Anda di halaman 1dari 6

FOTOMETRI

Tujuan Pembelajaran
1. Mendeskripsikan cahaya sebagai bentuk gelombang elektromagnet.
2. Menjelaskan sifat dasar radiasi benda hitam ( black body).
3. Membedakan energi radiasi: iradiansi, luminositas, intensitas.
4. Menjelaskan adsorbsi cahaya Bintang oleh Bumi.
5. Menjelaskan aberasi cahaya bintang.
6. Menjelaskan sistem magnitudo.
7. Menjelaskan pengukuran jarak Bintang.

SMA NEGERI 1 PADANG GELUGUR

2014

Create by: Rahmad Wasi Siregar

1
A. CAHAYA SEBAGAI BENTUK GELOMBANG ELEKTROMAGNET
 Untuk mempelajari bena-benda langit, informasi yang diterima hanyalah berupa seberkas
cahaya. Cahaya temasuk gelombang elektromagnet dan memiliki energi.
 Pancaran gelombang elektromagnet dapat dibagi menurut panjang gelombangnya (λ), yaitu:
a. Gelombang radio
b. Infra merah (λ= 7500 Å _ 1 mm)
c. gelombang optik/cahaya tampak (λ= 3800 Å _ 7500 Å)
 merah-jingga,kuning,hijau,biru,nila,ungu
λ makin kecil
d. gelombang ultraviolet, sinar-X, dan sinar Gamma (λ < 3500 Å)

 Dengan mengamati radiasi gelombang elektromagnet, dapat dipelajari beberapa hal:


a. Arah radiasi. Mengamati letak dan gerak sumber cahaya
b. Kuantitas radiasi. Mengukur kuat atau kecerahan radiasi
c. Kualitas radiasi. Mempelajari warna dan spektrum cahaya

 Radiasi suatu sumber cahaya (misal: Bintang) memiliki sifat pemancar sempurna yang
disebut benda hitam (black body).
a. Pada keadaan kesetimbangan termal, suhu benda hanya ditentukan oleh jumlah energi
yang diserapnya per detik
b. Suatu black body tidak meradiasi seluruh gelombang elekromagnet secara merata, tapi
dapat meradiasi cahaya biru lebih banyak dibanding cahaya merah, atau sebaliknya.

Panjang gelombang maksimum (λmax) radiasi black body dapat ditentukan dengan Hukum
Wien, yaitu:

k = tetapan Wien (2,89 x 10-3 meter)


T = suhu (Kelvin)

 Hukum Wien ini menyatakan bahwa makin tinggi suhu suatu black body, makin
kecil panjang gelombangnya.

B. ENERGI CAHAYA: IRADIANSI, LUMINOSITAS, INTENSITAS


 Iradiansi: Jumlah energi (Fluks) radiasi black body tiap luas lingkaran permukaannya.

 Luminositas: Jumlah energi (Fluks) radiasi black body tiap luas bola permukaanya perdetik.

 Intensitas: Fluks energi yang diterima permukaan Bumi pada jarak d terhadap black body
tiap satuan luas permukaan Bumi perdetik.

keterangan:
σ = tetapan Stefan-Boltzman
= 5,67 x 10-8 watt/m2K4
Contoh: T = suhu black body
Energi radiasi Matahari (sebagai black body) R = radius black body
yang diterima Bumi. d = jarak black body _ benda lainnya

2
 Adsorbsi cahaya Bintang oleh Bumi
Sebelum cahaya Bintang tertangkap oleh pengamat, cahaya tersebut akan melewati atmosfer
Bumi terlebih dahulu. Partikel gas dalam atmosfer akan menyerap cahaya tadi sehingga cahaya
yang sampai pada pengamat di Bumi akan berkurang dan bintang akan nampak lebih redup.
 Aberasi cahaya Bintang
Dalam pengamatan, posisi bintang di langit ternyata berubah-ubah dan tidak tepat bersesuaian
dengan posisinya. Cahaya bintang yang sampai pada pengamat dapat dianggap terbelokkan,
akibat gerak Bumi mengelilingi Matahari. Jika kita berada di dalam mobil yang diam saat hujan,
akan nampak butir hujan yang jatuh tegak lurus (jika angin tidak bertiup) ke atap mobil, tapi
jika mobil begerak kencang nampaklah jika butir-butir hujan terlihat menghantam langsung kaca
depan mobil. Dari jendela di samping Anda, butir hujan terlihat jelas menempuh arah miring
(sudut) yang berlawanan gerak mobil Anda.

C. SISTEM MAGNITUDO
 Magnitudo
adalah tingkat kecerlangan suatu Bintang. Skala magnitudo berbanding terbalik dengan
kecerlangan Bintang, artinya makin terang suatu bintang makin kecil skala magnitudonya.

