TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1
b) Fungsi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan
paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
melalui pelayanan kesehatan yang paripurna.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.
2
yang memiliki penghasilan rendah dan menengah. Walau penyakit ini
merupakan penyakit manusia yang lebih tua tetapi juga dapat mempengaruhi
masa kanak-kanak. Sehingga ditekankan berbagai faktor untuk mengurangi
ancaman ini dengan makan makanan yang sehat, berolahraga dan mengurangi
merokok (Mendis, 2011).
Dua faktor risiko dari kematian mendadak yang berkaitan dengan penyakit
jantung. Pertama adalah faktor tetap, dan kedua adalah faktor yang dapat
diubah. Faktor tetap terdiri dari faktor keturunan atau genetik, faktor usia, dan
jenis kelamin. Untuk faktor genetik, tergantung pada kadar lipoprotein dalam
darah, semakin tinggi kadar protein ini maka semakin tinggi pula risiko
serangan jantung (Kartika, U, 2013).
Selain itu, ada faktor yang dapat diubah yaitu yang berhubungan dengan
gaya hidup. Kebiasaan seperti merokok, kurang olahraga, memiliki kadar
kolesterol tinggi, kencing manis, dan stres adalah beberapa faktor risiko yang
dapat diubah (Kartika, U, 2013).
ICVCU (Intensive Cardio Vascular Care Unit) sebelumnya dikenal
dengan nama ICCU (Intensive Cardio Care Unit) atau ICU jantung namun
kemudian berubah nama menjadi ICVCU (Intensive Cardio Vascular Care
Unit). Hal ini terjadi dengan pertimbangan bahwa pasien yang dirawat bukan
hanya terbatas pada kelainan jantung semata, tetapi pasien yang mengalami
gangguan vaskuler/pembuluh darah pula. Seiring dengan perubahan nama
tersebut diharapkan pelayanan di Ruang ICVCU (Intensive Cardio Vascular
Care Unit) menjadi lebih baik untuk menghadapi tantangan persoalan
kesehatan yang ada pada masyarakat khususnya penyakit kardiovaskuler
(RSUD Undata, 2014).
Pada umumnya pasien-pasien yang dirawat di Ruang ICVCU (Intensive
Cardio Vascular Care Unit) adalah pasien gagal jantung, (CHF), infark
miokard, dysritmia, dan penyakit katup jantung. Pasien yang diruangan ICVCU
(Intensive Cardio Vascular Care Unit) biasanya dirawat dengan murni penyakit
jantung, tetapi terkadang pasien datang dengan penyulit/komplikasi penyakit
3
lainnya seperti gagal ginjal, stroke, diabetes mellitus, penyakit tiroid dan
bahkan penyakit HIV/AIDS. (RSUD Undata, 2014).
ICVCU (Intensive Cardio Vascular Care Unit) berdiri sejak tahun 2007 di
Rumah Sakit Umum Daerah Undata lama dan berpindah tempat ke bangunan
baru yang berlokasi di Jl.Trans Sulawesi- Tondo-Palu Timur pada tahun 2014.
Kondisi rungan cukup luas dengan kapasitas 10 tempat tidur dengan tiap
tempat tidur dilengkapi dengan monitor intensif, oksigenasi, suction dan lemari
kecil. Untuk 10 tempat tidur diberikan tirai sebagai pembatas antara pasien
yang satu dengan pasien yang lainnya dan juga untuk menjaga privasi pasien
(RSUD Undata, 2014).
4
bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri ukuran 0,5-5 µm,
tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berukuran 700 µm, yaitu
Thiomargarita. Bakteri ini memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan
jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan)
(Harahap, 2013).
5
Sitoplasma bakteri tidak mempunyai mitokondria atau kloroplast,
bakteri dapat menyimpan cadangan makanan dalam bentuk granul
sitoplasma. Sitoplasma bakteri tidak mengandung banyak organel
seperti pada sel eukariotik. Sitoplasma bakteri antara lain tersusun
dari:
a) Ribosom
Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma.
Ribosom tersusun dari protein dan RNA (ribonucleic acid, asam
ribonukleat). Ribosom berfungsi pada sintesis protein.
b) DNA
DNA (deoxyribonucleic acid; asam deoksiribonukleat) adalah
materi pembawa informasi genetik. DNA bakteri berupa rantai
tunggal berbentuk melingkar (nukleoid). Beberapa bakteri
memiliki tambahan DNA melingkar lain yang lebih kecil yang
disebut plasmid.
c) Granula penyimpanan
Granula penyimpanan berfungsi untuk menyimpan cadangan
makanan. Umumnya bakteri menyimpan cadangan makanan yang
dibutuhkannya.
d) Spora
Spora pada bakteri adalah endospora, suatu badan yang
refraktil terdapat dalam induk sel dan merupakan suatu stadium
istirahat dari sel tersebut. Kemampuan mengahsilkan spora
memberi keuntungan ekologis pada bakteri, karena memungkinkan
bakteri itu bertahan terhadap keadaan buruk.
5) Kapsul
Bakteri tertentu mensistesa polimer ekstra sel (umumnya
polisakarida) yang berkondensasi dan membentuk lapisan di sekeliling
sel, disebut kapsul, koloni kuman yang berkapsul ini kelihatan berlendir
dan umumya tahan terhadap fagosistosis.
6) Flagel
6
Flagel merupakan bagian dari bakteri yang ada pada bagian luar
berbentuk seperti benang dengan ukuran 12-30 nanometer, flagel ini
terdiri dari protein, dan protein dari falgel ini disebut flagelin.
7) Pili
Bebearapa bakteri gram negatif mempunyai rambut pendek dan
keras yang d namakan pili. Yang terdiri dari subunit protein.
8) Endospora
Bentuk spora adalah bakteri yang ada dalam keadaan istrahat, spora ini
bersifat sangat resisten terhadap panas, kekeringan dan zat kimia.
c. Klasifikasi Bakteri
Terdapat beberapa cara penggolongan bakteri diantaranya
berdasarkan bentuk bakteri dan dinding selnya (Hartati, 2012):
1) Berdasarkan dinding selnya
Hasil pewarnaan mencerminkan perbedaan dasar dan kompleks
pada permukaan sel bakteri (struktur dinding sel), sehingga dapat
membagi bakteri menjadi 2 kelompok, yakni Gram-positif dan
Gram-negatif (Brooks GF, 2007).
a) Bakteri gram negatif
Bakteri gram negatif merupakan bakteri yang tidak mampu
mempertahankan warna kristal violet pada dinding selnya saat
perwarnaan gram dilakukan, pewarnaan gram sangat penting
untuk mengetahui klasifikasi bakteri dan mengetahui
identifikasinya (Hartati, 2012).
7
Gambar 2.1 Bakteri bentuk bulat (coccus) ( hartati, 2012)
Bentuk kokus umumnya bulat atau oval. Bila kokus
membelah diri, sel-sel dapat tetap melekat satu sama lain.
Cocci yang tetap berpasangan setelah membelah disebut
diplococci. Cocci yang membelah namun tetap melekat akan
membentuk struktut menyerupai rantai disebut streptococci.
Cocci yang membelah dalam 2 bidang dan tetap melekat akan
membentuk kelompok 4 coccus yang disebut tetrad. Cocci
yang membelah dalam 3 bidang dan tetap melekat akan
membentuk kubus dengan 8 coccus disebut sacrina,
sedangkan cocci yang membelah pada banyak bidang dan
membentuk kumpulan menyerupai buah anggur yang disebut
stphylacocci (Pratiwi, 2008).
b) Batang (basil)
8
Membelah hanya melalui sumbu pendeknya (dalam
satu bidang). Sebagian besar bacilli tampak sebagian besar
tunggal. Diplobacilli muncul dari pasangan bacilli setelah
pembelahan dan streptobacilli muncul dalam bentuk rantai.
Beberapa bacilli tampak menyerupai cocci, dan disebut
coccobacilli (Pratiwi, 2008).
d. Penggolongan Bakteri
Menurut Harahap (2013).
Berdasarkan cara memperoleh makanannya, bakteri dapat
digolongkan menjadi dua golongan yaitu bakteri heterotrof dan bakteri
autotrof.
1. Bakteri Heterotrof
Bakteri ini hidup dengan memperoleh makanan berupa zat
organik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri
zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa-
sisa organisme lain. Bakteri yang mendapatkan zat organik dari
9
sampah, kotoran, bangkai dan juga sisa makanan, kita sebut sebagai
bakteri saprofit. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam
makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O, energi dan
mineral. Di dalam lingkungan bekteri pembusuk ini berfungsi
sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan. Dalam usus
manusia terdapat juga bakteri yang hidup secara saprofit
(menguraikan serat-serat pada makanan) dan menguntungkan
adalah bakteri Escherichia coli. Selain bakteri heterotrof yang
saprofit, ada juga yang bersifat parasit (merugikan) baik pada
manusia, hewan maupun tumbuhan. Bakteri ini menyebabkan sakit.
2. Bakteri Autotrof
Bakteri Autotrof adalah bakteri yang dapat menyusun zat
makanan sendiri dari zat anorganik yang ada. Dari sumber
energi yang digunakannya, bakteri autotrof (auto = sendiri,
trophein = makanan) dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
bakteri fotoautotrof dan bakteri kemoautotrof.
Bakteri fotoautrotof yaitu bakteri yang
memanfaatkan cahaya sebagai energi untuk mengubah zat
anorganik menjadi zat organik melalui proses fotosintesis.
Contoh bakteri ini adalah: bakteri hijau, bakteri ungu.
Bakteri kemoautrotof adalah bakteri yang
menggunakan energi kimia yang diperolehnya pada saat
terjadi perombakan zat kimia dari molekul yang kompleks
menjadi molekul yang sederhana dengan melepaskan
hidrogen. Contoh bakteri ini adalah: Nitrosomonas.
Nitrosomonas dapat memecah NH3 menjadi NH2, air dan
energi.
10
peningkatan ukuran populasi. Faktor–faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan optimum
adalah :
1) Suhu/Tempertur
Suhu/Temperatur akan dapat menentukan aktivitas enzim
yang terlibat dalam aktivitas kimia. Ketika terjadi suatu
kenaikkan temperatur sebesar 10oC maka akan meningkatkan
aktivitas enzim sebesar dua kali lipat. Pada temperatur yang
sangat tinggi akan terjadi denaturasi protein yang tidak dapat
balik (Irreversible), sedangkan pada temperatur yang sangat
rendah aktivitas enzim akan berhenti. Derajat keasaman atau pH
Secara umum bakteri bertumbuh baik pada rentang pH 4-8,
pH yang berada ini dapat disebabkan oleh karena proses
metabolisme yang terjadi di dalam sel misalnya akumulasi produk
metabolisme yang asam atau basa, sesuai kebutuhan
pertumbuhannya.
2) Tekanan Osmosis
Dalam larutan hipotonik air akan masuk kedalam sel
mikrooganisme sedangkan dalam larutan hipertonik air akan
keluar dari dalam sel mikrooganisme sehingga membran plasma
mengkerut dan lepas dari dinding sel (plasmolisis), serta
menyebabkan sel secara metabolik tidak aktif.
3) Sumber nutrisi
Bakteri Autotrofik (litotrof), untuk pertumbuhannya hanya
membutuhkan air, garam anorganik dan karbon dioksida.
Kelompok ini mensintesis karbon dioksida menjadi sebagian
besar metabolit organik esensial. Bakteri heterotrofik (organotrof)
membutuhkan karbon organik untuk pertumbuhannya. Dalam
praktek laboratorium, glukosa secara luas digunakan sebagai
sumber karbon organik, tetapi berbagai senyawa lain juga dapat
digunakan secara khusus atau sumber karbon tertentu oleh bakteri
yang berbeda. Oksigen
Bakteri dalam kebutuhan O2 dikenal aerob dan anaerob.
Mikroogansime aerob memerlukan oksigen untuk bernafas,
11
sedangkan mikrooganisme anaerob tidak memerlukan oksigen
untuk bernafas. Adanya oksigen pada mikrooganisme anaerob
justru akan mengambat pertumbuhannya. Energi pada
mikrooganisme anaerob dihasilkan dengan cara fermentasi.
4) Radiasi
Radiasi di bumi sebagai sumber utama adalah sinar matahari yang
mencakup cahaya tampak (visible light), radiasi UV (ultraviolet,
sinar inframerah, dan gelombang radio). Radiasi yang berbahaya
untuk mikrooganisme adalah radiasi pengionisasi (ionizing
radiation), yaitu radiasi dari panjang gelombang yang sangat
pendek dan berenergi tiggi yang dapat menyebabkan atom
kehilangan elektron (ionisasi). Pada level rendah, radiasi
pengionisasi ini dapat mengakibatkan mutasi yang mungkin
mengarah pada kematian, sedangkan pada level tinggi pengaruh
radiassi bersifat letal.
f. Identifikasi Bakteri
1) Pewarnaan Gram
Prinsip kerja reaksi gram adalah berdasarkan atas pewarnaan
pada sel. Sifat zat warna yang digunakan terdiri atas garam-garam.
Zat warna asam tidak mewarnai sel-sel, sedangkan zat warna basa
akan mewarnai secara merata. Prosedur pewarnaan gram sebagai
berikut : (soemarno, 2000)
a) Sediaan yang sudah difiksasi, digenangi dengan cat gram A
(gentian violet), sampai menutupi seluruh sediaan, diamkan
selama 1 menit.
b) Cuci dengan air sebentar.
c) Genangi dengan gram B (lugol) selama 1 menit.
d) Cuci dengan air sebentar.
e) Larutkan warnanya dengan menggenangi sediaan dengan gram C
(bahan pelarut) selama kurang lebih 30 detik, sampai tidak
kelihatan adanya merah yang luntur.
12
f) Cuci dengan air sebentar.
g) Genangi dengan gram D (safranin) selama 30 detik.
h) Cuci dengan air sampai bersih keringkan, siap dilihat di
mikroskop.
i) Hasil: gram (+) berwarna violet dan gram (-) berwarna merah.
13
memfermentasi laktosa. Koloni merah muda meliputi, genus
Escherichia, Klebsiella, Enterobacter, hafnia dan Citrobacter.
Bakteri yang tidak memfermentasikan media biasanya bakteri
coliform dari famili Enterobacteriaceae. Laktosa akan tumbuh
tidak berwarna pada media Mac conkey meliputi famili dari
Enterobacteriaceae seperti genus Proteus, Morganella,
Providencia, Edwardsiella, Salmonella, Shigella, dan Yersenia
(Port, 2015).
b) Agar Darah
Media blood agar adalah media pertumbuhan bakteri yang
dapat membedakan dari bakteri normal sampai patogen
berdasarkan efek hemolitik eksotoksin pada sel darah merah.
Media agar darah bukan merupakan media selektif, akan tetapi
merupakan media enrichment, dimana menyediakan lingkungan
kaya nutrisi tambahan untuk mikroba, sehinggga dapat
menumbuhkan bakteri yang luas. Media agar darah merupakan
juga media diferensial, karena mampu membedakan bakteri yang
dapat melisiskan sel darah merah seperti beta hemolisis, alpha
hemolisis, dan gama hemolisis. Media agar darah mengandung 5%
agar domba. Beta hemolisis dimana bakteri yang tumbuh memiliki
exotoxin hemolitik yang secara lengkap dapat melisiskan sel darah
merah sehingga pada media akan nampak lubang lingkaran bersih
pada sekitaran koloni. Alpha hemolisis dimana bakteri secara kimia
hanya mampu melisiskan sel darah merah secara parsial sehingga
pada media akan nampak kecoklatan disekitar koloni yang tumbuh.
Gamma hemolisis dimana bakteri tidak memiliki kemampuan
untuk melisiskan sel darah merah, sehingga pada media tidak
terjadi perubahan di sekitar koloni yang tumbuh pada media
(Port,2015).
c) Kligler Iron Agar ( KIA)
14
Merupakan media solid yang direkomendasikan untuk
prosedur kualitatif untuk membedakan basil gram negatif
berdasarkan fermentasi dekstrosa dan laktosa dan produksi
hidrogen sulfida (H2S). Reaksi fermentasi dapat dibaca pada
lereng dan dasar dari agar, yang dimana terjadi perubahan warna
dari merah (alkali) menjadi kuning (asam). Apabila
mikroorganisme tidak memproduksi dekstrosa dan laktosa, maka
lereng dan dasar akan tetap netral ( merah). Pada lereng, terdapat
laktosa dan pada dasar terdapat dekstrosa. Ferric amonium sitrat
sebagai indikator produksi H2S. Apabila H2S dihasilkan dari
sodium thiosulfate, maka akan bereaksi dengan ferric amonium
sitrat membentuk presipitat hitam (ferrous sulfat) pada medium.
Produksi gas ditandai dengan adanya gelembung, pemisahan pada
media (Remel, 2012).
d) Brain Heart Infusion Agar ( BHIA)
Merupakan media enrichment non selektif untuk isolasi dan
kultur bakteri anaerob dan mikroorganisme yang sulit tubuh
lainnya. Nutrisi dasar yang terkandung adalah pepton daging,
dengan penambahan ekstrak ragi. Media ini dilengkapi dengan
hemin dan vitamin K1 sebagai faktor pertumbuhan untuk sebagain
besar bakteri anaerob. Media ini disiapkan, disimpan dan dikemas
dalam kondisi bebas oksigen untuk mencegah pembentukan
produk oksigen untuk mencegah pembentukan produk teroksidasi
(Hill, 2015).
15
yang dimilikinya untuk degradasi karbohidrat, lemak, protein, dan
asam amino. Metabolisme atau penggunaan dari molekul organik
ini biasanya menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk
identifikasi dan karakterisasi bakteri (Hasyimi, 2010).
16
B. Kerangka Teori
Infeksi
nasokomial
Putra (2015)
Bakteri yang terdapat di Identifikasi bakteri di
ruangan ICVCU RSUD Ruang instalasi gawat
PALU
darurat (IGD) RSUD
Undata Tahun 2015.
Isolasi dan
identifikasi
Uji Biokimia
Pewarnaan gram Media pertumbuhan
Gambaran
mikroskopik
Variasi bakteri
C. Kerangka Konsep
D. Landasan Teori
dan tidak mengandung debu abses. Indeks angka kuman dalam ruang tidak
18
melebihi konsentrasi maksimum mikroorganism per m 2 udara (CFU/m3).
Konsentrasi gas dalam udara juga tidak boleh melebihi konsentrasi mmaksimum
dianjurkan (Depkes,2006).
19