Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RS MARDI WALUYO METRO
RS MARDI WALUYO 2014
METRO
HERNIA INGUINALIS LATERALIS SATU SISI TANPA PENYULIT
1. Pengertian (definisi) Penonjolan peritoneum parietal yang berisi viscus melalui bagian
yang lemah (locus minoris) pada dinding abdomen.
2. Anamnesa 1. Riwayat benjolan di lipat paha dapat keluar masuk.
2. Benjolan keluar bila berdiri, mengedan, batuk. Masuk
kembali pada posisi tidur atau dibantu dengan tangan.
3. Tidak nyeri.
3. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum baik.
2. Kesadaran (GCS) : EMV 465
3. Tanda Vital, Status generalisata, Status regional : regio
inguinal dextra atau sinistra timbul benjolan yang mobile
4. Kriteria Diagnosa Benjolan di regio inguinal yang bisa keluar-masuk.
5. Diagnosa Kerja Hernia inguinalis lateralis satu sisi tanpa penyulit
6. Diagnosia Banding Hernia inguinalis lateralis inkarserata, Lipoma regio inguinal,
Hidrokel, Varikokel, Andesensus testis, Pembesaran kelenjar
limfe.
7. Pemeriksaan Darah rutin, Ureum, Creatinin, GDS
Penunjang
8. Terapi Persiapan preoperasi
1. Puasa
2. Pasang infus RL 1 kolf per 8jam.
3. Pasang DC, bila perlu.
4. Antibiotik 1 jam preoperasi : Cefotaxim 2 x 1 gram atau
Ceftriaxone 1 gram (skin test) IV
Tindakan operasi
Teknik herniotomy dan hernioraphy yang dipakai : Lichtenstein
dan pemasangan prolene mesh (surgipro mesh).
Penatalaksanaan postoperasi
1. Infus dan makanan peroral ditetapkan
2. Antibiotik injeksi dilanjutkan (tergantung kondisi), bila
memungkinkan diganti peroral.
3. Analgetik : Ketoprofen suppositoria dan dilanjutkan
peroral bila memungkinkan.
4. Bila terpasang DC, dilepas setelah kondisi pasien
memungkinkan.
5. Rawat luka operasi.

9. Edukasi Jangan memijat perut.


(Hospital Health Perawatan luka paska operasi.
Promotion) Tidak ada pantangan makan&minum
Mobilisasi sesegara mungkin setelah kedua kaki bisa digerakkan
10. Prognosa Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
38
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Komite Medis
2. SMF Dokter Spesialis
14. Indikator Tidak muncul hernia pada sisi yang dioperasi.
15. Kepustakaan Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum PABI

39
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RS MARDI WALUYO METRO
RS MARDI WALUYO 2014
METRO
STRUMA UNINODOSA
1. Pengertian Benjolan atau massa di trigonom koli anterior sebelah bawah, yang
(definisi) ikut bergerak ke atas bila penderita melakukan gerakan menelan.
2. Anamnesa Benjolan atau massa di trigonom koli anterior sebelah bawah, yang
ikut bergerak ke atas bila penderita melakukan gerakan menelan.
Bisa disertai gejala hipertiroidi : badan tambah kurus, gelisah,
jantung berdebar, sering keringatan, sulit tidur, diare atau dengan
gejala hipotiroid : malas, mudah capek, ngantuk, tambah gemuk,
obstipasi, mata sembab.
3. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum baik.
2. Kesadaran (GCS) : EMV 465
3. Tanda Vital, Status generalisata, Status regional : Teraba
benjolan atau massa di trigonom koli anterior sebelah bawah,
yang ikut bergerak ke atas bila penderita melakukan gerakan
menelan.
4. Kriteria Diagnosa Teraba benjolan atau massa di trigonom koli anterior sebelah
bawah, yang ikut bergerak ke atas bila penderita melakukan
gerakan menelan.
Bentuk bisa difus, uninoduler atau multinoduler. Bisa disertai
gejala hipertiroidi : badan tambah kurus, gelisah, jantung berdebar,
sering keringatan, sulit tidur, diare atau dengan gejala hipotiroid :
malas, mudah capek, ngantuk, tambah gemuk, obstipasi, mata
sembab.
5. Diagnosa Kerja Struma Uninodosa
6. Diagnosa Banding Hipertiroid, Hipotiroid, Carcinoma tiroid.
7. Pemeriksaan Faal tiroid : T3, T4, TSH
Penunjang Biopsi aspirasi jarum halus untuk struma uninodosa atau curiga
ganas.
BMR (pada saat rawat inap)
8. Terapi Lobektomi subtotal
9. Edukasi Perawatan luka paska operasi.
(Hospital Health
Promotion)
10. Prognosa Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Komite Medis
2. SMF Dokter Spesialis
14. Indikator Hilangnya struma.
Tidak terjadi perdarahan.
Tidak terjadi lesi N. Laringeus rekuren/superior.
40
15. Kepustakaan Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum PABI

