pikiran
medicine) dan mempertahankan kondisi negatif maupun yang disfungsional yang
positif. Bagian mind-body medicine meng- berkaitan dengan perasaan depresinya.
akomodasi masukan reviewer, yaitu mem- Dalam modul ini disediakan juga bagan
berikan latihan kesadaran, relaksasi, dan dan gambar-gambar sebagai rangkuman
meditasi. Sementara itu latihan-latihan sekaligus pengingat sederhana tentang
yang berupa membuat catatan kejadian, langkah-langkah mengelola pikiran dan
pikiran, dan perasaan dimaksudkan untuk perasaan yang berguna untuk mengurangi
memfasilitasi pemahaman subjek terhadap pikiran dan perasaan negatif.
konsep-konsep TKP secara lebih mudah Berdasarkan lima bagian utama terse-
dan sederhana. but, modul dikembangkan menjadi bebe-
Skala tentang pikiran negatif dan rapa topik sebagaimana tercantum pada
disfungsional dimaksudkan untuk mem- Tabel 1.

Tabel 1
Kisi-Kisi Modul Bantu Diri Terapi Kognitif Perilaku

No. Topik Kegiatan Tujuan


1 Mengukur suasana • Mengisi skala Depresi • Asesmen awal terhadap kon-
hati • Membaca handout konsep yang disi depresi
mendasari hubungan antara • Memberikan masukan pada
pikiran, perasaan, dan perilaku subjek tentang kondisi suasana
hatinya
• Memberikan pemahaman
tentan hubungan antara
pikiran, perasaan, dan perilaku
• Memberikan dasar-dasar
pemikiran terapi kognitif
perilaku
2 Lihat pikiran • Mengisi skala pikiran negatif dan • Mengidentifikasi pikiran-
otomatis Anda disfungsional pikiran negatif dan
• Membaca handout tentang cara disfungsional
mengidentifikasi pikiran
• Mengerjakan lembar observasi
pikiran
3 Membuat perubahan pikiran
a. Menguji pikiran • Membaca handout dengan topik • Membedakan antara fakta dan
bagaimana mengubah pikiran pendapat
dan membedakan fakta dan • Menguji pikiran yang tidak
pendapat rasional
• Berlatih menguji pikiran
b. Mencari pikiran • Membaca handout tentang • Menguji pikiran yang tidak
alternatif mencari pikiran alternatif rasional dan membuat
• Belajar menguji pikiran dan tanggapan yang lebih
mencari pikiran alternatif yang rasional
lebih rasional

88 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI

No. Topik Kegiatan Tujuan


4 Memperbaiki • Membaca handout tentang rules • Menemukan rules atau
peraturan harus yang menjadi sumber gangguan peraturan keharusan yang
perasaan dan perilaku tidak rasional, yang
• Berlatih menemukan rules dalam menyebabkan perasaan negatif
diri dan membuat pernyataan dan perilaku tidak konstruktif
baru yang lebih fleksibel • Mengubah pikiran yang kaku
dan mengikat menjadi lebih
terbuka dan fleksibel
5 Membuat Perubahan perilaku
a. Melakukan • Membaca handout tentang • Mengubah perasaan melalui
kegiatan untuk “Membuat Perubahan-Perilaku” perilaku
mengurangi • Melakukan refleksi kegiatan
tekanan emosi • Melakukan kegiatan-kegiatan
yang bisa mengubah suasana
hati atau perasaan

b. Membuat • Membaca handout tentang • Melakukan kegiatan-kegiatan


Jadwal Kegiatan bagaimana keberhasilan dalam yang bisa mengurangi
kegiatan kecil-kecil akan perasaan negatif dan
membantu meningkatkan meningkatkan perasaan positif
perasaan positif • Menemukan makna dari setiap
• Membuat jadwal kegiatan yang kegiatan sehingga perasaan
seimbang antara pekerjaan, menjadi lebih positif
rekreasional, istirahat, personal, • Memahami manfaat kegiatan
dan sosial dalam upaya meningkatkan
• Memaknai setiap kegiatan yang perasaan positif dan
dilakukan mengurangi perasaan negatif
6 Membuat jarak dengan pikiran
a. Latihan • Melakukan latihan-latihan • Meningkatkan kesadaran
kesadaran kesadaran akan reaksi tubuh, hubungan antara tubuh,
pikiran, dan perasaan pikiran, dan perasaan
b. Latihan • Latihan membayangkan • Meningkatkan ketenangan,
membayangkan kenyamanan, dan kestabilan
emosi

7 Mengatasi emosi • Berlatih mengatasi emosi negatif • Meningkatkan kemampuan


negatif dengan keterampilan-keteram- individu mengelola pikran dan
pilan yang sudah dipelajari sebe- perasaan melalui keterampilan
lumnya, seperti berpikir berbeda, pengubahan pikiran dan
bertindak berbeda, dan memba- perilaku
yangkan hal-hal yang menye-
nangkan atau menenangkan
8 Mempertahankan • Membuat agenda kegiatan yang • Memelihara kebiasaan postif
kondisi positif bersifat memelihara perasaan yang bersifat meningkatkan
positif dan pengelolaan pikiran atau memelihara perasaan
yang rasional positif dan meningkatkan cara
berpikir yang rasional

JURNAL PSIKOLOGI 89
SUSANA, DKK.

