TINJAUAN PUSTAKA
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik yang bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi2. Selain itu menurut Kemenkes RI no. 364 tahun
2006 tentang pengendalian demam tifoid, demam tifoid adalah penyakit yang
disebabkan oleh kuman berbentuk basil yaitu Salmonella typhi yang ditularkan
seluruh wilayah dengan jumlah yang tidak berbeda jauh. Insidens rate demam tifoid
di Asia Selatan dan Tenggara termasuk China pada tahun 2010 rata-rata 1.000 per
100.000 penduduk per tahun, di Papua New Guinea sekitar 1.208 per 100.000
penduduk per tahun. Dan pada tahun 2013 World Health Organization (WHO),
memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus dengan angka kematian akibat demam
tifoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di Asia, di Indonesia Menurut data
WHO, penderita demam tifoid di Indonesia cenderung meningkat setiap tahun dengan
Angka kematian demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan CFR (Case
Fatality Rate) sebesar 10%. Tingginya insidens rate penyakit demam tifoid di negara
berkembang sangat erat kaitannya dengan status ekonomi serta keadaan sanitasi
2
3
paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, tidak
membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagela (bergerak dengan rambut
getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam
air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 600ᴼC)
selama 15–20 menit, S. Typhi masuk ke tubuh manusia secara fecal-oral, dan melalui
a. Antigen dinding sel (O) yang merupakan lipopolisakarida dan bersifat spesifik
grup.
b. Antigen flagella (H) yang merupakan komponen protein berada dalam flagella
aglutinasi antigen O oleh anti O serum dan melindungi antigen O dari proses
dinding sel, terdiri dari antigen O yang sudah dilepaskan, lipopolisakarida dan
aglutinin.
d. Outer Membrane Protein (OMP). Merupakan bagian dari dinding sel terluar
Selain itu OMP juga berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan
bakteriosin yang sebagian besar terdiri dari protein purin, berperan pada
mekanisme respon imun pejamu. Sedangkan protein non purin hingga kini
1) Faktor Host
tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau carrier yang biasanya keluar
bersama dengan tinja atau urine dapat juga terjadi trasmisi plasenta dari seorang
2) Faktor Agent
yang dapat menimbulkan infeksi adalah sebanyak 105-109 kuman yang tertelan
salmonella typhi yang tertelan, maka semakin pendek masa inkubasi penyakit
demam tifoid.
daerah tropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai
5
dengan standar kebersihan dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang
manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman
dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan selanjutnya
berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik,
maka kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke
lamina propria4.
Di lamina propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit
terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag
dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum distal dan mencapai jaringan limfoid
6
plaque Peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertropi. Ditempat ini komplikasi
menembus ke lamina propina, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe
limfe ini S. typhi masuk kealiran darah melalui duktus thoracicus (mengakibatkan
melalui sirkulasi portal dari usus. S. typhi bersarang di plaque Peyeri, limpa, hati dan
biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah
dan gejala penyakit infeksi sistemik. Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung
intermiten ke lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian
masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang
kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis
akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia,
sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, gangguan mental, dan koagulasi4.
jaringan. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar
plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia akibat akumulasi sel-sel
mononuklear di dinding usus. Proses patologi jaringan limfoid ini dapat berkembang
hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat menghasilkan perforasi. Endotoksin
7
dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi
lainnya4.
patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada
jaringan setempat S. typhi berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan karena S.
typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit
Banyak orang yang tidak terlihat sakit tapi berpotensi menyebarkan penyakit
tifoid. Inilah yang disebut dengan pembawa penyakit tifoid. Meski sudah dinyatakan
sembuh, bukan tidak mungkin mantan penderita masih menyimpan bakteri tifoid
Sebagian bakteri penyebab tifoid ada yang bersembunyi di kantong empedu. Bisa saja
bakteri ini keluar dan bercampur dengan tinja. Bakteri ini dapat menyebar lewat air
Gejala klinis demam tifoid disebut trias tifoid yang terdiri dari demam lebih
dari 7 hari naik turun, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran. Demam tifoid
termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang undang nomor 6 Tahun
1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang
8
mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan
wabah11.
Keluhan dan gejala demam tifoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti
flu ringan sampai sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara
a. Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan suhu tubuh yang makin hari makin
meninggi, sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada
malam hari.
b. Gejala gastrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung,
c. Gejala saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sampai koma.
1) Demam tinggi dari 39° sampai 40 °C (103° sampai 104 °F) yang meningkat
secara perlahan
2) Tubuh menggigil
3) Denyut jantung lemah (bradycardia)
4) Badan lemah (“weakness”)
5) Sakit kepala
6) Nyeri otot myalgia
7) Kehilangan nafsu makan
8) Konstipasi
9) Sakit perut
10) Pada kasus tertentu muncul penyebaran vlek merah muda (rose spots)
9
a. Diagnosis Klinis
Diagnosis klinis demam tifoid adalah menemukan sindroma klinis tifoid dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat demam
(>38ᴼC) lebih dari 3 hari, disertai malaise, nyeri abdomen difusm, diare dan atau
konstipasi. Demam muncul di sore hari, terus menetap hingga malam hari dan
menurun di pagi hari. Demam yang muncul mencapai puncaknya 39-40ᴼC. Pada pagi
Pada minggu pertama muncul gejala gastrointestinal seperti nyeri perut, mual
pencernaan. Inflamasi pada Plak Peyeri usus halus menyebabkan obstruksi saluran
hingga sopor dapat terjadi akibat demam yang sangat tinggi. Pada akhir minggu
pertama akan muncul makulopapul merah muda di trunkus (roseola spot) yang
umumnya hilang dalam 2–5 hari. Papul tersebut berisi emboli bakteri yang terdeposit
ke dermis
Pada minggu ketiga penderita dapat mengalami diare tifoid yang berbau,
warna kuning kehijauan (Pea soup diarrhea), kondisi ensefalopati tifoid dapat dialami
mulai dari apatis, delirium hingga psikosis tifoid. Nekrosis plak peyer yang terjadi
Pada minggu keempat demam dan kondisi delirium bisa membaik, beberapa
b. Diagnosis Penunjang
1) Kultur
2) Widal
Uji widal masih menjadi uji serologis rutin di berbagai daerah endemik,
namun uji ini memiliki banyak kelemahan seperti rendahnya sensitivitas dan
3) Tes Tubex
Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal dan dapat digunakan
untuk pemeriksaan rutin karena prosesnya cepat, akurat, mudah dan sederhana.
immuno dominan yang mampu merangsang respon imun, sehingga deteksi anti‐
O9 dapat dilakukan padahari ke-4 hingga ke-5 (infeksi primer) dan hari ke-2
hingga ke-3 (infeksi sekunder). Skor Tes Tubex <2 negatif, 3 bordeline, 4-5
Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi,
buang air kecil, dan buang air besar akan membantu dan mempercepat masa
penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian,
dan perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit
demam tifoid, kerena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan
gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama, di
masa lampau penderita demam tifoid diberi diet bubur saring, kemudian ditingkatkan
menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan diet tersebut
untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk
c. Pemberian Antimikroba
1) Kloramfenikol
mengobati demam tifoid. Dosis yang diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas.
Penyuntikan intramuskular tidak dianjurkan oleh karena hidrolisis ester ini tidak
dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri. Dari pengalaman penggunaan
obat ini dapat menurunkan demam rata-rata 7 hari. Penulis lain menyebutkan
penurunan demam dapat terjadi rata-rata setelah hari ke 5. Pada penelitian yang
dilakukan selama 2002 hingga 2008 oleh Moehario LH dkk didapatkan 90%
2) Tiamfenikol
Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tifoid hampir sama dengan
adalah 4x500 mg, dengan demam rata-rata menurun pada hari ke5 sampai ke6.
3) Kotrimoksazol
Hingga saat ini golongan sefalosporin generasi ke–3 yang terbukti efektif
untuk demam tifoid adalah setriakson, dosis yang dianjurkan adalah antara 3–4
gram dalam dekstrosa 100 cc diberikan selama setengah jam perinfus sekali
6) Fluorokuinolon
7) Azitromisin
kegagalan klinis dan durasi rawat inap, terutama jika penelitian mengikut sertakan
pula strain MDR (multi drug resistance) maupun NARST (Nalidixic Acid
antibiotika ini menjadi ideal untuk digunakan dalam pengobatan infeksi oleh S.
tertentu saja antara lain toksid tifoid, peritonitis atau perforasi, serta syok septik,
yang pernah ditemukan 2 macam organisme dalam kultur darah selain kuman
Salmonella.
atau demam tifoid yang mengalami syok septik dengan deksametason dosis
3x5mg.
perorangan dan menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau dimakan) tidak
tercemar Salmonella typhi, pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu pengawasan
pendatang dari negara maju ke daerah yang endemik demam tifoid. Vaksin-vaksin
a) Vaksin Vi Polysaccharide. Vaksin ini diberikan pada anak dengan usia di atas 2
tahun dengan dinjeksikan secara subkutan atau intra-muskuler. Vaksin ini efektif
b) Vaksin Ty21a Vaksin oral ini tersedia dalam sediaan salut enterik dan cair yang
diberikan pada anak usia 6 tahun ke atas. Vaksin diberikan 3 dosis yang masing-
vaksinasi. Vaksin ini efektif selama 3 tahun dan memberikan efikasi perlindungan
67-82%.
c) Vaksin Vi-conjugate, Vaksin ini diberikan pada anak usia 2-5 tahun.