Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/311809907

CASE REPORT Diagnosis dan Tata Laksana Kolesistitis Akalkulus Akut

Article · December 2015

CITATIONS READS

0 12,456

1 author:

Mohammad Adi Firmansyah


Yarsi Hospital Central Jakarta and Asysyifa Hospital Tangerang
17 PUBLICATIONS 17 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Dengue and Hepatology View project

All content following this page was uploaded by Mohammad Adi Firmansyah on 22 December 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


CASE REPORT

Diagnosis dan Tata Laksana


Kolesistitis Akalkulus Akut
M. Adi Firmansyah
SMF Ilmu Penyakit Dalam – RSUD Kota Tangerang

ABSTRAK

Kolesistitis akalkulus akut adalah inflamasi akut dari kandung empedu namun bukan akibat dari
adanya batu kandung empedu. Kejadiannya meningkat pada pasien-pasien dengan penyakit kritis
ataupun trauma. Kolesistitis akut akalkulus sering dikaitkan dengan peningkatan risiko mortalitas dan
morbiditas sehingga diagnosis dan tata laksana harus dapat dilakukan dengan cermat. Ultra-
sonografi merupakan pemeriksaan penunjang terpilih untuk menegakkan diagnosis kolesistitis
akalkulus akut. Tiga patofisiologi utama terjadinya kondisi ini adalah (1) mediator inflamasi sistemik
dan trauma; (2) stasis bilier; dan (3) iskemia sistemik atau lokal pada kandung empedu. Penatalak-
sanaan secara umum meliputi pemberian antibiotik dan analgetik sedangkan terapi definitif berupa
pembedahan (kolesistektomi). Laporan kasus ini menyajikan perempuan 49 tahun dengan klinis
sepsis dan didapatkan kolesistitis akalkulus akut dari hasil pemeriksaan penunjang.

Kata Kunci: akut, kolesistitis akalkulus, kolesistektomi, penyakit kritis, ultrasonografi.

PENDAHULUAN dari kandung empedu namun bukan akibat dari


adanya batu kandung empedu.1,2 Angka kejadi-
Radang kandung empedu (kolesistitis akut) an kolesistitis tipe ini adalah 10% dari seluruh
adalah reaksi inflamasi akut dinding kandung ke-jadian kolesistitis akut.2,3,4 Pada kepustakaan
empedu yang disertai dengan keluhan nye-ri lain disebutkan bahwa pada 5%-10% pasien
perut kanan atas, nyeri tekan dan demam. dengan kolesistitis akut yang menjalani terapi
Umumnya kolesistitis akut disebabkan oleh operasi, batu penyebab penyumbatan kandung
adanya batu kandung empedu.1 Hingga kini em-pedu tidak ditemukan.5
patogenesis penyakit yang cukup sering di-
jumpai ini masih belum jelas. Walaupun Gejala klinis yang ditimbulkan oleh kolesistitis
belum ada data epidemiologi penduduk, akut akalkulus dapat menyerupai kolesistitis
insiden kole-sistitis dan batu empedu akut dengan penyebab batu, sehingga diper-
(kolelitiasis) di negara kita relatif lebih rendah lukan pemeriksaan penunjang untuk memasti-
dibandingkan negara-negara barat. kannya. Kolesistitis akut akalkulus sering dikait-
kan dengan peningkatan risiko mortalitas dan
Kolesistitis akalkulus akut adalah inflamasi akut morbiditas, oleh sebab itu, diagnosis dan tata

30 MEDICINUS Vol. 28, No. 2 | Edisi Desember 2015


CASE REPORT

laksana harus dapat dilakukan dengan Dari pemeriksaan fisik tanda vital, didapatkan
cermat. Laporan kasus ini menyajikan sebuah kondisi takikardi (112 kali per menit) demam
kasus kolesistitis akut yang dialami seorang (suhu 38oC). Pasien memiliki berat badan 60
perem-puan berusia 49 tahun dimana setelah kg dengan tinggi badan 153 cm. Sklera
dilaku-kan pemeriksaan penunjang, tidak menunjuk-kan gambaran ikterik dan
didapatkan adanya gambaran batu pada didapatkan adanya nyeri pada regio
kandung empedu. Fokus pembahasan lebih hipokondrium/subkostal kanan dengan tanda
ditekankan pada ba-gian diagnosis dan tata Murphy positif. Pemerik-saan fungsi organ
laksana dari kolesistitis akalkulus akut. lainnya tidak menunjukkan adanya kelainan.