Hasil uji coba modul (7) Lembar kerja 8, 9, dan handout


“Perubahan Perilaku” dan “Melakukan
Uji coba modul dilakukan selama 10
Kegiatan” membuat klien merasa menga-
sesi, setiap sesinya berlangsung selama 2
lami sesuatu yang baru dan lebih mene-
jam. Berdasarkan pengamatan terhadap
mukan makna dalam hidup, sehingga
peserta, pengamatan terhadap jalannya
mengurangi perasaan depresinya. (8)
pertemuan, dan sharing peserta, dapat
Contoh-contoh metafora dalam handout
dirangkum beberapa hal sebagai berikut:
menjaga jarak dengan pikiran, tampak
(1) Handout “Mengidentifikasi pikiran,
sangat membantu peserta mengelola
perasaan, perilaku” bisa dipahami oleh
pikiran dan perasaan, dan (9) Latihan-
subjek penelitian. (2) Lembar Kerja 1,
latihan kesadaran dan meditasi tidak mu-
sangat membantu klien mengidentifikasi
dah dikuasai subjek. Nampaknya untuk
pikiran, perasaan, perilaku dan kaitan di
bisa menguasai teknik kesadaran dan
antara ketiganya. (3) Umpan balik yang
meditasi dibutuhkan latihan yang bersifat
didapat dari skor ATQ, DAS, dan BDI – II
rutin, konsisten, dan terus menerus.
sangat membantu subjek dalam mema-
hami handout pikiran otomatis dan pikiran
Hasil analisis statistik
tidak membantu. (4) Lembar kerja 2 dan 3
sangat membantu klien mengidentifikasi Hasil paired t-test untuk BDI-II (t(25)
jenis-jenis pikiran negatif otomatis yang =9,20; p<0,01), ATQ (t(26) =3,58; p<0,01), dan
sering muncul. (5) Lembar kerja 4 dan DAS (t(26) =4,63; p<0,01). Hal ini menun-
handout: Membuat Perubahan Pikiran, jukkan bahwa modul bantu diri TKP dapat
Fakta dan Pendapat, Mencari Pikiran mengurangi gejala depresi, pikiran negatif
Alternatif membantu klien membedakan otomatis, dan pikiran disfungsional.
antara fakta dan pendapat, melihat keja- Hasil rerata skor depresi subjek pene-
dian dari berbagai sudut pandang, dan litian pada pra uji yang berada pada kate-
membuat pikiran subjek lebih fleksibel. (6) gori sedang (23,37) setelah mendapatkan
Lembar Kerja 5, Lembar Kerja 6, dan Terapi Kognitif Perilaku mengalami
handout yang berjudul “Memperbaiki penurunan dan masuk dalam kategori
peraturan harus”, membantu klien men- normal (6,59). Sementara itu rerata skor
cari rules yang mendasari pikiran negatif ATQ (pikiran negatif otomatis) subjek
otomatis, mengujinya, dan memperbaiki sebelum mendapatkan TKP sebesar 68,18
rules yang semula kaku, tidak realistis dan mengalami penurunan menjadi 50,07.
menjadi lebih fleksibel dan lebih realistis.

Tabel 2
Statistik deskriptif skor pra dan purna uji

Usia JK BDI_pre BDI_post ATQ_pre ATQ_post DAS_pre DAS_post

N Valid 27 27 27 27 27 27 27 27
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 20.44 23.37 6.59 68.19 50.07 153.11 111.33
Median 20.00 22.00 3.00 65.00 43.00 145.00 116.00
Mode 19 20 2 53 a 40 150 98a
Std. Deviation 3.816 5.047 8.229 18.731 23.123 45.096 21.891
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

90 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI

Tabel 3
Deskripsi skor pra dan purna uji berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin BDI-II Pre BDI-II Purna ATQ-Pre ATQ-Purna DAS-Pre DAS-Purna
Perempuan 24,26316 6,421053 72,15789 51,36842 161,6316 111,5263
Laki-laki 21,25 7 58,75 47 132,875 110,875