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RS MARDI WALUYO METRO
RS MARDI WALUYO 2014
METRO
APPENDISITIS AKUT DENGAN KOMPLIKASI PERIONITIS
41
1. Pengertian Peradangan akut dari appendix vermikularis
(definisi)
2. Anamnesa - Rasa sakit perut : mulai dari epigastrium, periumbilical
menyeluruh kemudian bergeser ke perut bagian kanan bawah
yang menetap dan makin berat menjalar ke seluruh perut.
- Anorexia, nausea, vomitus
- Suhu badan naik (subfebris)
- Konstipasi, tapi bila apendisitis intra pelvik sering timbul
diare.
3. Pemeriksaan Fisik - Nyeri tekan pada titik Mc Burney disertai muskolar, pada
pingggang kanan bila apendisitis retrocaecal
- Rectal toucher nyeri pada jam 9
- defans muskular (+)
- Tanda psoas dan obturator (+)
4. Kriteria Diagnosa 1. Anamnesa
- Rasa sakit perut : mulai dari epigastrium, periumbilical
menyeluruh kemudian bergeser ke perut bagian kanan
bawah yang menetap dan makin berat.
- Anorexia, nausea, vomitus
- Suhu badan naik (subfebris)
- Konstipasi, tapi bila apendisitis intra pelvik sering timbul
diare.
2. Pemeriksaaan Fisik :
- Nyeri tekan pada titik Mc Burney disertai muskolar, pada
pingggang kanan bila apendisitis retrocaecal
- Rectal toucher nyeri pada jam 9
- Tanda psoas dan obturator (+)
- Defans muskular (+)
5. Diagnosa Kerja Peritonitis generalisata et causa appendisitis perforata
6. Diagnosa Banding 1. Penyakit GI tract : typhoid abdominalis, gastroenteritis,
lymphadenitis mesenterial, divertikulitis Meckelli,
perforasi ulcus peptikum, cholecystitis, divertikulitiss
sigmoid, colitis.
2. Gynekologis : salphingitis, Mittelschmers, KET, torsio
kista ovarii
3. Penyakit Urinary tract : colic ureter, pyelonefritis akut, UTI
4. Penyakit sistemik : ketoasidosis diabetikum, DHF
5. lain-lain : torsio testis kanan
7. Pemeriksaan - Darah rutin : leukositosis, neutrofil segmen > 65%
Penunjang - Ureum, creatinin
- Urin : kadang ditemukan eritrosituria ringan dan leukosituria
ringan
- PP test untuk wanita produktif
- Foto polos abdomen ( 2-3 posisi) dilakukan pada anak kecil
- USG abdomen
8. Terapi Persiapan preoperasi :
- infus cairan RL, rehidrasi jika ada tanda dehidrasi sebelumnya
- puasa
- bila terdapat peritonitis : pasang NGT, DC
- antibiotik : Cefotaxim 2 x 1 gram atau Ceftriaxone 1 gram
42
(skin test) IV
Perencanaan operasi :
1. Apendisitis perforata disertai tanda peritonitis lokal :
dilakukan apendiktomi dengan incisi gradiron atau
paramedian.
2. Apabila ditemukan tanda-tanda peritonitis umum dilakukan
laparatomi dengan incisi median.

