Anda di halaman 1dari 7

Written by : Irfan Aditya Dharma, S.T., M.Eng. version 1.

RUMUS-RUMUS PENTING ASTRONOMI

A. Konsep Waktu
1. Penentuan waktu di tempat yang berlainan
Kota Greenwich memiliki bujur (λ) = 0 o atau memiliki standard waktu GMT 0h. Tempat di sebelah
barat Greenwich memiliki waktu yang lebih lambat sedangkan tempat di sebelah timurnya
memiliki waktu yang lebih cepat. Perbedaan bujur (Δλ) 1 o memiliki perbedaan waktu 4m maka Δλ
= 15o memiliki perbedaan waktu 1h.
2. Konversi waktu lokal/waktu matahari ke waktu bintang/Local Siderial Time (LST)
Setiap harinya bintang lebih cepat terbit 3 m56s ≈ 4m dari matahari. Contoh : Misalkan suatu
bintang hari ini terbit pada pukul 19.00 waktu lokal maka keesokan harinya bintang akan terbit
kurang lebih pada pukul 18.56 waktu lokal.

Standard Acuan
Tanggal&Bulan Waktu Lokal LST RAʘ HAʘ δʘ Lokasi
23 September 00.00 00.00 12h 12h 00o Titik musim gugur
(Autumnal Equinox)
22 Desember 00.00 06.00 18h 06h -23,5o Titik musim dingin
21 Maret 00.00 12.00 00h 00h 00o Titik musim semi (Vernal
Equinox)
22 Juni 00.00 18.00 06h 18h +23,5o Titik musim panas
Contoh :
Tentukan LST pada pukul 20.00 waktu lokal tanggal 01 Januari!
Jawab : Gunakan acuan tanggal terdekat yaitu 22 Desember. Selisih tanggal 01 Januari dengan
tanggal 22 Desember adalah 10 hari maka selisih waktunya 10 x 4 m = 40 menit.
Sedangkan selisih totalnya (dihitung dari tanggal 23 September) adalah 6h + 40 m =
6h40m. Karena LST selalu lebih cepat dari waktu lokal maka LST = waktu lokal + selisih
total = 20.00 + 06.40 = 26.40. Karena LST lebih dari 24.00 maka LST = 26.40 – 24.00 =
2.40 (keesokan harinya).
3. Hubungan Local Siderial Time (LST) , Hour Angle (HA), dan Asensiorekta (RA)
LST = HA + RA
Catatan : RA matahari selalu berubah secara periodik tiap tahun. Sedangkan RA bintang relatif
tetap (perubahannya sangat kecil, baru terlihat setelah kurang lebih 50 tahun).
4. Menghitung setengah busur siang atau lama waktu bintang/matahari berada di atas horizon
cos HA1/2 (setengah busur siang) = -tanδ(deklinasi) x tanф(lintang pengamat)
Maka lama waktu bintang/matahari berada di atas horizon = 2 x HA 1/2

B. Pengukuran Sudut dan Paralaks


1. Sudut

1o = 60’ (menit busur) = 3600” (detik busur)


2. Jarak Sudut
Lebar bentangan sudut suatu benda (matahari, bintang, planet, dll) yang dilihat oleh pengamat
pada jarak tertentu disebut diameter/radius sudut.

1
Written by : Irfan Aditya Dharma, S.T., M.Eng. version 1.3

Besar diameter sudut benda (θ), dengan radius r, dan berada pada jarak d dari pengamat,
dinyatakan dengan persamaan sederhana :

Untuk sudut θ yang sangat kecil tan θ ≈ sin θ ≈ θ (dalam radian) maka :
r
tan θ ≈ sin θ ≈ θ (radian) =
d
r
Bila dinyatakan dalam derajat menjadi : θ (o) = 57,29
d
r
Dalam detik busur menjadi : θ (“) = 206265
d
3. Paralaks Trigonometri
1
p (“) =
d∗¿ ¿
dengan : p = paralaks trigonometri (“)
d* = jarak bintang dari matahari/bumi
jika paralaks tidak diukur dari bumi (misalkan diukur
dari satelit atau planet lain) maka :
dp
p (“) =
d∗¿ ¿
dengan : dp = jarak satelit atau planet ke matahari (SA)