 Magnitudo Semu (m)


 Hipparchus membagi terang Bintang dalam 6 skala berdasarkan penampakannya dengan
kasat mata (magnitudo semu/terang semu). Bintang paling terang tergolong magnitudo
ke-1 hingga Bintang paling lemah yang masih bisa dilihat dengan mata temasuk
magnitudo ke-6.

 Jhon Herschel menemukan bahwa kepekaan mata dalam menilai terang Bintang bersifat
logaritmik. Pogson mendefinisikan skala satuan magnitudo secara lebih tegas, yaitu:
keterangan:
mA = magnitudo semu Bintang A
 Tinjau dua Bintang, maka: mB = magnitudo semu Bintang B
EA = fluks energi Bintang A
EB = fluks energi Bintang B

 Magnitudo Mutlak (M)


 Untuk manyatakan terang sejati suatu Bintang, digunakan magnitudo mutlak, yaitu
tingkat kecerlangan sesungguhnya suatu Bintang apabila Bintang itu diamati dari jarak
10 parsec dari Bumi. (1 pc = 3,26 tahun cahaya)
keterangan:
 Tinjau dua Bintang, maka: E’ = L / 4π(10 parsec)2
MA = magnitudo mutlak Bintang A
MB = magnitudo mutlak Bintang B
LA = luminositas Bintang A
LB = luminositas Bintang B

3
 Modulus Jarak (m-M)
Jika magnitudo semu dan magnitudo
mutlaknya diketahui, jarak sebuah Bintang
terhadap pengamat di Bumi dapat dihitung, keterangan:
m-M = modulus jarak
yaitu:
d = jarak Bintang ke pengamat di Bumi (pc)

 Sistem Manitudo UBV


 Sebelum fotografi berkembang, manitudo Bintang ditentukan dengan mata. Kepekaan
mata untuk λ yang berbeda tidak sama. Mata terutama peka untuk cahaya kuning hijau
(λ = 5500 Å). Magnitudo yang diukur pada daerah ini disebut magnitudo visual (mvis).

 Setelah fotografi berkembang, magnitudo Bintang ditentukan secara fotografi yang peka
untuk cahaya biru-ungu (λ = 4500 Å). Magnitudo yang diukur pada daerah ini disebut
magnitudo fotografi (mfot).

 Untuk suatu Bintang, mvis berbeda nilainya dengan mfot. Selisih kedua magnitudo itu
disebut Indeks Warna/Color Index (CI).
CI = mfot _ mvis
Makin panas atau makin biru suatu Bintang, semakin kecil indeks warnanya.

 Jhonson dan Morgan, mengajukan sistem magnitudo UBV, yaitu:


U = magnitudo semu daerah ultraungu ( λ = 3500 Å)
B = magnitudo semu daerah biru ( λ = 4350 Å)
V = magnitudo semu daerah visual ( λ = 5550 Å)

Dalam sistem UBV, indeks warna adalah U_B dan B_V


Makin panas atau makin biru suatu Bintang, semakin kecil indeks warnanya.
Dalam sistem UBV, Bintang Vega ditentukan sebagai Bintang Standar sehingga
U=B=V atau U_B = B_V=0

 Magnitudo Bolometrik
 adalah magnitudo Bintang yang diukur dari seluruh panjang gelombang. Sehingga dapat
memberikan informasi mengenai total energi radiasi Bintang (Luminositas), yang
dibandingkan dengan magnitudo mutlak bolometrik Matahari (Mbol⨀ = 4,74), maka:

 Modulus Jarak untuk magnitudo bolometrik:


(d dalam parsec)

 Hubungan magnitudo mutlak dengan magnitudo bolometrik disebut Bolomeetric


Correction (BC). yaitu:

 Untuk Bintang yang sangat panas, sebagian besar energinya dipancarkan pada daerah
ultraviolet (harga BC besar). Untuk Bintang yang sangat dingin, sebagian besar
energinya dipancarkan pada daerah inframerah (harga BC besar). Untuk Bintang yang
suhunya sedang, sebagian besar radiasinya pada daerah visual (harga BC kecil).

