Anda di halaman 1dari 118

Mengenal Bintang

Jarak, Klasifikasi Bintang dan Evolusinya (1)


Jombang, 10 November 2018
Outline
 Apakah Bintang itu?
 Jarak Bintang
 Sifat Dasar Bintang
 Klasifikasi Bintang
 Katalog Bintang
 Evolusi Bintang bermassa kecil
Melihat Bintang dari Bumi
 Berbagai posisi
 Berbagai kecerlangan
 Berbagai warna
Seperti apa
bintang itu?
 Salah satu contoh bintang
adalah Matahari.
 Mengapa bintang terlihat kecil?
Karena jaraknya sangat jauh.
 Bintang memancarkan cahaya
sendiri.
 Bintang adalah plasma yang
berbentuk bola dan ditopang
oleh gravitasinya sendiri.
Rasi Bintang

 Sejak awal kebudayaan, manusia


membuat rasi bintang maupun
asterism lain untuk keperluan
navigasi, penanda waktu, maupun
hal lainnya.
 Manusia menghafal maupun
mencatat posisi bintang dan
diwariskan secara turun-temurun.
 Setiap kebudayaan memiliki cara
menghubungkan bintang-bintang di
langit untuk membentuk suatu rasi.
 Sekarang, terdapat 88 rasi bintang
modern yang diresmikan oleh IAU
(International Astronomical Union).
• Rasi bintang tidak menggambarkan secara 3 dimensi posisi sebenarnya di langit.
Kecerlangan Bintang
• Kecerlangan bintang dipengaruhi oleh dua hal:
• Jarak Bintang
• Luminositas intrinsik bintang
• Warna bintang tidak bergantung jarak.
20 Bintang paling terang
(dilihat dari Bumi)
20 Bintang terdekat dari Bumi
 jarak benda langit dapat ditentukan dengan beberapa
cara, antara lain:
 Radar
 Parallax
Jarak Bintang  Hubungan luminositas – jarak
 Cepheid
 Supernova 1a

 Atau dengan hukum-hukum fisika dan metode pengukuran


lainnya.
Satuan jarak astronomi
1 au (astronomical unit) = ~150juta Km = jarak rata-rata
Bumi-Matahari
1 pc (parsek) = 1 detik parallax = 206265 au = 3.26 tahun
cahaya
1 tahun cahaya = jarak yang ditempuh cahaya dalam vakum
selama 1 tahun

Kecepatan cahaya (c) = 300.000 km/s


1 detik cahaya = 300.000 km
1 menit cahaya = 300.000 x 60 km
1 jam cahaya = 300.000 x 60 x 60 km
1 hari cahaya = 300.000 x 60 x 60 x 24 km
1 tahun cahaya = 300.000 x 60 x 24 x 365.25 km
Parallax Bintang
Pengamatan Parallax
 Bintang dengan parallax terbesar adalah Proxima Centauri
dengan
 p=0.772 detik busur (1 detik busur = 1/60 menit busur = 1/3600 derajat)
 d=1/0.772 = 1.295 pc = 4.22 ly
 Pengamatan parallax biasanya juga berbarengan dengan
pengamatan gerak diri bintang (proper motion) -> karena
galaksi kita dinamis, bintang-bintang juga mengorbit pusat
massa galaksi.
 Turbulensi atmosfer bumi membatasi resolusi pengamatan
parallax, seeing yang dialami atmosfer bumi rata-rata
sekitar 1 detik busur. Dengan keadaan seperti ini, kita
masih dapat mengamati parallax bintang akan tetapi
hanya sampai ketelitian 0.02 detik busur atau setara
dengan 50 pc
 Perlu pengamatan tanpa ganguan atmosfer => satelit
Pengamatan Parallax dengan Sateit
 HIPPARCOS
 GAIA
Gerak bintang relatif terhadap bumi

