Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan bagian yang sangat penting dalam kelangsungan

kehidupan suatu bangsa. Di dalam implementasinya, anak merupakan sumber

daya manusia bagi pembangunan suatu bangsa, penentu masa depan dan

penerus generasi. Anak berperan sangat strategis sebagai penentu suksesnya

suatu bangsa. Peran strategis ini didasari oleh masyarakat internasional untuk

melahirkan sebuah konvensi yang intinya menekankan posisi anak sebagai

manusia yang harus mendapatkan perlindungan atas hak-hak yang

dimilikinya. Indonesia merupakan salah satu dari 192 negara yang telah

meratifikasi Konvensi Hak-Hak Anak (Convention on the Right of the

Children) pada tahun 1990. Dengan meratifikasi konvensi ini, Indonesia

memiliki kewajiban untuk memenuhi hak-hak anak dan memenuhi

kesejahteraan anak tanpa terkecuali. Kesejahteraan anak adalah suatu tatanan

kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dengan wajar, baik secara

rohani, jasmani maupun social.1

Kehadiran pekerja anak di Indonesia bukan hal yang baru. Banyak anak

yang menjadi korban eksploitasi ekonomi maupun seksual karena adanya

factor pendorong yang menyebabkan seorang anak diharuskan untuk

melakuakan pekerjaan. Pekerja anak sendiri merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan oleh anak dibawah umur untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya
1
Dwi Ari Ningsih.2012. Perlindungan Hukum terhadap anak sebagai korban perkosaan
dalam rumah tangga pada tahap penyidikan. Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Hal.
3

1
2

maupun keluarganya. Jika mengacu pada Konvensi Hak-Hak Anak (KHA)

dan Konvensi International Labour Organization (ILO), maka yang disebut

pekerja anak adalah mereka yang berusia dibawah 18 tahun.2

Langkah dan upaya nyata Pemerintah Indonesia telah ditetapkan secara

khusus dalam meretefikasi 2 konvensi ILO dan Pasal dalam Konvensi Hak

Anak (KHA) yang menetapkan standart-standart Inrternasional berkaitan

dengan permasalahan pekerja anak yakni konvensi ILO No. 138 Tentang

Batas Usia Minimum Diperbolehkan Bekerja melalui Undang-Undang No. 20

Tahun 1999, konvensi ILO No. 182 tentang Pelarangan dan Tindakan Segera

untuk Penghapusan bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak melalui

Undang-Undang No. 1 Tahun 2000, dan Pasal 32 Konvensi Hak Anak (KHA)

melalui Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990. Ketiga konvensi yang telah

di ratifikasi oleh Pemerintah Indonesia merupakan sebuah bentuk penegasan

kembali komitmen masyarakat global untuk menciptakan sebuah masa depan

tanpa pekerja anak, dengan kata lain anak dilarang untuk dipekerjakan. 3

Pekerja anak sebagai artis cilik juga berpotensi untuk mengembangkan

minat dan bakatnya sesuai dengan yang diatur dalam Keputusan Menteri

Nomor 115 Tahun 2004 yang selanjutnya disebut Kepmen Nomor 115/2004

dan dengan maraknya anak yang menjadi artis cilik diharapkan dapat

menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Namun dalam

acara di televisi anak-anak juga sering tampil dengan riasan wajah yang tebal,

baju seperti orang dewasa, berpenampilan layaknya orang dewasa yang


2
Lalu Muhamad Wahyu Ramdhany. 2013. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban
Eksploitasi Seks Komersial. Skripsi. Fakultas Hukum. Universitas Brawijaya. Hal. 3
3
Ibid. hal.5
3

dimana tidak sesuai dengan umur mereka, jam siaran melebihi tiga jam,

serta menyanyikan lagu-lagu orang dewasa yang ditentukan pihak produser.

Pada hakikatnya media televisi lahir karena perkembangan teknologi.