4
D. PENGUKURAN JARAK BINTANG
 Metode penentuan jarak dalam astronomi dinyatakan dalam meter, kilometer, Astronomical
Unit (SA), light year (tahun cahaya), dan parsec.
1 SA = 150 juta km
1 tahun cahaya = 9,46 x 1013 km
1 parsec = 3,26 tahun cahaya = 206265 SA

 Dalam perhitungan jarak bintang yang dekat, sering digunakan metode paralaks, yaitu
pengamatan pergeseran posisi bintang terhadap bintang latar jika dilakukan dengan
membandingkan posisi bintang pada bulan Januari dan Juli.

keterangan:
d⨀ = jarak Bumi-Matahari (1 SA atau 1 AU)
d⋆ = jarak Matahari-Bintang
p = sudut paralaks bintang

Berlaku persamaan:
p = d⨀ / d⋆ p dalam radian
p = d⨀ / d⋆ p dalam detik busur dan jarak dalam tahun cahaya

karena 1 radian = 206265” , maka:

p = 206265d⨀/d⋆ p dalam detik busur

 Satu parsec (parallax second) adalah jarak sebuah bintang yang paralaksnya satu detik busur
(1” ), yaitu:
p = 1 / d⋆ ( p dalam detik busur dan d⋆ dalam parsec)
Contoh:
Bintang Sirius memiliki paralaks 0,38”, maka ⋆ itu terletak pada jarak 2,63 parsec dari Bumi.

1 derajat = 60 menit busur = 3600 detik busur

E. DIAMETER SUDUT

keterangan:
α = diameter sudut
d = diameter benda
Berlaku: sin α = d/r r = jarak benda terhadap pengamat

5
L A T I H A N

1. Perbedaan antara panjang hari matahari dan B. Bumi akan melewati meridian pengamat di
sideris disebabkan oleh…(OSP 2010) Bulan sekitar 29,5 hari sekali
A. presesi equinox C. Bumi akan selalu diamati dalam fase purnama
B. gangguan Bulan pada orbit Bumi D. Matahari selalu bergerak lebih lambat dari
C. gangguan Bumi pada orbit Bulan Bumi
D. pelambatan rotasi Bumi E. wajah Bumi yang diamati dari Bulan selalu
E. gerak rotasi dan revolusi Bumi sama dari waktu ke waktu

2. Cari pernyataan yang benar sehubungan dengan 7. Pernyataan paling tepat tentang gerak relatif Bulan
kalender Julian…(OSP 2004) terhadap latar belakang bintang-bintang adalah…
A. satu tahun rata-rata 365,25 hari A. ke arah barat sepanjang ekliptika dengan laju
B. tahun 700, 2001, dan 2100 adalah bukan tahun 13 derajat/hari
kabisat B. ke arah timur sepanjang ekliptika dengan laju
C. tahun kabisat dalam kalender Julian lebih 13 derajat/hari
sedikit daripada tahun kabisat kalender C. ke arah utara kutub langit
Gregorian D. ke arah barat sepanjang ekuator langit dengan
D. tahun 2000, 2004, dan 2010 adalah tahun laju 13 derajat/hari
kabisat
E. A,B,C, dan D tidak benar 8. Bulan pada fase seperempat akhir melintasi
meridian pengamat pada waktu lokal…
3. Pilih pernyataan yang benar!…(OSP 2004) A. 18.00
A. jika Bulan hari ini terbit pukul 18.00, besok B. 12.00
hari ia akan terbit pada waktu yang sama C. 24.00
B. di Kutub Utara selama bulan Juli, Matahari D. 06.00
tidak pernah terbenam 9. Bulan berumur 3 hari paling baik diamati pada
C. pada setiap bulan baru akan selalu terjadi saat…
Gerhana Matahari A. tengah malam
D. dalam orbitnya mengelilingi Bumi, Bulan B. sesaat setelah Matahari terbit
selalu menampakkan muka yang sama karena C. sesaat setelah Matahari terbenam
Bulan tidak berotasi pada sumbunya D. sebelum Matahari terbit
E. terjadi 4 musim di Bumi disebabkan oleh
perputaran Bumi pada porosnya

4. Joko melihat Bulan 3 hari sebelum lebaran idul


Fitri, Ini berarti…
A. Joko melihatnya pada pagi hari
B. Joko melihatnya pada sore hari
C. Joko melihatnya pada tengah malam
D. Joko melihatnya pada siang hari
E. Joko salah mengamati

5. Peter mengamati langit pada pukul 11malam pada


tanggal 1 mei, agar dapat mengamati latar
belakang bintang yang sama pada tanggal 1 April,
maka dia harus mengamati pada pukul…
A. 9 malam
B. 10 malam
C. 10.30 malam
D. 11.30 malam
E. 1 dini hari

6. Jika kita berada di suatu tempat di permukaan


bulan, maka yang kita amati adalah…
A. panjang satu hari satu malam di Bulan sama
dengan panjang interval waktu dari purnama ke
purnama Bulan yang diamati dari Bumi

Anda mungkin juga menyukai