Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka

1. Tinjauan tentang Rumah Sakit


a) Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai
kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani
masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan
(Siregar,2004).
Rumah Sakit Umum Daerah Undata lama, secara resmi berdiri
pada tahun 1972 berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
provinsi Sulawesi Tengah Nomor: 59/DITTAP/1072 tanggal 7 Agustus
1972, dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 50 tempat tidur. Pemberian
nama RSUD “Undata” yang berarti “Obat Kita”, sekaligus bermakna
tentang layanan kesehatan dalam cakupan bersifat preventif, kuratif, dan
rehabilitatif pada tatanan kebersamaan “Mosangu Mosikabelo” sesuai
dengan motto yang artinya bersatu untuk saling memperbaiki dalam
upaya peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pada
perkembangannya, berkat kesungguhan Pemerintah Daerah dan pihak
manajemen RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah serta dukungan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, maka RSUD Undata
ditetapkan sebagai rumah sakit kelas C dengan surat penetapan Menteri
Ksehatan Nomor 51/MenKes/SK/II/79 tanggal 22 Desember1979 (RSUD
Undata, 2014).

1
b) Fungsi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan
paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
melalui pelayanan kesehatan yang paripurna.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.

2. Tinjauan Tentang Ruang Perawatan Penyakit Jantung


Cardiovascular disease atau penyakit jantung mereferensikan pada
berbagai penyakit yang terkait dengan sistem kardiovaskular (cardiovascular
system). Penyakit-penyakit ini ialah penyakit jantung, penyakit pembuluh
darah otak dan ginjal, dan penyakit arteri peripheral (Bridget B.K., 2010).
Penyebab penyakit jantung ini beragam dan biasanya yang terbanyak ialah
atherosclerosis dan/ atau darah tinggi (hypertension). Selain itu, seiring dengan
usia, terdapat perubahan-perubahan fisiologi dan morfologi yang mengubah
fungsi kardiovaskuler yang meningkatkan resiko penyakit ini (Dantas, A.P.,
2012).
Penyakit Kardiovaskular merupakan penyakit pembunuh pertama di dunia
sejak tahun 1970. Walaupun tingkat mortalitas akibat penyakit jantung
menurun di negara-negara maju, tetapi sebaliknya meningkat di negara-negara

2
yang memiliki penghasilan rendah dan menengah. Walau penyakit ini
merupakan penyakit manusia yang lebih tua tetapi juga dapat mempengaruhi
masa kanak-kanak. Sehingga ditekankan berbagai faktor untuk mengurangi
ancaman ini dengan makan makanan yang sehat, berolahraga dan mengurangi
merokok (Mendis, 2011).
Dua faktor risiko dari kematian mendadak yang berkaitan dengan penyakit
jantung. Pertama adalah faktor tetap, dan kedua adalah faktor yang dapat
diubah. Faktor tetap terdiri dari faktor keturunan atau genetik, faktor usia, dan
jenis kelamin. Untuk faktor genetik, tergantung pada kadar lipoprotein dalam
darah, semakin tinggi kadar protein ini maka semakin tinggi pula risiko
serangan jantung (Kartika, U, 2013).
Selain itu, ada faktor yang dapat diubah yaitu yang berhubungan dengan
gaya hidup. Kebiasaan seperti merokok, kurang olahraga, memiliki kadar
kolesterol tinggi, kencing manis, dan stres adalah beberapa faktor risiko yang
dapat diubah (Kartika, U, 2013).
ICVCU (Intensive Cardio Vascular Care Unit) sebelumnya dikenal
dengan nama ICCU (Intensive Cardio Care Unit) atau ICU jantung namun
kemudian berubah nama menjadi ICVCU (Intensive Cardio Vascular Care
Unit). Hal ini terjadi dengan pertimbangan bahwa pasien yang dirawat bukan
hanya terbatas pada kelainan jantung semata, tetapi pasien yang mengalami
gangguan vaskuler/pembuluh darah pula. Seiring dengan perubahan nama
tersebut diharapkan pelayanan di Ruang ICVCU (Intensive Cardio Vascular
Care Unit) menjadi lebih baik untuk menghadapi tantangan persoalan
kesehatan yang ada pada masyarakat khususnya penyakit kardiovaskuler
(RSUD Undata, 2014).
Pada umumnya pasien-pasien yang dirawat di Ruang ICVCU (Intensive
Cardio Vascular Care Unit) adalah pasien gagal jantung, (CHF), infark
miokard, dysritmia, dan penyakit katup jantung. Pasien yang diruangan ICVCU
(Intensive Cardio Vascular Care Unit) biasanya dirawat dengan murni penyakit
jantung, tetapi terkadang pasien datang dengan penyulit/komplikasi penyakit

