39
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RS MARDI WALUYO METRO
RS MARDI WALUYO 2014
METRO
STRUMA UNINODOSA
1. Pengertian Benjolan atau massa di trigonom koli anterior sebelah bawah, yang
(definisi) ikut bergerak ke atas bila penderita melakukan gerakan menelan.
2. Anamnesa Benjolan atau massa di trigonom koli anterior sebelah bawah, yang
ikut bergerak ke atas bila penderita melakukan gerakan menelan.
Bisa disertai gejala hipertiroidi : badan tambah kurus, gelisah,
jantung berdebar, sering keringatan, sulit tidur, diare atau dengan
gejala hipotiroid : malas, mudah capek, ngantuk, tambah gemuk,
obstipasi, mata sembab.
3. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum baik.
2. Kesadaran (GCS) : EMV 465
3. Tanda Vital, Status generalisata, Status regional : Teraba
benjolan atau massa di trigonom koli anterior sebelah bawah,
yang ikut bergerak ke atas bila penderita melakukan gerakan
menelan.
4. Kriteria Diagnosa Teraba benjolan atau massa di trigonom koli anterior sebelah
bawah, yang ikut bergerak ke atas bila penderita melakukan
gerakan menelan.
Bentuk bisa difus, uninoduler atau multinoduler. Bisa disertai
gejala hipertiroidi : badan tambah kurus, gelisah, jantung berdebar,
sering keringatan, sulit tidur, diare atau dengan gejala hipotiroid :
malas, mudah capek, ngantuk, tambah gemuk, obstipasi, mata
sembab.
5. Diagnosa Kerja Struma Uninodosa
6. Diagnosa Banding Hipertiroid, Hipotiroid, Carcinoma tiroid.
7. Pemeriksaan Faal tiroid : T3, T4, TSH
Penunjang Biopsi aspirasi jarum halus untuk struma uninodosa atau curiga
ganas.
BMR (pada saat rawat inap)
8. Terapi Lobektomi subtotal
9. Edukasi Perawatan luka paska operasi.
(Hospital Health
Promotion)
10. Prognosa Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Komite Medis
2. SMF Dokter Spesialis
14. Indikator Hilangnya struma.
Tidak terjadi perdarahan.
Tidak terjadi lesi N. Laringeus rekuren/superior.
40
15. Kepustakaan Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum PABI
48
4. Kriteria Diagnosa Jaringan nekrosis pada ekstremitas. Bengkak dengan disertai
tanda-tanda peradangan. Kadar gula darah yang tak terkontrol.
5. Diagnosa Kerja Gangren Diabetik
6. Diagnosa Banding Gangren karena PAPO (Penyakit Arteri Perifer Oklusif)
Penyakit arteriosklerotik obliterans
Ulcus tropicum atau ulcus trofik karena varises di tungkai.
7. Pemeriksaan Laboratorium : DL, GDS, Ureum, Creatinin
Penunjang Mikrobiologi : kultu pus dan tes kepekaan kuman.
Radiologi : foto polos ekstremitas, Doppler USG bila ada indikasi
gangguan vascular.
8. Terapi Perhatikan vaskularisasi.
1. Non Bedah :
a. Pengendalian penyakit DM, obat-obat antiagregasi
trombosit, antikoagulansia.
b. Perawatan local ulcus, infeksi selulitis, abses,
osteomielitis.
c. Antibiotika sesuai kultur dan tes kepekaan, secara empiris
dapat diberikan kombinasi gol Gram (-), Gram (+) dan
anaerob.
2. Bedah :
a. Insisi drainage abses
b. Nekrotomi atau debridement
c. Disartikulasi atau amputasi estremitas
9. Edukasi Perawatan luka paska operasi.
(Hospital Health Pengendalian kadar gula darah.
Promotion) Pemakaian alas kaki untuk menghindari trauma dan infeksi
berulang.
10. Prognosa Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia
Ad fungsionam : dubia
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Komite Medis
2. SMF Dokter Spesialis
14. Indikator Hilangnya gangren diabetik.
Kembalinya fungsi ekstremitas terkait.
Terkontrolnya kadar gula darah.
15. Kepustakaan Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum PABI
49
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RS MARDI WALUYO METRO
RS MARDI WALUYO 2014
METRO
MALIGNANT NEOPLASMA OF RECTUM PROXIMAL/
MEDIAL LATE STAGE
1. Pengertian Timbulnya tumor ganas pada rectum.
(definisi)
2. Anamnesa Perubahan kebiasaan BAB (kadang mencret, kadang konstipasi),
BAB ada darah dan lendir serta berbau.
3. Pemeriksaan Fisik Penurunan berat badan, conjungtiva anemis
4. Kriteria Diagnosa Perubahan kebiasaan BAB (kadang mencret, kadang konstipasi),
50
BAB ada darah dan lendir serta berbau.
Anemia dan diare untuk carcinoma colon kanan.
Nyeri saat BAB, tenesmus pada kasus lanjut, ileus obstruktif.
5. Diagnosa Kerja Carcinoma Rectum
6. Diagnosa Banding Disentri amoeba, polip rektum, divertikulosis colon, hemoroid,
TBC rektum, radang granulomatik usus.