Pengamatan parallax terbatas pada bintang-bintang yang relatif dekat dengan Bumi,
untuk bintang yang lebih jauh harus menggunakan metode lainnya
(Wang, 2014)
Bagaimana jika sebuah bintang dilihat
menggunakan teleskop?
Bagaimana kita bisa mengetahui
karakteristik suatu bintang?
 Gelombang elektromagnetik
 Benda Hitam
 Konsep spektrum dan hukum radiasi Planck
 Ciri-ciri benda hitam
 Konsep luminositas
 Konsep magnitudo
Spektrum Elektromagnetik

 Rentang panjang gelombang elektromagnetik dari yang paling


panjang yaitu radio hingga paling pendek sinar gamma.
 Semakin tinggi frekuensi, semakin panjang gelombang,
semakin tinggi pula energinya
 Atmosfer Bumi menyerap sebagian besar panjang gelombang
elektromagnetik dari luar angkasa.
Hukum Spektrum Kirchoff
Benda Hitam

 Bintang dapat dianggap sebagai


benda hitam, yaitu benda yang
menyerap semua energi yang
datang padanya.
 Benda hitam yang ada pada
keadaan setimbang termal,
mengeluarkan radiasi sesuai
dengan hukum radiasi Planck.
Hukum Radiasi Planck
 Spektrum radiasi benda hitam dapat dinyatakan dalam kurva Planck.
 Mengukur seberapa banyak energi radiasi pada temperatur yang tertentu pada
frekuensi atau panjang gelombang yang berbeda

Domain frekuensi Domain panjang gelombang

B = intensitas spesifik
n = frekuensi (Hz)
h = konstanta planck = 6.626070040(81)×10−34 J⋅s
c = kecepatan cahaya = 299,792,458 m/s =~ 3x108 m/s
kB = konstanta Boltzmann = 1.38064852(79)×10−23 J/K.
T = temperatur
l = panjang gelombang
Hukum Wien
lmax = panjang gelombang puncak kurva planck (m)
T = temperatur (K)
b = konstanta Wien = 2.898 x 10−3 m⋅K
Luminositas

 Energi total yang dikeluarkan oleh


benda hitam pada suatu area A
bertambah berdasarkan temperatur.
 Luminositas bintang didefinisikan
dengan persamaan berikut:

L = luminositas bintang (W)


R = radius bintang (m)
s = konstanta Stefan-Boltzmann = 5.67×10−8 W·m−2·K−4.
T = temperatur efektif bintang (K)
Kecerlangan Bintang
 Bagaimana kita menyatakan kecerlangan bintang?
-> menggunakan sistem magnitudo
 Sistem magnitudo dicatat pertama kali oleh
Hipparchus (c 190 – 120 BC) dalam katalog
bintangnya: angka 1 menyatakan bintang-bintang
paling terang, dan angka 6 menyatakan bintang-
bintang paling redup.
 Definisi modern dari magnitudo dinyatakan oleh
Norman Pogson pada 1856.
 Pogson menyatakan bahwa magnitudo bintang
bersifat logaritmik.
 Bintang magnitudo 1 lebih cerah 100 kali
daripada bintang dengan magnitudo 6.
 Jadi antar magnitudo terdapat berbeda 5√100 ≈
2.512 terangnya.
Magnitudo Semu

 Magnitudo semu: magnitudo objek langit dilihat


dari tempat pengamat
 Kecerlangan semu berkurang terhadap jarak
kuadrat
Magnitudo Semu

𝐿
𝐼=
4 𝜋 𝑑2

m1 = magnitudo semu bintang yang dicari


mref = magnitudo semu bintang referensi (standard)
I1 = intensitas bintang yang diamati
Iref = intensitas bintang referensi (standard)

Biasanya menggunakan Vega sebagai standard.


Magnitudo bintang Vega secara definisi adalah 0 pada seluruh panjang
gelombang.
(tentu saja Vega tidak sama terang pada semua panjang gelombang)
Magnitudo Absolut
 Magnitdo Absolut adalah magnitudo bintang ketika
bintang tersebut berada pada jarak 10 pc dari
pengamat.
 Magnitudo absolut dinyatakan dengan persamaan:

𝑚 − 𝑀 = −5 + 5 log10 𝑑
M = magnitudo absolut
m = magnitudo semu
d = jarak bintang sebenarnya (pc)
m-M = modulus jarak
Fotometri Bintang
 Fotometri = pengukuran cahaya
 Karena sifat spektrum bintang yang
mengikuti kurva Planck, maka pengukuran
magnitudo pada rentang panjang
gelombang yang berbeda akan
menghasilkan hasil pengukuran yang
berbeda.
Konsep filter

Hanya rentang panjang gelombang tertentu yang dapat melewati filter yang digunakan
Sistem magnitudo Bintang
 Sistem fotometri standard
yang biasa digunakan
adalah sistem UBV Johnson
Morgan.
 Untuk sekarang banyak
jenis filter yang digunakan
sehingga menghasilkan
sistem yang berbeda,
dengan konsep yang sama.
 V = 1.03 berarti
"magnitudo bintang ini
pada sistem V adalah 1.03"
 B = 0.46 berarti
"magnitudo bintang ini
pada sistem B adalah 0.46"
Spektrum Bintang
Diagram H-R
 Bagaimana jika kita melakukan plot
antara temperatur efektif bintang
dengan magnitudo absolutnya nya?
-> membentuk diagram H-R
 Temperaktur efektif menjadi dasar
pembagian kelas spektrum bintang.
 Magnitudo absolut dapat dipadankan
dengan perbandingan luminositas
bintang terhadap luminositas Matahari.
 Diagram H-R memiliki pola.
 Pola pada diagram H-R menjadi salah
satu dasar pengklasifikasian bintang.
Klasifikasi Bintang
Kelas Spektrum = berdasarkan temperatur -> warna bintang
Kelas Luminositas = berdasarkan luminositas bintang

• Secara umum, Massa bintang mempengaruhi warna dari


bintang di deret utama.
• Semakin besar massa, makin besar tekanan di inti
bintang, reaksi fusi di inti semakin cepat, maka bintang
semakin panas dan terang, maka panjang gelombang
efektif bintang bergeser ke panjang gelombang yang
lebih pendek (biru)
• Semakin kecil massa bintang, tekanan di inti makin
rendah, laju reaksi ini semakin lambat, bintang makin
redup, bintang makin dingin, bintang makin berwarna
merah.
Kelas Luminositas
Kelas Spektrum Bintang

Oh Be A Fine Girl Kiss Me


Kelas Spektrum O
Kelas Spektrum B
Kelas Spektrum A
Kelas Spektrum F
Kelas Spektrum G
Kelas Spektrum K
Kelas Spektrum M
Katai Coklat (Brown Dwarf)

 Ada kelas bintang yang suhunya lebih


rendah daripada bintang kelas M, yaitu
kelas katai coklat.
 Massa katai coklat mengisi rentang
antara bintang yang paling ringan dan
planet gas yang paling berat.
 Massa Katai coklat tidak cukup untuk
melangsungkan reaksi fusi hidrogen di
intinya.
 Katai coklat menghasilkan energi dari
keruntuhan gravitasi.
 Katai Coklat digolongkan lagi menjadi
beberapa kelas: M, L, T, Y.
Katalog Bintang
 Dari survei bintang, astronom
mengkatalogkan bintang. Katalog ini
berguna untuk pengamatan maupun
penelitian ke depannya.
 Pengkatalogan bintang dimulai sejak
jaman peradaban Babilonia.
 Biasanya katalog bintang
mengandung informasi designasi
bintang, nama umum, nama khusus,
posisi, magnitudo pada panjang
gelombang tertentu, dll.
 Ada juga katalog khusus dari survei
khusus, misal katalog bintang ganda,
katalog bintang kelas M, dll
Mencari dalam katalog bintang
 Katalog bintang online:
 http://vizier.u-strasbg.fr/viz-bin/VizieR
 Bisa mencari posisi bintang pada berbagai katalog bintang dan survei, open-source.
Data Bintang
 Untuk mengetahui data untuk satu bintang
 http://simbad.u-strasbg.fr/simbad
 Lihat contoh-contoh dan jenis bintang ->>> Cek stellarium ->>>
Gugus Bintang

 Biasanya bintang lahir secara berkelompak pada


suatu gugus bintang,
 Anggota gugus bintang terikat secara gravitasi
terhadap anggota gugus yang lain.
 Gugus bintang ada 2:
 gugus terbuka
 gugus bola.
Pembangkitan Energi di dalam Bintang
 Bintang menghasilkan energinya dengan reaksi fusi di intinya.