C. Astrofisika
1. Gelombang

dengan : c = kecepatan cahaya dalam ruang vakum = 299.792 km/s ≈ 3x108 m/s
λ = panjang gelombang (m)
f = frekuensi (Hz) = 1/T(periode); T dalam sekon.
2. Energi per satuan luas (Radiasi) yang dipancarkan oleh benda hitam/bintang (Fluks pancar)
F = σT4
dengan : F = Fluks Pancar (W/m 2) σ = Konstanta Stefan-Boltzmann = 5,672x10 -8
T = Suhu (K) W/m2K4
3. Energi total yang dipancarkan oleh benda hitam/bintang (Luminositas)
L = 4πR2σT4
dengan : L = Luminositas (W)
R = Radius benda hitam/bintang (bintang dianggap bola sempurna) (m)
σ = Konstanta Stefan-Boltzmann = 5,672x10 -8 W/m2K4
T = Suhu (K)
4. Energi yang diterima oleh pengamat (Fluks terima)
E = L/4πd2
dengan : E = Fluks terima (W/m 2) d = jarak pengamat ke
L = Luminositas (W) bintang (m)
σ = Konstanta Stefan-Boltzmann

2
Written by : Irfan Aditya Dharma, S.T., M.Eng. version 1.3

= 5,672x10-8 W/m2K4
5. Total energi matahari yang diterima planet
Eplanet = AE
dengan : Eplanet = Total energi matahari yang diterima planet (W)
E = Fluks terima planet (W/m 2)
A = Luas proyeksi energi yang diterima planet (m 2) = Luas penampang lingkaran =
πr2 dengan r = radius planet (m)
6. Albedo
energi matahari yang dipantulkan
Albedo = energi matahari yang datang
maka energi total yang diserap planet
Eserap = (1-Albedo)AE
dengan : Eserap = Total energi matahari yang diserap planet (W)
E = Fluks terima planet (W/m 2)
A = Luas proyeksi energi yang diterima planet (m 2) = Luas penampang lingkaran =
πr2 dengan r = radius planet (m)
7. Suhu efektif planet
T = {(1-Albedo)E/4σR2}1/4
dengan : T = Suhu efektif planet (K)
E = Fluks terima planet (W/m 2)
σ = Konstanta Stefan-Boltzmann = 5,672x10 -8 W/m2K4
R = Radius Planet (m)
8. Hubungan suhu dengan kecepatan gerak molekul
3 kT
V=
√ m
dengan : T = Suhu molekul (K) k = konstanta Boltzmann = 1,38x10-23 J/K
m = massa molekul (kg)
9. Hukum pergeseran Wien

dengan : λmaks = panjang gelombang saat intensitas maksimum (cm)


Tef = Temperatur efektif bintang (K)
10. Magnitudo
E1
m1-m2 = -2,5log E
2
dengan : E1 = Fluks terima dari bintang pertama
m1 = Magnitudo semu bintang pertama (W/m2)
m2 = Magnitudo semu bintang kedua E2 = Fluks terima dari bintang kedua (W/m 2)
L1
M1-M2 = -2,5log L
2
dengan : E1 = Luminositas bintang pertama (W)
M1 = Magnitudo mutlak bintang pertama E2 = Luminositas bintang kedua (W)
M2 = Magnitudo mutlak bintang kedua
11. Modulus Jarak
m-M = -5+5logd

3
Written by : Irfan Aditya Dharma, S.T., M.Eng. version 1.3

dengan : m = Magnitudo semu bintang d = jarak bintang (pc)


M = Magnitudo mutlak
bintang
12. Absorpsi
m-M = -5+5logd+A
dengan : m = Magnitudo semu bintang
M = Magnitudo mutlak bintang
d = jarak bintang (pc)
A = Koefisien absorpsi oleh Materi Antar Bintang (MAB)
13. Gerak Bintang
 Gerak radial (Efek Doppler); Gerakan searah pengamat

dengan : Δλ = λ-λo
λ = Panjang gelombang benda langit (yang diukur)
λo = Panjang gelombang diam
Vr = Kecepatan radial benda langit
c = kecepatan cahaya dalam ruang vakum = 299.792 km/s ≈ 3x108 m/s
 Gerak tangensial (Proper motion); Gerakan tegak lurus pengamat
atau

dengan : Vt = Kecepatan tangensial benda langit (km/s)


ω = Gerak sejati bintang/Proper motion (“/tahun)
d = jarak benda langit (pc)
p = paralaks benda langit (“)
 Gerak linier

dengan : Vt = Kecepatan tangensial benda


langit (km/s)
Vr = Kecepatan radial
benda langit (km/s)

