Disusun oleh:
YUSMIATI
Nip. 19680601 199203 2 003
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan
Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik serta tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarganya para sahabatnya, hingga sampai kepada kita selaku
umatnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing kami yang
telah mengajarkan kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini terdiri dari berbagai referensi baik melalui buku-buku, media cetak maupun
elektronik. Meski demikian, makalah ini masih banyak kekurangan untuk itu, saran
pembaca sangat membantu untuk perbaikan makalah ini kedepan. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
penduduk di beberapa negara ASEAN dan SEAR (Kemenkes RI dalam Dea
N,R,2015). Tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.Melalui droplet pada orang yang
terinfeksi kuman Mycobacterium tuberculosis, penyakit tuberculosis dapat
menyebar secara luas dan cepat. MDGs memberikan komitmen secara global pada
pengendalian penyakit HIV/AIDS, malaria dan tuberculosis (Depkes RI dalam
Saflin, A & Chatarina U, W,2017).
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit menular langsung sebagian
besar kuman tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ lain.
Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis paru BTA (+) yang dapat
menularkan kepada orang di sekelilingnya, terutama yang melakukan kontak
erat.Kuman ini mempunyai kandungan lemak yang tinggi di membran selnya
sehingga menyebabkan bakteri ini tahan terhadap asam dan pertumbuhan
kumannya berlangsung lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet
sehingga penularannya terjadi pada malam hari.Adapun faktor risiko yang
mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi tuberkulosis paru adalah daya
tahan tubuh yang rendah (imunospresi), penyakit penyerta HIV, diabetes
mellitus, kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru, gizi yang buruk
(malnutrisi), bahan kimia (alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang) dan
kemiskinan serta keadaan lingkungan perumahan (Rab, Tabrani Dalam Surakhmi,
O, dkk 2016).
Pada tahun 2015 capaian rata-rata dari kabupaten/kota sebesar 89%.
Meskipun terlihat mengalami penurunan, tapi secara umum hasil tersebut
masih cukup baik karena sudah di atas target minimal nasional yang
ditetapkan sebesar 65%. Sedangkan pada tahun 2016 capaian rata-rata dari
kabupaten/kota menurun menjadi 79,55%. Meskipun mengalami penurunan
dalam dua tahun terakhir, secara umum hasil tersebut masih cukup baik karena
masih berada di atas target minimal nasional yang ditetapkan sebesar 65%.
Sedangkan pada tahun 2017 hasil cakupan penemuan kasus capaian rata-rata dari
2
kabupaten/kota mengalami penurunan yakni sebesar 60,59%. (Profil Dinkes
Sultra, 2017). Dalam pelayanan kesehatan khususnya tuberculosis paru, tidak
terlepas dari keterlibatan keluarga sebagai orang yang terdekat dengan pasien
terutama pasien tuberculosis paru.
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan keluarga.Apabila setiap keluarga sehat, akan
tercipta keluarga yang sehat.Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu
anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain(Wahid Iqbal
dalam Leo, R, 2016). Fungsi keluarga dalam upaya kesehatan terdiri dari dua
aspek yaitu pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan.Pemeliharaan
kesehatan mencakup upaya kuratif (pengobatan penyakit), rehabilitatif
(pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit).Peningkatan kesehatan
mencakup kesehatan preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan
kesehatan) oleh sebab itu, kesehatan promotif harus selalu diupayakan
mengandung makna kesehatan seseorang kelompok individu dan harus selalu
diupayakan sampai tingkat kesehatan yang optimal (Notoatmodjo dalam Leo,
R, 2016).
Dalam menjalankan upaya peningkatan kesehatan keluarga mempunyai
tugas dan fungsi yaitu mengenal masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga
yang sakit.Keluarga perlu mengenal kesehatan dan perubahan- perubahan yang
dialami oleh anggota keluarganya.Apabila menyadari adanya perubahan dan
fungsi perawatan kesehatan yaitu memberikan perawatan kesehatan yang bersifat
preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit. Jadi
peran keluarga sangat diperlukan karena dalam pelayanan kesehatan khusunya
pada penyakit tuberculosis paru tidak terlepas dari keterlibatan keluarga sebagai
orang yang terdekat dengan pasien terutama pasien tuberculosis paru.Hal tersebut
harus dibagi dengan pengetahuan yang akan sangat menentukan keberhasilan
pengobatan tuberculosis paru, dan mencegah penularannya (Wahid, I, dalam Leo,
R, 2016).