Reaksi fusi Hidrogen terjadi


pada bintang deret utama,
ada dua proses yang terjadi
yaitu p-p chain dan sikus CNO.
P-p chain terjadi di bagian inti
bintang,
CNO cycle terjadi pada bagian
lebih dalam di inti bintang,
karena membutuhkan
temperatur yang lebih tinggi.

Reaksi fusi hidrogen terjadi


ketika temperatur
mencapai 107 K.
Semakin menuju ke pusat
bintang, semakin tinggi CNO Cycle
tekanan gravitasi, semakin
tinggi temperatur.
p-p chain
p-p chain

p-p chain I p-p chain II p-p chain III


Fusi Helium

 Terjadi pada tahap selanjutnya


evolusi bintang, ketika hidrogen
dalam inti habis dan temperatur
inti mencapai batas dapat
berlangsungnya fusi Helium.
Fusi atom yang lebih berat
 Terjadi pada bintang pada tahap evolusi lebih lanjut.
 Unsur paling berat hasil fusi bintang adalah besi (Fe)
Bagaimana terciptanya atom yang lebih
berat dari Besi (Fe)???
 Terjadi pada beberapa event
pada hasil evolusi bintang:
nova, supernova,
penggabungan bintang
neutron, meledaknya bintang
katai putih, proses kematian
bintang massa rendah,
pembentukan black hole.
 Melalui proses:
 Penangkapan neutron
 Penangkapan proton
 Proses fotodisinetegrasi
Kestabilan Bintang
Struktur
Bintang

https://universe-
review.ca/F08-
star05a.htm
Evolusi Bintang
Berapa umur bintang?

Massa bintang berpengaruh terhadap lama kehidupan bintang.


Evolusi Matahari:
Sebuah Bintang Biasa
Pembentukan Bintang
Tahap T-Tauri
 Sebelum protobintang terjadi reaksi fusi di
pusatnya, proto bintang melalui tahap T-Tauri.
 Pusat dari T-Tauri belum cukup panas untuk
melangsungkan reaksi fusi.
 Bintang-bintang T-Tauri menghasilkan energi
dari keruntuhan gravitasi.
 Bintang-bintang ini memiliki piringan
sirkumstellar seperti pada gambar di samping
 Tahap T-tauri tidak stabil jadi luminositasnya
berubah-ubah, dan sering mengeluarkan jet
serta ledakan-ledakan.
 Setelah pusat dari T-Tauri cukup untuk
mengalami reaksi fusi yang stabil, maka bintang
masuk dalam tahap ZAMS.
Evolusi Bintang pada Deret Utama

 Pada tahap evolusi deret utama, cirinya


adalah bintang secara stabil melakukan
reaksi fusi hidrogen pada intinya.

 ZAMS (Zero Age Main Sequence) adalah


titik di mana bintang pertama kali
mencapai kestabilan fusi hidrogen.
 Waktu evolusi yang dibutuhkan dari ZAMS
hingga berakhirnya tahap deret utama
bergantung massanya.
Evolusi Bintang Setelah
Deret Utama
 Pada akhir dari tahap deret utama, helium inert
hasil fusi hidrogen terakumulasi di pusat inti
bintang.
 Proses fusi hidrogen tetap terjadi di sekitar
helium inert ini.
 Tahap selanjutnya bergantung dari massa bintang.
 Untuk bintang seukuran Matahari, lapisan pembakaran
Hidrogen menghasilkan lebih banyak energi daripada ketika
tahap fusi hidrogen di inti.
 Radius bintang bertambah
 Luminositas bertambah
 Temperatur turun
 Bintang masuk pada tahap Subgiant.
 Bintang menjadi berwarna lebih merah.
Subgiant branch

 Karena inti bintang yang sedang runtuh


melepaskan energi gravitasi pada skala waktu
yang pendek, maka selubung akan membesar
dan menjadi dingin.
 Kulit fusi hidrogen menyempit dan
menghasilkan lebih banyak energi.
 Proses ini membutuhkan waktu sekitar 2 juta
tahun.
Red Giant Branch
 Selubung mendingin, opasitas naik
 Bintang masuk pada jalur hayashi yang mana
trasport energi efektif dilakukan dengan
konveksi, luminositas bintang bertambah
pada temperatur yang sama
 Berlangsung selama 0.5 juta tahun
Pembakaran Helium
 Ketika temperatur dan densitas di pusat
bintang mencapai batas untuk terjadinya
proses triple-alpha.
 Inti mengembang, mendorong kulit
hidrogen ke luar dan mengurangi total
luminositas
Helium Flash
 Bintang yang memiliki massa lebih rendah
memeliki inti elektron terrdegenerasi yang
kuat.
 Energi yang diproduksi ketika awal
pembakaran Helium digunakan untuk
menambah degenerasi daripada
mengembangkan inti bintang.
 Mengeluarkan ledakan energi
 Menghasilkan 10^11 kali luminositas
matahari dalam waktu beberapa detik
 Diserap oleh selubung dan dapat
mengakibatkan kehilangan massa bintang.
Horizontal Branch
➢ Di dalam inti bintang terjadi fusi
Helium menjadi Karbon dan Oksigen.
➢ Pembakaran Hidrogen terjadi pada
kulit inti
➢ Temperatur efektif meningkat
➢ Berlangsung selama 10 juta tahun
Instability Strip
 Ketika temperatur naik, bintang dapat
melewati pita instabilitas ini dan
mengakibatkan bintang berdenyut,
terdapat perubahan luminositas
bintang yang periodik (maupun non
periodik)
Helium-shell burning
 Ketika kulit helium terbakar di sekitar
inti Karbon Oksigen, selubung kembali
mengembang dan mendingin, menjadi
konvektif.
 Seperti pada fase Hidrogen-shell
burning.
E-AGB
(Early Asymptotic Giant Branch)
 Pembakaran kulit Helium mendominasi
pembangkitan energi
 Kulit pembakaran Hidrogen hampir
tidak aktif
AGB (Asymptotic Giant Branch)

 Ketika selubung mendingin dan mencapai


jalur Hayashi lagi kemudian naik.
TP-AGB
Thermal Pulses Asymptotic Giant Branch
 Helium hasil fusi ditumpuk pada kulit
terdegenrasi pembakaran Helium,
mengakibatkan terjadinya ledakan-ledakan.
Bintang-bintang pada AGB
 Terdapat pengurangan massa yang
cukup besar
 Temperatur efektif sekitar 3000 K
 Selimut debu menyembunyikan sebagian
besar luminositas bintang
 Bintang dapat dilihat pada cahaya
inframerah
Post-AGB

 Awan selubung mengembang dan menjadi


transparan
 Bagian dalam yang panas mulai terlihat
Planetary Nebula
 Untuk bintang bermassa rendah (mirip
matahari), inti yang panas menbuat selubung
semakin mengembang dalam waktu sekitar
200.000 tahun.
Planetary Nebula & Katai Putih

 Ketika kulit helium dan hidrogen


hilang pada pembentukan planetary
nebula, luminositas berkuran drastis
Katai Putih
 Ketika selubung telah tersebar ke ruang
antar bintang, yang tersisa hanyalah inti
panas dan kecil dari bintang tersebut.
Evolusi Bintang
Bermassa Besar
 Pertemuan selanjutnya.....
Bintang Katai Putih

 Pertemuan selanjutnya.....
Bintang
Neutron
Pertemuan selanjutnya...
Lubang Hitam
(Black Hole)
Pertemuan selanjutnya....
Bintang Ganda

 Pertemuan selanjutnya lagi...


Evolusi Bintang
Ganda Dekat
 Pertemuan selanjutnya....
Pembentukan
Planet di
Sekitar Bintang
Pertemuan selanjutnya selanjutnya lagi
Terima Kasih
Sumber data

 Wikipedia
 LCOGT
 Google
 Slide kuliah astro ITB
 IAU.org

Anda mungkin juga menyukai