ILUSTRASI KASUS Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan


adanya anemia normositik normokrom (Hb 10,5
Seorang perempuan berusia 49 tahun datang g/dL) leukositosis (43.700/mm3 dengan nilai
dengan keluhan utama nyeri perut kanan atas yang neutrofil 83,1%) dan trombosit 496.000/ mm 3.
semakin berat sejak 2 hari sebelum ma-suk rumah Analisa gas darah menunjukkan kadar pH
sakit. Nyeri dirasakan terus menerus, tidak 7,376; pCO2 27,3 mmHg; pO2 111,4 mmHg;
menjalar. Sebenarnya keluhan nyeri telah HCO3 15,6 dan saturasi O2 98,1%. Hasil
dirasakan pasien sejak satu minggu yang lalu, pemeriksaan transaminase hati menunjukkan
terutama dirasakan setelah pasien makan ma- batas normal, kecuali ada sedikit peningkatan
kanan berlemak (daging). Pasien juga menge-luh kadar bilirubin (bilirubin total 3,88 mg/dL; direk
mual dan muntah yang berisi makanan tanpa ada 3,14 mg/dL, dan indirek 0,74 mg/dL). Fungsi
darah. Tidak ada keluhan nyeri dada ataupun ginjal, kadar glukosa darah, dan kadar elektrolit
sesak napas. Terdapat keluhan demam, yang tidak menunjuk-kan batas normal. Pemeriksaan
terlalu tinggi dan hilang timbul. Tidak terdapat radiologi toraks tidak menunjukkan kelainan
keluhan batuk, keringat malam ataupun penurunan sedangkan hasil elektrokardiogram hanya
berat badan. Pasien men-dapatkan warna air menunjukkan adanya sinus takikardi.
seninya gelap seperti air teh. Tidak terdapat
Diagnosis sepsis dengan kecurigaan kolesis-titis
riwayat nyeri buang air kecil atau anyang-
akut ditegakkan pada pasien ini sebagai masalah
anyangan. Tidak ada keluhan pada buang air besar
utama. Selain itu didapatkan adanya kondisi
pasien. Pasien tidak menyadari bahwa bola mata
anemia normositik normokrom dan obesitas derajat
menjadi terlihat kuning.
I. Kemudian serangkaian pemeriksaan diagnostik

Dua hari sebelum masuk rumah sakit, pasien tambahan dilakukan pada pasien ini meliputi

merasakan nyeri di perut kanan atas semakin urinalisis, kadar C-reac-tive protein (CRP), kadar

berat disertai keluhan mual dan muntah. Tidak alkali fosfatase, gamma-glutamyl transpeptidase

ada komorbiditas penyakit lainnya yang berarti (gamma-GT), profil lipid dan ultrasonografi (USG).

pada pasien ini namun tercatat bahwa pasien Oksigenasi dengan nasal kanul diberikan pada

sering mengonsumsi makanan berlemak dan pasien ini dengan disertai total rumatan cairan

jarang mengonsumsi sayuran. Pasien mengaku sebesar 3 liter per hari, sebagai bagian tata

tidak merokok. Pasien adalah seorang ibu ru- laksana sepsis pada pasien ini. Diet yang diberikan

mah tangga dengan empat orang anak. pada pasien ini adalah diet lunak rendah lemak
sebesar 1700

Vol. 28, No. 2 | Edisi Desember 2015 MEDICINUS 31


CASE REPORT

kilo kalori. Antibiotik cefoperazone dengan dosis 3 x 1 gram dan metronidazol 3 x 500 mg diberikan
secara intravena. Selain itu, ketoprofen supositoria diberikan sebagai analgetik dan paracetamol
tablet 3 x 500 mg sebagai antipiretik serta lansoprazole 2 x 30 mg intravena. Foley Kateter sudah
terpasang sejak pasien di IGD dengan kadar diuresis 2 cc per kilogram per jam.