51
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RS MARDI WALUYO METRO
RS MARDI WALUYO 2014
METRO
CARCINOMA MAMMAE ≤ IIIA,
MASTEKTOMI TANPA GRAFT/REKONSTRUKSI
1. Pengertian Benjolan atau massa ganas di payudara.
(definisi)
2. Anamnesa benjolan atau borok yang mudah berdarah pada payudara, erosi
perdarahan atau keluar cairan abnormal pada puting susu.
3. Pemeriksaan a. Inspeksi : tampak benjolan di payudara, dapat disertai luka.
Fisik b. Palpasi teraba tumor padat keras, batas tidak jelas, bentuk tidak
teratur, umumnya pada permulaan tidak nyeri, tumbuh pogresif
52
dan ada tanda-tanda infiltrasi atau metastase.
Tanda infiltrasi yaitu mobilitas tumor terbatas, melekat pada kulit
atau Muskulus pectoralis atau dinding dada, eritema kulit di atas
tumor, peau d’orange, satelit nodule, ulserasi.
Tanda metastase yaitu regional ada pembesaran kelenjar limfe
ketiak/mamaria interna atau ada tumor di organ jauh.
4. Kriteria 1. Anamnesa : benjolan atau borok yang mudah berdarah pada
Diagnosa payudara, erosi perdarahan atau keluar cairan abnormal pada
puting susu.
2. Pemeriksaan fisik didapatkan :
a. Inspeksi : tampak benjolan di payudara, dapat disertai luka.
b. Palpasi teraba tumor padat keras, batas tidak jelas, bentuk
tidak teratur, umumnya pada permulaan tidak nyeri, tumbuh
pogresif dan ada tanda-tanda infiltrasi atau metastase.
5. Diagnosa Kerja Carcinoma Mammae ≤ IIIa
6. Diagnosa Tumor jinak mammae
Banding Tumor phillodes
Displasia mammae
Mastitis kronika
Sarcoma jaringan lunak
Limfoma maligna
7. Pemeriksaan Radiologi :
Penunjang a. Mammografi : tampak tumor dengan batas tidak tegas, bentuk
irreguler, stellate, kalsifikasi mikro yang tidak teratur.
b. USG mammae : tampak tumor berbatas tidak tegas, hiperechoic.
FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsion).
VC/PC dan pemeriksaan biopsi spesimen operasi.
8. Terapi Operatif ;
1. Standard : mastektomi radical modifikasi (Patey/Madden).
2. Alternatif :
a. Mastektomi radikal standard radical (Halstedt)
b. BCT/s (breast conserving treatment/surgery) :
- Tumorektomi/kwadrantektomi/segmentektomi ±diseksi
axilla + radioterapi pasca bedah.
- Rekonstruksi mammae (myokutaneus latisimus dorsi
flap)
c. Pada kanker mammae non palpable atau kanker insitu diseksi
axilla tergantung dari keadaan kelenjar axilla atau dari biopsi
entinal node.
3. Mastektomi radikal modifikasi pada kanker mammae lanjut lokal
setelah mendapat kemoterapi adjuvant.
Nonbedah :
1. Radioterapi : pra atau asca operasi atau primer.
2. Kemoterapi : adjuvant/neodjuvant atau primer dengan : CMF =
cyclophosphamide, methotrexate, flourouracil
CAF = cyclophosphamide, Adriamycin, Flourouracil
3. Hormonterapi : pada kasus reseptorhormon positif dengan
ovariektomi, tamoxifen, arimex, GnRH analogue
53
4. Terapi paliatif dan suportif.
9. Edukasi Perawatan luka paska operasi.
(Hospital Health
Promotion)
10. Prognosa Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Komite Medis
2. SMF Dokter Spesialis
14. Indikator Terangkatnya tumor ganas.
Membaiknya kualitas hidup pasien.
15. Kepustakaan Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum PABI
55
- analgetik : ketoprofen suppositoria II, dilanjutkan 2-3 x 1
tab / hari.
- PPI : ranitidin 2 x 1 amp IV (untuk stress ulcer yang
mungkin muncul)
- profilaksis ATS 1500 IU (skin test) IM.
8. Diet TKTP, banyak minum.
9. Perhatikan posisi pasien terutama pada luka bakar daerah
lipatan kulit (tangan, kaki, leher) untuk mencegah
kontraktur yang mungkin terjadi.
10. Exercise untuk mencegah kontraktus sendi.
11. Skin graft dilakukan pada pasien luka bakar derajat III
diameter > 3 cm segera setelah masa kritis terlewati.
12. Monitoring : keadaan umum, tanda vital, urin output, gejala
ileus, odema pulmo, dan EKG.
9. Edukasi Perawatan luka paska operasi.
(Hospital Health Perbanyak makan dan minum muntuk mencegah dehidrasi bila
Promotion) pasien sadar penuh.
10. Prognosa Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia
Ad fungsionam : dubia
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Komite Medis
2. SMF Dokter Spesialis
14. Indikator Tidak terjadi kontraktur. Sembuhnya luka bakar.
15. Kepustakaan 1. Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum PABI
2. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Penanganan Trauma,
Kementrian Kesehatan RI
56