3
lainnya seperti gagal ginjal, stroke, diabetes mellitus, penyakit tiroid dan
bahkan penyakit HIV/AIDS. (RSUD Undata, 2014).
ICVCU (Intensive Cardio Vascular Care Unit) berdiri sejak tahun 2007 di
Rumah Sakit Umum Daerah Undata lama dan berpindah tempat ke bangunan
baru yang berlokasi di Jl.Trans Sulawesi- Tondo-Palu Timur pada tahun 2014.
Kondisi rungan cukup luas dengan kapasitas 10 tempat tidur dengan tiap
tempat tidur dilengkapi dengan monitor intensif, oksigenasi, suction dan lemari
kecil. Untuk 10 tempat tidur diberikan tirai sebagai pembatas antara pasien
yang satu dengan pasien yang lainnya dan juga untuk menjaga privasi pasien
(RSUD Undata, 2014).

3. Tinjauan Tentang Bakteri


a. Definisi Bakteri
Bakteri pertama kali ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada
tahun 1674 dengan menggunakan mikroskop buatnnya sendiri. Bakteri
(dari kata latin: bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme
yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam
domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta
memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok
bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit. (Harahap,
2013).
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak
mempunyai selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki
informasi genetik berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat
khusus (nukleus) dan tidak ada membran inti. DNA pada bakteri berbentuk
sirkuler, panjang dan biasa disebut nukleid. DNA bakteri tidak mempunyai
intron dan hanya tersusun atas ekson saja. Bakteri juga nemiliki DNA
ekstra kromosomal yang bergabung menjadi plasmid yang berbentuk kecil
dan sirkuler (Jawetz, 2007).
Bakteri hampir ditemukan di semua tempat, seperti tanah, air, udara,
dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit,

4
bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri ukuran 0,5-5 µm,
tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berukuran 700 µm, yaitu
Thiomargarita. Bakteri ini memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan
jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan)
(Harahap, 2013).

b. Struktur Sel Beserta Fungsinya


Gani (2008) Struktur dan fungsi sel bakteri dapat dibagi menjadi
struktur dan fungsi dasar serta struktur tambahan. Struktur dan fungsi
dasar dimiliki hampir semua jenis bakteri. Sedangkan struktur dan fungsi
tambahan dimiliki oleh jenis bakteri tertentu. Struktur dan fungsi dasar
pada sel bakteri meliputi:
1) Nukleus/inti
Inti sel bakteri tidak mempunyai dinding, di dalamnya terdapat
benang DNA yang bila diekstraksi berupa molekul tunggal dan utuh
dari DNA, dimana benang DNA ini disebut kromoso yang panjangnya
sekitar 1 mm.
2) Dinding Sel
Dinding sel bakteri relatif kuat, sehingga dapat mempertahankan
bentuk bakteri itu sendiri walaupun tekanan osmotiknya tinggi, sel
bakteri tidak pecah. Dinding sel bakteri terdiri dari lapisan
peptidoglikan yang berfungsi sebagai pelindung dan pemberi bentuk
pada bakteri. Berstruktur kompleks yang disebut juga lapisan murein
(mukopeptida).
3) Membran Sitoplasma
Membran plasma disebut pula membran sel terdiri dari fosfolipid
dan protein dan tidak mengandung sterol. Membran ini menyelubungi
sitoplasma bakteri. Pada daerah tertentu dari membran sitoplasma
terdapat cekungan kedalam yang disebut mesasom. Membran plasma
bersifat selektif permeabel dan berfungsi untuk mengatur pertukaran
zat antara sel dengan lingkungannya.
4) Sitoplasma

