Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit hati di Indonesia umumnya masih tergolong tinggi. Berdasarkan laporan,
penderita penyakit dalam yang dirawat di beberapa rumah sakit sentra pendidikan,
umumnya penyakit hati menempati urutan ketiga setelah penyakit infeksi dan paru. Bila
ditinjau pola penyakit hati yang dirawat tampak umumnya, mempunyai urutan sebagai
berikut : hepatitis virus akut, sirosis hati, kanker hati, abses hati. Dari data tersebut
ternyata sirosis hati menempati urutan kedua.
Berdasarkan data WHO (2010) sirosis hati merupakan penyebab kematian ke
delapan belas di dunia, dengan prevalens 1,3% . Cause Spesifik Death Rate (CSDR)
sirosis hati di Inggris tahun 2002 sebesar 26,9 per 100.000 penduduk. Di Amerika
Serikat pada tahun 2001 CSDR sirosis hati sebesar 22,0 per 100.000 penduduk. dan dari
data WHO (2010), penyakit hati kronik dan sirosis hati merupakan penyebab kematian
peringkat keduabelas pada tahun 2007 di Amerika Serikat dengan jumlah 29.165
(1,2%). Pada tahun 2007 prevalensi sirosis hati di Australia sebesar 2 % dan di Jepang
sebesar 2,7 %. Prevalensi sirosis hati di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1,7% .
Kejadian di Indonesia menunjukkan bahwa pria lebih banyak dari wanita (2,4- 5:1),
dimana kelompok terbanyak didapati pada dekade kelima. Sedangkan angka kejadian
sirosis hati dari hasil otopsi sekitar 2,4% di negara Barat. 1,2 Lebih dari 40% pasien
Sirosis hati asimptomatik, pada keadaan ini sirosis ditemukan waktu pemeriksaan rutin
kesehatan atau pada waktu autopsi. Keseluruhan insiden sirosis di Amerika diperkirakan
360 per 100.000 penduduk dan menimbulkan sekitar 35.000 kematian pertahun. Sirosis
merupakan penyebab kematian kesembilan di AS dan bertanggungjawab terhadap 1,2%
seluruh kematian di AS. Belum ada data resmi nasional tentang sirosis hati di Indonesia,
namun dari beberapa laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia secara
keseluruhan prevalensi sirosis adalah 3,5% seluruh pasien yang dirawat di bangsal
penyakit dalam atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat. Di
Medan dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hati sebanyak 819 (4%) dari
seluruh pasien di bagian penyakit dalam.

Sistem Pencernaan Page 1


1.2 tujuan
1.2.1 Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah menyelesaikan blok ini mahasiswa mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem Pencernaan.
1.2.2 Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
1. Mampu menjelaskan anatomi, fisiologi Sistem Pencernaan.
2. Mampu menjelaskan patofisiologi Sistem Pencernaan.
3. Mampu melakukan pengkajian pada berbagai kasus dengan Sistem
Pencernaan.
4. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada berbagai kasus gangguan
Sistem Pencernaan.
5. Mampu melakukan implementasi pada berbagai kasus dengan gangguan
Sistem Pencernaan.
6. Mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan gangguan Sistem
Pencernaan.
7. Mampu menerapkan dokumentasi keperawatan.
8. Mampu melakukan sistem rujukan pada layanan kesehatan, dengan
memanfaatkan asuransi kesehatan pada masyarakat tidak mampu seperti :
PMO, Gakin dan Jamkesmas, Jamkesda, Jamkesman, dan jaminan kesehatan
lainnya.

Sistem Pencernaan Page 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN BERDASARAKAN TEORI


1. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari


luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses
pencernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair
yang terbantang mulai dari mulut (oris) sampai anus.
1) Mulut / Oris

Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut
merupakan bagian awal DARI sistem pencernaan lengkap yang berakhir di
anus. Didalam rongga mulut terdapat :
a. Geligi, ada 2 (dua) macam yaitu;

Sistem Pencernaan Page 3


1) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan. Lengkap
pada umur 2½ tahun jumlahnya 20 buah disebut juga gigi susu, terdiri
dari 8 buah gigi seri (dens insisivus), 4 buah gigi taring (dens kaninus)
dan 8 buah gigi geraham (premolare).
2) Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32
buah terdiri dari; 8 buah gigi seri (dens insisiws), 4 buah gigi taring
(dens kaninus), 8 buah gigi geraham (molare) dan 12 buah gigi geraham
(premolare).
Fungsi gigi terdiri dari; gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring
gunannya untuk memutuskan makanan yang keras dan liat, dan gigi geraham
gunannya untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong-potong.
b. Lidah
Lidah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian;
1) Pangkal lidah (Radiks lingua), pada pangkal lidah yang belakang
terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan napas pada waktu
kita menelan makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan napas.
2) Punggung lidah (Dorsum lingua), terdapat puting-puting pengecap atau
ujung saraf pengecap.
3) Ujung lidah (Apeks lingua)
Fungsi lidah yaitu; mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat
pengcepa dan menelan, serta merasakan makanan.
Otot lidah; otot-otot ekstrinsik lidah berasal dari rahang bawah, (M.
Mandibularis, os Hioid dan prosesus stiloid) menyebar ke dalam lidah
membentuk anyaman bergabung dengan otot instrinsik yang terdapat pada
lidah. M. Genioglossus merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari
permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai ke radiks lingua.
c. Kelenjar ludah
Disekitar rongga mulut terdapat tiga buah kelenjar ludah yaitu:
1) Kelenjar parotis: letaknya dibawah depan dari telinga di antara prosesus
mastoid, kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni.
Duktus ini keluar dari glandula parotis menuju ke rongga mulut melalui
pipi (muskulus buksinator).

