PSIKIATRI
MENGETAHUI
SUPERVISOR
I. IDENTIFIKASI
Ny. A / 35 tahun / Menikah / Islam / Warga Negara Indonesia / Suku Sumatera
/ Tidak tamat SD (Kelas V) / Tukang parkir / Desa Tegal Rejo RT 1 RW 1
Lawang Kidul, Muara Enim/ berobat sendiri ke poli RS. Ernaldi Bahar pada
tanggal 31 Oktober 2017
III.STATUS NEUROLOGIKUS
Tidak ada kelainan
Riwayat Pendidikan
Tidak tamat SD (kelas V)
Riwayat Pekerjaan
Tukang parkir
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah satu kali atas dasar suka sama suka pada tahun 2010.
Pasien memiliki 2 orang anak usia 6 tahun dan 5 tahun. Istri pasien
meninggal dunia 1 tahun yang lalu.
Psikopatologi
Keadaan umum:
Compos mentis terganggu, perhatian adekuat, sikap kooperatif,
inisiatif tidak ada, ekspresi fasial datar, verbalisasi tidak jelas, cara bicara
lancar namun pelan, kontak fisik-mata-verbal ada.
Keadaan spesifik:
Keadaan afektif: afek inappropiate, mood distimik (irritable)
Hidup emosi: labil, dangkal, inadekuat, tidak bisa
dirabarasakan.
Keadaan dan fungsi intelek: daya ingat baik, amnesia tidak ada,
daya konsentrasi kurang, orientasi baik, discriminative judgement
dan discriminative insight baik, taraf intelegensia sesuai, tidak ada
kemunduran intelektual.
Kelainan sensasi dan persepsi: halusinasi auditorik dan visual
ada.
Keadaan proses berpikir: arus pikiran inkoherensi, isi pikiran
waham curiga dan waham bizzare ada, pemilikan pikiran alienasi.
Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan: raptus/impulsivitas
ada.
Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (covert) tidak
ada.
Reality Testing Ability (RTA) terganggu pikiran, perilaku dan
perasaan.
FORMULASI DIAGNOSTIK
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
F20.0 Skizofrenia Paranoid
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
TERAPI
Psikoterapi:
- Individu: - Menjalin komunikasi interpersonal yang baik dengan pasien
agar dapat memotivasi dan memberikan pemahaman
mengenai penyakitnya.
- Memotivasi pasien untuk rutin kontrol dan minum obat
secara teratur.
- Memberi edukasi untuk rajin beribadah dan mengisi waktu
dengan kegiatan yang bermanfaat untuk menghindari
halusinasi.
- Keluarga: Memberikan edukasi pada keluarga agar terus mendukung
pasien untuk rutin kontrol dan minum obat secara teratur,
memotivasi keluarga untuk terus memberikan dukungan
sosial kepada pasien.
Psikofarmaka:
Risperidone 1mg 1x1 tablet
Merlopam 0,5 mg 1 × 1 tablet (sore)
PROGNOSIS
Quo ad vitam: dubia ad bonam
Quo ad fungsionam: dubia ad bonam
TUGAS
- Skizofrenia Katatonik
Gambaran Klinik:
1. Stupor (amat berkurang reaktivitas terhadaplingkungan dan dalam
gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme;
2. Kegelisahan (aktivitas motor yang tampak tak bertujuan, yang tak
dupengaruhi oleh stimuli eksternal);
3. Berpose (secara sukarela mengambil dan mempertahankan sikap
tubuh tertentu yang tidak wajar atau “bizarre”);
4. Negativisme (perlawanan yang jelas tidak bermotif terhadap semua
instruksi atau upaya untuk digerakkan, atau bergerak kearah
berlawanan);
5. Rigiditas (rigidity : mempertahankan sikap tubuh yang kaku
melawan upaya untuk memnggerakkannya);
6. Fleksibilitas serea (“waxy flexibility” : mempertahankan posisi
anggota gerak dan tubuh yang dilakukan dari luar;
7. Gejala-gejala lain seperti otomatis terhadap perintah (command
automatisme ; ketaatan secarra otomatis terhadap perintah), dan
perseverasi kata-kata serta kalimat.
- Skizofrenia Residual
Menurut DSM-IV-TR, skizofrenia tipe residual ditandai dengan bukti
adanya gangguan skizofrenik tanpa ditandai serangkaian lengkap gejala
aktif atau gejala yang memadai untuk memenuhi diagnosis skizofrenia
tipe lain. Emosi menumpul, penarikan sosial, perilaku eksentrik,
pemikiran tidak logis, dan asosiasi longgar ringan, seringkali tampak
pada tipe residual. Jika terjadi waham atau halusinasi, biasanya tidak
prominen atau tidak disertai afek yang kuat.
- Gangguan Psikosis Akut dan Sementara
Organik
Gangguan yang disebabkan karena adanya kelainan pada struktur
sistep saraf pusat. Contoh: delirium dan demensia.