D. Mekanika Benda Langit


1. Parameter elips
x2 y 2
Persamaan elips : + =1 untuk pusat (0,0)
a2 b 2

4
Written by : Irfan Aditya Dharma, S.T., M.Eng. version 1.3

(4.5) b=a √ (1−e2 )


jika e = 0 maka c = 0 sehingga a = r (radius)  lingkaran
0<e<1 maka 0<c<a  elips dengan tingkat kepipihan yang berbeda-beda
e = 1 maka c = a  parabola
e > 1 maka c > a  hiperbola
2. Hukum II Newton
ΣF = m.a
dengan : ΣF = Jumlah gaya-gaya yang bekerja pada suatu sistem (N)
m = massa sistem (kg)
a = percepatan sistem (m/s 2)
3. Hukum Gravitasi Newton
m1 m 2
F=G
r2
dengan : F = Gaya gravitasi (N) G = konstanta gravitasi = 6,67x10 -11 Nm2/kg2
m1 = massa benda pertama (kg) r = jarak kedua benda (m)
m2 = massa benda kedua (kg)
4. Hukum III Kepler
T2
=k dengan : T = periode (s)
a3
a = setengah sumbu mayor (m)
4 π2
k = jika satuan dalam SI (Satuan Internasional) 
G(M 1+ M 2 )
untuk sistem bintang ganda
k = (M1+M2) jika T dalam tahun, a dalam SA, dan (M1+M2) dalam
massa matahari  untuk sistem bintang ganda
4π2
k = jika satuan dalam SI (Satuan Internasional)  untuk
GM
sistem dengan M2 << M1 sehingga M2 dapat diabaikan (contoh: tata
surya)
k = 1 jika T dalam tahun dan a dalam SA  untuk sistem tata surya
5. Kecepatan orbit

5
Written by : Irfan Aditya Dharma, S.T., M.Eng. version 1.3

GM 2 πr
Vo =
r√atau Vo =
1
T
untuk orbit lingkaran

2 1 2
{ ( )}
Vo = GM r − a untuk orbit elips
dengan : Vo = Kecepatan orbit benda (m/s) r = jarak benda ke pusat massa (m)
M = massa benda yang diitari (kg) a = setengah sumbu mayor (m)

6. Kecepatan lepas
2 GM
Vesc =
√ r
dengan : Vesc = kecepatan lepas benda (m/s)

M = massa benda yang diitari (kg)


r = jarak benda ke pusat massa (m); untuk lintasan elips
jarak r diambil pada posisi benda berada (misal pada saat
benda berada di jarak terdekat maka r = jarak terdekatnya)

7. Kekekalan energi mekanik


Em1 = Em2
Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2
−GM 1 −GM 1
+ m v1 2 = + m v 22
r1 2 r2 2

Ep2 = energi potensial pada kondisi akhir


Ek2 = energi kinetik pada kondisi akhir
dengan : m = massa benda (kg)
Em1 = energi mekanik pada kondisi awal M = pusat massa (kg)
Em2 = energi mekanik pada kondisi akhir v1 = kecepatan benda pada kondisi awal (m/s)
Ep1 = energi potensial pada kondisi awal v2 = kecepatan benda pada kondisi akhir (m/s)
Ek1 = energi kinetik pada kondisi awal r1 = jarak benda pada kondisi awal
r2 = jarak benda pada kondisi akhir
8. Kekekalan momentum sudut
L1 = L2
mv1r1 = mv2r2
dengan : r1 = radius putar benda pada kondisi
L1 = momentum sudut pada kondisi awal (m)
awal v2 = kecepatan benda pada kondisi akhir
L2 = momentum sudut pada kondisi (m/s)
akhir r2 = radius putar benda pada kondisi
m = massa benda (kg) akhir (m
v1 = kecepatan benda pada kondisi awal (m/s)

E. Tata Surya
1. Hukum Titius Bode

6
Written by : Irfan Aditya Dharma, S.T., M.Eng. version 1.3

Setiap planet diberi nomor : 0 (merkurius), 3 (venus), 6 (bumi), 12 (mars), 24 (jupiter), ...., dst
Maka jarak tiap planet ke matahari dihitung menggunakan persamaan :
r = (nomor + 4)/10 (SA)

F. Kosmologi
1. Persamaan Hubble
Kecepatan menjauh dari galaksi berbanding lurus dengan jaraknya dari bumi
(pengamat).
V = Hd
dengan : V = kecepatan menjauh galaksi (km/s)
H = tetapan Hubble = 50 – 70 km/s/Mpc
d = jarak galaksi dari bumi (pengamat) (Mpc)
2. Perhitungan usia alam semesta
T = 1/H
dengan : T = usia alam semesta (s)
H = tetapan Hubble = 50 – 70 km/s/Mpc

Anda mungkin juga menyukai