Sistem Pencernaan Page 4


2) Kelenjar submaksilaris: terletak dibawah rongga mulut bagian belakang,
duktusnya bernama duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat
dengan frenulum lingua.
3) Kelenjar sublingualis; letaknya dibawah selaput lendir dasar rongga
mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar ludah disarafi oleh
saraf-saraf tersadar.
2) Faring

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan


kerongkongan (osofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi.
Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung dengan
perantaraan lubang bernama koana. Keadaan tekak berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Bagian superior disebut nasofaring, Pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di
akar lidah bagian inferior
3) Esofagus

Sistem Pencernaan Page 5


Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah
lambung. Lapisan dinding dari dalam ke luar, lapisan selaput lendir (mukosa),
lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan oto memanjang
longitudinal.
Esofagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung setelah
melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung
dengan lambung. Esofagus dibagi mejadi tiga bagian;
a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
b. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
c. Bagaian inferior (terutama terdiri dari otot halus)
4) Gaster / Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah
diapragma didepan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.
Bagian lambung terdiri dari;
a. Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah kiri
osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
b. Korpus venrtikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian
bawah kurvatura minor.
c. Antrum pilorus, bagian lambung membentuk tabung mempunyai otot yang
tebal membentuk sfingter pilorus.
d. Kurvantura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari ostium
kardiak sampai ke pilorus.
e. Kurvantura mayor, lebih panjang dari kurvantura minorterbentang dari sisi
kiri osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai
ke pilorus inferior. Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas
kurvantura mayor sampai ke limpa.
f. Osteum kardiakum, meruapakan tempat dimana esofagus bagian abdomen
masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
Fungsi lambung terdiri dari;
1) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh
peristaltik lambung dan getah lambung

Sistem Pencernaan Page 6


2) Getah cerna lambung yang dihasilkan:
a) Pepsin fungsinya; memecah putih telur menjadi asam amino (albumin
dan pepton).
b) Asam garam (HCl) fungsinya; mengasamkan makanan, sebagai anti
septik dan desinfektan, dan membuat suasana asam pada pepsinogen
sehingga menjadi pepsin.
c) Renin fungsinya; sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk
kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu).
d) Lapisan lambung; jumlahnya sedikit memecah lemak yang merangsang
sekresi getah lambung
5) Pankreas

Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah


panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum samapai ke limpa
dan beratnya rata-rata 60-90 gr. Terbentang pada vertebralumbalis I dan II di
belakang lambung.
a. Bagian dari pankreas
1) Kepala pankreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di
dalam lelukan duodenum yang melingkarnya.
2) Badan pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini letaknya di
belakang lambung dan di depan vertebra umbalis pertama.
3) Ekor pankreas, bagian runcing di sebelah kiri yang sebenamnya
menyentuh limpa.
b. Fungsi pankreas
1) Fungsi eksokrin, yang membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan
elektrolit.

Sistem Pencernaan Page 7


2) Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang berbentuk pulau-
pulau kecil atau pulau langerhans, yang bersama-sama membentuk organ
endokrin yang mensekresikan insulin.
3) Fungsi sekresi eksternal, yaitu cairan pankreas yang dialirkan ke
duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di
intestinum.
4) Fungsi sekresi internal, yaitu sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau
lanngerhans sendiri yang langsung dialirkan ke dalam peredaraan darah.
Sekresinya disebut hormon insulin dan hormon glukagon, hormon
tersebut dibawa ke jaringan untuk membantu metabolisme karbohidrat.
c. Hasil sekresi
1) Hormon insulin, hormon insulin ini langsung dialirkan ke dalam darah
tanpa melewati duktus. Sel-sel kelenjar yang menghasilkan insulin ini
termasuk sel-sel kelenjar endokrin.
2) Getah pankreas, sel-sel yang memproduksi getah pankreas ini termasuk
kelenjar eksokrin, getah pankreas ini dikirim ke dalam duodenum
melalui duktus pankreatikus, duktus ini bermuara pada papila vateri yang
terletak pada dinding duodenum.
d. Struktur pankreas
Merupakan kumpulan kelenjar yang masing-masing mempunyai
saluran, saluran dari masing-masing kelenjar bersatu menjadi duktus yang
jari-jarinya ± 3 mm, duktus ini disebut duktus pankreatikus.
Pankreas mempunyai 2 macam sel kelenjar, dimana sel itu dikumpulkan
dan menyerupai pulau-pulau yang disebut pulau langerhans. Pulau-pulau ini
membuat insulin yang langsung masuk ke pembuluh darah dan kelenjar
bagian tubuh.
Di dalam pankreas terdapat kelenjar-kelenjar yang membuat ludah perut
atau getah perut yang mengalir ke dalam pembuluh-pembuluh kelenjar.
Pembuluh ini bersatu ke dalam saluran wirsungi kemudian masuk ke dalam
duodenum pada tempat papilla/arteri kelenjar perut menghasilkan ± 1 liter
ludah perut dalam satu hari.

Sistem Pencernaan Page 8


6) Kantung Empedu

Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membran berotot, letaknya


dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya,
panjangnya 812 cm berisi 60 cm³
a. Fungsi kantung empedu
1) Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu menjadi
kental.
2) Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati jumlah
setiap hari dari setiap orang dikeluarkan 500-1000 cc sekresi yang
digunakan untuk mencerna lemak. 80% dari getah empedu pigmen
(warna) insulin dan zat lainnya.
b. Bagian dari kantung empedu
1) Fundus vesikafelea, merupakan bagian kantung empedu yang paling akhir
setelah korpus vesikafelea.
2) Korpus vesikafelea, bagian dari kantung empedu yang didalamnya berisi
getah empedu.
3) Leher kantung kemih. Merupakan leher dari kantung empedu yaitu
saluran yang pertama masuknya getah empedu ke badan kantung empedu
lalu menjadi pekat berkumpul dalam kantung empedu.
4) Duktus sistikus. Panjangnya ± 3¾ cm berjalan dari leher kantung empedu
dan bersambung dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke
duodenum.
5) Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.
6) Duktus koledokus saluran yang membawa empedu ke duodenum.

Sistem Pencernaan Page 9


7) Hati

Merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut


sebelah kanan, tepatnya dibawah difragma.
Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat sekresi. Hal ini
dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa
senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat
dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa
racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.
8) Usus Halus / Intestinum Minor

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum), usus penyerapan
(illeum). Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas
dan kantung empedu. Bagian-bagian usus halus;
a. Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian pertama usus halus yang
panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya mengelilingi
kepala pankreas. Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke dalam
duodenum pada satu lubang yang disebut ampulla hepatopankreatika,
ampulla vateri, 10 cm dari pilorus.

Sistem Pencernaan Page 10


b. Usus kosong (jejenum), menempati dua perlima sebelah atas pada usus
halus yang selebihnya.
c. Usus penyerapan (illeum), menempati tiga perlima akhir.
9) Usus Besar / Intestinum Mayor
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum.
a. Fungsi usus besar;
1) Menyerap air dari makanan
2) Tempat tinggal bakteri koli
3) Tempat feses
b. Bagian-bagian usus besar atau kolon;
1) Kolon asendens. Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah
kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati
melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatika.
2) Kolon transversum. Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon
asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen,
sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat
fleksura lienalis
3) Kolon desendens. Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen
bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai
ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
4) Kolon sigmoid. Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak
miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf
S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
5) Rektum. Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan
os sakrum dan os koksigis.
10) Usus Buntu
Usus buntu dalam bahasa latin disebut appendiks vermiformis. Pada
awalnya organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak memiliki
fungsi, tetati saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ
imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu
kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi kelenjar limfoid.

Sistem Pencernaan Page 11


11) Umbai Cacing
Umbai cacing adalah organ tambahan pada usus buntu. Umbai cacing
terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing
berukuran 10 cm tetapi bisa bervariasi 2 sampai 20 cm.walaupun lokasi
apendiks selalu tetap, lokasi umbai cacing bisa berbeda-beda bisa di
retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
12) Rektum
Rektum dalam bahasa latin regere (meluruskan , mengatur). Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Mengembangnya
dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu
sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika
defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar,
dimana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
13) Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum
dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis bagian posterior dari
peritoneum. Dindingnya diperkuat oleh 3 otot sfingter yaitu:
a. Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
b. Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
c. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja sesuai kehendak.
2. PATOFISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN
1) Sakit Gigi
Di dalam gigi ada yang namanya pulpa gigi yang terdiri dari pembuluh darah,
jaringan, serta saraf-saraf yang sensitif. Sakit gigi terjadi ketika pulpa
mengalami radang. Peradangan itu sendiri penyebabnya bermacam-macam,
antara lain karena adanya tumpukan nanah di bagian dasar gigi akibat infeksi
bakteri (abses periapikal), gigi retak, penyusutan gusi, kerusakan gigi yang
mengakibatkan lubang, rusaknya tambalan, serta gigi yang terjepit di antara gigi
lainnya ketika tumbuh. Mereka yang menderita sakit gigi biasanya mengalami
gejala seperti nyeri di sekitar gigi dan rahang, pembengkakan, sakit kepala,
bahkan demam. Tingkat keparahan nyeri bisa bervariasi, mulai dari ringan
hingga hebat. Dan menurut pola kemunculannya, nyeri bisa timbul dan hilang
secara berulang-ulang atau terasa terus-menerus (konstan). Seringkali penderita

Sistem Pencernaan Page 12


sakit gigi merasakan nyeri atau ngilu yang memburuk pada malam hari atau
ketika mereka makan dan minum, terutama yang terlalu dingin atau panas.
2) Sariawan
Sariawan adalah suatu kelainan pada selaput lendir mulut berupa luka pada
mulut yang berbentuk bercak berwarna putih kekuningan dengan permukaan
agak cekung. Munculnya Sariawan ini disertai rasa sakit yang tinggi.
3) Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia atau obat
ataupun agen penyebab infeksi. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan
disebut “hepatitis akut”, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut
“hepatitis kronis”. ( Baca Juga : Obat Hepatitis )
4) Diare
Diare adalah suatu kondisi yang ditandai dengan encernya tinja yang
dikeluarkan atau buang air besar (BAB) dengan frekuensi yang lebih sering
dibandingkan dengan biasanya. Pada umumnya, diare terjadi akibat konsumsi
makanan atau minuman yang terkontaminasi.
5) Konstipasi
Konstipasi adalah kondisi tidak bisa buang air besar secara teratur atau tidak
bisa sama sekali. Jika mengalaminya, Anda biasanya akan mengalami gejala-
gejala tertentu. Misalnya tinja Anda menjadi keras dan padat dengan ukuran
sangat besar atau sangat kecil. ( Baca Juga : Cara Mengatasi Konstipasi )
6) Gastritis
Merupakan suatu peradangan akut atau kronis pada lapisan mukosa (lender)
dinding lambung. Penyebabnya ialah penderita memakan yang mengandung
kuman penyakit. Dilihat dari waktu terjadinya, gastritis dibagi menjadi dua:
Gastritis akut atau muncul secara mendadak dan cepat reda. Gastritis kronis atau
terjadi secara perlahan dan berlangsung lama.
7) Disentri
Disentri adalah infeksi pada usus yang menyebabkan diare yang disertai darah
atau lendir. Ada dua jenis utama disentri yang digolongkan berdasarkan
penyebabnya, yaitu disentri basiler atau sigelosis yang disebabkan oleh bakteri
shigella dan disentri amoeba atau amoebiasis yang disebabkan oleh amoeba
(parasit bersel satu) bernama Entamoeba histolytica yang biasanya ditemukan di

Sistem Pencernaan Page 13


daerah tropis. Disentri basiler biasanya lebih ringan dibanding dengan disentri
amoeba.
8) Apendisitis
Apendisitis merupakan gangguan yang terjadi karena peradangan apendiks.
Penyebabnya ialah adanya infeksi bakteri pada umbai cacing (usus buntu).
Akibatnya, timbul rasa nyeri dan sakit.
9) Maag
Maag atau radang lambung atau tukak lambung adalah gejala penyakit yang
menyerang lambung dikarenakan terjadi luka atau peradangan pada lambung
yang menyebabkan sakit, mulas, dan perih pada perut. Penyebab utama sakit
maag ada dua, yakni bakteri helicobacter pylori (H. pylori) dan penggunaan
obat anti inflamasi non steroid (OAINS), seperti ibuprofen atau aspirin dalam
waktu yang cukup panjang. Bakteri H. pylori merupakan bakteri yang dapat
mengiritasi dan menyebabkan munculnya luka pada lambung atau usus bagian
atas. ( Baca Juga : Obat Herbal Sakit Maag )
10) Tukak Lambung
Tukak lambung adalah luka yang muncul pada dinding lambung akibat
terkikisnya lapisan dinding lambung. Luka ini juga berpotensi muncul pada
dinding bagian pertama usus kecil (duodenum) serta kerongkongan (esofagus).
Radang Usus Buntu
Radang usus buntu (Appendicitis) merupakan nama penyakit yang menyerang
usus buntu. Appendicitis terjadi ketika appendix, nama lain dari usus buntu
telah meradang dan membuatnya rentan pecah, ini termasuk darurat medis
serius. Operasi dilakukan untuk penyembuhan radang usus yang membengkak.
11) Demam Tifoid
Demam tifoid terjadi karena infeksi bakteri Salmonella typhi. Penyakit yang
banyak terjadi pada anak-anak ini dapat membahayakan nyawa jika tidak
ditangani dengan baik dan secepatnya. Demam Tifoid menular dengan cepat.
Infeksi dan demam tifoid terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan atau
minuman yang telah terkontaminasi sejumlah kecil tinja, atau yang lebih tidak
umum, urin yang terinfeksi bakteri. ( Baca Juga : Obat Demam Tifoid
Tradisional )

Sistem Pencernaan Page 14


12) Wasir Atau Hemoroid
Wasir atau hemoroid adalah pembengkakan yang berisi pembuluh darah yang
membesar. Pembuluh darah yang terkena wasir berada di dalam atau di sekitar
bokong, baik di dalam rektum atau di dalam anus. Kebanyakan hemoroid adalah
penyakit ringan dan bahkan tidak menimbulkan gejala.
13) Cacingan
Biasanya orang yang mengalami cacingan terjadi karena kurangnya menjaga
kebersihan sehingga memungkinkan telur-telur cacing akan masuk ke dalam
mulut dan hidup di dalam usus manusia, biasanya anak-anak yang kurang
menjaga kebersihan saat bermain di luar akan rentan tertular penyakit cacingan
ini.

Sistem Pencernaan Page 15


2.2 TINJAUAN BERDASARKAN KASUS
2.2.1 KONSEP DASAR MEDIS
1. DEFINISI
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan
difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat,
degenerasi dan regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam
susunan parenkim hati.
2. ETIOLOGI
Menurut FKUI (2001), penyebab sirosis hepatis antara lain :
a. Malnutrisi
b. Alkoholisme
c. Virus hepatitis
d. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika
e. Penyakit Wilson (penumpukan tembaga yang berlebihan bawaan)
f. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
g. Zat toksik
Ada 3 tipe sirosis atau pembetukan parut dalam hati :
a. Sirosis Laennec (alkoholik, nutrisional), dimana jaringan parut secara
khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
b. Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar
sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
c. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati
disekitar saluran empedu
3. PATOFISIOLOGI
Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis,
konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama.
Sirosis terjadi dengan frekuensi paling tinggi pada peminum minuman keras.
Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan
kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang berlebihan
merupakan faktor penyebab yang utama pada perlemakan hati dan
konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga pernah
terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan minum minuman keras
dan pada individu yang dietnya normal tetapi dengan konsumsi alkohol yang
tinggi.

Sistem Pencernaan Page 16


Sebagian individu tampaknya lebih rentan terhadap penyakit ini
dibanding individu lain tanpa ditentukan apakah individu tersebut memiliki
kebiasaan meminum minuman keras ataukah menderita malnutrisi. Faktor
lainnya dapat memainkan peranan, termasuk pajanan dengan zat kimia
tertentu (karbon tetraklorida, naftalen terklorinasi, asen atau fosfor) atau
infeksi skistosomiasis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis adalah
dua kali lebih banyak daripada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia
40-60 tahun.
Sirosis alkoholik atau secara historis disebut sirosis Laennec ditandai oleh
pembentukan jaringan parut yang difus, kehilangan sel- sel hati yang uniform,
dan sedikit nodul regeneratif. Sehingga kadang- kadang disebut sirosis
mikronodular. Sirosis mikronodular dapat pula diakibatkan oleh cedera hati
lainnya. Tiga lesi utama akibat induksi alkohol adalah perlemakan hati
alkoholik, hepatitis alkoholik, dan sirosis alkoholik (Tarigan, 2001).
4. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Smeltzer & Bare (2001) manifestasi klinis dari sirosis hepatis antara
lain:
a. Pembesaran Hati
Pada awal perjalanan sirosis hati, hati cenderung membesar dan sel-selnya
dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam
yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai
akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga
mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni).
Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang
setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila
dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba berbenjol-benjol (noduler).
b. Obstruksi Portal dan Asites
Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi hati yang
kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari
organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena porta dan dibawa
ke hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan perlintasan darah
yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan
traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini
menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ

Sistem Pencernaan Page 17


tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat
bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung
menderita dyspepsia kronis dan konstipasi atau diare. Berat badan pasien
secara berangsur-angsur mengalami penurunan. Cairan yang kaya protein
dan menumpuk dirongga peritoneal akan menyebabkan asites. Hal ini
ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau
gelombang cairan. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis,
atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring berwarna biru
kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan
keseluruhan tubuh.
c. Varises Gastrointestinal
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik
juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam sistem
gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh portal ke
dalam pembuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai
akibatnya, penderita sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh
darah abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen
(kaput medusae), dan distensi pembuluh darah diseluruh traktus
gastrointestinal. Esofagus, lambung dan rektum bagian bawah merupakan
daerah yang sering mengalami pembentukan pembuluh darah kolateral.
Distensi pembuluh darah ini akan membentuk varises atau hemoroid
tergantung pada lokasinya. Karena fungsinya bukan untuk menanggung
volume darah dan tekanan yang tinggi akibat sirosis, maka pembuluh
darah ini dapat mengalami ruptur dan menimbulkan perdarahan. Karena
itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui perdarahan
yang nyata dan tersembunyi dari traktus gastrointestinal. Kurang lebih
25% pasien akan mengalami hematemesis ringan; sisanya akan
mengalami hemoragi masif dari ruptur varises pada lambung dan
esofagus.
d. Edema
Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang
kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi
predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldosteron yang berlebihan
akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi kalium.

Sistem Pencernaan Page 18


e. Defisiensi Vitamin dan Anemia
Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin tertentu
yang tidak memadai (terutama vitamin A, C dan K), maka tanda-tanda
defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai, khususnya sebagai fenomena
hemoragik yang berkaitan dengan defisiensi vitamin K. Gastritis kronis
dan gangguan fungsi gastrointestinal bersama-sama asupan diet yang tidak
adekuat dan gangguan fungsi hati turut menimbulkan anemia yang sering
menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia dan status nutrisi serta kesehatan
pasien yang buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang
mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
f. Kemunduran Mental
Manifestasi klinis lainnya adalah kemunduran fungsi mental dengan
ensefalopati dan koma hepatik yang membakat. Karena itu, pemeriksaan
neurologi perlu dilakukan pada sirosis hepatis dan mencakup perilaku
umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi terhadap waktu serta tempat,
dan pola bicara.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fungsi hepar abnormal:
1) Adanya anemia, gangguan faal hati (penurunan kadar albumin serum,
peninggian kadar globulin serum, peninggian kadar bilirubin direk dan
indirek), penurunan enzim kolinesterse, serta peninggian SGOT dan
SGPT.
a. Peningkatan bilirubin serum (disebabkan oleh kerusakan metabolisme
bilirubin)
b. Peningkatan kadar amonia darah (akibat dari kerusakan metabolisme
protein)
c. Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT dan AST (akibat dari destruksi
jaringan)
d. PT memanjang (akibat dari kerusakan sintesis protrombin dan faktor
pembekuan)
2) Biopsi hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaanq serum dan
pemeriksaan radiologis tak dapat menyimpulkan Ultrasound, skan CT atau
MRI dilakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dan aliran
darah hepatik. Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis dan

Sistem Pencernaan Page 19


hiponatremia (disebabkan oleh peningkatan sekresi aldosteron pada
respon terhadap kekurangan volume cairan ekstraselular sekunder
terhadap acites) JDL menunjukkan penurunan SDM, hemoglobin,
hematokrit, trombosit dan SDP (hasil dari depresi sumsum sekunder
terhadap kegagalan ginjal dan kerusakan metabolisme nutrien) Urinalisis
menunjukkan bilirubinuria

6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan menurut Tarigan (2001) adalah:
1) Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan
kontrol yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori
tinggi protein, lemak secukupnya.
2) Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti :
a. Alkohol dan obat-obatan dianjurkan menghentikan penggunaannya.
Alkohol akan mengurangi pemasukan protein ke dalam tubuh.
Dengan diet tinggi kalori (300 kalori), kandungan protein makanan
sekitar 70-90 gr sehari untuk menghambat perkembangan kolagenik
dapat dicoba dengan pemberian D penicilamine dan Cochicine.
b. Hemokromatis
Dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi/ terapi kelasi
(desferioxamine). Dilakukan vena seksi 2x seminggu sebanyak 500cc
selama setahun.
c. Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid.
3) Terapi terhadap komplikasi yang timbul
a. Asites
Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam
sebanyak 5,2 gram/ hari. Diet rendah garam dikombinasi dengan
obat-obatan diuretik. Awalnya dengan pemberian spironolakton
dengan dosis 100-200 mg sekali sehari. Respons diuretik bisa
dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/ hari, tanpa adanya
edema kaki atau 1 kg/ hari dengan adanya edema kaki. Bilamana
pemberian spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasi dengan
furosemid dengan dosis 20-40 mg/ hari. Pemberian furosemid bisa
ditambah dosisnya bila tidak ada respons, maksimal dosisnya 160 mg/

Sistem Pencernaan Page 20


hari. Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran
asites bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin.
b. Perdarahan varises esofagus (hematemesis, hematemesis dengan
melena atau melena saja)
1. Lakukan aspirasi cairan lambung yang berisi darah untuk
mengetahui apakah perdarahan sudah berhenti atau masih
berlangsung.
2. Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik dibawah 100 mmHg,
nadi diatas 100 x/menit atau Hb dibawah 99% dilakukan
pemberian IVFD dengan pemberian dextrose/ salin dan tranfusi
darah secukupnya.
3. Diberikan vasopresin 2 amp 0,1 gr dalam 500cc D5% atau
normal salin pemberian selama 4 jam dapat diulang 3 kali.
c. Ensefalopati
1. Dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL pada
hipokalemia.
2. Mengurangi pemasukan protein makanan dengan memberi diet
sesuai.
3. Aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan
pada varises.
4. Pemberian antibiotik campisilin/ sefalosporin pada keadaan
infeksi sistemik.
5. Transplantasi hati.
d. Peritonitis bakterial spontan
Diberikan antibiotik pilihan seperti cefotaksim, amoxicillin,
aminoglikosida.
e. Sindrom hepatorenal/ nefropatik hepatik Mengatur keseimbangan
cairan dan garam.
7. PENGOBATAN
Peritonitis bakterial spontan diberikan antibiotik pilihan seperti
cefotaksim, amoxicillin, aminoglikosida. sedangkan pada Sindrom
hepatorenal/ nefropatik hepatik Mengatur keseimbangan cairan dan garam.

Sistem Pencernaan Page 21


8. PENCEGAHAN
Pencegahan dan pengobatan penyakit sirosis hati bisa Anda lakukan sejak dini,
seperti tidak meminum minuman beralkohol, lalu pengobatan untuk bisa
mengendalikan virus hepatitis. Pencegahan dan pengobatan penyakit sirosis hati juga
bergantung pada tingkat dari keparahan sirosis dan juga gejala yang sudah
berkembang diantara lain seperti diet rendah natrium ataupun diuretik dalam usaha
mengurangi cairan yang sudah terakumulasikan di dalam tubuh, lalu obat-obatan yang
bisa membantu dalam mengurangi hipertensi portal, kemudian obat yang berguna
mengurangi gatal, serta pengurangan cairan yang sudah menumpuk pada bagian perut
(ascites). Pencegahan dan pengobatan penyakit sirosis hati ini memang sangat
diperlukan dan jika memang pasien mengalami pendarahan pada usus sehingga
muntah darah, maka harus segera ditangani oleh dokter supaya bisa dilakukan
tindakan medis.
Langkah terbaik untuk pencegahan dan pengobatan penyakit sirosis hati ini Anda
bisa mencoba terapi pengobatan yang rutin dan tidak banyak memakan biaya. Ada
terapi pengobatan medis dan juga ada yang herbal. Saat ini sudah marak sekali dan
menjadi tren terapi pengobatan herbal, selain memang karena mudah, hemat biaya
dan juga banyak khasiatnya yang terbukti ampuh dalam usaha pencegahan dan
pengobatan penyakit sirosis hati, dsb.
Sudah banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli yang meneliti mengenai
berbagai macam bahan-bahan dari alam yang herbal ini dimana mengandung zat-zat
yang berguna dalam pencegahan dan pengobatan penyakit sirosis hati yang terdapat
dalam tubuh manusia. Salah satunya yang bisa berguna dalam pencegahan dan
pengobatan penyakit sirosis hati adalah buah TNM dari daerah Tahiti. Buah ini sudah
diteliti oleh para ahli kesehatan dan hasilnya memang terbukti bisa menyembuhkan
secara total dari penyakit sirosis hati yang ada di dalam tubuh. Tetapi yang seperti kita
sudah ketahui, hasil yang optimal dari buah TNM ini tidak serta merta datang begitu
saja dengan cepat dan kemudian sirosis hati langsung hilang. Untuk bisa membunuh
sirosis hati ini, Anda memang perlu mengkonsumsi buah TNM ini secara terus
menerus dan berkala, sampai tubuh Anda benar-benar terbebas dari sirosis hati.
9. KOMPLIKASI
Komplikasi sirosis hepatis menurut Tarigan (2001) adalah:
1) Hipertensi portal
2) Coma/ ensefalopaty hepatikum
3) Hepatoma
4) Asites

Sistem Pencernaan Page 22


5) Peritonitis bakterial spontan
6) Kegagalan hati (hepatoselular)
7) Sindrom hepatorenal

2.2.2 KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
A. Riwayat kesehatan sekarang
pada fase ini pasien akan mengeluarkan adanya penurunan berat badan,
tidak nafsu makan (anoreksia), nyeri pada kuadran kanan atas keluhan lain
yang berhubungan dengan adanya penyakit pada fase lanjut, pasien akan
mengeluh bahwa mudah terjadi luka memar., rontok rambut, terutama di
daerah ketiak dan pubis, juga pasien juga akan mengutarakan bahwa
menstruasinya tidak teratur (pada wanita dan impoten pada pria).
B. Riwayat kesehatan masa lalu
1) perlu ditanyakan apakah adanya atau pernah ada kebiasaan
minumminum keras (alkohol).
2) Pernah menderita penyakit tertentu terutama hepatitis B, non A, non
B, hepatitis D (pernah menderita penyakit kuning) dan pernah
penyakit jantung.
3) Apakah terjadi mendapat tranfusi darah
4) Bagaimana kebiasaan pola makan
D. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita sirosis hepatis harus di lakukan secara
menyeluruh.
1) Keadaan pasien, bentuk tubuh
2) Pada sklera mata diperoleh sklera mata yang ikterus sampai dengan
kehijauan, kadang-kadang pada konjungtiva di peroleh kesan anemia.
3) Pada infeksi daerah dada di temukan adanya spider nevi atau adanya
terlihat suatu usaha dalam bernafas karena tekanan abdomen terhadap
diafragma ditemukan bulu ketiak yang rontok dan gynecomatik pada
laki-laki.
4) Pemeriksaan abdomen
a) Infeksi : perut yang membesar karena asites, adanya bayangan
vena, hernia umbilikus.

Sistem Pencernaan Page 23


b) Perkusi : adanya asites sehingga terdengar pekak
c) Palpasi : nyeri pada kuadran kanan atas, hepar membesar dan
padat teraba benjol-benjol
d) Lingkar perut : bertambah besar
D. Test diangnostik
1) Untuk memastikan sirosis hepatis dilakukan biopsi
2) Dilakukan pemerikasaan laboratorium darah : hemoglobin, leukosit,
trombosit menurun.
3) Liver fungsi test : serum albumin, cholinestrase menurun, sedangkan
billirubin, globulin, serum alkali propastase, SGOT, SGPT dan ureum
meningkat, serta protrombin time memanjang.
4) USG untuk mengetahui perbandingannya perubaha sel pernchy hati
dan jaringan fibrotik.
5) CT scan dan radioisoton memberikan informasi tentang ukuran hati,
perdarahan yang terjadi dan obstruksi pada hepar.
6) Billirubin urine meningkat, sedangkan dalamfeces menurun.
E. Tindakan medik
1) Untuk mengurangi asites, di berikan obat-obatan diuretik atau di
lakukan fungsi asites.
2) Membatasi pemberian obat-obatan yang memberatkan fungsi hepar,
misalkan : golongan sulfa, analgetik (goldipron) : antalgin, novalgin.
3) Memberikan therapi supportif : memodifikasi diet, bed rest, menjaga
keseimbangan antara istirahat dan latihan.
4) Terapi komplikasi
F. Analisa data
1. Data Subjektif
a. Cepat lelah
b. Berat badan menurun
c. Anoreksia
d. Rasa lelah
e. Gatal-gatal
f. Perut membesar
g. Meminum alkohol

Sistem Pencernaan Page 24


2. Data Objektif
a. Lemah
b. Pucat
c. Hemoglobin, leukosit, trombosit menurun
d. Asites positif
e. Icterus positif
f. Malas kurang aktivitas
g. Edema positif
h. Billirubin meningkat
i. Albumin menurun
j. Nyeri tekan kuadran atas
k. Hepar teraba benjal-benjol
l. Protombin time memanjang
2. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan utbuh b.d anoreksia
2. Ketidakseimbangan volume cairan tubuh berlebihan b.d peningkatan
tekanan intra kranial abdomen dan penurunan tekanan osmotik
3. kerusakan integeritas kulit b.d bed rest, ascites dan edema.
4. Nyeri akut b.d pembekakan hepar dan limpa
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Intervensi
No
Keperawatan NOC NIC
1 Ketidakseimbangan Setelah diberikan 1. Monitor jumlah
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan nutrisi dan
kebutuhan tubuh selama … x 24 jam kandungan kalori.
(00002) diharapkan pasien akan 2. BB pasien dalam
Domain 2 : Nutrisi : batas normal.
Kelas 1 : Makan 1. Adanya peningkatan 3. Monitor adanya
berat badan sesuai penurunan berat
Definisi :asupan dengan tujuan. badan.
nutrisi tidak cukup 2. Berat badan ideal 4. Monitor kulit kering
untuk memenuhi sesuai dengan tinggi dan perubahan
kebutuhan metabolic. badan. pigmentasi.

Sistem Pencernaan Page 25


3. Tidak terjadi 5. Monitor mual dan
Batasan penurunan berat muntah.
karakteristik badan yang berarti.
1. Nyeri abdomen
2. Menghindari
makanan
3. Berat badan 20 %
atau lebih di bawah
berat badan ideal
4. Kurang makanan
5. Kurang minat pada
makanan
6. Penurunan berat
badan dengan
asupan makanan
adekuat
7.Mambran mukosa
pucat

2 kelebihan volume Setelah diberikan 1. Auskultasi bunyi


cairan asuhan keperawatan napas untuk adanya
devinisi : diharapkan resiko tinggi krekels.
peningkatan retensi kelebihan volume 2. Catat DVJ, adanya
isotonik cairan tidak terjadi edema dependen.
batasan karakteristik dengan KH : 3. Ukur
: 1. Mempertahankan masukan/haluaran,
- Gangguan keseimbangan catat pengeluaran,
elektrolit cairan seperti sifat konsntrasi.
- Perubahan tekanan dibuktikan oleh TD 4. Hitung keseimbangan
darah dalam batas cairan.
- Edema normal. 5. Timbang berat badan
- Peningkatan 2. Tak ada distensi tiap hari
tekanan vena vena perifer/vena 6. Pertahankan

Sistem Pencernaan Page 26


sentral dan edema pemasukan total
- Distensi vena dependen. cairan 2000 ml/24
jugularis 3. Paru bersih dan jam dalam toleransi
- Gelisah berat badan stabil. kardiovaskuler.
Kolaborasi
7. Berikan diet natrium
rendah
8. Berikan diuretik,
contoh furosemid
(lazix); hidralazin
(apresoline);
spironolakton dengan
hidronolakton
(aldactone)
9. Pantau kalium sesuai
dikasi.

Kerusakan integritas Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien


kulit (00046) observasi selama 24 menggunakan
Domain 11: jam didapat hasil : pakaian yang
Keamanan/ 1. menunjukkan longgar
perlindungan dampak imobilitas . 2. Hindari kerutan pada
Kelas 2 : Cedera fisik 2. Menunjukan tempat tidur
Definisi : penyembuhan luka 3. Monitor kulit akan
Perubahan/gangguan adanya kemerahan
3 epidermis dan/atau 4. Oleskan lotion/baby
dermis. oil pada daerah yang
tertekan
Batasan
5. Jaga kebersihan kulit
karakteristik :
6. Memndikan pasien

1. kerusakan lapisan dengan sabun dn air


kulit. hangat

2. gangguan 7. Monitor aktivitas


dan mobilisasi

Sistem Pencernaan Page 27


permukaan kulit. pasien
3. invasi struktur 8. Kolaborasi
tubuh. pemberian obat.

Faktor yang
berhubungan :

Eksternal
1. zat kimia
2. usia yang ekstrem
3. imobilisasi fisik
Internal
1. perubahan
pigmentasi
2. gangguan sensasi.
4 Nyeri akut Setelah diberikan 1. Pantau atau catat
Definisi : asuhan keperawatan karakteristik nyeri,
peneglaman sensori diharapkan nyeri dada catat laporan verbal,
dan emosisonal yang hilang atau terkontrol petunjuk nonverbal,
tidak menyenangkan dengan KH: dan respon
yang muncul akibat 1) Pasien mampu hemodinamik
kerusakan jaringan mendemonstrasikan (meringis, menangis,
yang aktual atau penggunaan teknik gelisah, berkeringat,
potensial atau di relaksasi. mencengkeram dada,
gambarkan dalam hal 2) Pasien menunjukkan napas cepat,
kerusakan menurunnya TD/frekwensi
sedemikian rupa. tegangan, rileks dan jantung berubah).
mudah bergerak. 2. Ambil gambaran
Batasan karakteristik lengkap terhadap
: nyeri dari pasien
- Perubahan termasuk lokasi,
tekananan darah intensitas (0-10),
- Laporan isyarat lamanya, kualitas
- Mengekpresikan (dangkal/menyebar),

Sistem Pencernaan Page 28


perilaku dan penyebarannya.
- Indikasi nyeri dapat 3. Observasi ulang
di amati riwayat angina
- Perubahan posisi sebelumnya, nyeri
untuk menghindari menyerupai angina,
nyeri. atau nyeri IM.
Diskusikan riwayat
keluarga.
4. Anjurkan pasien
untuk melaporkan
nyeri dengan segera.
5. Berikan lingkungan
yang tenang, aktivitas
perlahan, dan
tindakan nyaman
(mis,,sprei yang
kering/tak terlipat,
gosokan punggung).
Pendekatan pasien
dengan tenang dan
dengan percaya.
6. Berikan obat sesuai
indikasi, contoh
1) Antiangina, seperti
nitrogliserin
(Nitro-Bid,
Nitrostat, Nitro-
Dur).
2) Penyekat-B,
seperti atenolol
(tenormin);
pindolol (visken);
propanolol

Sistem Pencernaan Page 29


(inderal).
3) Analgesik, seperti
morfin, meperidin
(demerol)
4) Penyekat saluran
kalsium, seperti
verapamil (calan);
diltiazem
(prokardia)

Sistem Pencernaan Page 30


BAB III
STUDI KASUS

Sistem Pencernaan Page 31


BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

Sistem Pencernaan Page 32


BAB V
PENUTUP

Sistem Pencernaan Page 33

Anda mungkin juga menyukai