Penelitian ini didukung oleh penelitian Faris Muaz 2014. Status
ekonomi erat kaitannya dengan tuberculosis paru Sekitar 90% penderita
3
tuberkulosis paru di dunia menyerang kelompok dengan sosial ekonomi lemah
atau miskin. Faktor kemiskinan walaupun tidak berpengaruh langsung pada
kejadian tuberkulosis paru namun dari beberapa penelitian menunjukan adanya
hubungan antara pendapatan yang rendah dan kejadian tuberkulosis paru.
Dalam penelitian Djannah, 2009 menunjukkan tingkat pengetahuan Tuberkulosis
Paru sebanyak 17 responden (49,9) bahwa pengetahuan dan pemahaman
memegang peranan penting dalam pengobatan tuberculosis paru. Ventilasi
memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian tuberculosis paru, orang
yang tinggal dirumah dengan ventilasi yang tidak memenuhi syarat memiliki
risiko 6,43 kali lebih besar terkena tuberculosis paru dibandingkan dengan orang
yang tinggal di rumah dengan ventilasi yang memenuhi syarat (Heriyani F,
Sutomo AH dan Saleh YD, 2013).
Berdasarkan data-data diatas, penderita tuberculosis paru semakin
meningkat, padahal tuberculosis paru ini penyakit yang bisa disembuhkan apabila
cara penanganannya menggunakan prosedur dengan benar, yaitu menerapkan
asuhan keperawatan pada klien dengan baik.Pentingnya peran perawat sebagai
tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan termasuk berupaya
bersama-sama mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit tuberculosis
paru baik dengan cara pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga yang telah
terinfeksi atau melalui pencegahan dengan memperhatikan kebersihan lingkungan
rumah dan pencahayaan yang baik.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan keluarga” dengan penyakit tuberculosis paru
di wilayah kerja puskesmas Ulee Kareng”.
4
2. Tujuan Khusus
Mendapatkan gambaran pengkajian pasien dengan kasus
tuberculosis paru
Mendapatkan gambaran diagnosa keperawatan pada pasien
dengan kasus tuberculosis paru
Mendapatkan gambaran rencana keperawatan pada pasien
dengan kasus tuberculosis paru
Mendapatkan gambaran implementasi pada pasien dengan
kasus tuberculosis paru
Mendapatkan gambaran evaluasi pada pasien dengan kasus
tuberculosis paru
5
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ulee Kareng
dengan pengambilan kasus/pelaksanaan asuhan keperawatan selama 1
mingggu dengan intervensi minimal 3 hari pada bulan November 2018.
2. Teknik pengumpulan data
a. Studi kepustakaan : Yaitu dengan cara pengumpulan data
yang digunakan sebagai konsep dasar dalam asuhan keperawatan
dan menyelesaikan masalah dalam pembahasan.
b. Studi kasus : Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu
pendekatan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, analisa
data, penerapan diagnosa keperawatan dan penyusunan rencana
tindakan dan evaluasi asuhan keperawatan. Karya Tulis Ilmiah
ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain
sebagai berikut:
1) Observasi
Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan cara
melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan
dan keadaan klien tuberculosis paru.
2) Wawancara
Mengadakan wawancara dengan klien dan keluarga dengan
mengadakan pengamatan langsung.
3) Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan terhadap klien malalui : inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi.
4) Studi dokumentasi
Yaitu dilakukan dengan cara mencatat dan mempelajari data-
data baik yang tercantum dalam catatan keperawatan maupun
catatan medis yang ada di puskesmas.
5) Metode diskusi
Bila ada masalah atau kendala yang didaptkan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien, penulis
6
mengkonsultasikan dengan pembimbing atau tenaga kesehatan
yang terkait.
3. Teknik penulisan disusun sistematis yang terdiri dari lima bab
yaitu:
BAB I : Latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan
teknik penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis yang mencakup konsep dasar medic terdiri dari:
pengertian, etiologi, anatomi fisiologi, patofisiologi, manifestasi
klinik, pemeriksaan diagnostik, penaganan medik. Sedangkan
konsep dasar keperawatan terdiri dari: pengkajian, bagan
patofisiologi, diagnosa keperwatan, perencanan keperawatan,
implemetasi dan evaluasi.
BAB III : Tinjaun kasus yang memnuat tentang pengamatan kasus yang
meliputi pengkajian , analisa data, diagosa keperawatan,
perencanaan, implementi dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan kasus yaitu membandingkan antara teori dengan
kasus nyata.