9. Edukasi Perawatan luka paska operasi.


(Hospital Health
Promotion)
10. Prognosa Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Komite Medis
2. SMF Dokter Spesialis
14. Indikator Hilangnya rasa nyeri.
15. Kepustakaan Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum PABI

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RS MARDI WALUYO METRO
RS MARDI WALUYO 2014
METRO
HEMORRHOID
1. Pengertian Pelebaran pembuluh darah atau pleksus vena hemorhoidalis yang
(definisi) menimbulkan gejala.
2. Anamnesa - BAB berdarah segar tanpa lendir, darah menetes
43
- Tonjolan keluar dari anus bila BAB bisa masuk sendiri atau
dimasukkan secara manual
3. Pemeriksaan Fisik - Pemeriksaan fisik lokal
- Pemeriksaan colok dubur ditemukan kelainan.
4. Kriteria Diagnosa Anamnesis :
- BAB berdarah segar tanpa lendir, darah menetes
- Tonjolan keluar dari anus bila BAB bisa masuk sendiri atau
dimasukkan secara manual
Pemeriksaan fisik lokal
Pemeriksaan colok dubur ditemukan kelainan.
Anuskopi (bila tidak kelihatan kelainan dubur) : ada massa
kebiruan disekitar mukokutan anus.
o Grade I : BAB keluar darah segar, darah menetes
tanpa keluar benjolan.
o Grade II : BAB keluar darah segar, darah menetes,
keluar benjolan bisa masuk sendiri.
o Grade III : BAB keluar darah segar, darah menetes,
keluar benjolan bisa masuk bila dimasukkan.
o Grade IV : BAB keluar darah segar, darah menetes,
keluar benjolan yang tidak bisa dimasukkan (strangulasi).
5. Diagnosa Kerja Hemorrhoid
6. Diagnosa Banding 1. Carinoma recti
2. Polip recti
3. Prolaps ani
4. Peradangan GI tract (proktitis)
7. Pemeriksaan Anuscopy / rectoscopy
Penunjang
8. Terapi 1. Grade I – II - III
- diet tinggi serat
- berikan laksansia : opilac / laxadine 3 x 1 sdm / hari
- skleroterapi : aethoxysklerol intramukosa ani
- ligasi ruber band
2. Grade IV
- MRS
- Ligasi ruber band
- Stapler
- Analgetik k / p : asam mefenamat 3 x 1 tab / hari
9. Edukasi 1. Diet tinggi serat
(Hospital Health 2. Perbanyak minum air putih.
Promotion) 3. Olah raga
4. Hindari makanan yang pedas.
10. Prognosa Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Komite Medis
2. SMF Dokter Spesialis
44
14. Indikator Hilangnya perdarahan, hemorrhoid.
15. Kepustakaan Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum PABI

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RS MARDI WALUYO METRO
RS MARDI WALUYO 2014
METRO
BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA
1. Pengertian (definisi) Hiperplasi kelenjar periuretral (sel-sel glanduler dan
interstitial) yang mendesak prostat ke perifer.
2. Anamnesa Adanya retensio urin menahun, adanya gejala prostatisme
(BAK tak lancar, mesti ngedan, bersifat urgency), tanda-
45
tanda rest urine, tanda-tanda UTI. Paling sering pada usia
lanjut.
3. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan rectal toucher, teraba pembesaran prostat
diarah jam 12.
4. Kriteria Diagnosa Adanya retensio urin menahun, adanya gejala prostatisme
(BAK tak lancar, mesti ngedan, bersifat urgency), tanda-
tanda rest urine, tanda-tanda UTI. Paling sering pada usia
lanjut.
Pada pemeriksaan rectal toucher, teraba pembesaran prostat
diarah jam 12.
5. Diagnosa Kerja Benign Prostat Hyperplasia
6. Diagnosa Banding Prostatis, carninoma prostat
7. Pemeriksaan IVP : tampak filling defect
Penunjang Gambaran ureter distal : hocky stick phenomenon
Cystogram
USG urology atau yang lebih baik USG transrekta.
8. Terapi a. Non bedah
Medikamentosa : alfa bloker : cardura 1 x 2 mg tab,
malam hari, anti androgen.
Pemasangan DC bila terjadi retensio urin
b. Bedah : Open prostatectomy , TUR-P, Laser
Persiapan preoperasi
1. Puasa
2. Pasang infus RL
3. Pasang DC, terutama pada pasien retensio urin.
4. Antibiotik : Cefotaxim 2 x 1 gram atau Ceftriaxone 1
gram (skin test) IV
Tindakan operasi
Open prostatectomy cara Freyer atau Millin.
Penatalaksanaan postoperasi
1. Infus dan makanan peroral ditetapkan
2. Antibiotik injeksi dilanjutkan (tergantung kondisi),
bila memungkinkan diganti peroral.
3. Analgetik : Ketoprofen suppositoria dan dilanjutkan
peroral bila memungkinkan.