Hasil pemeriksaan urin lengkap tidak menunjukkan adanya kelainan. Peningkatan kadar CRP
sebe-sar 8 mg/L menunjukkan kondisi sesuai dengan sepsis. Kadar gamma-GT menunjukkan
adanya peningkatan yakni 207 U/L (normal 29–41 U/L) dan kadar alkali fosfatase sebesar 480 U/L
(normal 35–110 IU/L). Hasil profil lipid menunjukkan adanya dislipidemia dengan peningkatan pada
kom-ponen kolestrol total (240 mg/dL) dan LDL (202,8 mg/dL). Sedangkan hasil pemeriksaan USG
ab-domen didapatkan kondisi hati dalam batas normal, sistem bilier intra dan hepatik normal, tidak
tampak asites namun terdapat penebalan dinding kandung empedu dengan gambaran sludge di
dalamnya, dengan tanda kolesistisis akut. Tidak ada gambaran batu ataupun massa dalam kan-
dung empedu. Organ intra-abdomen lainnya dalam batas normal (lihat gambar 1).

32 MEDICINUS Vol. 28, No. 2 | Edisi Desember 2015


CASE REPORT

Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang ini, Kecurigaan kolesistitis akut didasarkan adanya
maka diagnosis kolesistitis akut telah sesuai keluhan pada daerah kanan atas terutama tim-
ditegakkan. Dislipidemia ditambahkan sebagai bul sesudah mengonsumsi makanan berlemak,
diagnosis tambahan dengan simvastatin 1 x 20 adanya demam, nyeri tekan pada hipokondrium
mg diberikan sebagai terapi tambahan. Pada kanan dan tanda Murphy positif pada pemerik-
hari ketiga perawatan, keluhan nyeri perut su- saan fisik. Hal ini sejalan dengan tinjauan pusta-
dah tidak dirasakan lagi oleh pasien, meski ke- ka yang mengatakan bahwa karakteristik gam-
luhan mual masih dirasakan pasien. Kondisi baran klinis kolesistitis akut adalah demam,
hemodinamik dalam kondisi stabil. Selain itu, nyeri abdomen kuadran kanan atas dan tanda
gambaran takikardi dan demam sudah tidak Murphy positif.1,6 Adanya data female, fat, forty,
didapatkan lagi pada pasien ini. Hasil pemerik- dan fertile pada pasien ini dapat menguatkan
saan kadar leukosit pasien me-nunjukkan penu- kecurigaan ke arah kolesistitis akut.
runan menjadi 11.110/mm3 dan kadar CRP men-
jadi 3 mg/L. Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan
kolesistitis akut adalah stasis cairan empedu, in-
Pada hari kelima perawatan, pasien sudah mer- feksi kuman, dan iskemia dinding kandung em-
asa sehat. Hasil pemeriksaan darah serial terha- pedu. Penyebab utama kolesistitis akut adalah
dap fungsi ginjal, fungsi hati dan elektrolit tidak batu kandung empedu (90%) yang terletak di
menunjukkan adanya kelainan. Masalah tera- duktus sistikus yang menyebabkan stasis cairan
khir pada pasien ini adalah kolesistitis akalkulus empedu, sedangkan sebanyak lima hingga sepuluh
klinis perbaikan, anemia normositik normok-rom, persen kasus timbul tanpa adanya batu (kolesistitis
obesitas derajat 1 dan dislipidemia. Pasien akut akalkulus).1,4,5,6 Bagaimana stasis di duktus
meminta pulang dengan alasan sudah merasa sistikus dapat menyebabkan kolesisti-tis akut,
sehat. Pasien kemudian dipulangkan dengan masih belum jelas. Ba-nyak faktor yang
dibekali terapi pulang yakni cefixime tablet 2 x berpengaruh terhadap timbulnya kondisi ini seperti
200 mg, metronidazol tablet 3 x 500 mg, kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin
ranitidin tablet 2 x 150 mg dan simvastatin tablet dan prostaglandin yang merusak la-pisan mukosa
1 x 20 mg. dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi
inflamasi dan supurasi.1
DISKUSI
Faktor risiko kolesistitis akut sering dihubung-kan
Diagnosis sepsis ditegakkan berdasarkan adan-ya dengan 4F yang terdiri dari fat (gemuk), fe-male
keluhan demam, frekuensi nadi 112x per menit, (perempuan), fertile (subur), dan forty (usia empat
suhu 38°C, nilai leukosit darah 43.700/ mm 3, dan puluhan).6 Hal ini sesuai dengan kondisi pasien ini