BAB V : Pembahasan kasus yaitu membandingkan antara teori dengan
kasus nyata.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Single adult,yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang
dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak
menikah atau tidak mempunyai suami.
Extended family, keluarga yang terdiri atas keluaga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, dan sebagainya.Tipe
keluarga ini banyak dianut oleh keluarga indonesia terutama di
daerah pedesaan.
Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri
di rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya
sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah.
Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama
atau saling berdekatan dan menggunakan barang –barang
pelayanan, seperti dapur dan kamar mandi yang sama.
b) Tipe keluarga yang kedua adalah tipe kelurga nontradisional, tipe
keluarga ini tidak lazim ada di indonesia, terdiri atas beberapa tipe
sebagai berikut.
Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas
orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
Cohabitating couple. Orang dewasa yang hidup bersama di luar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis
kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
c) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/ saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya. (Siti Nur Kholifah, 2016)
3) Fungsi keluarga
Menurut friedman fungsi keluarga ada lima antara lain :
a. Fungsi afektif
9
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga.Melalui pemenuhan fungsi ini, maka
keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama,
membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga,stabilitas
kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab,
dan harga diri.
b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,
karena individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai
respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.
Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan yang
dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan
pembelajaran peran-peran sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat(yang mempengaruhi status
kesehatan anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang
paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.
Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga
Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga
Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan
10
Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat
Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.
11
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas perkembangannya adalah :
Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
Memenuhi kenutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangannya adalah:
Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak
f. Keluarga melepas anak usia dewasa muda
Tugas perkembangannya adalah:
Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
Membantuk ornag tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau
istri
g. Keluarga dengan usia pertengahan
Tugas perkembangannya adalah :
Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia dan anak-anak.
Memperkokoh hubungan perkawinan
h. Keluarga dengan usia lanjut
Tugas perkembangannya adalah:
Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
12
Mempertahankan hubungan perkawinan
Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi
Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaan hidup).
(Siti Nur Kholifah, 2016)
13
2) Tujuan pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan bertujuan untuk :
Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.
Menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
Menilai keadaan kesehatan klien
Membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya. (Siti Nur Kholifah, 2016)
4) Sumber data
a) Sumber data primer
Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari
klien dan keluarga, yang dapat memberikan informasi yang lengkap
tentang masalah kesehatan yang dihadapinya.
b) Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari orang
terdekat dari klien (keluarga), seperti orang tua, anda, atau pihak lain
yang mengerti kondisi klien selama sakit. Data sekuder dapat pula di
dapatkan dari catatan-catatan keperawatan hasil pemerikansaan yang
dilakukan oleh pihak lain.
14
Secara umum, sumber data yang di dapat digunakan dalam
pengumpulan data kesehatan keluarga berikut ini:
1) Klien dan keluarga
2) Orang terdekat
3) Catatan klien
4) Riwayat penyakit(pemeriksaaan fisik dan catatan perkembangan)
5) Konsultasi
6) Hasil pemeriksaan diagnostik
7) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya
8) Perawat lain
9) Kepustakaan (Siti Nur Kholifah, 2016)
15
perumusan diagnosa keperawatan keluarga menggunakan diagnosa
tunggal dengan menambahkan pernyataan anggota keluarga yang
teridentifikasi memiliki masalah kesehatan.Rumusan diagnosa ini
menggunakan rumusan NANDA dan ICNP. Modifikasi penulisan
kriteria intervensi dan hasil pada kasus keluarga menggunakan
pendekatan tugas kesehatan keluarga yaitu kemampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan, memutuskan untuk merawat anggota
keluarga yang sakit, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi
llingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan (Maglaya, 2009).
16
bercak ludah(droplet) dan di udara yang berasal dari penderita TBC, dan
orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupkannya.(Wim de jong).
Cara melatih batuk efektif untuk mengeluarkan dahak pada pasien
tuberkulosis adalah:
o Mengatur posisi duduk : badan tegak,kepala menghadap ke depan
o Meminta pasien meletakkan 1 tangan di dada dan 1 tangan di perut.
o Melatih pasien melakukan nafas perut ( menarik nafas dalam melalui
hidung selama 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
o Meminta pasien merasakan mengembangnya perut ( cegah lengkung
pada punggung)
o Meminta pasien menahan nafas 3 hitungan
o Meminta pasien menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan
(lewat mulut, bibir seperti meniup)
o Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi
dari perut
o Memasang tempat dahak di pangkuan pasien
o Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali, yang ke-3 :
o melakukan tarik nafas, tahan nafas dan terakhir batukkan dengan kuat
o Menampung dahak ke tempat yang telah disediakan.
