Oleh :
INTAN FEBRYANI RAMADHANTI
1. Pengertian
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi
bakteri, parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem
gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi
dari peradangan akut saluran empedu. (Robins, et al, 2002).
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi
bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem
gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus di dalam parenkim hati (Sudoyo, 2006).
Abses pada hepar timbul sebagai infeksi sekunder yang muncul di bagian
tubuh yang lain kemudian dibawa ke hepar melalui system bilier, system vaskuler,
atau system limfatik. Organisme piogenik juga masuk ke dalam hepar melalui
luka tusuk yang mengenai hepar. Abses karena amuba dapat berasal dari
gastrointestinal kemudian masuk ke dalam hepar melalui vena porta. Abses pada
hepar akan mengganggu fungsi hepar. Selain itu, perforasi abses dapat
menyebabkan isi abses masuk ke dalam celah pleura, celah pericardial, atau celah
peritoneal (Baradero, 2008).
Jadi abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh
infeksi.
2. Etiologi
Penyebab utama abses hepar adalah adanya infeksi bakteri pada organ
hepar. Bakteri dapat masuk ke dalam organ hepar melalui beberapa cara
sebagai berikut: (Schoonmaker, 2003)
a. Kandung kemih yang terinfeksi
b. Luka tusuk atau luka tembus
c. Infeksi di dalam perut
d. Infeksi dari bagian tubuh lainnya yang terbawa oleh aliran darah
3. Klasifikasi
Abses hati dibagi atas dua secara umum, yaitu abses hati amoeba dan
abses hati pyogenik :
b. Foto dada
Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya
pergerakkan diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru.
c. Foto polos abdomen
Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran ileus, gambaran
udara bebas diatas hati. kelainan yang didapat tidak begitu banyak,
mungkin dapat berupa gambaran ileus,hepatomegali atau gambaran
udara bebas di atas hati jarang didapatkan berupa air fluid level yang
jelas.
d. Ultrasonografi
Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma. Gambaran USG
pada amoebiasis hati adalah :
1) bentuk bulat atau oval
2) tidak ada gema dinding yang berarti
3) ekogenisitas lebih rendah dari parenkim hati normal
4) bersentuhan dengan kapsul hati
5) peninggian sonic distal
6) tomografi komputer
e. Tomografi
Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat
melihat integritas diafragma
f. Pemeriksaan serologi
Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman. Ada beberapa
uji yang banyak digunakan antara lain indirect haemaglutination
(IHA), counter immunoelectrophoresis (CIE), dan ELISA. Yang
banyak dilakukan adalah tes IHA. Tes IHA menunjukkan sensitivitas
yang tinggi. Titer 1:128 bermakna untuk diagnosis amoebiasis
invasive.
g. Abdominal CT Scan
Pada abdominal CT Scan abses hepar dapat ditemukan keadaan
sebagai berikut.
7. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Derivat nitroimidazole dapat memberantas tropozoit intestinal/
ekstraintestinal atau kista. Obat ini dapat diberikan secara oral atau
intravena. Secara singkat pengobatan amoebiasis hati sebagai
berikut:
1) Metronidazole: 3x750 mg selama 5-10 hari dan ditambah
dengan;
2) Kloroquin fosfat: 1 g/hr selama 2 hari dan diikuti 500/hr selama
20 hari, ditambah;
3) Dehydroemetine: 1-1,5 mg/kg BB/hari intramuskular
(maksimum 99 mg/hr) selama 10 hari.
b. Tindakan aspirasi terapeutik
Indikasinya yaitu pada:
1) Abses yang dikhawatirkan akan pecah
2) Respon terhadap medikamentosa setelah 5 hari tidak ada
3) Abses di lobus kiri karena abses di sini mudah pecah ke rongga
perikardium atau peritoneum.
c. Tindakan pembedahan Pembedahan dilakukan bila:
1) Abses disertai komplikasi infeksi sekunder.
2) Abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang
interkostal.
3) Bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil.
4) Ruptur abses ke dalam rongga intra peritoneal/ pleural/
pericardial (Mansjoer, 2001)
PENGKAJIAN KASUS BINAAN
1. Identitas
A. Identitas Pasien
a. Nama : Tn U
b. Umur : 54 tahun
c. Tanggal lahir : Bandung, 04 Juni 1964
d. Jenis kelamin : Laki-laki
e. Agama : Islam
f. Suku bangsa : Sunda
g. Pendidikan terakhir : SLTA
h. Pekerjaan : Petani Sayuran
i. Alamat : Kp.Cibeureum, Kec.Pangalengan, Kab.Bandung
j. No. Medrek : 1729826
k. Tgl Masuk RS : 12 Desember 2018
l. Tgl Pengkajian : 14 Desember 2018
m. Diagnosa medis : Multiple liver abses
B. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Ny A
b. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
c. Alamat : Kp.Cibeureum, Kec.Pangalengan, Kab.Bandung
d. Suku : Sunda
e. Hubungan dgn pasien : Istri
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 14 Desember pukul 16.00,
pasien mengeluh nyeri di bagian abdomen dengan skala nyeri 3 (0-10)
(pasien sedang menerima terapi ketorolac), nyeri dirasakan seperti ditusuk
tusuk, nyeri bertambah ketika digerakan dan berkurang ketika istirahat.
