Anda di halaman 1dari 10

LUMINOSITAS DAN

MAGNITUDO
ASTRONOMI CLUB
SMANSA
LUMINOSITAS
 Di dalam astronomi, luminositas adalah jumlah cahaya atau energi
yang dipancarkan oleh sebuah bintang ke segala arah per satuan
waktu. Biasanya satuan luminositas dinyatakan dalam watt (satuan
internasional), erg per detik (satuan cgs) atau luminositas matahari.
Dengan menganggap bahwa bintang adalah sebuah benda hitam
 sempurna, maka luminositasnya adalah,

dimana L adalah luminositas, 
σ adalah tetapan Stefan-Boltzmann, 
R adalah jari-jari bintang
Te adalah temperatur efektif bintang.
 Jika jarak bintang dapat diketahui, misalnya dengan
menggunakan metode paralaks, luminositas sebuah
bintang dapat ditentukan melalui hubungan

dengan E adalah fluks pancaran, 


L adalah luminositas
Dan
 d adalah jarak bintang ke pengamat.
MAGNITUDO
 Secara tradisi kecerahan bintang dinyatakan dalam satuan magnitudo.
Kecerahan bintang yang kita amati, baik menggunakan mata telanjang
maupun teleskop, dinyatakan oleh magnitudo tampak (m) atau
magnitudo semu.
 Secara tradisi magnitudo semu bintang yang dapat dilihat oleh mata
telanjang dibagi dari 1 hingga 6,
 di mana satu ialah bintang paling cerah, dan 6 sebagai bintang paling
redup.
 Terdapat juga kecerahan yang diukur secara mutlak, yang menyatakan
kecerahan bintang sebenarnya. Kecerahan ini dikenal sebagai magnitudo
mutlak (M), dan terentang antara +26.0 sampai -26.5.
 Magnitudo adalah besaran lain dalam menyatakan fluks pancaran, yang
terhubungkan melalui persamaan

dimana m adalah magnitudo semu dan E adalah


fluks pancaran
 Bintang-bintang dilihat dari Bumi hanya titik kerlap-kerlip
cahaya. Cahaya yang terlihat oleh mata sebagai salah satu
informasi dari bintang yang didapatkan tanpa alat apapun.
Sebelum meningkatnya polusi cahaya yang signifikan, bisa
melihat bintang-bintang dengan mudah dan sangat banyak.
 Pada sekitar abad ke-2 SM, salah satu ilmuwan bernama
Hipparchus mengamati adanya perbedaan terangnya cahaya
bintang yang dilihat oleh mata. Oleh karena itu, Hipparchus
membuat suatu skala untuk mendefinisikan kecerlangan
bintang yang disebut magnitudo. Skala magnitudo dari 1-6.
 Skala 1 untuk bintang yang paling terang dan skala 6 untuk
bintang yang paling kurang terang.
 Semakin kecil skalanya semakin terang bintang tersebut.
Hipparchus berhasil membuat katalog berisikan 850 bintang
 Pada abad ke-19, John Herschel mendapatkan bahwa
mata kita bersifat logaritmik dalam merespon perbedaan
kecerlangan dua objek sehingga perbedaan 1 magnitudo
diantara 2 bintang menyiratkan rasio yang tetap diantara
kecerlangan 2 bintang tersebut.
 Berdasarkan hal tersebut, Norman R. Pogson pada tahun
1856 menemukan hubungan antara magnitudo dengan
fluks bintang yang diterima.
 Berikut rumus Pogson:

m1-m2= -2,512 log(E1/E2)


 E merupakan energi dari bintang yang diterima oleh pengamat
yang berjarak r per satuan luas (fluks yang diterima).
 m merupakan magnitudo bintang yang lebih dikenal dengan
magnitudo semu bintang.
 Simbol m disebut magnitudo semu bintang karena magnitudo
tersebut tidak menggambarkan kecerlangan bintang sebenarnya,
banyak faktor yang perlu dikoreksi salah satunya jarak.
 Bintang yang magnitudonya kecil belum tentu sebenarnya ia
memang bintang yang kecerlangannya besar bisa saja karena
jaraknya dekat dengan Bumi.
 Untuk menggunakan rumus tersebut, bisa menggunakan
matahari sebagai perbandingan. Nilai m dan E matahari bisa
didapat dari pengamatan.
 Magnitudo semu dan fluks yang diterima bukan nilai intrinsik
dari bintang tersebut.
 Oleh karena itu, perlu adanya definisi yang menggambarkan
nilai kecerlangan intrinsik bintang tersebut.
 Bintang dimisalkan diletakkan pada jarak 10 Pc sehingga
magnitudo yang didapat tidak bergantung pada jarak.
Magnitudo ini disebut magnitudo mutlak (M). Selanjutnya,
energi yang dipancarkan oleh bintang ke segala arah per detik
disebut luminositas (L). Seperti halnya m dan E, M dan L bisa
dituliskan hubungan keduanya secara matematis:
M1-M2= -2,512 log(L1/L2)
 Nilai M dan L Matahari bisa digunakan untuk mendapatkan
luminositas atau magnitudo mutlak bintang-bintang lainnya.
 Sebelumnya disebutkan E merupakan energi dari bintang yang sampai
ke pengamat yang berjarak r maka jika diketahui jarak bintang ke
pengamat maka Luminositas bintang dapat dihitung.
 Hubungan antara L dan E bisa dituliskan seperti di bawah ini:

E=L/4πr2
 Persamaan diatas disebut hukum kuadrat kebalikan. Untuk
menghitung jarak (r) bisa dengan metode paralaks atau metode lainnya
yaitu Modulus jarak.
 Modulus jarak menggunakan M dan m karena magnitudo mutlak
sudah ditentukan jaraknya 10 Pc sehingga bisa mencari nilai jarak
bintang yang sebenarnya. Persamaan untuk modulus jarak sebagai
berikut:
m-M= -5+5 log r
 Jarak bisa juga disimbolkan dengan d, satuan r pada modulus jarak
yaitu parsek (pc).
LATIHAN SOAL
 sebuah bintang memiliki luminositas = 4,5 x 1026 J dan
radiasi dari bintang tersebut maksimum pada panjang
gelombang 520 nm. Tentukan jari jari bintang tersebut
 sebuah bintang memiliki kecerlangan semu = 2,35 x 10 -
14
W/m2. Jika magnitude mutlak bintang = 2,3
magnitudo. Hitung lah jarak bintang tersebut (dalam pc)

Anda mungkin juga menyukai