5
Sitoplasma bakteri tidak mempunyai mitokondria atau kloroplast,
bakteri dapat menyimpan cadangan makanan dalam bentuk granul
sitoplasma. Sitoplasma bakteri tidak mengandung banyak organel
seperti pada sel eukariotik. Sitoplasma bakteri antara lain tersusun
dari:
a) Ribosom
Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma.
Ribosom tersusun dari protein dan RNA (ribonucleic acid, asam
ribonukleat). Ribosom berfungsi pada sintesis protein.
b) DNA
DNA (deoxyribonucleic acid; asam deoksiribonukleat) adalah
materi pembawa informasi genetik. DNA bakteri berupa rantai
tunggal berbentuk melingkar (nukleoid). Beberapa bakteri
memiliki tambahan DNA melingkar lain yang lebih kecil yang
disebut plasmid.
c) Granula penyimpanan
Granula penyimpanan berfungsi untuk menyimpan cadangan
makanan. Umumnya bakteri menyimpan cadangan makanan yang
dibutuhkannya.
d) Spora
Spora pada bakteri adalah endospora, suatu badan yang
refraktil terdapat dalam induk sel dan merupakan suatu stadium
istirahat dari sel tersebut. Kemampuan mengahsilkan spora
memberi keuntungan ekologis pada bakteri, karena memungkinkan
bakteri itu bertahan terhadap keadaan buruk.

5) Kapsul
Bakteri tertentu mensistesa polimer ekstra sel (umumnya
polisakarida) yang berkondensasi dan membentuk lapisan di sekeliling
sel, disebut kapsul, koloni kuman yang berkapsul ini kelihatan berlendir
dan umumya tahan terhadap fagosistosis.
6) Flagel

6
Flagel merupakan bagian dari bakteri yang ada pada bagian luar
berbentuk seperti benang dengan ukuran 12-30 nanometer, flagel ini
terdiri dari protein, dan protein dari falgel ini disebut flagelin.
7) Pili
Bebearapa bakteri gram negatif mempunyai rambut pendek dan
keras yang d namakan pili. Yang terdiri dari subunit protein.
8) Endospora
Bentuk spora adalah bakteri yang ada dalam keadaan istrahat, spora ini
bersifat sangat resisten terhadap panas, kekeringan dan zat kimia.

c. Klasifikasi Bakteri
Terdapat beberapa cara penggolongan bakteri diantaranya
berdasarkan bentuk bakteri dan dinding selnya (Hartati, 2012):
1) Berdasarkan dinding selnya
Hasil pewarnaan mencerminkan perbedaan dasar dan kompleks
pada permukaan sel bakteri (struktur dinding sel), sehingga dapat
membagi bakteri menjadi 2 kelompok, yakni Gram-positif dan
Gram-negatif (Brooks GF, 2007).
a) Bakteri gram negatif
Bakteri gram negatif merupakan bakteri yang tidak mampu
mempertahankan warna kristal violet pada dinding selnya saat
perwarnaan gram dilakukan, pewarnaan gram sangat penting
untuk mengetahui klasifikasi bakteri dan mengetahui
identifikasinya (Hartati, 2012).

b) Bakteri gram positif


Adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal violet
sewaktu proses pewarnaan gram sehingga akan berwarna ungu
di bawah mikroskop, Perbedaan keduanya didasarkan pada
perbedaan struktur dinding sel yang berbeda dan dapat
dinyatakan oleh prosedur pewarnaan gram, ditemukan oleh
ilmuwan Denmark bernama Christian Gram dan merupakan
prosedur penting dalam klasifikasi bakteri (Brooks GF, 2007).

