Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

ANESTESIA INHALASI ISOFLURANE

Dokter Pembimbing :
dr. Syahmaidin Purba Sp.An

Disusun Oleh :
Nur Diny P. Tyas
(102117072)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU BAGIAN ANESTESI


RSUD DR.RM DJOELHAM BINJAI SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS BATAM
KOTA BATAM
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

Seperti diketahui oleh masyarakat bahwa setiap pasien yang akan


menjalani tindakan invasif, seperti tindakan bedah akan menjalani prosedur
anestesi. Anestesi sendiri secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa
sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh.1

Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu


analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya
perasaan secara total. Seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada
dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri,
tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan
hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri
dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.2

Terdapat beberapa tipe anestesi, yang pertama anestesi total, yaitu


hilangnya kesadaran secara total, anestesi lokal -, yaitu hilangnya rasa pada daerah
tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh), anestesi regional
yaitu hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif
pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.3

Usaha menekan rasa nyeri pada tindakan operasi dengan menggunakan


obat telah dilakukan sejak zaman dahulu, termasuk pemberian alkohol dan
opioidum secara oral. Pada masa kini, usaha menekan rasa nyeri (anaestesi)
dibahagikan menjadi dua; anaestesi umum dan anaestesi regional.Anestesi umum
(general anesthesia) adalah keadaan yang dihasilkan ketika pasien menerima obat
untuk amnesia, analgesia, kelumpuhan otot, dan sedasi. Seorang pasien yang
teranestesi umumakan berada dalam keadaan tidak sadar yang terkontrol dan
reversibel. Anestesi memungkinkan pasien untuk mentolerir prosedur bedah yang
dapat menimbulkan rasa sakit tak tertahankan, mempotensiasi eksaserbasi
fisiologis yang ekstrim, dan menghasilkan perasaan yang tidak menyenangkan.2

1
BAB II

Semua anaestesi inhalasi adalah derivat eter kecuali halotan dan nitrogen.
Anaestetik inhalasi yang sempurna adalah yang; masa induksi dan masa
pemulihannya singkat dan aman; peralihan stadium anaestesi terjadi cepat;
relaksasi ototnya sempurna; berlangsung cukup aman; dan tidak menimbulkan
efek toksik atau efek samping berat dalam dosis anaestetik yang lazim. Dengan
penggunaan anaestetik intravena kerja singkat dan obat pelemas otot, tiga hal
pertama dapat dicapai. Sementara itu, teknik anaestetik kombinasi telah
memungkinkan penggunaan dosis yang lebih kecil dan lebih aman, maka
toksisitas anaestetik menjadi satu-satunya penentu diterimanya suatu anaestetik
inhalasi baru1,3.