4. Traksi DC dan irigasi sampai urin jernih min


2x24jam.
5. Rawat luka operasi
9. Edukasi Perawatan luka paska operasi.
(Hospital Health Tidak boleh mengedan/menahan buang air kecil.
Promotion) Minum air putih yang banyak minimal 2 liter/24 jam.
Batasi gerak selama 2x24 jam
Perahankan kelancaran irigasi DC.
Setelah lepas traksi DC, pasien boleh mobilisasi.
10. Prognosa Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
46
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Komite Medis
2. SMF Dokter Spesialis
14. Indikator Buang air kecil lancar, tidak terjadi perdarahan.
15. Kepustakaan Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum
PABI

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RS MARDI WALUYO METRO
RS MARDI WALUYO 2014
METRO
BATU GINJAL
1. Pengertian (definisi) Terdapat batu pada ginjal.
2. Anamnesa Nyeri hilang-timbul (kolik) menjalar ke perut, inguinal sampai
genitalia eksterna dan nyeri pinggang.
3. Pemeriksaan Fisik Palpasi teraba nyeri pada daerah renal atau daerah suprapubik,
dapat juga teraba massa pada pinggang.
Perkusi : nyeri ketok pada pinggang (costovertebroangle).
47
4. Kriteria Diagnosa Anamnesa : nyeri hilang-timbul (kolik) menjalar ke perut,
inguinal sampai genitalia eksterna dan nyeri pinggang.
Palpasi : teraba nyeri pada daerah renal atau daerah
suprapubik, dapat juga teraba massa pada pinggang.
Perkusi : nyeri ketok pada pinggang (costovertebroangle)
5. Diagnosa Kerja Nephrolithiasis
6. Diagnosa Banding  Infeksi saluran kemih
 Tumor traktus urogenitalis
7. Pemeriksaan Laboratorium : urinalisa, darah (fungsi ginjal : ureum,
Penunjang creatinin).
Radiologi : Foto polos abdomen, IVP serta USG nephrologi.
8. Terapi 1. Non operatif dilakukan pada batu dengan diameter kurang
dari ½ cm.
Terapi medikametosa yang diberikan yaitu : analgetik :
asam mefenamat 3x500 mg tab atau ketoprofen 2x50 mg
tab.
2. Operatif : pada batu dengan ukuran lebih dari ½ cm.

9. Edukasi Perawatan luka paska operasi.


(Hospital Health
Promotion)
10. Prognosa Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat Rekomendasi A/B/C
13. Penelaah Kritis 1. Komite Medis
2. SMF Dokter Spesialis
14. Indikator Hilangnya batu pada ginjal. Hilangnya rasa nyeri pinggang.
15. Kepustakaan Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum
PABI

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RS MARDI WALUYO METRO
RS MARDI WALUYO 2014
METRO
GANGREN DIABETIK
1. Pengertian Kematian jaringan yang terjadi akibat makro dan mikro angiopati
(definisi) diabetik dan disertai atau tanda disertai faktor trauma atau infeksi
2. Anamnesa Luka yang sudah lama tidak membaik, tidak nyeri, berbau busuk,
kaki kesemutan/baal.
3. Pemeriksaan Fisik Jaringan nekrosis pada ekstremitas. Bengkak dengan disertai
tanda-tanda peradangan.