Tabel 4
Hasil uji t skor BDI-II, ATQ, dan DAS
Paired Difference
95 % Confidence
Std t df Sig.
Interval of the
Mean SD Error (2-tailed)
Difference
Mean
Lower Upper
Pair 1 BDI_pre –BDI_Post 16.731 9.272 1.818 12.986 20.476 9.201 25 .000
Pair 1 ATQ_pre - ATQ_post 18.111 26.283 5.058 7.714 28.508 3.581 26 .001
Pair 1 DAS_pre - DAS_post 41.778 46.913 9.028 23.220 60.336 4.627 26 .000

Rerata skor DAS (pikiran disfung- interaktif. Maksudnya ketika modul ini
sional) subjek penelitian ini pada saat nantinya sudah dalam bentuk web, maka
mengalami depresi sebesar 153,11 dan setiap orang akan mendapatkan umpan
setelah TKP serta mengalami penurunan balik langsung dari setiap lembar kerja
depresi, rerata skor DAS subjek menjadi maupun beberapa alat asesmen diri yang
111,33. dikerjakan. Web juga akan dirancang
untuk memberikan laporan kemajuan dari
setiap individu yang telah melakukan
Diskusi
kegiatan-kegiatan yang dituliskan dalam
Modul ini memang tidak sampai pada modul. Program interaktif ini akan sangat
penelusuran core belief sehingga meskipun bermanfat bagi individu untuk mengeta-
subjek mampu melihat rules yang menda- hui kemajuan yang sudah dicapai, sekali-
sari pikiran negatif otomatis dan disfung- gus sebagai sarana memotivasi individu
sional, tetapi mereka masih mengalami untuk tetap melakukan latihan-latihan
kesulitan mengubah pikiran yang bersifat yang bisa membantunya meningkatkan
kaku, mengharuskan, dan mengikat. Kare- kesehatan mental.
na program bantu diri ini tidak sampai Hasil uji t menunjukkan bahwa modul
pada penelusuran dan pengubahan core bantu diri TKP dapat mengurangi gejala
bielief secara langsung, maka jika latihan- depresi, pikiran negatif otomatis, dan
latihan kesadaran dan meditasi tidak pikiran disfungsional. Dengan kata lain
dilakukan secara rutin dan berkelanjutan, hasil penelitian ini mendukung teori
ada kemungkinan subjek akan mengalami kognitif Beck bahwa TKP seharusnya tidak
kembali kondisi depresi meskipun tidak hanya mengurangi gejala depresi tetapi
seberat sebelumnya. juga pikiran negatif otomatis dan disfung-
Kebaruan modul ini dibandingkan sional.
dengan modul yang sudah ada adalah Rerata skor ATQ subjek penelitian ini
adanya pemeriksaan diri yang nantinya saat mengalami depresi masih lebih
umpan baliknya akan berupa program

JURNAL PSIKOLOGI 91
SUSANA, DKK.