1. Anestesi Inhalasi Isofluran


Isofluran ialah eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Secara kimiawi
isofluran mirip enfluran, tetapi secara farmakologis sangat berbeda. Isofluran
berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi membuat pasien
menahan nafas dan terbatuk. Setelah pemberian medikasi pra anaestetik,
stadium induksi dilalui kurang dari 10 menit dengan lancar dan sedikit eksitasi
bila diberikan bersama N2O-O2. Umumnya digunakan anaestetik IV barbiturat
untuk mempercepat induksi. Tanda yang digunakan untuk mengamati
kedalaman anaestesia adalah penurunan tekanan darah, volume dan frekuensi
napas, dan meningkatnya frekuensi denyut jantung. Isofluran merelaksasikan
otot rangka lebih bak dan meningkatkan efek pelumpuh otot depolarisasi
maupun nondepolarisasi lebih dari yang ditimbulkan oleh enfluran. Dengan
demikian dosis isofluran maupun pelumpuh ototnya dapat dikurangi. Selain itu,
meningkatnya aliran darah ke otot rangka dapat mempercepat eliminasi
pelumpuh otot.2
Tekanan darah turun cepat dengan makin dalamnya anaestesi tetapi
berbeda dengan efek enfluran, curah jantung dipertahankan oleh isofluran.
Hipotensi lebih disebabkan oleh vasodilatasi di otot. Pembuluh koroner juga
berdilatasi dan aliran koroner dipertahankan walaupun kosumsi O2 berkurang.
Dengan kerjanya yang demikian isofluran dipandang lebih aman untuk pasien
dengan penyakit jantung dibandingkan dengan halotan atau enfluran. Tetapi
ternyata, isofluran dapat menyebabkan iskemia miokardium melalui fenomena
2
coronary steal, yaitu pengalihan aliran darah dari daerah yang perfusinya
buruk ke perfusi yang lebih baik. Kecenderungan timbulnya aritia pun amat
kecil, sebab isofluran tdak menyebabkan sensitisasi jantung terhadap
katekolamin.2,3
Pada anaestesia yang dalam dengan isofluran tidak terjadi perangsangan
SSP seperti pada pemerian enfluran. Isofluran meningkatkan aliran darah otak
sementara metabolisme otak hanya menurun sedikit. Sirkulasi otak tetap
responsif terhadap CO2 maka hiperventilasi bisa menurunkan aliran darah,
metabolisme otak dan tekanan intrakranial. Keamanan isofluran pada wanita
hamil, atau waktu partus, belum terbukti. Isofluran dapat merelaksasikan otot
uterus sehingga tidak dianjurkan untuk analgesik pada saat persalinan.
Penurunan kewaspadaan mental terjadi 2-3 jam sesudah anaestesi tetapi tidak
terjadi mual muntah atau aksitasi sesudah operasi. Isofluran yang mengalami
biotransformasi jauh lebih sedikit. Asam trifluoroasetat dan ion fluor yang
terbentuk jauh di bawah batas yang merusak sel. Belum pernah dilaporkan
gangguan fungsi ginjal dan hati sesudah penggunaan isofluran.2,3

2. Efek Farmakologi

Farmakokinetik isoflurane adalah inhalasi anestesi gas atau volatil yang


memiliki konsentrasi darah berhubungan dengan konsentrasi alveolar melalui
koefisien partisi yang ditetapkan, dan distribusi ke jaringan yang juga
ditentukan oleh koefisien kelarutan yang relatif konstan di bawah berbagai
kondisi. Isoflurane menunjukkan kelarutan yang sangat rendah dalam darah
dan jaringan tubuh, jauh lebih rendah dibandingkan enfluran dan halotan,
sehingga tekanan parsial (konsentrasi) dalam gas alveolar atau darah arteri
meningkat sampai 50% dari tekanan parsial dalam waktu 4-8 menit awal
inhalasi, dan 60% nya dalam waktu 15 menit.2

3
Tingkat kenaikan sedikit lebih cepat daripada yang diperoleh dengan
enfluran (isomer struktural isoflurane) dan jauh lebih cepat (40%)
dibandingkan dengan halotan . Umur dapat signifikan mempengaruhi koefisien
partisi darah-gas untuk semua anestesi; lebih rendah darah-gas koefisien partisi
pada anak-anak menjelaskan sebagian peningkatan yang lebih cepat dalam
alveolar tekanan parsial anestesi dalam kelompok ini.2

Sepanjang dilakukan anestesi, proporsi yang tinggi dari isoflurane


dihilangkan oleh paru-paru. Ketika dihentikan dan konsentrasi terinspirasi
menjadi nol, sebagian besar isoflurane tersisa dihilangkan dari paru-paru.
Sesuai dengan kelarutan rendah, pemulihan dari anestesi isoflurane pada
manusia berlangsung cepat.2

Biotransformasi isoflurane secara signifikan lebih rendah dari enfluran


atau halotan. Dalam manusia sekitar 0,2% diberikan jelas sebagai metabolit
yang dapat diperoleh kembali (fluoride dan fluor organik), dengan sekitar 50%
dari ini diekskresikan dalam urin, metabolit utama yang asam trifluoracetic.
Induksi enzim yang berhubungan dengan terapi obat yang sudah ada tidak akan
muncul ,menjadi faktor penting dalam metabolisme isoflurane dalam diri
manusia, terutama karena metabolisme keseluruhan isoflurane sangat rendah.3

3. Dosis
Isoflurance 1,15 % dalam oksigen murni, dan menjadi 0,5 % bila diberikan
bersama Nitrous Oxide 70 % dalam oksigen. Isoflurane harus diberikan
menggunakan vaporizar3