48
4. Kriteria Diagnosa Jaringan nekrosis pada ekstremitas. Bengkak dengan disertai
tanda-tanda peradangan. Kadar gula darah yang tak terkontrol.
5. Diagnosa Kerja Gangren Diabetik
6. Diagnosa Banding Gangren karena PAPO (Penyakit Arteri Perifer Oklusif)
Penyakit arteriosklerotik obliterans
Ulcus tropicum atau ulcus trofik karena varises di tungkai.
7. Pemeriksaan Laboratorium : DL, GDS, Ureum, Creatinin
Penunjang Mikrobiologi : kultu pus dan tes kepekaan kuman.
Radiologi : foto polos ekstremitas, Doppler USG bila ada indikasi
gangguan vascular.
8. Terapi Perhatikan vaskularisasi.
1. Non Bedah :
a. Pengendalian penyakit DM, obat-obat antiagregasi
trombosit, antikoagulansia.
b. Perawatan local ulcus, infeksi selulitis, abses,
osteomielitis.
c. Antibiotika sesuai kultur dan tes kepekaan, secara empiris
dapat diberikan kombinasi gol Gram (-), Gram (+) dan
anaerob.
2. Bedah :
a. Insisi drainage abses
b. Nekrotomi atau debridement
c. Disartikulasi atau amputasi estremitas
9. Edukasi Perawatan luka paska operasi.
(Hospital Health Pengendalian kadar gula darah.
Promotion) Pemakaian alas kaki untuk menghindari trauma dan infeksi
berulang.
10. Prognosa Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia
Ad fungsionam : dubia
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Komite Medis
2. SMF Dokter Spesialis
14. Indikator Hilangnya gangren diabetik.
Kembalinya fungsi ekstremitas terkait.
Terkontrolnya kadar gula darah.
15. Kepustakaan Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum PABI

49
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RS MARDI WALUYO METRO
RS MARDI WALUYO 2014
METRO
MALIGNANT NEOPLASMA OF RECTUM PROXIMAL/
MEDIAL LATE STAGE
1. Pengertian Timbulnya tumor ganas pada rectum.
(definisi)
2. Anamnesa Perubahan kebiasaan BAB (kadang mencret, kadang konstipasi),
BAB ada darah dan lendir serta berbau.
3. Pemeriksaan Fisik Penurunan berat badan, conjungtiva anemis
4. Kriteria Diagnosa Perubahan kebiasaan BAB (kadang mencret, kadang konstipasi),

50
BAB ada darah dan lendir serta berbau.
Anemia dan diare untuk carcinoma colon kanan.
Nyeri saat BAB, tenesmus pada kasus lanjut, ileus obstruktif.
5. Diagnosa Kerja Carcinoma Rectum
6. Diagnosa Banding Disentri amoeba, polip rektum, divertikulosis colon, hemoroid,
TBC rektum, radang granulomatik usus.

7. Pemeriksaan Barium inloop colon, protoscopy, endo ultrasonografy, Endo


Penunjang USG / CT scan abdomen, foto thorax.
8. Terapi 1. Ca Rektum 12 cm di atas
anus dilakukan reseksi anterior.
2. Ca Rectum kurang 12 cm
dari anus : T1 terjangkau – diferensasi baik dilakukan eksisi
local.
3. Ca Rektum 6-12 cm dari
anus :
- Stage 1 dilakukan reseksi anterior rendah (LAR)
- Stage 2/3 dilakukan terapi kombinasi multiple (MCT) +
reseksi anterior rendah
4. Ca Rektum kurang 6 cm dari anus :
- Stage 1 diferensasi baik dilakukan LAR/reseksi abdomino
perineal (APR)
- Stage 2/3 dilakukan MCT+LAR/APR
- Stage 1 diferensasi jelek dilakukan APR
- Stage 2/3 dilakukan MCT+APR
9. Edukasi Perawatan luka paska operasi.
(Hospital Health Diet tinggi serat.
Promotion)
10. Prognosa Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Komite Medis
2. SMF Dokter Spesialis
14. Indikator Perbaikan pola buang air besar.
Hilangnya tumor di rectum.
15. Kepustakaan Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum PABI

51
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RS MARDI WALUYO METRO
RS MARDI WALUYO 2014
METRO
CARCINOMA MAMMAE ≤ IIIA,
MASTEKTOMI TANPA GRAFT/REKONSTRUKSI
1. Pengertian Benjolan atau massa ganas di payudara.
(definisi)
2. Anamnesa benjolan atau borok yang mudah berdarah pada payudara, erosi
perdarahan atau keluar cairan abnormal pada puting susu.
3. Pemeriksaan a. Inspeksi : tampak benjolan di payudara, dapat disertai luka.
Fisik b. Palpasi teraba tumor padat keras, batas tidak jelas, bentuk tidak
teratur, umumnya pada permulaan tidak nyeri, tumbuh pogresif
52
dan ada tanda-tanda infiltrasi atau metastase.
Tanda infiltrasi yaitu mobilitas tumor terbatas, melekat pada kulit
atau Muskulus pectoralis atau dinding dada, eritema kulit di atas
tumor, peau d’orange, satelit nodule, ulserasi.
Tanda metastase yaitu regional ada pembesaran kelenjar limfe
ketiak/mamaria interna atau ada tumor di organ jauh.
4. Kriteria 1. Anamnesa : benjolan atau borok yang mudah berdarah pada
Diagnosa payudara, erosi perdarahan atau keluar cairan abnormal pada
puting susu.
2. Pemeriksaan fisik didapatkan :
a. Inspeksi : tampak benjolan di payudara, dapat disertai luka.
b. Palpasi teraba tumor padat keras, batas tidak jelas, bentuk
tidak teratur, umumnya pada permulaan tidak nyeri, tumbuh
pogresif dan ada tanda-tanda infiltrasi atau metastase.
5. Diagnosa Kerja Carcinoma Mammae ≤ IIIa
6. Diagnosa  Tumor jinak mammae
Banding  Tumor phillodes
 Displasia mammae
 Mastitis kronika
 Sarcoma jaringan lunak
 Limfoma maligna
7. Pemeriksaan Radiologi :
Penunjang a. Mammografi : tampak tumor dengan batas tidak tegas, bentuk
irreguler, stellate, kalsifikasi mikro yang tidak teratur.
b. USG mammae : tampak tumor berbatas tidak tegas, hiperechoic.
FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsion).
VC/PC dan pemeriksaan biopsi spesimen operasi.
8. Terapi Operatif ;
1. Standard : mastektomi radical modifikasi (Patey/Madden).
2. Alternatif :
a. Mastektomi radikal standard radical (Halstedt)
b. BCT/s (breast conserving treatment/surgery) :
- Tumorektomi/kwadrantektomi/segmentektomi ±diseksi
axilla + radioterapi pasca bedah.
- Rekonstruksi mammae (myokutaneus latisimus dorsi
flap)
c. Pada kanker mammae non palpable atau kanker insitu diseksi
axilla tergantung dari keadaan kelenjar axilla atau dari biopsi
entinal node.
3. Mastektomi radikal modifikasi pada kanker mammae lanjut lokal
setelah mendapat kemoterapi adjuvant.
Nonbedah :
1. Radioterapi : pra atau asca operasi atau primer.
2. Kemoterapi : adjuvant/neodjuvant atau primer dengan : CMF =
cyclophosphamide, methotrexate, flourouracil
CAF = cyclophosphamide, Adriamycin, Flourouracil
3. Hormonterapi : pada kasus reseptorhormon positif dengan
ovariektomi, tamoxifen, arimex, GnRH analogue
53
4. Terapi paliatif dan suportif.
9. Edukasi Perawatan luka paska operasi.
(Hospital Health
Promotion)
10. Prognosa Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Komite Medis
2. SMF Dokter Spesialis
14. Indikator Terangkatnya tumor ganas.
Membaiknya kualitas hidup pasien.
15. Kepustakaan Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum PABI