Televisi merupakan salah satu jenis media masa elektronik yang bersifat audio

fisual, direct, dan dapat membentuk sikap. Beragam tayangan mulai dari

hiburan sampai ilmu pengetahuan dan teknologi ada dalam televisi. Sekarang

ini televisi bukan lagi merupakan benda asing bagi anak. Pada dasarnya

televisi merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi anak-anak,

baik sebagai sumber informasi untuk hal-hal yang baik dan cocok buat mereka

maupun untuk hal-hal yang kurang baik dan kurang cocok untuk anak-anak

seusia mereka.4

Dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tepatnya Pasal 68

jelas diatur bahwa perusahaan dilarang memperkerjakan anak di bawah umur,

juga pada Pasal 69 disebutkan boleh diperkerjakan jika usianya diatas 14

tahun dan harus mendapat izin dari orang tuanya. Selain itu, maksimal jam

kerja anak-anak juga dibatasi yakni tidak boleh lebih dari tiga jam, dan harus

ada jaminan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah mengatur bagaimana ketentuan-

ketentuan dalam mempekerjakan anak. Pasal 1 Undang-undang Nomor 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut dengan

Undang-Undang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa anak adalah semua

orang yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun. Berdasarkan Pasal 68


4
Sri Mulyani.2013. Memperkejakan Artis Cilik Di Bawah Umur dalam Perspektif
Maqasid Asy-syari’ah.Skripsi. Fakultas Agama Islam. http://digilib.uin-suka.ac.id. Diakses :
Pukul 13.42 WIB Tanggal 16 November 2014
4

Undang-Undang ketenagakerjaan ditegaskan bahwa pengusaha dilarang

memperkerjakan anak, tetapi ketentuan dalam pasal tersebut dapat

dikecualikan seperti yang diatur dalam Pasal 96 ayat (1) bahwa bagi anak

yang berumur 13 (tiga belas) tahun sampai 15 (lima belas) tahun dapat

melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak menggangu perkembangan dan

kesehatan fisik, mental, dan sosial. Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang

Ketenagakerjaan mengatur juga bahwa pengusaha yang memperkerjakan anak

pada pekerjaan ringan sebagaimana yang dimaksudkan pada ayat (1) harus

memenuhi persyaratan :

a. Izin tertulis dari orang tua atau wali

b. Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali

c. Waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam

d. Dilakukan pada siang hari dan tidak menggangu waktu sekolah

e. Keselamatan dan kesehatan kerja

f. Adanya hubungan kerja yang jelas, dan

g. Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Perjanjian kerja yang dibuat harus sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 13 Tentang

Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa :

“Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan

pengusaha/pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan

kewajiban para pihak”


5

Perjanjian kerja antara pekerja atau artis cilik yang diwakili oleh wali/orangtua

dengan pihak rumah produksi harus memenuhi syarat-syarat yang telah diatur

dalam Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan, yaitu :

a. Kesepakatan kedua belah pihak

b. Kemampuan atau kecapakan melakukan perbuatan hukum

c. Adanya pekerjaan yang diperjanjika, dan

d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban

umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Mempekerjakan anak sebagai artis cilik dapat saja dilakukan dengan tujuan

mengembangkan minat dan bakatnya sesuai dengan yang diatur dalam

Keputusan Menteri Tenagakerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor

115 Tahun 2004 tentang Perlindungan Bagi Anak Yang Melakukan Pekerjaan

Untuk Mengembangkan Bakat Dan Minat yang selanjutnya disebut

Kepmenakertrans Nomor: KEP.115/MEN/VII/2004 dalam keputusan menteri

tersebut sudah diatur perlindungan bagi anak yang melakukan pekerjaan untuk

mengembangkan minat dan bakat terutama kepada pengusaha yang

memperkerjakan anak dibawah umur kurang dari 15 tahun (lima belas) tahun

dengan alasan untuk pengembangan bakat dan minat dari anak itu sendiri

namun harus memenuhi ketentuan dari Keputusan Menteri Tenagakerja Dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 115 Tahun 2004 tentang

Perlindungan Bagi Anak Yang Melakukan Pekerjaan Untuk Mengembangkan

Bakat Dan Minat yang selanjutnya disebut Kepmenakertrans Nomor:

KEP.115/MEN/VII/2004.
6

Semua peraturan di atas pada kenyataannya sangat berlawanan dengan

kondisi yang ada saat ini, karena banyak juga dari anak-anak yang masih

berumur dibawah 13 (tiga belas) tahun melakukan pekerjaan dengan alasan

sebagai pengembangan minat dan bakat dengan waktu kerja yang sangat padat

yaitu lebih dari 3 (tiga) jam sehari, untuk artis cilik yang bekerja sebagai

pemain sinetron sehingga mengganggu waktu sekolah, fisik, mental, dan

sosial artis cilik tersebut.

Sesungguhnya waktu yang mereka habiskan adalah waktu yang terbuang

untuk mereka mendapatkan hak dibidang pendidikan yang dibutuhkan

mendapatkan pekerjaan yang layak di masa depan. Sehingga anak yang

sewajarnya mengenyam pendidikan di sekolah, yang sesuai dengan umur

mereka masih tertinggal jauh dikarenakan waktu yang terbuang untuk mencari

uang. Sedangkan dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

anak mengatur mengenai kewajiban orang tua terhadap anak, diatur dalam

pasal 26 :

(1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :

a. mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak.

b. menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan,

bakat, dan minatnya, dan

c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

(2) Dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya, atau

karena suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung

jawabnya, maka kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud


7

dalam ayat (1) dapat beralih kepada keluarga, yang dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengusaha yang memperkerjakan anak dan orang tua dapat saja dihukum

dengan menggunakan Pasal 88 Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh tahun) dan

atau denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Ketentuan hukum yang dibuat pemerintah sudah ada tetapi tetap masih ada

kelemahan baik dari isi pasal yang mengatur maupun dari penerapan Undang-

Undang itu sehingga dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan. Selain itu juga, alasan orang tua untuk mengembangkan bakat

anak seharusnya tidak mengurangi hak asasi anak sebagaimana tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002. Hal ini dikarenakan dalam masa

tersebut anak-anak masih sangat membutuhkan bimbingan orang tua baik

dalam bermain maupun belajar. Selain itu fenomena anak-anak yang menjadi

artis cilik juga harus mempertimbangkan sisi psikologis dari si anak karena

pada saat itu anak-anak tersebut masih dalam tahap pencarian jati diri dan

pembentukan sikap. Anak yang menekuni bidang keartisan ini juga terkesan

seolah-olah bukan suatu bentuk pengembangan bakat apabila tidak memenuhi

ketentuan dari Keputusan Menteri Tenagakerja Dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor 115 Tahun 2004 tentang Perlindungan Bagi Anak Yang

Melakukan Pekerjaan Untuk Mengembangkan Bakat Dan Minat yang

selanjutnya disebut Kepmenakertrans Nomor: KEP.115/MEN/VII/2004.


8

Sebagai salah satu contoh ialah hal yang terjadi pada artis cilik Baim yang

menjadi terkenal di usia yang sangat muda. Diusianya saat ini ia telah banyak

menjalani profesi di bidang entertainment antara lain bintang sinetron, bintang

iklan, dan model.

Dunia entertainment telah mengantarkan bintang cilik Ibrahim


Alkatiri atau Baim berpenghasilan besar. Konon dari honor bermain
sinetron sudah menyentuh angka jutaan per episode. Apalagi putra
pasangan Halil Fuad Alkatiri dan Sakinah Thalib itu tampil dalam
sinetron stripping, TARZAN CILIK. Melalui penghasilannya itu, apapun
dapat dibeli oleh Baim sesuai keinginannya, termasuk mobil dan rencana
persiapan kelak saat dewasa. "Semua penghasilan Baim kita tabung buat
kepentingan dia sekolah, dia bisa beli mobil sendiri adalah
kebanggaannya. Bukannya kita tidak bisa membelikan, tapi dengan ini
kita telah mengajarkan Baim untuk lebih mandiri," tegas Halil Fuad
Alkatiri, ayah Baim, saat ditemui di sela syuting sinetron TARZAN
CILIK, di Cibubur. Namun di balik itu, Baim dinilai telah menjadi
korban 'eksploitasi' orangtuanya. Karena usianya yang masih tiga tahun,
segala kewajiban seharusnya menjadi tanggung jawab orang tua. Baim
layaknya kebanyakan anak, harus menikmati masa anak-anak untuk
bermain dan berkembang secara layak.