rendah jika dibandingkan dengan hasil hormonal seperti pubertas, periode


penelitian Harrel dan Ryon (1983) serta premenstrual, menopause, ataupun pasca
Hollon dan Kendall (1980), yaitu 88,9 melahirkan.
untuk penderita depresi dan 79,64 untuk Studi lebih baru menunjukkan bahwa
mahasiswa yang mengalami depresi perempuan lebih cenderung mengalami
subklinis. Sementara skor purna uji untuk disregulasi hipotalamus-pituitari-adrenal
ATQ tidak jauh berbeda dari temuan (aksis HPA) yang berperan dalam menga-
Harrel dan Ryon (1983), yaitu bahwa pada tur respons stres (Weiss, Longhurst, &
sampel non depresi rerata skor ATQ Mazure, 1999 dan Young & Korszun
sebesar 48,57. dalam Nolen-Hoeksema, 2001). Hal ini
Jika dibandingkan dengan hasil disebabkan oleh sifat hormon sel telur
penelitian Haeffel, dkk. (2005), rerata skor yang memodulasi regulasi aksis HPA.
DAS pada subjek penelitian ini lebih tinggi Oleh karena itu perempuan cenderung
dibandingkan dengan rerata skor pende- mengalami depresi pada saat terjadinya
rita depresi pada penelitian Haeffel, dkk., perubahan hormonal yang cepat, yaitu
yaitu sebesar 121,92. Sementara itu rerata pada saat pubertas, pramenstrual, meno-
skor DAS pada subjek penelitian ini sete- pause, dan pasca melahirkan.
lah mengalami penurunan depresi (purna Dari segi faktor sosial budaya, perbe-
uji) menjadi lebih rendah jika dibanding- daan prevalensi depresi pada perempuan
kan dengan rerata skor DAS pada sampel dan laki-laki berkaitan dengan konstruksi
nondepresi Haeffel, dkk. (2005), yaitu sosial budaya yang melekat pada kedua
111,33 banding 120,47. jenis kelamin tersebut (Freund & McGuire,
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa 1991). Dalam proses sosialisasi, perem-
rerata skor depresi (BDI-II), pikiran negatif puan diharapkan mengembangkan femini-
otomatis (ATQ), dan pikiran disfungsional nitas, yaitu orientasi komunal seperti
(DAS) pra uji pada subjek perempuan keterampilan membina hubungan dengan
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini orang lain, emosional, dan kehangatan;
sejalan dengan temuan-temuan sebelum- sedangkan laki-laki diharapkan mengem-
nya bahwa prevalensi perempuan untuk bangkan maskulinitas, yaitu orientasi
mengalami depresi lebih tinggi dibanding- otonomi seperti kemandirian, kemampuan
kan laki-laki. Demikian halnya dengan berkompetisi, dan keyakinan diri (Lewis,
kecenderungan berpikir negatif dan irasio- 1985; Sanfilipo, 1994).
nal. Konsep diri perempuan lebih dilekat-
Kajian teoretis dan hasil-hasil peneli- kan kepada relasi interpersonal, sementara
tian menunjukkan bahwa perbedaan itu konsep diri laki- laki lebih dilekatkan
prevalensi depresi dan somatisasi antara pada hak-hak pribadi, dan otonomi
laki-laki dan perempuan ini berkaitan (Nolen-Hoeksema, 2001; Rosenfield,
dengan faktor biologis dan konstruksi Vertefuille, & Mcalpine, 2000). Oleh kare-
sosial-budaya. Secara biologis tingginya na manusia pada dasarnya adalah mahluk
kecenderungan depresi pada perempuan sosial, maka kecenderungan perempuan
merupakan akibat langsung dari hormon yang lebih berorientasi komunal ini me-
sel telur (khususnya estrogen dan proges- nyebabkan mereka lebih rentan terhadap
teron) terhadap perubahan suasana hati stresor interpersonal seperti konflik atau
(Nolen-Hoeksema, 2001). Perempuan akan putusnya relasi dengan orang lain yang
lebih depresi pada saat periode perubahan dapat berkembang menjadi keadaan

92 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI

depresif (Nolen-Hoeksema, 2001; menunjukkan bahwa perempuan lebih


Wiseman, Hadas, Guttfreund, & Daniel, mendapatkan manfaat terapi dibanding-
1995). Hasil penelitian Leadbeater, Blatt, kan laki-laki.
dan Quinlan (1995) menunjukkan bahwa Konstruksi sosial budaya terhadap
perempuan cenderung menderita depresi laki-laki dan perempuan, mungkin mem-
interpersonal dan lebih reaktif terhadap punyai pengaruh terhadap tingginya
stres yang dialami oleh orang lain. responsivitas perempuan terhadap terapi
Konstruksi sosial budaya pada perem- dibandingkan laki-laki. Seperti sudah dije-
puan juga menghendaki perempuan ber- laskan sebelumnya bahwa perempuan
sikap halus dan sopan, sehingga mereka lebih dipengaruhi oleh relasi sosial (Dion
tidak diharapkan untuk mengekspresikan & Dion, 1993), maka kemungkinan efek
kemarahan, terutama dalam berelasi de- terapi kelompok pada perempuan yang
ngan orang lain. Oleh karena itu pada lebih besar dibandingkan laki-laki
umumnya perempuan cenderung menga- disebabkan oleh perasaan diterima dan
rahkan kemarahan kepada diri sendiri didukung di dalam kelompok. Kesem-
(anger in) yang bisa menyebabkan inter- patan untuk mengekspresikan pikiran,
nalizing disturbance seperti kecemasan, perasaan, dan pengalaman; saling me-
bunuh diri, dan gangguan makan serta nanggapi dan meneguhkan dalam terapi
menguatkan ekspresi depresi yang berupa kelompok lebih menguntungkan perem-
gejala somatik, perasaan sedih, dan puan dibandingkan laki-laki.
kesepian (Leadbeater, Blatt, & Quinlan, Kemungkinan lain adalah proses
1995; Silverstein, Caceres, Perdue dkk., interaksi dalam terapi kelompok lebih
1995; Silverstein & Blumenthal, 1997); berpengaruh terhadap penurunan pikiran
Silverstein & Lynch, 1998); Silverstein, disfungsional pada perempuan. Jika
1999; 2002). dicermati, pikiran-pikiran disfungsional
Sementara itu laki-laki diharapkan pada subjek penelitian ini berkisar tentang
lebih ekspresif dan maskulin, sehingga rendahnya harga diri dan penerimaan diri.
kemarahan merupakan emosi utama laki- Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa
laki yang mencerminkan kejantanan dan harga diri perempuan lebih dilekatkan
maskulinitas. Oleh karena itu laki-laki pada penerimaan sosial dibandingkan
pada umumnya mengekspresikan kema- laki-laki, maka penerimaan kelompok
rahan mereka kepada objek di luar dirinya menyebabkan para anggotanya, terutama
(anger out). Menurut Leadbeater, Blatt, dan perempuan mengalami peningkatan pene-
Quinlan (1995), kemarahan yang diarah- rimaan diri dan penurunan pikiran-pikir-
kan keluar menyebabkan laki-laki cende- an disfungsional yang berkaitan dengan
rung mengalami externalizing disturbance kebutuhan untuk diterima dan kecemasan
seperti gangguan oposisional, kenakalan, akan penolakan lingkungan. Situasi saling
dan masalah sekolah serta menguatkan mendukung dalam kelompok dan latihan-
ekspresi depresi yang berupa antagonis- latihan untuk menerima diri dan orang
me, agresi, dan ketidakmampuan bekerja. lain tanpa syarat, mungkin banyak mem-
Meskipun demikian jika dilihat penu- bantu perempuan dalam mengelola pikir-
runan rerata skor pada purna uji, subjek an dan perasaannya saat berelasi dengan
perempuan lebih banyak menunjukkan orang lain, khususnya dalam hal meng-
penurunan dibandingkan laki-laki, baik ubah peraturan “harus” dan “seharus-
pada skor BDI-II, ATQ, dan DAS. Hal ini nya”. Perempuan menjadi lebih mampu