Nyeri tersebut telah dirasakan sekitar 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit yang disertai dengan pembengkakan di area abdomen.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat hipertensi.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
e. Riwayat Psikososial dan Spiritual
a) Gambaran Konsep Diri
Citra tubuh : Pasien sudah menerima kondisi tubuhnya saat ini.
Pasien juga merasa bersyukur karena memiliki anggota
tubuh yang lengkap.
Identitas diri : Pasien khawatir nantinya akan banyak merepotkan
keluarganya, karena pasien merupakan tulang
punggung keluarga.
Peran : Pasien mengatakan belum siap dengan kondisinya jika
tidak dapat bekerja lagi.
Ideal diri : Pasien mengatakan keinginannya untuk segera sembuh
dan dapat bekerja lagi seperti sediakala.
Harga diri : Pasien telah menerima penyakitnya dan tampak
semangat untuk mendapatkan kondisi sehat sehingga
motivasi untuk sembuh sangat tinggi dengan
melakukan perawatan di rumah sakit.
b) Data Psikologis
Pasien menyatakan sudah bosan di rumah sakit dan ingin segera
mendapat jadwal operasi agar dapat segera pulang.
c) Data Sosial
Selama dirawat pasien ditemani oleh istri, anak dan keluarga
yang lain.
d) Data Spiritual
Pasien melakukan ibadah wajib seperti biasa meskipun sulit
untuk melakukan mobilisasi namun pasien dapat melakukannya di
tempat tidur.
f. Riwayat ADL (selama dirawat di RS)
No Jenis Aktivitas Keterangan
1 Nutrisi dan Cairan
a. Makan
Jenis makanan Bubur nestle, dan buah-buahan
Frekuensi 3x/hari
Pantangan Tidak ada
Alergi Tidak ada
Keluhan Mual dan muntah, sehingga pasien tidak
memakan makanan yang disediakan oleh RS
(kecuali buah)
b. Minum
Jenis cairan Air putih ± ½ botol air mineral ukuran 1500
Frekuensi ml
Keluhan Setelah makan atau ketika haus saja
Tidak ada
Kebutuhan cairan = 30-50 ml/kgBB/hari x 50 kg
= 30-50 ml/kgBB/hari x 50 kg
= 1.500 – 2500 ml/hari
2 Eliminasi
a. BAK
Frekuensi 5-7 kali sehari
Warna Kuning
Jumlah Tidak terkaji karena pasien tidak terpasang
kateter
Keluhan Pasien mengalami kesulitan ketika ke toilet
karena mobilitasnya terganggu
b. BAB
Frekuensi Sehari sekali
Konsistensi / warna Padat/ kuning
Keluhan Tidak ada
3 Istirahat Tidur
a) Siang
Kualitas Terkadang tidur
Kuantitas ± 2 jam
b) Malam
Kualitas Kadang terbangun karena merasakan nyeri
pada abdomennya
Kuantitas ± 6-7 jam
Keluhan Tidak ada
4 Personal
e) Hygiene
a)
f) Kebersihan kulit Bersih, setiap pagi pasien diseka oleh
istrinya, tidak terdapat luka pada bagian
b) Kebersihan gigi kulit.
g) Pasien mengatakan jarang gosok gigi
c) Kebersihan rambut semenjak dirawat
d) Kebersihan kuku Bersih
Kuku kaki dan tangan pasien terpotong
pendek
5 Mobilisasi Pasien tidak dapat mobilisasi dengan
mandiri namun dibantu oleh
istri/keluarganya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran (GCS) : Compos Mentis, E4V5M6
TTV :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 79 x/menit
Suhu badan : 36°C
Pernafasan : 24 x/menit
Antropometri
BB : 55 kg
TB : 160 cm
𝐵𝐵(𝑘𝑔) 50 𝑘𝑔
𝐼𝑀𝑇 = 2 = ( 1.6)2= 19.5 kg / m2 (normal)
(𝑇𝐵(𝑚) )
5. Informasi Tambahan
a. Status Gizi
Jenis Kelamin: Laki-laki, BB: 50 kg, TB: 160 cm, Usia: 54 tahun.
IMT = 19.5 kg / m2 (normal)
b. Kebutuhan kalori
Kebutuhan energi pasien (laki-laki, usia 54 tahun, 50 kg, 160 cm)
Kebutuhan energi (kkal/hari) = (66,4 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U))
mx tingkat aktivitas
= (66,4 + (13,7 x 50) + (5 x 160) – (6,8 x 54))
mx 1,2
= (66,4 + 685 + 800 – 367,2) x 1,2
= 1421 kkal/hari
Kebutuhan KH : 50 – 60% x total kalori = 710,5 – 852,6 kkal/hari
Kebutuhan Protein : 10 – 15% x total kalori = 142,1 – 213,15 kkal/hari
Kebutuhan Lemak : 10 – 25% x total kalori = 142,1 – 355,25 kkal/hari
6. Terapi
No. Terapi
1. Keterolac 30 mg (2 x 30 mg)
Ketorolac berfungsi untuk penatalaksanaan nyeri akut yang berat jangka
pendek (<5 hari). Ketorolac adalah obat dengan fungsi mengatasi nyeri
sedang hingga nyeri berat untuk sementara. Biasanya obat ini digunakan
sebelum atau sesudah prosedur medis, atau setelah operasi. Ketorolac
adalah golongan obat nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) yang
bekerja dengan memblok produksi substansi alami tubuh yang
menyebabkan inflamasi. Efek ini membantu mengurangi bengkak, nyeri,
atau demam.
2. Ranitidin (2x 50 mg)
Ranitidin adalah obat yang dapat digunakan untuk menangani gejala atau
penyakit yang berkaitan dengan produksi asam berlebih di dalam lambung.
Ranitidine juga sebagai obat untuk mengurangi efek ketorolac yang dapat
melukai ulkus lambung
3. Ciprofloxacin (2x500 mg)
Ciprofloxacin adalah antibiotik yang digunakan untuk menangani berbagai
jenis infeksi akibat bakteri, misalnya infeksi saluran kemih, infeksi pada
saluran pencernaan, infeksi pada mata, dan infeksi menular seksual. Jenis
obat ini bekerja dengan cara membunuh atau mencegah perkembangan
bakteri yang menjadi penyebab infeksi.
4. Metronidazole (2x500 mg)
Metronidazole adalah obat antimikroba yang digunakan untuk mengobati
berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme protozoa
dan bakteri anaerob. Kedua jenis organisme ini dapat hidup dan
berkembang biak tanpa bantuan oksigen. Mereka sering menyebabkan
infeksi pada bagian tubuh seperti rongga perut, rongga panggul, dan gusi.
7. Analisis Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1. DS : pasien mengeluh Bakteri/parasit/jamur Nyeri
nyeri pada bagian ↓
abdomen kwadran kanan Masuk ke dalam sistem
atas, nyeri seperti ditusuk- pencernaan
↓
tusuk. Nyeri bertambah
Vena porta, sistem bilier,
ketika digerakan dan
sistem arterial hepatik
berkurang ketika istirahat ↓
DO: Hepar
□ Skala nyeri yang ↓
dialami pasien yaitu 3 Mengalami kerusakan jaringan
(0-10), hepar
□ Pasien tampak ↓
Peradangan/inflamasi hepar
meringis kesakitan
↓
ketika digerakan
Infeksi
□ TD: 130/80 mmHg ↓
HR: 79 x/menit Merangsang ujung saraf
Suhu : 36°C mengeluarkan
RR: 24 x/menit bradikinin,serotonin dan
prostaglandin
↓
Impuls di sampaikan di SSP
bagian korteks serebri
↓
Nyeri
No
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi
Dx
2 16 Desember 2018/ S:
07.00 WIB
□ Klien menyatakan perlahan bisa melakukan pergerakan dengan dibantu
keluarga
O:
□ Klien mampu untuk menyesuaikan posisi nyamannya secara mandiri
□ Klien mampu miring kanan miring kiri secara mandiri
□ Klien mampu mobilisasi duduk dan ke toilet dengan bantuan keluarga
A: Masalah teratasi sebagian
P : Setelah prosedur operasi ajarkan untuk mobilisasi dini pasca operasi
DAFTAR PUSTAKA
Aru W Sudoyo, dkk ; Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1 Edisi Empat, balai
Penerbitan FK-UI, jakarta, 2006.
Iwabe, T., Ozaki, I., & Hashizume, A. (2014). The Respiratory Cycle Modulates
Brain Potentials, Sympathetic Activity, and Subjective Pain Sensation
Induced by Noxious Stimulation. Neuroscience Research, 84, 47–59.
https://doi.org/10.1016/j.neures.2014.03.003
Smeltzer & Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner &
Suddarth (Edisi 8). Jakarta : EGC.
Herdman T & Kamitsuru. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta. EGC
Nurjannah, Intisari & Tumanggor R. 2013. Nursing Interventions Classification
(NIC). Jakarta. EGC
Nurjannah, Intisari & Tumanggor R. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan. Jakarta. EGC