Sebagai orang tua Halil menolak penilaian ini, karena yang


dilakukan Baim tidak mempengaruhi keceriaannya sebagai anak. Ia
menjalani akting dengan senang layaknya bermain di depan kamera.
Suasana syuting pun mendukung untuk anak seusianya. "Kalau dibilang
eksploitasi anak saya tidak setuju karena Baim sendiri senang
melakukan ini, di rumah dia juga tidak bisa diam, ya lebih baik kita
salurkan di lokasi syuting," pungkas pria yang berprofesi sebagai
pengusaha minyak wangi dan permata itu. Padahal banyak sumber yang
menyatakan bahwa sebagian dari hasil kerja Baim juga digunakan untuk
untuk memajukan usaha ayahnya, walaupun ayahnya tidak mengakui hal
tersebut.5

Memang, kesempatan dalam mencari uang sangatlah sulit, persaingan begitu

ketat. Namun, sebagai orang tua, apakah begitu tega melihat anaknya menjadi

bintang, menjadi selebritis, menjadi terkenal, dengan banyak dan penuh

aktifitas, namun disisi lain, sebenarnya mereka hidup tidak normal, tidak
5
www.kapanlagi.com,”Artis cilik Baim terkena eksploitasi ekonomi oleh orang tuanya
sendiri?”, Diakses : Pukul 13. 20 WIB, Tanggal 16 November
9

seperti sebagaimana anak-anak seusia mereka. Mereka mempunyai jadwal

malam hari, siang hari sehingga hak-hak dasar anak itu menjadi tidak

terpenuhi. Pekerja seni anak yang seharusnya bermain dengan teman-

temannya namun harus sibuk dengan aktifitas “upah” dan wawancara. Dan ini

jelas-jelas merupakan pelanggaran terhadap hak-hak anak di Pasal 11 Undang-

Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mengatur

bahwa “Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang,

bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan

minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri”.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis menyadari pentingnya

permasalahan anak ini untuk dibahas dengan studi kasus di Management

Aldista Gorontalo karena menurut penulis Management Aldista merupakan

Management yang paling dikenal oleh masyarakat Gorontao dan banyak anak-

anak yang masih dibawah umur bergabung di Management ini untuk bekerja

mengembangkan bakat dan minat mereka serta Management ini sudah banyak

melakukan kerja sama dengan stasiun-stasiun televisi di Gorontalo, maka

penulis tertarik untuk membahasnya lebih rinci lagi dalam skripsi yang

berjudul: “IMPLEMENTASI PASAL 5 ANGKA 1 HURUF C

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

NOMOR : KEP.115/MEN/VII/2004 TENTANG PERLINDUNGAN

BAGI ANAK YANG MELAKUKAN PEKERJAAN UNTUK

MENGEMBANGKAN BAKAT DAN MINAT (Studi di Alditsa

Manangement)”
10

B. Rumusan Masalah

Dalam suatu penelitian, perumusan masalah merupakan hal yang

penting, agar dalam penelitian dapat lebih terarah dan terperinci sesuai dengan

tujuan yang dikehendaki. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pasal 5 angka 1 huruf c pada Keputusan Menteri

Tenagakerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 115 Tahun 2004

tentang Perlindungan Bagi Anak Yang Melakukan Pekerjaan Untuk

Mengembangkan Bakat Dan Minat yang selanjutnya disebut

Kepmenakertrans Nomor: KEP.115/MEN/VII/2004 tentang waktu kerja

untuk pengembangan bakat dan minat anak ?