Cara mempersiapkan tempat untuk membuang dahak:
Siapkan tempat pembuangan dahak yang berisi cairan desinfektan
sabun,detergen,air bayclin,atau pasir b. Isi cairan sebanyak 1/3
kaleng
Buang dahak ke temapt tersebut
17
3) Anatomi fisiologi
Paru-paru terletak dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi
oleh struktur tulang selangka.Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu skat
yang disebut diagfragma.Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram, sedngkan
paru-paru kiri sekitar 560 gram.Masing-masing paru-paru dipisahkan satu
sama lain oleh jantung dan pembuluh besar serta struktur-struktur lain
didalam rongga dada.Selaput yang membungkus yang disebut pleura.Paru-
paru terbenam bebas dalam rongga pleura itu sendiri. Pada keadaan normal,
kavum pleura ini hampa udara, sehingga pu-paru kembang kempis, dan juga
terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki
permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding
dada sewaktu ada gerakan napas.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri
atas tiga geambir (lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir
tengah (lobus medius), dan gelambir bawah (lobus inverior). Sedangkan
paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas (lobus
superior) dan gelambir bawah (lobus inverior). Tiap-tiap lobus terdiri dari
belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai
10 segmen yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen
pada lobus inverior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah
segmen pada superior, 2 buah segmen pada lobus medial, dan 3 buah
segmen pada lobus inverior. Tiap-tiap segmen terbagi lagi menjadi
belahan-beahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus satu dan lainnya
dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan
syaraf dalam pada tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus. Didalam
lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus.
Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara
0.2 sampai 0.3 mm.
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembng (gelembung hawa, alveoli, atau alveolus). Pada
gelombang ini lah terjadi pertukaran udara dalam darah O2 masuk kedalam
18
darah dan Co2 dikeluarkan dalam darah. Gelembung alveoli terdiri ini terdiri
dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang
lebih 90 m2. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700 juta
buah. Ukurannya berfariasi, tergantung pada lokasi anatomisnya, semakin
negatifnya tekanan intrapleura diapeks, ukuran alveolus akan semakin besar.
Ada 2 tipe sel alveolus Tipe satu berukuran besar, datar berbentuk
skuamosa, bertanggung jawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe 2,
yaitu pneumosit glanular, tidak ikut serta dalam pertukaran udara.sel-sel tipe
2 ini lah yang berproduksi surfaktan, yang melapusi alveolus dan
mencegahnya kolaps alveolus.
4) Patofisiologi
Individu terinfeksi melalui droplet nuclei dari pasien TB paru
ketika pasien batuk, bersin, tertawa. droplet nuclei ini mengandung basil TB
dan ukurannya kurang dari 5 mikron dan akan melayang-layang di udara.
Droplet nuclei ini mengandung basil TB.
Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka
dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular.
Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri tuberculosis paru
ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling
bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu
membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri
tuberculosis paru akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant
inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto
rontgen. Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limpospesifik-
tubercolosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi
jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli,
menyebabkan bronkopneumonia dan infeksi awal terjadi dalam 2-10
minggu setelah pemajanan.
19
Massa jaringan paru yang disebut granulomas merupakan
gumpalan basil yang masih hidup. Granulomas diubah menjadi massa
jaringan jaringan fibrosa, bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut
tuberkel ghon dan menajdi nekrotik membentuk massa seperti keju.
Massa ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa.
Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami
penyakit aktif karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respon
system imun. Penyakit dapat juga aktif dengan infeksi ulang dan aktivasi
bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah melepaskan
bahan seperti keju dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di
udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang
menyerah menyembuh membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi
menjadi lebih membengkak, menyebabkan terjadinya bronkopneumonia
lebih lanjut.
5) Manifestasi klinik
Demam 40-410c, serta ada batuk/batuk darah
Sesak napas dan nyeri dada
Malaise,keringat malam
Suara khas pada perkusi dada,bunyi dada
Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit.
6) Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah tepi pada umumnya akan memperlihatkan adanya:
Anemia, terutama bila penyakit berjalan menahun
Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
Laju Endap Darah (LED) meningkat terutama pada fase akut,
tetapi pada umumnya nilai-nilai tersebut normal pada tahap
penyembuhan
20
b. Pemeriksaan radiologi
Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru
Bayangan yang berawan atau berbecak
Adanya kavitas tunggal atau ganda
Adanya kalsifikasi
Kelainan bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru
Bayangan yang menetap atau relatif setelah beberapa minggu
c. Pemeriksaan bakteriologik (sputum) Ditemukan kuman
mikobakterium tuberkulosis dari dahak penderita, memastikan
diagnosis tuberculosis paru pada pemeriksaan dahak.
d. Uji tuberkulin Sangat penting bagi diagnosis tersebut pada anak. Hal
positif pada orang dewasa kurang bernilai.
7) Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering
terjadi pada TB paru adalah:
a) Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
b) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
c) Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
d) Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
e) Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal, dan sebagainya.
f) Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).
21
8) Penatalaksanaan
Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru
menjadi tiga bagian, pengobatan, dan penemuan penderita (active case
finding).
a. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif.
Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes
tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks
diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif,
diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil
tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
b. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap
kelompokkelompok populasi tertentu misalnya:
1) Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.
2) Penghuni rumah tahanan.
c. Vaksinasi BCG
Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang
berumur kurang dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat
mengurangi makna pada tes tuberkulin. Dilakukan pemeriksaan dan
pengawasan pada pasien yang dicurigai menderita tuberkulosis,
yakni:
Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif
dan pernah berkontak dengan pasien yang mempunyai
sputum positif harus diawasi
Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun
tes Heafnya positif dan pernah berkontak dengan pasien penyakit
paru.
Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai
kemungkinan terkena.
22
Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah
8 minggu dan bila tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG.
Apabila tuberkulin sudah mengalami konversi, maka
pengobatan harus diberikan.
d. Kemoprofilaksis dengan mengggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah
bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan
kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok berikut:
Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif
karena resiko timbulnya tuberculosis milier dan meningitis
tuberculosis,
Anak dan remaja dibawah dibawah 20 tahun dengan
hasil tuberkulin positif yang bergaul erat dengan penderita
tuberculosis yang menular,
Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari
negatif menjadi positif,
Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
immunosupresif jangka panjang,
Penderita diabetes melitus.
e. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit
tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun
ditingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM
(misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru
Indonesia-PPTI). (Mutaqqin Arif, 2012)
Arif Mutaqqin (2012), mengatakan tujuan pengobatan pada penderita
tuberculosis paru selain mengobati, juga untuk mencegah kematian,
kekambuhan, resistensi terhadap OAT, serta memutuskan mata
rantai penularan. Untuk penatalaksanaan pengobatan tuberkulosis
paru, berikut ini adalah beberapa hal yang penting untuk diketahui.
Mekanisme Kerja Obat anti-Tuberkulosis (OAT).
23
1) Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat.
Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan
Streptomisin (S).
Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan
Isoniazid (INH).
2) Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant)
Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rimpafisin dan
Isoniazid.
Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin dan
Isoniazid. Untuk very slowly growing bacilli, digunakan
Pirazinamid (Z).
3) Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas
bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.
Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam
para-amino salistik (PAS), dan sikloserine.
Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh
Isoniazid dalam keadaan telah terjadi resistensi sekunder. Pengobatan
tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7 bulan).Panduan obat yang digunakan terdiri atas
obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan
sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin,
Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol bvfcd
(Depkes RI, 2004) Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat
batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi tuberculosis paru,
berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologi, apusan
sputum dan riwayat pengobatan sebelumnya.Disamping itu, perlu
pemahaman tentang strategi penanggulangan tuberculosis paru yang
dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTSC).
DOTSC yang direkomendasikan oleh WHO terdiri atas lima
komponen, yaitu:
24
Adanya komitmen politis berupa dukungan para
pengambil keputusan dalam penanggulangan tuberculosis
paru.
Diagnosis tuberculosis paru melalui pemeriksaan sputum
secara mikroskopik langsung, sedangkan pemeriksaan
penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur
dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana
tersebut.
Pengobatan tuberculosis paru dengan paduan OAT jangka
pendek dibawah pengawasan langsung oleh Pengawas
Menelan Obat (PMO), khususnya dalam dua bulan pertama
di mana penderita harus minum obat setiap hari.
Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang
cukup. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
25
d) Sputum
2) Kesehatan dahulu:
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja di alami, cedera dan
3) Pembedahan
4) Kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi
dan TB.
Gejala yang berkaitan dengan masalah utama, misalnya:
a) Demam
b) Menggigil
c) Lemah
d) Keringat dingin malam merupakan gejala yang berkaitan
dengan TB
Status perkembangan, misalnya:
a) Ibu yang melahirkan anak prematur perlu ditanyakan
apakah sewaktu hamil mempunyai masalah-masalah risiko
dan apakah usia kehamilan cukup
b) Pada usia lanjut perlu ditanya apakah ada perubahan
pola pernapasan, cepat lelah sewaktu naik tangga,
sulit bernafas,
c) sewaktu berbaring atau apakah bila flu sembuhnya lama
Data pola pemeliharaan kesehatan, misalnya:
a) Tentang pekerjaan
b) Obat yang tersedia di rumah
c) Pola tidur-istirahat dan strees
Keterlambatan atau pola peran-kekerabatan, misalnya:
a) adakah pengaruh dari gangguan / penyakitnya terhadap
dirinya dan keluarganya, serta
b) Apakah gangguan yang dialami mempunyai pengaruh
terhadap peran sebagai istri / suami dan dalam melakukan
hubungan seksual
26
Pola aktifitas / istirahat
a) Gejala :
1) Kelelahan umum dan kelemahan
2) Napas pendek karena kerja
3) Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari,
4) menggigil dan atau
berkeringat b) Tanda :
1) Takikardi, takipnea / dispnea pada kerja
2) Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)
Pola intergritas ego a) Gejala :
1) Adanya / faktor stres lama
2) Masalah keuangan, rumah
3) Perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan
4) Populasi budaya / etnik b) Tanda :
1) Menyangkal (khususnya tahap dini)
2) Ansietas, ketakutan, mudah terangsang
Makanan / cairan a) Gejala :
1) Kehilangan nafsu makan
2) Tidak dapat mencerna
3) Penurunan BB
b) tanda :
1) Turgor kulit, buruk, kering / kulit bersisik
2) Kehilangan otot / hilang lemak subkutan
Nyeri / kenyamanan
a) Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
b) Tanda : Perilaku distraksi, gelisah
Pernapasan
a) Gejala :
o Batuk produktif atau tidak produktif
o Napas pendek
o Riwaya TB / terpanjang pada individu terinfeksi a)
27
b) Tanda :
o Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau
fibrosis parenkim paru dan pleura)
o Perkusi pekak dan penurunan premitus. Bunyi napas
menurun / tidak ada secara bilateral / unilateral. Bunyi
napas tubuler dan / atau bisikan pektoral di atas lesi
luas. Krekels tercatat di atas apek paru selama inspirasi
cepat setelah batuk pendek (krekels pusttussic)
o Karakteristik sputum adalah hijau / purulen, mukoid
kuning atau bercak darah
Keamanan
a) Gejala:
o Adanya kondisi penekanan imun, contoh: AIDS,
kanker
b) Tanda :
o Demam rendah atau sakit panas akut
Interaksi sosial
a) Gejala :
o Perasaan isolasai / penolakan karena penyakit
menular
o Perubahan pola biasa dalam tannggung jawab/
perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran
Penyuluhan dan pembelajaran
a) Gejala :
o Riwayat keluarga TB
o Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk
o Gagal untuk membaik / kambuhnya TB
o Tidak berpartisipasi dalam terapi
Pertimbangan
DRG menunjukkan rata-rata lama dirawat adalah 6,6 hari
28
Rencana pemulangan :
Memerlukan bantuan dengan / gangguan dalam terapi obat
dan bantuan perawatan diri dan pemeliharaan / perawatan
rumah
Pemeriksaan penunjang
a) Rontgen dada
b) Usap basil tahan asam BTA
c) Kultur sputum
d) Tes kulit tuuberkulin (Wijaya & Yessie
MP.2013.h.143).
2. Dignosa keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d bronkospasme
b. Gangguan pertukan gas b.d kongestiparu, hipertensi pulmunal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosi laktat dan
penurunan curah jantung
c. Hipertermia b.d reaksi inlamasi
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d ketidakadekuatan intake nutrisi, dyspneu
e. Resiko infeksi b.d organisme purulen.( Nurarif, H, A, &
Kusuma, H,2015)
29
3. Intervensi
30
g) Anjurkan pasien untuk
istrahat dan napas dalam
setelah kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal.
h) Monitor status oksigen
i) Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suksion.
j) Hentikan suction dan
berikan oksigen
apabila pasien
menunjukkan
mbradikardi, peningkatan
saturasi 02, dll.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama KK :
b. Umur :
c. Pekerjaan KK :
d. Pendidikan KK :
e. Agama :
f. Alamat :
g. Komposisi Anggota Keluarga:
2. Pemeriksaan Fisik
DATA
TTV
Kepala
Aksila
Dada
Abdomen
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
32
DAFTAR PUSTAKA
33