2) Berdasarkan bentuknya (Hartati, 2012).


a) Bulat (coccus)

7
Gambar 2.1 Bakteri bentuk bulat (coccus) ( hartati, 2012)
Bentuk kokus umumnya bulat atau oval. Bila kokus
membelah diri, sel-sel dapat tetap melekat satu sama lain.
Cocci yang tetap berpasangan setelah membelah disebut
diplococci. Cocci yang membelah namun tetap melekat akan
membentuk struktut menyerupai rantai disebut streptococci.
Cocci yang membelah dalam 2 bidang dan tetap melekat akan
membentuk kelompok 4 coccus yang disebut tetrad. Cocci
yang membelah dalam 3 bidang dan tetap melekat akan
membentuk kubus dengan 8 coccus disebut sacrina,
sedangkan cocci yang membelah pada banyak bidang dan
membentuk kumpulan menyerupai buah anggur yang disebut
stphylacocci (Pratiwi, 2008).

b) Batang (basil)

Gambar 2.2 Bakteri bentuk basil ( Hartati, 2012)

8
Membelah hanya melalui sumbu pendeknya (dalam
satu bidang). Sebagian besar bacilli tampak sebagian besar
tunggal. Diplobacilli muncul dari pasangan bacilli setelah
pembelahan dan streptobacilli muncul dalam bentuk rantai.
Beberapa bacilli tampak menyerupai cocci, dan disebut
coccobacilli (Pratiwi, 2008).

c) Spiral (lengkung) atau koma

Gambar 2.3 Bakteri bentuk spiral ( Hartati,2012).


Bentuk spiral bakteri memiliki satu atau lebih lekukan
dan tidak dalam bentuk lurus. Bakteri berbentuk spiral ini
dibedakan menjadi beberapa jenis. Bakteri yang berbentuk
batang melengkung menyerupai koma disebut vibrio.
Bakteri yang berpilin kaku disebut spirillia, sedangkan
bakteri yang berpilin fleksibel disebut spirochaeta (Pratiwi,
2008).

d. Penggolongan Bakteri
Menurut Harahap (2013).
Berdasarkan cara memperoleh makanannya, bakteri dapat
digolongkan menjadi dua golongan yaitu bakteri heterotrof dan bakteri
autotrof.
1. Bakteri Heterotrof
Bakteri ini hidup dengan memperoleh makanan berupa zat
organik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri
zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa-
sisa organisme lain. Bakteri yang mendapatkan zat organik dari

9
sampah, kotoran, bangkai dan juga sisa makanan, kita sebut sebagai
bakteri saprofit. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam
makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O, energi dan
mineral. Di dalam lingkungan bekteri pembusuk ini berfungsi
sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan. Dalam usus
manusia terdapat juga bakteri yang hidup secara saprofit
(menguraikan serat-serat pada makanan) dan menguntungkan
adalah bakteri Escherichia coli. Selain bakteri heterotrof yang
saprofit, ada juga yang bersifat parasit (merugikan) baik pada
manusia, hewan maupun tumbuhan. Bakteri ini menyebabkan sakit.

2. Bakteri Autotrof
Bakteri Autotrof adalah bakteri yang dapat menyusun zat
makanan sendiri dari zat anorganik yang ada. Dari sumber
energi yang digunakannya, bakteri autotrof (auto = sendiri,
trophein = makanan) dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
bakteri fotoautotrof dan bakteri kemoautotrof.
 Bakteri fotoautrotof yaitu bakteri yang
memanfaatkan cahaya sebagai energi untuk mengubah zat
anorganik menjadi zat organik melalui proses fotosintesis.
Contoh bakteri ini adalah: bakteri hijau, bakteri ungu.
 Bakteri kemoautrotof adalah bakteri yang
menggunakan energi kimia yang diperolehnya pada saat
terjadi perombakan zat kimia dari molekul yang kompleks
menjadi molekul yang sederhana dengan melepaskan
hidrogen. Contoh bakteri ini adalah: Nitrosomonas.
Nitrosomonas dapat memecah NH3 menjadi NH2, air dan
energi.

e. Faktor pertumbuhan Bakteri


Menurut Pratiwi (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan pada bakteri mempunyai arti perbanyakan sel dan

10
peningkatan ukuran populasi. Faktor–faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan optimum
adalah :
1) Suhu/Tempertur
Suhu/Temperatur akan dapat menentukan aktivitas enzim
yang terlibat dalam aktivitas kimia. Ketika terjadi suatu
kenaikkan temperatur sebesar 10oC maka akan meningkatkan
aktivitas enzim sebesar dua kali lipat. Pada temperatur yang
sangat tinggi akan terjadi denaturasi protein yang tidak dapat
balik (Irreversible), sedangkan pada temperatur yang sangat
rendah aktivitas enzim akan berhenti. Derajat keasaman atau pH
Secara umum bakteri bertumbuh baik pada rentang pH 4-8,
pH yang berada ini dapat disebabkan oleh karena proses
metabolisme yang terjadi di dalam sel misalnya akumulasi produk
metabolisme yang asam atau basa, sesuai kebutuhan
pertumbuhannya.
2) Tekanan Osmosis
Dalam larutan hipotonik air akan masuk kedalam sel
mikrooganisme sedangkan dalam larutan hipertonik air akan
keluar dari dalam sel mikrooganisme sehingga membran plasma
mengkerut dan lepas dari dinding sel (plasmolisis), serta
menyebabkan sel secara metabolik tidak aktif.
3) Sumber nutrisi
Bakteri Autotrofik (litotrof), untuk pertumbuhannya hanya
membutuhkan air, garam anorganik dan karbon dioksida.
Kelompok ini mensintesis karbon dioksida menjadi sebagian
besar metabolit organik esensial. Bakteri heterotrofik (organotrof)
membutuhkan karbon organik untuk pertumbuhannya. Dalam
praktek laboratorium, glukosa secara luas digunakan sebagai
sumber karbon organik, tetapi berbagai senyawa lain juga dapat
digunakan secara khusus atau sumber karbon tertentu oleh bakteri
yang berbeda. Oksigen
Bakteri dalam kebutuhan O2 dikenal aerob dan anaerob.
Mikroogansime aerob memerlukan oksigen untuk bernafas,

11
sedangkan mikrooganisme anaerob tidak memerlukan oksigen
untuk bernafas. Adanya oksigen pada mikrooganisme anaerob
justru akan mengambat pertumbuhannya. Energi pada
mikrooganisme anaerob dihasilkan dengan cara fermentasi.
4) Radiasi
Radiasi di bumi sebagai sumber utama adalah sinar matahari yang
mencakup cahaya tampak (visible light), radiasi UV (ultraviolet,
sinar inframerah, dan gelombang radio). Radiasi yang berbahaya
untuk mikrooganisme adalah radiasi pengionisasi (ionizing
radiation), yaitu radiasi dari panjang gelombang yang sangat
pendek dan berenergi tiggi yang dapat menyebabkan atom
kehilangan elektron (ionisasi). Pada level rendah, radiasi
pengionisasi ini dapat mengakibatkan mutasi yang mungkin
mengarah pada kematian, sedangkan pada level tinggi pengaruh
radiassi bersifat letal.

f. Identifikasi Bakteri
1) Pewarnaan Gram
Prinsip kerja reaksi gram adalah berdasarkan atas pewarnaan
pada sel. Sifat zat warna yang digunakan terdiri atas garam-garam.
Zat warna asam tidak mewarnai sel-sel, sedangkan zat warna basa
akan mewarnai secara merata. Prosedur pewarnaan gram sebagai
berikut : (soemarno, 2000)
a) Sediaan yang sudah difiksasi, digenangi dengan cat gram A
(gentian violet), sampai menutupi seluruh sediaan, diamkan
selama 1 menit.
b) Cuci dengan air sebentar.
c) Genangi dengan gram B (lugol) selama 1 menit.
d) Cuci dengan air sebentar.
e) Larutkan warnanya dengan menggenangi sediaan dengan gram C
(bahan pelarut) selama kurang lebih 30 detik, sampai tidak
kelihatan adanya merah yang luntur.

12
f) Cuci dengan air sebentar.
g) Genangi dengan gram D (safranin) selama 30 detik.
h) Cuci dengan air sampai bersih keringkan, siap dilihat di
mikroskop.
i) Hasil: gram (+) berwarna violet dan gram (-) berwarna merah.

2) Media Pertumbuhan Bakteri


Perbenihan atau media yaitu campuran bahan-bahan tertentu
dengan aquadest yang dapat menumbuhkan bakteri, virus, jamur,
atau parasit, pada derajat keasaaman dan inkubasi tertentu.
Menurut wujud dikenal ada 3 jenis perbenihan (soemarno, 2000).
a) Liquid media (perbenihan cair) misalnya : air pepton alkalis,
nutrient broth, brain heart infusion broth.
b) Solid media (perbenihan padat) misalnya : nutrient agar, TSI
agar, TS agar, Mac conkey agar.
c) Semi solid media (peerbenihan setengah padat) misalnya : SIM
medium, MIO medium, Ofmedium, carry & blair.

a) Mac Conkey Agar


Adalah media pertumbuhan bakteri yang selektif untuk
bakteri gram negatif dan dapat membedakan bakteri gram negatif
yang memfermentasikan laktosa. Mac conkey sebagai media
selektif mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
yang disebabkan oleh adanya kristal violet dan garam empedu.
Mac conkey juga bisa sebagai media differensial, yang mampu
membedakan kelompok dari bakteri gram negatif berdasarkan
perubahan reaksi warna. Mac conkey mengandung neutral red
(indikator ph ) dan laktosa yang membuat media ini menjadi media
differensial. Apabila koloni yang tumbuh pada media mac conkey
berwarna merah muda menandakan bakteri gram negative yang

13
memfermentasi laktosa. Koloni merah muda meliputi, genus
Escherichia, Klebsiella, Enterobacter, hafnia dan Citrobacter.
Bakteri yang tidak memfermentasikan media biasanya bakteri
coliform dari famili Enterobacteriaceae. Laktosa akan tumbuh
tidak berwarna pada media Mac conkey meliputi famili dari
Enterobacteriaceae seperti genus Proteus, Morganella,
Providencia, Edwardsiella, Salmonella, Shigella, dan Yersenia
(Port, 2015).
b) Agar Darah
Media blood agar adalah media pertumbuhan bakteri yang
dapat membedakan dari bakteri normal sampai patogen
berdasarkan efek hemolitik eksotoksin pada sel darah merah.
Media agar darah bukan merupakan media selektif, akan tetapi
merupakan media enrichment, dimana menyediakan lingkungan
kaya nutrisi tambahan untuk mikroba, sehinggga dapat
menumbuhkan bakteri yang luas. Media agar darah merupakan
juga media diferensial, karena mampu membedakan bakteri yang
dapat melisiskan sel darah merah seperti beta hemolisis, alpha
hemolisis, dan gama hemolisis. Media agar darah mengandung 5%
agar domba. Beta hemolisis dimana bakteri yang tumbuh memiliki
exotoxin hemolitik yang secara lengkap dapat melisiskan sel darah
merah sehingga pada media akan nampak lubang lingkaran bersih
pada sekitaran koloni. Alpha hemolisis dimana bakteri secara kimia
hanya mampu melisiskan sel darah merah secara parsial sehingga
pada media akan nampak kecoklatan disekitar koloni yang tumbuh.
Gamma hemolisis dimana bakteri tidak memiliki kemampuan
untuk melisiskan sel darah merah, sehingga pada media tidak
terjadi perubahan di sekitar koloni yang tumbuh pada media
(Port,2015).
c) Kligler Iron Agar ( KIA)

14
Merupakan media solid yang direkomendasikan untuk
prosedur kualitatif untuk membedakan basil gram negatif
berdasarkan fermentasi dekstrosa dan laktosa dan produksi
hidrogen sulfida (H2S). Reaksi fermentasi dapat dibaca pada
lereng dan dasar dari agar, yang dimana terjadi perubahan warna
dari merah (alkali) menjadi kuning (asam). Apabila
mikroorganisme tidak memproduksi dekstrosa dan laktosa, maka
lereng dan dasar akan tetap netral ( merah). Pada lereng, terdapat
laktosa dan pada dasar terdapat dekstrosa. Ferric amonium sitrat
sebagai indikator produksi H2S. Apabila H2S dihasilkan dari
sodium thiosulfate, maka akan bereaksi dengan ferric amonium
sitrat membentuk presipitat hitam (ferrous sulfat) pada medium.
Produksi gas ditandai dengan adanya gelembung, pemisahan pada
media (Remel, 2012).
d) Brain Heart Infusion Agar ( BHIA)
Merupakan media enrichment non selektif untuk isolasi dan
kultur bakteri anaerob dan mikroorganisme yang sulit tubuh
lainnya. Nutrisi dasar yang terkandung adalah pepton daging,
dengan penambahan ekstrak ragi. Media ini dilengkapi dengan
hemin dan vitamin K1 sebagai faktor pertumbuhan untuk sebagain
besar bakteri anaerob. Media ini disiapkan, disimpan dan dikemas
dalam kondisi bebas oksigen untuk mencegah pembentukan
produk oksigen untuk mencegah pembentukan produk teroksidasi
(Hill, 2015).

1) Uji Reaksi Biokimia


Bakteri memiliki berbagai aktivitas biokimia dengan
menggunakan nutrisi yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya.
Transformasi biokimia dapat timbul didalam dan diluar dari bakteri
yang diatur oleh katalis biologis yang dikenal sebagai enzim.
Setiap bakteri memiliki kemampuan dalam menggunakan enzim

15
yang dimilikinya untuk degradasi karbohidrat, lemak, protein, dan
asam amino. Metabolisme atau penggunaan dari molekul organik
ini biasanya menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk
identifikasi dan karakterisasi bakteri (Hasyimi, 2010).

g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Laboratorium


1) Ketika pengumpulan spesimen, apakah pemilihan
spesimennya sudah benar? Apakah waktu pengambilan sampel
sudah tepat? Bila sudah tepat, hal yang penting lainnya adalah
label, label ini kadang ketika tidak dipasangkan, spesimen bisa saja
tertukar (Hasyimi, 2010).
2) Hasil pemeriksaan laboratorium sangat dipengaruhi oleh
proses di laboratorium, antara lain ; volume sampel yang tidak
cukup untuk pemeriksaan tertentu tetapi dipaksakan untuk untuk
memberikan hasil sehingga hasilnya memberikan interpretasi yang
salah, selain itu, hasil laboratorium juga di pengaruhi oleh
representatif atau tidaknya dan tingkat kesterilan alat-alat.
Kemudian faktor lainnya yang terpenting adalah media untuk
membawa atau mengirim, apakah terkontaminasi atau tidak
(Hasyimi, 2010).

16
B. Kerangka Teori

Infeksi
nasokomial

Wicaksono (2015). Saleh (2015)


Identifikasi variasi Pola bakteri aerob
bekteri pada Ruang penyebab infeksi
Intensive Care Unit nasokomial pada ruangan
(ICU) RSUD neonatal care intensive
Anutapura tahun care unit (NICU) kandou
manado.

Putra (2015)
Bakteri yang terdapat di Identifikasi bakteri di
ruangan ICVCU RSUD Ruang instalasi gawat
PALU
darurat (IGD) RSUD
Undata Tahun 2015.

Isolasi dan
identifikasi

Uji Biokimia
Pewarnaan gram Media pertumbuhan

Gram Gram Agar Mc


negatif positif darah concey
17
BHIA KIA

Gambaran
mikroskopik

Variasi bakteri

C. Kerangka Konsep

Ruangan ICVCU RSUD Undata PALU Bakteri pada udara

D. Landasan Teori

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan


upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan
terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan
pemeliharaan kesehatan yang baik. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan (Siregar,2004).
Dalam pertumbuhanya mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan antara lain suhu, kelembaban, pencahayaan, dan sebagainya yang
mana semua diatur dalam PERMENKES No.986/Menkes/Per/XI/1992 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Kualitas udara dalam ruang tidak
boleh berbau dan kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10
mikron dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam melebihi 150 µ ɡ /m 3

dan tidak mengandung debu abses. Indeks angka kuman dalam ruang tidak

18
melebihi konsentrasi maksimum mikroorganism per m 2 udara (CFU/m3).
Konsentrasi gas dalam udara juga tidak boleh melebihi konsentrasi mmaksimum
dianjurkan (Depkes,2006).

Penyakit Kardiovaskular merupakan penyakit yang pembunuh pertama di


dunia sejak tahun 1970. Walaupun, tingkat mortalitas akibat penyakit jantung
menurun pada di negara-negara maju. Tetapi sebaliknya meningkat di negara
negara yang memiliki penghasilan rendah dan menengah. (Mendis, 2011).

19

Anda mungkin juga menyukai