nilai PCO2 <32 mmHg. Sumber infeksi dipikirkan yakni dimana pasien adalah seorang perempuan

adalah infeksi pada kantung empedu karena dari (female) berusia di atas 40 tahun (forty).
Berdasarkan konsensus mengenai obesi-tas di
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
Asia Pasifik,7 pasien tergolong overweight derajat I
penunjang, tidak didapatkan ke-curigaan fokus
(fat) mengingat perhitungan indeks massa tubuh
infeksi lain seperti dari paru. Urin lengkap
adalah 25,3 kg/m2. Dan pasien ter-golong subur
dilakukan untuk menyingkirkan ke-mungkinan
(fertile) mengingat pasien dikaru-nia empat orang
fokus infeksi dari saluran kemih.
anak. Namun, menurut Les-

Vol. 28, No. 2 | Edisi Desember 2015 MEDICINUS 33


CASE REPORT

mana LA dkk, hal ini sering tidak sesuai untuk Ikterus dapat dijumpai pada 20% kasus, umum-nya

pasien-pasien di negara kita.1 derajat ringan (bilirubin <0,4 mg/dl). Ikterus ini
dipikirkan terjadi akibat obstruksi bilier par-sial
Kolesistitis akut akalkulus sering dikaitkan de-ngan yang dipicu oleh inflamasi pada CBD. Apa-bila
berbagai kondisi penyakit, misalnya dapat timbul konsentrasi bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya
pada pasien yang dirawat cukup lama, mendapat batu di saluran empedu ekstra hepatik.1,2 Kondisi
nutrisi secara total parenteral, pada sumbatan ini juga dijumpai pada pasien, dimana kondisi
karena keganasan kandung empedu, luka bakar, ikterus tidak terlalu berat. Pemeriksaan
penyakit jantung, sepsis, infeksi, diabetes mellitus laboratorium tidak spe-sifik. Umumnya menun-
dan penggunaan obat-obat imunosupresan.1,2,8 Hal jukkan adanya leukositosis dengan 70%–85%
ini sesuai dengan kondisi pasien ini, yang terjadi left shift. Serum transaminase dan fos-
mengalami kondisi sepsis. Na-mun begitu, fatase alkali dapat meningkat. Apabila kelu-han
kolesistitis akalkulus ini juga dapat terjadi pada bertambah hebat disertai suhu tinggi dan menggigil
pasien-pasien rawat jalan. Savoca dkk menemukan serta leukositosis berat, kemungki-nan terjadi
pada 36 dari 47 orang (77%) mengalami kolesistitis empiema dan perforasi kandung em-pedu perlu
akut akalkulus di luar ru-mah sakit tanpa ada dipertimbangkan.1,2,6
riwayat infeksi berat atau trauma. Pasien-pasien ini
umumnya terdapat penyakit vaskuler seperti Diagnosis
jantung koroner.9,10
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) merupakan
Gejala Klinis modalitas diagnostik utama dan sangat dian-
jurkan. USG sebaiknya dikerjakan secara rutin
Keluhan yang agak khas untuk serangan dan sangat bermanfaat untuk memperlihatkan
besar, bentuk dan penebalan dinding kandung
kolesis-titis akut adalah nyeri abdomen kuadran
empedu, batu dan saluran empedu ekstra he-
kanan atas, mual, muntah dan demam. Kadang-
patik. Nilai kepekaan dan ketepatan USG men-
kadang rasa sakit dapat menjalar ke pundak
capai 90%-95%. Gambaran USG pada kolesisti-
atau skapu-la kanan. Hal ini dapat berlangsung
tis akalkulus dapat berupa (1) tidak ditemukan
sampai 60 menit tanpa reda. Berat ringannya
adanya batu dalam kandung empedu; (2) pen-
keluhan san-gat bervariasi tergantung dari ebalan dinding kandung empedu dengan atau
adanya kelainan inflamasi yang ringan sampai tanpa cairan perikolesistik; dan (3) sonographic
dengan gangren atau perforasi kandung Murphy’s sign positif yakni nyeri saat probe USG
empedu. Nyeri tekan ab-domen kuadran kanan ditekan pada daerah kandung empedu). Pada
atas, kandung empedu teraba dan tanda pasien ini, gambaran hasil USG menunjukkan
Murphy positif pada pemerik-saan fisik adanya tanda kolesistitis akut tanpa disertai
merupakan karakteristik kolesistitis akut. Tanda adanya gambaran batu.
Murphy positif memiliki spesifitas 79%-96%
Foto polos abdomen tidak dapat memperli-
untuk kolesistitis akut.1,6 Gambaran klinis untuk
hatkan gambaran kolesistitis akut. Hanya pada
kolesistitis akalkulus umumnya se-rupa dengan
15% pasien kemungkinan dapat terlihat batu
kolesistitis akut akibat batu, yakni demam, nyeri
tidak tembus pandang (radiopak) dikarenakan
perut kanan atas, dan tanda Mur-phy positif.2,3,5