MAC
UMUR KONSENTRASI OXYGEN KONSENTRASI N2O
100 % 70 %

Bayi s/d 12 bulan 1,60 - 1,85 % 0,49 - 0,69 %


1 s/d 5 tahun 1,50 - 1,60 % 0,49 - 0,67 %
6 s/d 10 tahun 1,40 % 0,58 %
11 s/d 15 tahun 1,16 % 0,53 %
16 s/d 20 tahun 1,25 - 1,30 % 1,49 - 0,63 %
21 s/d 40 tahun 1,10 - 1,20 % 0,43 - 0,57 %
41 s/d 60 tahun 1,00 - 1,10 % 0,33 - 0,41 %

4
Premedikasi
Obat anticholinergis seperti sulfas atropin mungkin diperlukan untuk
mendapatkan efek depresi pada sekresi saliva dan lendir saluran nafas, tapi
mungkin meningkatkan efek isoflurane yang lemah untuk meningkatkan
denyut jantung.2
Induksi
Isoflurane memiliki bau yang sedikit menyengat maka bila digunakan
sebagai induksi sebaiknya dimulai dengan konsentrasi 0,5%. Konsentrasi 1,30
– 3,00 % biasanya akan membawa kedalam stadium anestesi pembedahan
dalam waktu 7 - 10 menit.2
Dianjurkan agar induksi sebaiknya menggunakan obat barbiturat yang
bekerja cepat dengan dosis hipnosis atau propofol atau midazolam untuk
menghindari terjadinya batuk dan spasme laring selama induksi bila induksi
hanya dengan isoflurane dan oxygen atau isoflurane dan nitrous oxide 70
%.Tekanan darah mungkin sedikit menurun selama induksi tetapi hal ini akan
kembali normal setelah terjadi stimulasi pembedahan.2
Maintanance
Stadium anestesi pembedahan dapat dipertahankan dengan memberikan
konsentrasi isoflurane diberikan hanya dengan oxigen 100 % atau dengan
Nitrous Oxide kurang dari 70 %.maka konsentrasinya ditambah 0,5 – 1,00 %,
selama maintenance dapat terjadi penurunan tekanan darah yang ada hubungan
dengan kedalaman anestesi, semakin lebih dalam stadium anestesi semakin
besar penurunan tekanan darahnya.3
Bila tidak ada faktor lain yang menyebabkan penurunan tekanan darah,
terjadi hypotensi ini ádalah akibat dari terjadinya vasodilatasi perifer.
Kedalaman anestesi yang berlebihan dengan tanda-tanda penurunan tekanan
darah yang banyak dapat diatasi dengan menurunkan konsentrasi isoflurane.3
Pemulihan
Konsentrasi isoflurane dapat dikurangi menjadi 0,5 % pada saat mulai
penjahitan kulit luka bedah, lalu 0 % pada akhir penjahitan luka bedah. Bila
digunakan obat pelemas otot dan efeknya masih ada maka harus dilakukan
pemulihan fungsi otot sehingga pasien bernafas spontan secara adekuat dan
diberikan oxigen murni sampai kesadaran pulih penuh.3

5
Interaksi dengan obat yang lain
 Agen simpatomimetik beta seperti isoprenalin dan alpha dan agen
simpatomimetik beta seperti adrenalin dan noradrenalin harus digunakan
dengan hati-hati selama pembiusan isofluran, karena potensi risiko aritmia
ventrikel.1
 MAO inhibitor-non-selektif: Risiko krisis selama operasi. Pengobatan
harus dihentikan 15 hari sebelum operasi.1

4. Indikasi

Untuk inhalasi umum inhalasi baik sebagai induksi maupun maintenance


anestesi. Anestesi umum untuk digunakan pada pasien dari segala usia.1

Penggunaan dalam Sectio Caesar


Isoflurane, dalam konsentrasi sampai dengan 0,75%, telah terbukti aman untuk
pemeliharaan anestesi untuk operasi caesar.1
Ibu menyusui

Hal ini tidak diketahui apakah isoflurane/metabolit diekskresikan dalam air


susu manusia. Karena banyak obat-obatan yang diekskresikan dalam air susu
manusia, hati-hati harus dilakukan ketika isoflurane diberikan kepada wanita
menyusui.1

5. Kontra Indikasi
 Sangat sensitive terhadap obat anestesi halogen.
 Diketahui atau dicurigai mudah mengalami demam yang hebat
(malignant hyperthermia).
 Pernah mendapat anestesi isoflurane atau obat halogen lainnya dan
terjadi ikterus atau gangguan fungsi hepar atau eosinophilia pada
masapasca anestesi.
 Nonselective MAO Inhibitor.
 Tekanan intrakranial tinggi
 Hipovolemia
 Hipotensi.2

6
6. Keuntungan dan Kelemahan
Keuntungan
Induksi cepat dan lancar, tapi cukup iritatif terhadap mukosa jalan nafas,
pemulihannya lebih cepat dibandingkan dengan halotan dan isofluran, tidak
menimbulkan mual-muntah dan tidak menimbulkan menggigil pasca
anestesia dan tidak mudah meledak atau terbakar.4
Kelemahan
Batas keamanan sempit (mudah terjadi kelebihan dosis) analgesia dan
relaksasinya kurang sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain.4

7. Efek samping
Hypotensi, Depresi pernafasan, Arrythmia, Kenaikan leukosit, Menggigil,
Rasa mual dan muntah, Kenaikan denyut nadi yang ringan, Broncospasme,
Gangguan fungsi hepar.1,2

7
BAB III
RINGKASAN

Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu


analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya
perasaan secara total. Stadium anestesi umum meliputi analgesia, amnesia,
hilangnya kesadaran, terhambatnya sensorik dan reflex otonom, dan relaksasi otot
rangka.1
Pada dasarnya, anaestetika umum dibedakan atas dua cara, yaitu secara
inhalasi dan intravena. Eter Halothane, enfluran, metoksifluran, ethylchloride dan
fluroksen merupakan cairan yang mudah menguap sehingga dulu di kelompokkan
dalam anestetis yang menguap teteapi semuanya digunakan secara inhalasi setelah
diuapkan dengan vaporizer dan biasanya dicampur dengan anaestetik gas, yakni
nitrogen monoksida atau siklopropan. Berbeda dengan yang lain, eter,
thylchloride dan fluroksen sangat mudah terbakar sehingga kini tidak banyak
digunakan. Terlepas daripada cara penggunaannya suatu anaestetik yang ideal
sebenarnya harus memperlihatkan tiga efek utama yang dikenal sebagai Trias
Anaestesia yaitu efek hipnotik, efek analgesia dan efek relaksasi otot.2
Isofluran ialah eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Secara kimiawi
isofluran mirip enfluran, tetapi secara farmakologis sangat berbeda. Isofluran
berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi membuat pasien
menahan nafas dan terbatuk. Isoflurane suatu obat anestesi volatile yang
induksinya cepat dan pemulihannya cepat, tidak iritasi dan tidak menimbulkan
sekresi. Seperti halnya halotan dan enfluran, Isoflurane berefek bronkhodilator,
tidak menimbulkan mual-muntah, dan bersifat kompatibel dengan epineprin. Efek
penurunan tekanan darah sama besarnya dengan halotan, hanya berbeda dalam
mekanisme kerjanya.Untuk inhalasi umum ,inhalasi baik sebagai induksi maupun
maintenance anestesi. Anestesi umum untuk digunakan pada pasien dari segala
usia.3
Efek samping dari Isofluran yaitu Hypotensi, Depresi pernafasan,
Arrythmia, Kenaikan leukosit, Menggigil, Rasa mual dan muntah, Kenaikan
denyut nadi yang ringan, Broncospasme, Gangguan fungsi hepar1

8
Daftar Pustaka

1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi 2.
Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2002.
2. William H.E, Michael T.B, Davison J.K, Kenneth L.H, Carl Rosow et al.
Clinical anesthesia of the Massachusetts General Hospital 6th edition:
Lippicott Williams and Wilkins: 2002
3. Zunilda D.S, Elysabeth. Anestetik umum. Dalam Farmakologi dan terapi edisi
5: Departemen Farmakologi Dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2007.
4. Mangku Gde, Senapathi TGA. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi.
Jakarta: www.indeks-penerbit.com. 2009.
5. Jatmiko DH, Soenarjo. Anestesiologi. Semarang: Bagian Anestesiologi dan
terapi intensif Fakultas Kedokteran UNDIP, 2010; 343-359.

Anda mungkin juga menyukai