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RS MARDI WALUYO METRO
RS MARDI WALUYO 2014
METRO
LUKA BAKAR (COMBUTIO)
1. Pengertian Kerusakan pada jaringan karena pengaruh suhu (baik panas,
(definisi) maupun dingin) atau penyerapan dari energi fisik dan dari kontak
dari bahan- bahan kimia.
2. Anamnesa Terpaparnya kulit dengan bahan atau lingkungan yang bersifat
panas, dingin, bahan kimia.
3. Pemeriksaan Fisik Pada kulit yang terpajan terlihat eritem, dapat muncul vesikel,
bula, edema jaringan, bahkan kulit data terlihat mengelupas,
berubah warna menjadi putih atau kehitaman. Rasa nyeri atau
sampai anestesi pada daerah yang terpapar.
4. Kriteria Diagnosa 1. Tentukan dalamnya luka bakar (klinis, tusukan jarum, evand
54
blue), ada 3 derajat :
a. Derajat I : hanya mengenai epidermis saja. Klinis tampak
eritem.
b. Derajat II : mengenai sebagian dermis, tetapi sebagian
apendices kulit masih baik (rambut, gl. Sudorifera, gl.
Sebacea). Klinis timbul vesikel/bula, edema jaringan, luka
basah, luka hiperesthesi.
c. Derajat III : mengenai seluruh tebal kulit, bisa juga disertai
kerusakan struktur dibawahnya (subkutis, fascia, otot, tulang).
Klinis tampak putih, keriput, luka kering dengan vena
koagulasi pada permukaan kulit dan anesthesi.
2. Tentukan luasnya luka bakar dengan metode ”rule of nine”
dari Wallace untuk dewasa, dan pada anak dapat dihitung
berdasarkan luas telapak tangan anak, 1 % untuk seluas
telapak tangan anak.
(dapat dilihat berdasarkan bagan)
5. Diagnosa Kerja Combutio
6. Diagnosa Banding Drug eruption, edema jaringan, coma, gangguan pernapasan /
fungsi jantung / fungsi ginjal (perdaarahan, dll) dan tanda-tanda
khusus sesuai penyebabnya.
7. Pemeriksaan Darah rutin, urin rutin, elektrolit, ureum, creatinin, protein darah.
Penunjang Kultur dan tes kepekaan kuman, foto thorax AP, EKG
8. Terapi Perawatan RS :
- derajat I : rawat jalan
- derajat II / III : rawat inap
- anak / lansia : grade II > 15 %, grade III > 5 %
- dewasa : grade II > 20%, grade III > 10 %
Penanganan :
1. Lepas baju
2. Airway, ventilasi dan oksigenisasi harus diperhatikan
3. Pada luka bakar sedang dan berat, resursitasi cairan
menurut Adams :
4 x % luka bakar x berat badan
Dalam 6 jam pertama diberikan ¼ total resursitasi cairan
yang dibutuhkan.
Dalam 8 jam berikutnya diberikan ¼ total resursitasi cairan
yang dibutuhkan.
Sisa cairan (½ dari total resursitasi cairan) diberikan dalam
24 jam pertama.
4. Pasang DC, monitor urin output
5. Pasang NGT untuk mencegah dilatasi lambung akut.
6. Rawat luka terbuka dengan NaCl 0,9 %, kalau perlu
dilakukan necrotomy.
7. Obat-obatan :
- injeksi : cefotaxim 2 x 1 gram atau ceftriaxone 1 gram
(skin test) IV.
- topikal diberikan salep kulit silver sulfadiazin krim.

55
- analgetik : ketoprofen suppositoria II, dilanjutkan 2-3 x 1
tab / hari.
- PPI : ranitidin 2 x 1 amp IV (untuk stress ulcer yang
mungkin muncul)
- profilaksis ATS 1500 IU (skin test) IM.
8. Diet TKTP, banyak minum.
9. Perhatikan posisi pasien terutama pada luka bakar daerah
lipatan kulit (tangan, kaki, leher) untuk mencegah
kontraktur yang mungkin terjadi.
10. Exercise untuk mencegah kontraktus sendi.
11. Skin graft dilakukan pada pasien luka bakar derajat III
diameter > 3 cm segera setelah masa kritis terlewati.
12. Monitoring : keadaan umum, tanda vital, urin output, gejala
ileus, odema pulmo, dan EKG.
9. Edukasi Perawatan luka paska operasi.
(Hospital Health Perbanyak makan dan minum muntuk mencegah dehidrasi bila
Promotion) pasien sadar penuh.
10. Prognosa Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia
Ad fungsionam : dubia
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Komite Medis
2. SMF Dokter Spesialis
14. Indikator Tidak terjadi kontraktur. Sembuhnya luka bakar.
15. Kepustakaan 1. Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum PABI
2. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Penanganan Trauma,
Kementrian Kesehatan RI

56

Anda mungkin juga menyukai