2. Bagaimana dampak dari pelanggaran pasal 5 angka 1 huruf c terhadap anak

yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Tenagakerja Dan Transmigrasi

Republik Indonesia Nomor 115 Tahun 2004 tentang Perlindungan Bagi Anak

Yang Melakukan Pekerjaan Untuk Mengembangkan Bakat Dan Minat yang

selanjutnya disebut Kepmenakertrans Nomor: KEP.115/MEN/VII/2004 ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan pasal 5 angka 1 dalam

Keputusan Menteri Tenagakerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor 115 Tahun 2004 tentang Perlindungan Bagi Anak Yang Melakukan

Pekerjaan Untuk Mengembangkan Bakat Dan Minat yang selanjutnya disebut


11

Kepmenakertrans Nomor: KEP.115/MEN/VII/2004 tentang waktu kerja

untuk pengembangan bakat dan minat anak.

2. Untuk mengetahui dampak terhadap anak apabila waktu kerja melebihi yang

diatur dalam Keputusan Menteri Tenagakerja Dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor 115 Tahun 2004 tentang Perlindungan Bagi Anak Yang

Melakukan Pekerjaan Untuk Mengembangkan Bakat Dan Minat yang

selanjutnya disebut Kepmenakertrans Nomor: KEP.115/MEN/VII/2004.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam kepentingan

dan hal – hal sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

rangka perkembangan ilmu hukum pada umumnya, perkembangan Hukum

Pidana dan khususnya masalah perlindungan anak.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada

pendidikan ilmu hukum mengenai penegakan hukum terhadap perlindungan

anak.

c. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

kepada pembuat undang-undang di dalam menetapkan kebijakan sebagai

upaya mengantisipasi maraknya kesewenang-wenangan yang dilakukan

terhadap anak diIndonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat
12

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada

masyarakat mengenai aturan tentang waktu kerja untuk pengembangan

bakat dan minat anak.

b. Bagi Pemerintah atau Aparat Negara

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah

dalam rangka mengambil kebijakan dalam mengatasi masalah anak.

c. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada

pembuat undang-undang mengenai kebijakan pemerintah yang dibuat

selama ini dalam melindungi hak anak berhasil atau tidak.

E. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bentuk pemberian informasi lebih mendalam mengenai hak anak

dalam lingkup hukum nasional dan hukum internasional.

2. Untuk mendorong pemerintah agar meninjau dan menyempurnakan

kembali pengaturan mengenai hak anak yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak dan

Keputusan Menteri Tenagakerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor 115 Tahun 2004 tentang Perlindungan Bagi Anak Yang

Melakukan Pekerjaan Untuk Mengembangkan Bakat Dan Minat yang

selanjutnya disebut Kepmenakertrans Nomor: KEP.115/MEN/VII/2004.


13

F. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan sebuah rangkaian proses yang konsisten,

sistematis dan terukur dalam menggali dan memperdalam suatu gejala tertentu

sehingga menghasilkan suatu rangkaian prosesi penelitian yang dapat

dipertanggung jawabkan berdasarkan suatu parameter kebenaran ilmiah.

Adapun metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

adalah :

1. Metode Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam mengkaji permasalahan adalah

metode yuridis sosiologis yaitu penelitian yang terjun langsung di

lapangan yang didukung oleh undang-undang dan buku-buku terkait.

Penelitian ini mengungkapkan hukum yang hidup dalam masyarakat

dalam kesehariannya (law in action).6 Data yang diutamakan adalah data

primer yang berupa narasumber atau informan yaitu pengusaha yang

memperkerjakan anak, orang tua dan anak itu sendiri dengan maksud dan

tujuan untuk menemukan fakta, kemudian dilanjutkan dengan menemukan

masalah dan pada akhirnya sampai pada penyelesaian masalah. Yaitu

pendekatan dari peraturan-peraturan hukum positif yang berkaitan dengan

efektivitas memperkerjakan anak untuk pengembangan bakat dan minat

anak. Secara sosiologis yaitu pendekatan yang dilakukan dengan

menghubungkan dengan kenyataan yang ada dalam praktek dan aspek

hukum yang digunakan mengkaji permasalahan.