Pemberian, berupa serbuk putih yang tidak larut pada air. Tablet lorazepam
diminum peroral yang mengandung 0.5 mg, 1 mg, or 2 mg lorazepam.
Komposisi inaktif lorazepam adalah lactose monohydrate, magnesium
stearate, microcrystalline cellulose, polacriline potassium. Lorazepam
tidak larut dalam air dan membutuhkan pelarut seperti polyethylene glycol
atau propylene glycol.
Mekanisme Kerja
Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABA. Terdapat dua jenis
reseptor GABA, yaitu GABAA dan GABAB. Reseptor GABAA (reseptor
kanal ion klorida kompleks) terdiri atas lima subunit yaitu α1, α2, β1, β2 dan
γ2. Benzodiazepin berikatan langsung pada sisi spesifik subunit γ2
sehingga pengikatan ini menyebabkan pembukaan kanal klorida,
memungkinkan masuknya ion klorida ke dalam sel menyebabkan
peningkatan potensial elektrik sepanjang membran sel dan menyebabkan
sel sukar tereksitasi. Efek yg ditimbulkan benzodiazepin merupakan hasil
kerja golongan ini pada SSP dengan efek utama: sedasi, hipnosis,
pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan
antikonvulsan. Sedangkan efek perifernya: vasodilatasi koroner (pada
pemberian IV) dan blokade neuromuskular (pada pemberian dosis tinggi).
Afinitas pada reseptor GABAA berurutan seperti berikut
lorazepam > midazolam > diazepam. Reseptor spesifik benzodiazepine
akan berikatan pada komponen gamma yang terdapat pada reseptor
GABA.
Farmakokinetik
– Lorazepam dipercaya diabsorsi secara oral dan intramuskuler
– Absorbsi pada pemberian lorazepam secara intramuskular berlangsung
cepat dan lengkap.
– Waktu paruh singkat (10-20 jam) dibandingkan diazepam
– Akumulasi kecil selama pemberian dosis berulang
– Konsentrasi puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 2 – 3 hari. Oleh
sebab itu, lorazepam harus dipertimbangkan dengan baik sebelum operasi
sehingga obat tersebut memiliki waktu untuk efektif sebelum pasien
masuk ke kamar operasi.
– Eliminasi berlangsung cepat yang diikuti dengan terapi yang tidak
berkelanjutan
– Efek maksimal muncul 30-40 menit setelah injeksi intravena
– Tidak ada metabolit aktif dari lorazepam; dan karena metabolismenya
tidak tergantung dari enzim mikrosomal, ada pengaruh yang kurang pada
efeknya dari usia atau penyakit hati. Lorazepam dikinjugasikan ke bentuk
glukoronida oleh hati menjadi metabolit yang tidak akif. Metabolitnya
dieksresikan melalui urin.
Indikasi
Terapi anxietas, tetapi tidak digabungkan dengan stress yang dialami
setiap hari, sedasi-hipnotik, terapi insomia, memberikan efek
antikonvulsan dan amnestic (hanya parenteral), antipanic agent dan
antitremor agent ( secara oral), antiemetic pada kemoterapi kanker (hanya
parenteral), relaksasi otot.
Kontraindikasi
Dilihat dari masalah-masalah dalam pengobatan: intoksikasi alkohol
dengan gejala vital yang ditekan (depresi CNS), koma, shock (efek
hipnotik atau hiposensitif dari pemberian benzodiazepin secara parenteral).
Menimbulkan kematian jika dikonsumsi setelah meminum alkohol.
Adverse effects (efek samping pada high-dose)
– Timbul toleransi
– Amnesia antegrad (Blitt et al menunjukkan ketiadaan ingatan tidak
dihasilkan sampai 2 jam setelah injeksi intramuskuler) dihasilkan selama
4-6 jam tanpa sedasi berlebihan. Dosis lebih tinggi menghasilkan sedasi
berkepanjangan dan berlebihan tanpa lebih banyak amnesia.
– Mental depresi
– Palpitasi (detak jantung tidak teratur)
– Depresi respirasi yang tidak diinginkan pada dosis pada penyakit paru.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, Harold I., B.J. Sadock, dan J.A. Grebb. 2010. Sinopsis Psikiatri,
Jilid 1. Tangerang: Binarupa Aksara. Hlm 218-219; 470;473;699;708.
2. Goodman & Gillman (2007). Dasar Farmakologi dan Terapi ed. 10.
Jakarta: EGC.
3. Gery Schmitz, dkk. (2009). Farmakologi dan Toksikologi. EGC. Jakarta
4. Luft, Barrat. 2014. Extrapyramidal Side Effects (EPSE) – forgotten but
not gone. Graylands Hospital Drug Bulletin. North Metropolitan Health
Service – Mental Health March 2014 Vol 21 No.1 ISSN 1323–1251