34 MEDICINUS Vol. 28, No. 2 | Edisi Desember 2015


CASE REPORT

terdapat kandungan kalsium cukup banyak. c. Disfungsi pernapasan (rasio


Kolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan PaO2/FiO2 < 300)
gambaran kandung empedu bila ada obstruksi d. Disfungsi renal (oliguria, kreatitin >2mg/dL)
sehingga pemeriksaan ini tidak bermanfaat e. Disfungsi hepar (PT-INR > 1,5)
untuk kolesistitis akut. Pemeriksaan CT scan f. Disfungsi hematologi (trombosit
ab-domen kurang sensitif dan mahal tapi <100.000/ mm)
mampu memperlihatkan adanya abses
perikolesistik yang masih kecil yang mungkin Pada pasien ini, derajat kolesistitis akut agak
tidak terlihat pada pemeriksaan USG. Diagnosis su-lit ditentukan karena berada diantara kategori
banding un-tuk kolesistitis akalkulus yakni ringan dan sedang. Untuk derajat sedang,
kolesistitis akut kalkulus, ulkus peptikum dengan kondi-si pasien tidak memenuhi semua syarat.
atau tanpa perforasi, kola-ngitis akut, Hanya leukositosis saja yang sesuai dengan
pankreatitis akut, dan infark miokard akut.1,3,6 kriteria de-rajat sedang. Namun, berdasarkan
respon klinis, penulis menggolongkan kondisi
Klasifikasi/Derajat Stadium6 pasien sebagai derajat ringan.

1. Kolesistitis akut ringan (derajat 1) Patogenesis


Pasien dengan inflamasi ringan pada kan-
dung empedu, tanpa disertai disfungsi or- Adanya masalah dislipidemia dari hasil pemerik-
gan, dan kolesistektomi dapat dilakukan saan profil lipid pasien dimana kolesterol total
dengan aman dan berisiko rendah. Pasien pasien ini adalah 240 mg/dL, juga dapat menjadi
pada derajat ini tidak memenuhi kriteria faktor risiko terjadinya kolesistitis akut, dimana
un-tuk kolesistitis sedang dan berat. disebutkan bahwa salah satu faktor yang mem-
2. Kolesistitis akut sedang (derajat 2) pengaruhi timbulnya kerusakan pada lapisan
Salah satu kriteria yang harus dipenuhi mukosa dinding kandung empedu adalah koles-
ada-lah : terol.1,10
a. Leukositosis
b. Massa teraba di abdomen kuadran atas Patofisiologi terjadinya kolesistitis akalkulus akut
c. Keluhan berlangsung lebih dari 72 jam umumnya dipengaruhi banyak hal dan belum
d. Inflamasi lokal yang jelas (peritonitis dimengerti sepenuhnya. Namun secara umum,
bilier, abses perikolesistikus, abses hepar, terdapat tiga mekanisme yang dipikir-kan
kolesis-titis gangrenosa, kolesistitis berkaitan dengan timbulnya kondisi ini yakni: (1)
emfisematosa) Derajat inflamasi akut mediator inflamasi sistemik dan trau-ma, (2)
pada stadium ini me-ningkatkan taraf stasis bilier, dan (3) iskemia sistemik atau lokal
kesulitan untuk dilakukan kolesistektomi. pada kandung empedu.10 Secara patologis,
Operasi laparoskopi seba-iknya dilakukan dapat ditemui jejas pada endotel, iskemi kand-
dalam waktu 96 jam setelah onset. ung empedu, dan stasis, yang mengakibatkan
3. Kolesistitis akut berat (derajat 3) terkonsentrasinya garam-garam empedu dan
a.Disfungsi kardiovaskuler (hipotensi dilatasi bahkan nekrosis pada jaringan kan-dung em-
dengan dopamin atau dobutamin) pedu. Perforasi dinding kandung empedu dapat
b. Disfungsi neurologis (penurunan kesadaran) terjadi pada beberapa kasus.2 Pada beberapa