6
Mohammad Nazir. 2011. Metode Penelitian. Bogor. Penerbit. Ghalia Indo. Hal. 53.
14

2. Penentuan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Gorontalo. Lokasi dalam penelitian ini

yaitu Aldista Management.

Alasan pemilihan lokasi tersebut karena lokasi yang penulis pilih

berhubungan langsung dengan masalah yang penulis bahas dalam penelitian

ini dan karena di Aldista Management merupakan Management yang sudah

banyak mengembangkan bakat dan minat anak serta memiliki kerja sama

dengan stasiun televisi di Gorontalo dan Management yang paling terkenal

di Gorontalo.

3. Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan para

informan sebagai data primer dan tulisan atau dokumen-dokumen yang

mendukung pernyataan informan. Untuk memperoleh data data yang

relavan dengan tujuan penelitian, maka digunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari lokasi penelitian berupa

hasil wawancara dan hasil observasi,7 yang berkaitan dengan pengusaha

dan orang tua yang memperkerjakan anak dengan alasan untuk

pengembangan bakat dan minat anak.

7
Sidik Sunaryo. 2012. Pedoman Penulisan Hukum Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang. Hal. 18.
15

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data pelengkap yang diperoleh dari dokumen

tertulis, file, rekaman, informasi, pendapatan dan peraturan perundang-

undangan,8

Dimana bahan-bahan ilmu hukum ini berhubungan erat dengan

permasalahan yang diteliti oleh penulis yaitu :

1. Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945

2. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak.

3. ILO, 1993, Draft Report to the Government of Indonesia, Jakarta

4. Unicef, 1998, Convention on The Rights of The Child, New York

5. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165.

6. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297.

7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4279.

8. Kepmenakertrans Nomor : KEP.115/MEN/VII/2004 Tentang

Perlindungan Bagi Anak Yang Melakukan Pekerjaan Untuk

Mengembangkan Bakat Dan Minat

9. Undang-Undang Nomor 10 tahun 2012 Tentang Kovensi Hak Anak,

Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5330.

8
Ibid.
16

c. Data Tersier

Jenis data mengenai pengertian baku bahan hukum yang dapat

menjelaskan baik bahan hukum primer maupun sekunder yang diperoleh

dari Ensiklopedia, Kamus, Grossary dan lain-lain.9

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

4.1. Teknik Pengumpulan data Primer

a. Observasi

Observasi adalah aktivitas yang dilakukan terhadap suatu

proses atau objek dengan merasakan dan memahami

pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan

dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk

mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk

melanjutkan suatu penelitian.10 penulis melakukan kegiatan

pengamatan secara langsung pada objek penelitian, yaitu anak

yang bekerja mengembangkan bakat dan minat yaitu pada di

Aldista Management Gorontalo.

Dalam observasi ini di amati tentang kegiatan anak tersebut,

dalam observasi ini diperoleh hasil yaitu, pekerja seni anak

9
Ibid.
10
Wikipedia. Pengamatan. http://www.wikipedia.org. Diakses pukul 19.00 WIB,
Tanggal 12 Maret 2015.
17

biasa memulai pekerjaannya sebagai pengemis pukul 13.00

WITA sampai selesai.

b. Interview / Wawancara

Yaitu suatu cara untuk mendapatkan dan mengumpulkan

datamelalui tanya jawab dan dialog atau diskusi dengan

informan.11 Informan dalam penelitian ini yaitu dengan para

pekerja seni anak dan Pemilik Aldista Management, yang

dianggap mengetahui banyak tentang dan masalah penelitian.

Responden dalam penelitian ini adalah :

1. Aldista Management

Informan dalam Penelitian ini adalah Perusahaan Aldista

Management yaitu :

Nama : Yuyun Laiya. SH

Jabatan : Direktur Aldista Management

2. Producer

Informan dalam Penelitian ini adalah selaku pengusaha yang

memperkerjakan anak untuk mengembangkan bakat dan

minat yaitu :

Nama : Anis D. Taha

Jabatan : Producer

3. Pekerja Seni Anak dan Orang Tua

11
Lexy J. Moleong. 1998. Penelitian Kualitatif. Bandung. Penerbit. Remaja
Rosdakarya. Hal. 186.
18

Penulis mengambil 2 Pekerja seni anak dan orang tua sesuai

dengan bidang yang dipilih dalam menjalankan

pekerjaannya masing-masing.

c. Dokumentasi.

Yaitu Suatu cara untuk memperkuat dalam pembuktian

pengumpulan data, yaitu melalui foto dan rekaman wawancara

dengan pihak terkait yang di ambil di lokasi penelitian di tempat

observasi maupun di tempat wawancara.12 Dimana akan di

lakukan perekaman pembicaraan dengan para pekerja seni anak,

ketika melakukan penelitian kemudian di tambah dengan foto

kegiatan mereka ketika melakukan kegiatan yaitu akan di ambil

di Aldista Management.

d. Studi Pustaka

Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditunjukan pada subyek penelitian, dalam hal-hal data

diperoleh dari literatur-literatur dan majalah-majalah.13

5. Teknik Analisa Data

Analisa data yang digunakan penulis dalam menulis skripsi ini

adalah kegiatan dalam penelitian yang berupa melakukan kajian atau

telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan teori-teori yang

telah didapatkan sebelumnya. Untuk menganalisa data hasil penelitian ini

penulis menggunakan metode deskriptif analitis yaitu analisa dengan


12
Ibid. 215
13
Ibid.98
19

pengamatan, wawancara atau penelaahan dokumen, metode ini

menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dan responden.14

Metode untuk memberikan penjelasan atau gambaran secara lengkap

Keputusan Menteri Tenagakerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor 115 Tahun 2004 tentang Perlindungan Bagi Anak Yang

Melakukan Pekerjaan Untuk Mengembangkan Bakat Dan Minat yang

selanjutnya disebut Kepmenakertrans Nomor: KEP.115/MEN/VII/2004.

G. Sistematika Jadwal Penelitian

Waktu Kegiatan
No. (Bulan Ke ... )
Nama Kegiatan
I II III IV V VI
1 Pengajuan Out Line Xx
2. Pengajuan Proposal X
3. Seminar Proposal X
4. Revisi Proposal X
5. Proses Ijin Penelitian X
6. Penelitian Xxx Xxx
7. Analisa Data Xx Xx
8. Penulisan Laporan Xx xxxx
9. Ujian X

14
Lexy J. Moleong. 1998. Penelitian Kualitatif. Bandung. Penerbit. Remaja
Rosdakarya. Hal. 5.
20

H. Rencana Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai isi penulisan hukum


ini, maka sistematika yang digunakan dibagi menjadi empat bab dan masing-
masing bab terdiri atas sub-sub bab. Adapun bab-bab tersebut adalah sebagai
berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis memaparkan mengenai tentang latar belakang,

permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan,

tinjauan kepustakaan (pengertian pekerja seni, pengertian anak serta

hak-hak dari anak, dan dampak terhadap anak), metode penelitian serta

sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis menguraikan secara sistematis teori – teori yang

berhubungan dengan obyek penelitian atau variabel yang diteliti yang

berguna untuk menerangkan dan menganalisa permasalahan yang ada

dalam hal ini adalah istilah pengertian pekerja seni, pengertian anak

serta hak-hak dari anak, dan dampak terhadap anak.

BAB III : HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

Bab ini berisi penulis akan menjawab, menguraikan dan menganalisa

secara rinci dan jelas terkait rumusan masalah yang berhubungan

dengan objek yang diteliti yaitu berkenaan dengan memperkerjakan

anak dan tentang waktu kerja untuk pengembangan bakat dan minat

anak.
21

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini penulis membahas tentang kesimpulan dari keseluruhan

skripsi ini serta saran dari penulis mengenai permasalahan dalam

skripsi artis ini.

Anda mungkin juga menyukai