JURNAL PSIKOLOGI 93
SUSANA, DKK.

mengubah peraturan “harus” dan “seha- Kepustakaan


rusnya” yang merupakan hasil internali-
sasi dari tuntutan sosial terhadap perem- American Psychiatric Association. (2000).
puan. Practice Guideline for the treatment of
patients with major depressive disorder
Efek terapi kelompok yang lebih besar
(revision). Am J Psychiat, 157, 1-45.
pada perempuan dibandingkan laki-laki
dalam penelitian ini mungkin juga American Psychiatric Association (2010).
Practice Guideline for the treatment of
disebabkan oleh sikap submisif perem-
patients with major depressive disorder.
puan yang lebih tinggi dibandingkan laki-
laki. Tuntutan sosial yang menghendaki http://dx.doi.org/10.1176/appi.books.97
80890423387.654001 atau Psychiatric-
perempuan lebih rendah hati dan patuh
online.org/content.aspx?bookid=28&sec
(submisif) (Madson & Trafimow, 2001),
kemungkinan menyebabkan perempuan tionid=1667485
lebih mudah menerima masukan dari Andersson, G., & Cuijper, P. (2009).
orang lain sehingga lebih responsif terha- Internet-based and other computerized
dap terapi. Sementara itu konstruksi sosial psychological treatments for adult
maskulinitas terhadap laki-laki yang depression: A meta-analysis. Cognitive
menghendaki kemandirian, ketangguhan, Behaviour Therapy, 38(4), 196–205.
kepercayaan pada diri sendiri, dan domi- Andrews, G., & Titov, N. (2007). Depres-
nan (Madson & Trafimow, 2001), mungkin sion is very disabling. Lancet, 370, 808–
menyebabkan laki-laki kurang mudah 809.
menerima masukan dari orang lain Beck, A. T. (1985). Depression: Causes and
sehingga kurang responsif terhadap treatment. Philadelphia: York Interna-
terapi. tional of Pensylvania press.
Beck, A. T., Steer, R. A., & Brown, G. K.
Kesimpulan (1996). BDI-II, Beck Depression Inventory:
Manual (2th ed.). Boston: Harcour,Brace,
Hasil uji coba modul bantu diri TKP and Company.
menunjukkan bahwa modul ini dapat Berger, Th., Ha¨mmerli1, K., & Gubser, N.
menurunkan gejala depresi, pikiran nega- (2011). Internet-based treatment of de-
tif otomatis, dan pikiran disfungsional. pression: A randomized controlled trial
Meskipun demikian, karena tidak adanya comparing guided with unguided self-
kelompok kontrol, maka perlu disadari help. Cognitive Behaviour Therapy, 40(4),
adanya kemungkinan error atau bias yang 251–266.
disebabkan oleh ancaman terhadap vali- Buczynski, R. (T.t.). A mind body/medicine
ditas penelitian misalnya efek kematang- update: what every practitioner needs to
an, sejarah, pengalaman, dan regresi know. The National Institute for the
statistik. Oleh karena itu untuk penelitian Clinical Application of Behavioral
tahap selanjutnya, perlu ditingkatkan Medicine.
validitas penelitian melalui desain pra dan
Burns, D. D. (1988). Terapi Kognitif,
pasca uji coba dengan kelompok kontrol
pendekatan baru bagi penanganan depresi
dan eksperimen.
(Santoso, terj). Jakarta: Penerbit
Erlangga