Vol. 28, No. 2 | Edisi Desember 2015 MEDICINUS 35


LEADINGCASEREPORTARTICLE

kasus, keterlibatan flora usus gram negatif dapat ini sesuai dengan kepustakaan yang mengan-
mencetuskan kondisi ini. Kolesistitis akalkulus akut jurkan kombinasi pemberian sefalosporin ge-
pernah dilaporkan dihubungkan dengan infeksi nerasi ketiga/empat ditambah dengan metro-
Salmonella typhoid, Staphylococcus, dan Brucella nidazole untuk mencakupi infeksi anaerob dan
sp.10 Pada pasien-pasien dengan SIDA, kolesistitis pemberian NSAID untuk mengatasi nyeri.1,6
dihubungkan dengan adanya in-feksi Saat pasien pulang, terapi antibiotik sefalosporin
cytomegalovirus dan cryptosporidium.2,3,10 Adanya yakni cefixime dan kombinasi dengan metroni-
iskemia sistemik ataupun lokal, kadang dazole tetap diberikan pada pasien ini.
dihubungkan dengan adanya kejadian vaskulitis
pembuluh darah kecil (small vessel vasculitis).2,10 Terapi definitif untuk kolesistitis akut adalah
kolesistektomi, selain tentunya pemberian an-
Tata Laksana tibiotik dan analgetik. Pada pasien sakit kritis
dengan kolesistitis akut akalkulus, kolesistek-
Penatalaksanaan kolesistitis akut secara tomi bukanlah terapi definitif.10 Penentuan saat
umum:1,6 kapan dilaksanakan tindakan kolesistektomi
masih diperdebatkan. Apakah sebaiknya di-
- antibiotik harus diberikan untuk semua lakukan secepatnya (72 jam) atau ditunggu 6-8
kasus, disesuaikan dengan derajat minggu setelah terapi konservatif dan keadaan
beratnya penyakit. Pada insufisiensi ginjal, umum pasien lebih baik. Ahli bedah yang pro-
dosis anti-biotik harus disesuaikan. operasi dini menyatakan, timbulnya gangren
- Non-steroid anti-inflamatory drugs dan komplikasi kegagalan terapi konservatif da-
(NSAID) dapat diberikan untuk mengatasi pat dihindarkan, lama perawatan di rumah sakit
nyeri. Salah satu NSAID yang dapat dipilih dapat lebih singkat dan biaya dapat ditekan.1
adalah diclofenac atau indomethacin.
Kepustakaan menyebutkan bahwa pada 50%
Tata laksana umum lainnya termasuk istirahat kasus akan membaik tanpa keterlibatan inter-
total, pemberian nutrisi parenteral, diet ringan vensi bedah.1 Secara klinis, setelah
rendah lemak. Pemberian antibiotik pada fase beberapa hari perawatan, pasien mengaku
awal sangat penting untuk mencegah komplika- keluhan nyeri perut kanan atas sudah jauh
si peritonitis, kolangitis, dan septikemia. Pasien berkurang. Dari pemeriksaan darah tepi serial
dapat diberikan antibiotik sefalosporin generasi juga didapatkan perbaikan dimana terjadi
ketiga atau keempat atau flurokuinolon, ditam- penurunan jumlah leukosit dan nilai CRP.
bah dengan metronidazole. Golongan ampisilin,
sefalosporin dan metronidazole cukup memadai Saat ini telah dikembangkan teknik kolesistek-
untuk mematikan kuman-kuman yang umum tomi laparoskopik yang lebih aman dibanding-
terdapat pada kolesistitis akut sepeti E. coli, S. kan terapi konservatif (kolesistektomi terbuka).
faecalis dan Klebsiella. Di departemen ilmu bedah digestif FKUI-RSCM,
kolesistektomi laparoskopi dilakukan dalam
Terapi antibiotik yang diberikan pada pasien ini waktu kurang dari 72 jam setelah diagnosis awal
adalah cefoperazone 3x 1 gram dan metronida- ditegakkan. Hal ini ditujukan untuk kasus kole-
zole 3x 500 mg drip. Pemberian ketoprofen supp sistitis akut derajat ringan dan sedang, sedang-
ditujukan untuk mengatasi nyeri abdomen. Hal