94 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI

Chiu E. (2004). Epidemiology of depres- Ebrahimi, A., Afshar, H., Doost, H. T. N.,
sion in the Asia Pacific region. Austra- Mousavi, S. G., & Moolavi. H. (2012).
lasian Psychiatry, 12, 4-10. Attitude scale and general health
Ciarrochi, J., & Bilich. L. (2006). Acceptance questionnaire subscales predict
and commitment therapy. School of depression? J Res Med Sci., 17(1), 40-44.
Psychology, University of Wollongong. Epp, A. M., & Dobson, K. S. (2010). The
Clarke, G., Kelleher, Ch., Hornbrook, M., evidence base of Cognitive-Behavioral
DeBar, L., Dickerson, J., & Gullion, Ch. Therapy. Dalam Dobson, K.S. (Ed).
(2009). Randomized effectiveness trial Handbook of Cognitive-Behavioral Thera-
of an internet, pure self-help, Cognitive pies (h. 39 – 73). New York: The Guil-
Behavioral Intervention for depressive ford Press.
yymptoms in young adults. Cognitive Freund, P. E. S., & McGuire, M. B. (1991).
Behaviour Therapy, 38(4), 222–234. Health, illness, and the social body:
Davidson, R. J., Kabat-Zinn, J., ACritical Sociology. New Jersey: Pren-
Schumacher, J., Rosenkranz, M., Muller, tice-Hall.
D., Santorelli, S. F., Urbanowski, F., Fruzzetti, A. E., & Erikson, K. R. (2010).
Harrington, A., Bonus, K., & Sheridan, Mindfulness and acceptance interven-
J. F. (2003). Alterations inbrain and tions in cognitive-behavioral therapy.
immune function produced by Dalam Dobson, K.S. (Ed). Handbook of
mindfulness meditation. Psychosomatic Cognitive-Behavioral Therapies (h. 347 –
Medicine, 65(4), 564-570. 372). New York: The Guilford Press.
Dion, K., & Dion, K. L. (1993). Individua- Ginting, H., Näringa, N., Van der Velda,
listic and collectivistic perspectives on W. M., Srisayektic, W., & Beckera, E. S.
gender and the cultural context of love (2013). Validating the Beck Depression
and intimacy. Journal of Social Issues, Inventory-II in Indonesia’s general
49(3), 53-69. population and coronary heart disease
Dobson, K. S., & Dozois, D. J. (2010). patients. International Journal of Clinical
Historical and philosophical bases of and Health psychology, 13, 235−342.
cognitive-behavioral therapies. Dalam Goldman, L. S, Nielson, N. H., &
Dobson, K.S. (Ed). Handbook of Cogni- Champion, N. C. (1999). Awareness,
tive-Behavioral Therapies (h. 3 – 38). New diagnosis, and treatment of depression,
York: The Guilford Press. Clinical Review, 14, 569-580.
Dowd, E. T. (2004). Depression: theory, Haeffel, G. J., Abramson, L. Y., Voelz, Z.
assessment, and new direction in R., Metalsky G. I., Halberstadt, L.,
practice. International Journal of Clinical Dykman, B. M., Donovan, P., Hogan,
and Health Psychology, 4 (2), 413-423. M. E., Hankin, B. L., & Alloy, L. B.
Dusek, J. A., Otu, H. H., Wohlhueter, A. L., (2005). Negative cognitive styles, dys-
Bhasin, M., Zerbini, L. F., Joseph, M. G., functional attitudes, and the remitted
Benson H., & Libermann T. A. (2008). depression paradigm: a search for the
Genomic counter-stress changes elusive cognitive vulnerability to de-
induced by the relaxation response. pression factor among remitted de-
PLoS ONE [Electronic Resource], 3(7), pressives. Emotion, 5(3), 343–348.
e2576.http://.dx.doi.org/10.1371/journal. Harrell, T. H., & Ryon, N. B. (1983) Cogni-
pone.0002576. tive-Behavioral Assessment of Depres-
sion:Clinical Validation of the Auto-

JURNAL PSIKOLOGI 95
SUSANA, DKK.

matic Thoughts Questionnaire. Journal Muñoz, Ph.D. Sergio Aguilar-Gaxiola,


of Consulting and Clinical Psychology, M.D., Ph.D. John Guzmán, Ph.D. San
51(5), 721-725. Francisco General Hospital, Depression
Hollon, S. D., & Kendall, P. C. (1980). Cog- Clinic
nitive self-statements in depression: Jumlah Penduduk yang Depresi Mening-
Development of an Automatic kat. (2012). Diunduh dari: http://health.
Thoughts Questionnaire. Cognitive kompas.com/read/2012/10/06/02221686/
Therapy and Research, 4, 383 – 395. Jumlah.Penduduk.yang.Depresi.Menin
Hölzel B. K., Carmody J., Vangel M., gkat.
Congleton C., Yerramsetti S. M., Gard Kane, P., & Garber, J. (2004). The relations
T., & Lazar, S. W. (2011). Mindfulness among depression, in fathers, children’s
practice leads to increases in regional psychopatology, and father-child
brain gray matter density. Psychiatry conflict: A meta-analysis. Clinical
Res. 191(1), 36-43. Psychological Review, 24, 339-360.
Immerman, R. S., & Mackey, W. C. (2003). Kaplan, H. I., & Sadock, B. J. (1991) Synop-
The depression gender gap: A view sis of psychiatry: Behavioral sciences and
through a biocultural filter. Genetic, clinical psychiatry (ed. Ke-6.). Baltimore,
Social, and General Psychology Mono- MD: William & Wilkins
graphs, 129(1), 5 -39. Kazdin, A. E. (1990). Evaluation of the
Infante, J. R., Peran, F., Martinez, M., automatic thoughts questionnaire:
Roldan, A., Poyatos, R., Ruiz, C., negative cognitive processes and de-
Samaniiego, F., & Garrido, F. (1998). pression among children. Psychological
ACTH and β-endorphin in Assessment: A Journal of Consulting and
transcendental meditation. Physiology & Clinical Psychology, 2(1), 73-79
Behavior, 64(3), 311-315. Kerlinger, F. N. (1990). Asas-asas penelitian
Idusohan-Moizer, Sawicka, A., Dendles, J., behavioral (ed ke -3). (Simatupang, L.R.
& Albany, M. (2013). Mindfulness- terj). Yogyakarta: Gadjah Mada Uni-
based cognitive therapy for adults with versity Press. (karya asli terbit tahun
intelectual disabilities: an evaluation of 1986).
the effectiveness of mindfulness in Leadbeater, B. J., Blatt, S. J., & Quinlan, D.
reducing symptoms of depression and M. (1995). Gender-linked vulnerebali-
anxiety. Journal of Intellectual Dissability ties to depressive symptoms, stress, and
Research, 1-1 2. http://dxdoi.org/10.1111 problem behaviors in adolescents. Jour-
/jir.12082 nal of Research on Adolescence, 5(1), 1-29.
International Test Commission (2010). In- Leedy, P. D., & Ormrod, J. E. (2005). Prati-
ternational test commission guidelines for cal research. Planning and design (8thed.).
translating and adapting tests. Diunduh Upper Saddle River, NJ: Pearson.
dari: http://www.intestcom.org Madson, L., & Trafimow, D. (2001).
Jeannette Rosselló, J., Bernal, G., & Piedras, Gender comparison in the private,
R. (2007). Treatment manual for cog- collective, and Allocentric selves. The
nitive behavioral therapy for depres- Journal of Social Psychology, 141(4), 551-
sion: adaptation for puerto rican ado- 559.
lescents, based on the Group Therapy MacLean, C. R., Walton, K. G., Wenneberg,
Manual for Cognitive-behavioral S. R., Levitsky, D. K., Mandarino, J. P.,
Treatment of Depression Ricardo F. Waziri, R., Hillis, S. L., & Schneider R.

96 JURNAL PSIKOLOGI
PROGRAM BANTU DIRI, TERAPI KOGNITIF PERILAKU, DEPRESI

H. (1997). Effects of the transcendental Nolen-Hoeksema, S. (1994). An interactive


meditation program on adaptive model for the emergence of gender
mechanisms: changes in hormone levels differences in depression in adoles-
and responses to stress after 4 months cence. Journal of Research on Adolescence,
of practice. Psychoneuroendocrinology, 4(4), 519-534.
22(4), 277-295. Petrocelli, J. V. (2002). Effectiveness of
McGinn, L. K. (2000). Cognitive behavioral group cognitive-behavioral therapy for
therapy of depression: theory, treat- general symptomatology: a meta-
ment, and empirical status. American analysis. Journal For Specialists In Group
Journal of Psychotherapy. 54, issue 2. Work, 27(1), 92-115
Muñoz, R. F., Ippen C. G., Rao, S., Huynh- Retnowati, S. (2004). Depresi remaja: Metode
Nhu Le, & Dwyer, E. V. (2000). Manual integrasi penyebab depresi dan pengatasan
for group cognitive-behavioral therapy of depresi pada remaja. (Disertasi tidak
major depression: a reality management dipublikasikan). Yogyakarta: Univer-
Approach(Instructor’s Manual). San sitas Gadjah Mada.
Francisco: Cognitive-Behavioral De- Retnowati, S. (2011). Psikolog puskesmas:
pression Clinic Division of Psychosocial kebutuhan dan tantangan bagi profesi psi-
Medicine San Francisco General kologi klinis Indonesia. (Pidato pengu-
Hospital University of California. kuhan guru besar, tidak dipublikasi-
Mukhtar, F., Oei, T. P. S., & Yaacob, M. J. kan), Universitas Gadjah Mada,
M. (2011). Effectiveness of group Yogyakarta, Indonesia.
cognitive behaviour therapy augmen- Rosenfield, S., Vertefuillem J., &
tation in reducing negative cognitions McAlpine, D. D. (2000). Gender strati-
in the treatment of depression in fication and mental health: An explo-
malaysia. ASEAN Journal of Psychiatry, ration of dimensions of the self. Social
12(1), 50-65. Psychology Quarterly, 63(3), 208-223.
National Institute of Mental Health. (2002). Shaughnessy, J. J., Zechmeister, E. B., &
Depression. Diunduh dari: http://www. Zechmeister, J. S. (2007). Metode Peneli-
nimh.nih.gov. tian Psikologi (terjemahan). Yogyakarta:
Neenan, M., & Dryden, W. (2004). Pustaka Pelajar.
Cognitive Therapy:100 key points & Silverstein, B., Caceres, J., Perdue, L., &
technique. New York: Brunner- Cimarolli, V. (1995). Gender differences
Routledge in depressive symptomatology: The
Neuman, W. L. (2000). Social Research Me- role played by “anxious somatic
thods: Qualitative and Quantitative depression” associated with gender-
Approaches. Boston: Allyn and Bacon. related achievement concerns. Academic
Newberg, A., & Iversen, J. (2003).The neural Research Library, 33, 621- 636.
basis of the complex mentaltask of Silverstein, B., & Blumenthal, E. (1997).
meditation: neurotransmitter and Depression mixed with anxiety,
neurochemical considerations. Medical somatization, and disordered eating:
Hypotheses, 61(2), 282-291. Relationship with gender-role-related
National Institute of Mental Health. (2006). limitation experienced by females. Sex
Depression. Diunduh dari: www.nimh. Roles, 36, 709 – 717.
nih.gov/publicat/depressionmenu.cfm. Silverstein, B., & Lynch, A. D. (1998).
tanggal 10 Maret 2007. Gender differences in depression: The

JURNAL PSIKOLOGI 97
SUSANA, DKK.

role played by paternal attitudes of Wang, P. S., Simon, G., & Kessler, R. C.
male superiority and maternal (2003). The economic burden of de-
modeling of gender-related limitations. pression and the cost-effectiveness of
Sex Roles, 38, 539-555. treatment. Int J Methods Psychiatr Res,
Silverstein, B. (1999). Gender difference in 12(1), 22–33.
the prevalence of clinical depression: Waspadai Peningkatan Penderita Depresi.
The role played by depression (2012). Suara Pembaharuan, hal. 6.
associated with somatic symptoms. The Weissman, A. N., & Beck, A. T. (1978). De-
American Journal of Psychiatry, 156, 480- velopment and validation of the Dysfunc-
482. tional Attitudes Scale: a preliminary in-
Silverstein, B. (2002). Gender differences in vestigation. In: Proceedings of the
the prevalence of somatic versus pure meeting of the American Educational
depression: A replication. The American Research Association. Toronto, ON
Journal of Psychiatry, 159, 1051-1052. Wiseman, H., Guttfreund, D. G., & Lurie, I.
Tinas Psikologi. (2012). Menuju Manusia (1995). Gender differences in loneliness
Indonesia Sehat Mental. diunduh dari: and depression of university students
http://www.unair.ac.id/berita.unair.php seeking counseling. British Journal of
?id=1435 Guidance and Counseling, 23(2), 231-143.
Tooley, G. A., Armstrong, S. M., Norman, World Health Organization. (2001). The
T. R., & Sali A. (2000). Acute increases World health report 2001: Mental health:
in night-time plasma melatonin levels New understanding, new hope. France
following a period of meditation. Bio- World Health Organization. (2005). De-
logical Psychology, 53(1), 69-78. pression. Diunduh dari: http://www.
Vivyan, C. (2009 – 2013). An Introductory who.int/mental_health/depression/defi
self help course in Cognitive Behavior nition.
Therapy. Diunduh dari: www.get.gg/
selfhelpassist.htm.

98 JURNAL PSIKOLOGI

Anda mungkin juga menyukai