36 MEDICINUS Vol. 28, No. 2 | Edisi Desember 2015


LEADINGCASEREPORTARTICLE

kan untuk kasus berat, dilakukan kolesistektomi


laparoskopi cito.12 Untuk kasus-kasus pasien 7. International Obesity Task Force. The Asia-
Pacific perspective : redefining obesity and its
dengan kondisi kritis dan tidak stabil, tentunya
treatment. World Health Organization –
tidak dapat dilakukan tindakan intervensi be-dah. Western Pacific Re-gion . 2000
Pada pasien dengan kondisi ini, dilakukan 8. Shapiro MJ, Luchtefeld WB, Kurzweil S,
Kamin ski DL, Durham RM, Mazuski JE.
drainase kandung empedu dengan panduan alat
Acute acalculous cholecystitis in the critically
radiologis melalui kolesistostomi perkutan. ill. Am Surg 1994 May;60(5):335-9
9. Savoca PE, Longo WE, Zucker KA, McMillen MM,
Prognosis Modlin IM. The increasing prevalence of acal-culous
cholecystitis in outpatients. Results of a 7-year
study. Ann Surg 1990 Apr;211(4):433-7
Mortalitas pasien dengan kolesistitis akalkulus 10.Lane JD, Lomis N. Cholecystitis, acalculous.
bergantung pada kondisi medis pasien, yakni Tersedia di http://emedicine.medscape.com/
sekitar 90% pada pasien-pasien kritis atau article/365553-print. Diakses pada tanggal 10
Agustus 2015
hanya sekitar 10% pada kasus-kasus pasien 11.Lesmana LA, Samosir DRS.Percutaneous chol
rawat jalan. Mortalitas juga dipengaruhi ecystostomi: cito or elective cholecystectomy.
dengan kecepatan dilakukan diagnosis.1,2 Dalam: Hasan I, Loho IM, editor. Buku Proseding
Simposium of Current Treatment in Hepatobiliary
Diseases and Workshops on Interventional Hepa-

DAFTAR PUSTAKA tology 2009. Jakarta: Divisi Hepatologi Departe-men


Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009: 1-3
12.Lalisang TJM. Management of cholecystitis: cito
1. Pridady. Kolesistitis. Dalam: Sudoyo AW, Seti- or elective cholecystectomy. Dalam: Hasan I,
yohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Editor. Loho IM, editor. Buku Proseding Simposium of
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta: Current Treatment in Hepatobiliary Diseases and
Pu-sat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Workshops on Interventional Hepatology 2009.
Dalam FKUI; 2006. 477-8 Jakarta: Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Pen-
2. Afdhal HN. Acalculous cholecystitis. yakit Dalam FKUI; 2009: 27
Uptodate. 2009
3. Bilhartz LE. Acute acalculous cholecystitis. Dalam:
Feldman M, Scharschmidt BF, Sleisenger MH,
Fordtran JS, Zorab R, editor. Sleisenger and
Fordtran's Gastrointestinal and Liver Disease:
Pathophysiology, diagnosis, and management. 6th
ed. Washington: WB Saunders; 1998
4. Barie PS, Eachempati SR. Acute acalculous
chol-ecystitis. Curr Gastroenterol Rep 2003
Aug; 5(4): 302-9
5. Diseases of the Gallbladder and Bile Ducts.
Dalam: Fauci AS, Kasper DL, Longo DL,
Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al.,
editor. Harrison's Principles of internal medicine.
New York: McGraw Hill Company; 2008
6. Kolesistitis akut. Dalam Irawan C, Tarigan TEJ,
Marbun MB, editor. Panduan tata laksana kega-
watdaruratan di bidang ilmu penyakit dalam –
Internal medicine emergency life support/IMELS.
Jakarta: Interna Publishing. 58-62

Vol. 28, No. 2 | Edisi Desember 2015 MEDICINUS 37

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai