Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Leukorea merupakan salah satu masalah yang banyak dikeluhkan wanita mulai dari
usia muda sampai usia tua. Lebih dari sepertiga penderita yang berobat ke klinik-
klinik ginekologi di Indonesia mengeluh adanya leukorea (fluor albus) dan lebih dari
80% diantaranya adalah yang patologis. Leukorea yang patologis diakibatkan oleh
infeksi pada alat reproduksi bagian bawah atau pada daerah yang lebih proksimal,
yang bisa disebabkan oleh infeksi gonokokkus, trikomonas, kandida, klamidia,
treponema, human papiloma virus, herpes genitalis. Penularannya dapat terjadi
melalui hubungan seksual. Leukorea patologis dapat juga disebabkan oleh
neoplasma/keganasan, benda asing, menopause, dan erosi. Leukorea fisiologis
dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menars, saat ovulasi, karena rangsangan
seksual, kehamilan, mood/stress, penggunaan kontrasepsi hormonal, pembilasan
vagina yang rutin.1
Penelitian secara epidemiologi, leukorea patologis dapat menyerang wanita
mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal
tingkat pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya, meskipun kasus ini lebih banyak
dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah.
Dalam program keluarga berencana leukorea juga merupakan salah satu efek yang
sering dikeluhkan oleh akseptor pemakai kontrasepsi hormonal dan IUD, namun
masih dianggap steril (fisiologis). Leukorea juga sering merupakan komplikasi yang
dikeluhkan oleh penderita diabetes mellitus dan pemakai kortikosteroid atau
antibiotik dalam waktu lama.1
Masalah leukorea ini bagi wanita terasa sangat mengganggu baik dalam
kehidupannya sehari-hari maupun dalam hubungan dengan suami. Rasa tidak
nyaman, ketidaktentraman bekerja, rasa rendah diri, cemas akan kemungkinan
kanker, publikasi atau cerita tetangga atau teman di kantor tentang akibat adanya
leukorea ini menyebabkan sebagian kecil wanita mencari pertolongan pada dokter
tetapi sebagian lagi berusaha mencari kesembuhan dengan pengobatan tradisional
seperti dibasuh dengan air sirih dan minum ramuan jamu. Kendala yang dihadapi
oleh para wanita dan para dokter adalah seringnya dijumpai kasus yang kronis
karena ketidaktahuan dari wanita dan terapinya tidak adekuat. 1

1
Leukorea atau keputihan merupakan keluhan dari alat kandungan yang
banyak ditemukan di poliklinik KIA, Kebidanan dan Kulit Kelamin. Frekuensi leukorea
di bagian Ginekologi RSCM Jakarta adalah 2,2% dan di RS Sutomo Surabaya
adalah 5,3%. Keluhan ini terutama banyak diderita oleh kaum wanita yang telah
menikah, dari yang mengira bukan merupakan suatu penyakit sampai yang dapat
berakibat ketidak-harmonisan rumah tangga, bahkan fatal. Umumnya mereka
datang berobat bila disertai rasa gatal dan atau rasa sakit yang sangat, karena fluor
albus dinilai merupakan sesuatu yang sangat pribadi atau memalukan. 2
Keputihan (fluor albus) merupakan masalah yang sangat besar bagi wanita.
Sebagian besar keputihan disebabkan oleh golongan jamur kandida meskipun dapat
disebabkan oleh mikroorganisme yang lain seperti kuman gonococus, herpes
genitalis, dan sebagainya.3
Sebelum pubertas, normalnya perempuan tidak memiliki keputihan, kecuali
jika terjadi infeksi atau iritasi vagina. Setelah pubertas, estrogen (hormon wanita)
menyebabkan vagina memproduksi sekret (cairan) yang menjaga tetap lembab dan
bersih. Cairan ini keluar dari vagina sebagai duh tubuh vagina (leukorea). Setelah
menopause, kadar estrogen menurun dan keputihan juga akan menurun. 4

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Leukorea (fluor albus/white discharge/keputihan/vaginal discharge/duh tubuh vagina)


adalah pengeluaran cairan dari alat genitalia yang tidak berupa darah. Cairan ini
dalam keadaan normal tidak sampai keluar, sedangkan cairan yang keluar dari
vagina tidak semua merupakan keadaan yang patologis. Gardner menyatakan
bahwa leukorea adalah keluhan penderita berupa pengeluaran sekresi vulvovagina
yang bervariasi baik dalam jumlah, bau, maupun konsistensinya. 1
Kebanyakan duh tubuh vagina adalah normal. Akan tetapi, jika duh tubuh
yang keluar tidak seperti biasanya baik warna ataupun penampakannya, atau
keluhannya disertai dengan nyeri, kemugkinan itu merupakan tanda adanya sesuatu
yang salah. Duh tubuh vagina merupakan kombinasi dari cairan dan sel yang secara
berkelanjutan melewati vagina. Fungsi dari duh tubuh vagina adalah untuk
membersihkan dan melindungi vagina.5

Gambar 2.1. Leukorea dan asalnya8

2.2. Etiologi

3
Etiologi leukorea sampai sekarang masih sangat bervariasi sehingga disebut
multifaktorial.1 Beberapa etiologi dari leukorea antara lain: 6
1. Non infeksi (noninfective)
 Fisiologis
 Polip servikal dan ektopi
 Benda asing seperti tampon yang tertinggal (retained tampon)
 Dermatitis vulva
 Lichen planus erosif
 Keganasan traktus genitalia (kanker servik,kanker uterus, kanker
ovarium)
 Fistula
2. Nonsexually transmitted infection:
 Vaginosis bakteri, paling sering terjadi pada wanita seksual aktif yang
memiliki riwayat penyakit menular seksual berulang.
 Infeksi kandida, disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari candida
albicans.
3. Sexually transmitted infection:
 Chlamydia trachomatis
 Neisseria gonorrhoeae
 Trichomonas vaginalis

Gambar 2.2. Beberapa mikroorganisme penyebab keputihan


2.3. Epidemiologi

Penyebab tersering dari leukorea patologis pada wanita hamil adalah vaginosis
bakterial yang kejadiannya dua kali lebih sering dari kandidiasis vaginal. 50% kasus
vaginosis bakterial adalah asimtomatik sehingga prevalensi yang sebenarnya masih
belum diketahui. Penyebab infeksi tersering adalah kandidiasis vulvovaginal yang
menyerang sekitar 75% wanita selama masa reproduksi mereka. 6

4
Leukorea atau keputihan merupakan keluhan dari alat kandungan yang
banyak ditemukan di poliklinik KIA, Kebidanan dan Kulit Kelamin. Frekuensi leukorea
di bagian Ginekologi RSCM Jakarta adalah 2,2% dan di RS Sutomo Surabaya
adalah 5,3%.2

2.4. Klasifikasi

2.4.1. Leukorea fisiologis


Leukorea fisiologis adalah cairan yang keluar dari vagina yang bukan darah dengan
sifat yang bermacam-macam baik warna, bau, maupun jumlahnya. Leukorea
fisiologis terdapat pada bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, karena
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin; saat menars,
karena pengaruh estrogen dan biasanya akan hilang dengan sendirinya;
rangsangan seksual sebelum dan pada waktu koitus akibat transudasi dinding
vagina; saat ovulasi, berasal dari sekret kelenjar serviks uteri yang menjadi lebih
encer; saat kehamilan, mood (perasaan hati), stress; saat pemakaian kontrasepsi
hormonal; pembilasan vagina secara rutin.1
Vagina merupakan organ berbentuk tabung yang panjangnya berkisar antara
8 – 10 cm, berdinding tipis dan elastis yang ditutupi epitel gepeng berlapis pada
permukaan dalamnya. Lapisan epitel vagina tidak mempunyai kelenjar dan folikel
rambut, dinding depan dan dinding belakang saling bersentuhan. Pada keadaan
normal, cairan yang keluar dari vagina wanita dewasa sebelum menopause terdiri
dari epitel vagina, cairan transudasi dari dinding vagina, sekresi dari endoserviks
berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah yang bervariasi
serta mengandung berbagai mikroorganisme terutama laktobasilus doderlein. 1
Basil doderlein mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjaga
suasana vagina dengan menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis karena
basil doderlein mempunyai kemampuan mengubah glikogen dari epitel vagina yang
terlepas menjadi asam laktat, sehingga vagina tetap dalam keadaan asam dengan
pH 3,0 – 4,5 pada wanita dalam masa reproduksi. Suasana asam inilah yang
mencegah tumbuhnya mikroorganisme patologis.1
Apabila terjadi suatu ketidakseimbangan suasana flora vagina yang
disebabkan oleh beberapa faktor maka terjadi penurunan fungsi basil doderlein
dengan berkurangnya jumlah glikogen karena fungsi proteksi basil doderlein

5
berkurang maka terjadi aktivitas dari mikroorganisme patologis yang selama ini
ditekan oleh flora normal vagina. Progresivitas mikroorganisme patologis secara
kinis akan memberikan suatu reaksi inflamasi di daerah vagina. Sistem imun tubuh
akan bekerja membantu fungsi dari basil doderlein sehingga terjadi pengeluaran
lekosit PMN maka terjadilah leukorea. 1
Sekret vagina secara normal mengandung: sel epitel vagina, terutama yang
paling luar (superfisial) yang terkelupas dan dilepaskan ke dalam rongga vagina;
beberapa sel darah putih (leukosit). Bakteri-bakteri yang normal terdapat dalam
vagina antara lain basil doderlein yang berbentuk batang-batang gram positif dan
merupakan flora vagina yang terbanyak, beberapa jenis kokus seperti streptokokus,
stapilokokus, dan eschericia coli.1
leukorea normal bisa merupakan kombinasi hasil sekresi dari vulva, vagina,
tuba fallopi, uterus, dan serviks. Jumlah, konsistensi, dan warna dari leukorea
berubah-ubah sesuai dengan perubahan hormon di dalam tubuh kita menurut siklus
haid. Tabel di bawah ini menjelaskan leukorea normal. 7

Tabel 2.1. leukorea berhubungan dengan siklus haid

2.4.2. Leukorea patologis

6
Leukorea patologis disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, parasit, virus, benda
asing, menopause, neoplasma/keganasan pada alat genitalia, dan erosi. Infeksi oleh
bakteri diantaranya gonokokkus, klamidia trakomatis, gardnerella vaginalis,
treponema pallidum. Leukorea patologis oleh jamur biasanya disebabkan oleh
spesies kandida, cairan yang keluar dari vagina biasanya kental, berwarna putih
susu, dan sering disertai rasa gatal, vagina tampak kemerahan akibat peradangan.
Etiologi terbanyak leukorea karena parasit biasanya disebabkan trikomonas
vaginalis. Cara penularan penyakit ini melalui senggama, walaupun jarang dapat
juga ditularkan melalui perlengkapan mandi, seperti handuk atau bibir kloset. Cairan
yang keluar dari vagina biasanya banyak, berbuih, menyerupai air sabun dan
berbau. Leukorea oleh parasit ini tidak selalu gatal, tetapi vagina tampak kemerahan
dan timbul rasa nyeri bila ditekan atau perih bila berkemih. Leukorea akibat infeksi
virus sering disebabkan oleh kondiloma akuminata dan herpes simpleks tipe 2.
Cairan di vagina sering berbau, tanpa rasa gatal. 1

Gambar 2.3. Berbagai jenis duh tubuh vagina (vaginal discharge) 9

Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang
dipakai pada waktu senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita
dengan prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran cairan vagina yang
berlebihan. Jika rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi
infeksi penyerta dari flora normal yang berada di dalam vagina sehingga timbul
keputihan.1
Kanker akan menyebabkan leukorea patologis akibat gangguan pertumbuhan
sel normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel bertumbuh sangat cepat

7
secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan
akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan
oksigen pada sel kanker tersebut. Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran
cairan yang banyak disertai bau busuk akibat terjadinya proses pembusukan tadi
dan seringkali disertai oleh adanya darah yang tidak segar. 1
Leukorea pada menopause tidak semua patologis. Pada saat menopause sel
– sel pada serviks uteri dan vagina mengalami hambatan dalam pematangan sel
akibat tidak adanya hormon pemacu, yaitu estrogen. Vagina menjadi kering dan
lapisan sel menjadi tipis, kadar glikogen menurun dan basil doderlein berkurang.
Keadaan ini memudahkan terjadinya infeksi karena tipisnya lapisan sel epitel
sehingga mudah menimbulkan luka dan akibatnya timbul leukorea. 1
Pada masa reproduksi wanita, umumnya epitel kolumnar endoserviks lebih
keluar ke arah porsio sehingga tampak bagian merah mengelilingi ostium uteri
internum. Bila daerah merah ini terkelupas akan memudahkan terjadinya infeksi
penyerta dari flora normal di vagina sehingga timbul leukorea. Menurut Hamperl dan
Kaufman (1959) penyebab erosi ini tidak diketahui, kemungkinan terjadi akibat
kenaikan estrogen.1

2.5. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan dalam serta pemeriksaan laboratorium. 1

8
2.5.1. Anamnesis1
Yang harus diperhatikan dalam anamnesis adalah:
a. Usia. Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau
pada wanita dewasa, leukorea yang terjadi mungkin karena pengaruh
estrogen yang tinggi dan merupakan leukorea yang fisiologis. Wanita dalam
usia reproduksi harus dipikirkan kemungkinan suatu penyakit hubungan
seksual (PHS) dan penyakit infeksi lainnya.
b. Pada wanita dengan usia yang lebih tua harus dipikirkan kemungkinan
terjadinya keganasan terutama kanker serviks.
c. Metode kontrasepsi yang dipakai. Pada penggunaan kontrasepsi hormonal
dapat meningkatkan sekresi kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat
dengan adanya infeksi jamur. Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan
infeksi atau iritasi pada serviks yang meragsang sekresi kelenjar serviks
menjadi meningkat.
d. Kontak seksual. Untuk mengantisipasi leukorea akibat PHS seperti gonorea,
kondiloma akuminata, herpes genitalis, dan sebagainya. Hal yang perlu
ditanyakan adalah kontak seksual terakhir dan dengan siapa dilakukan.

9
e. Perilaku. Pasien yang tinggal di asrama atau bersama dengan teman-
temannya kemungkinan tertular penyakit infeksi yang menyebabkan
terjadinya leukorea cukup besar. Contoh kebiasaan yang kurang baik adalah
tukar menukar peralatan mandi atau handuk.
f. Sifat leukorea. Hal yang harus ditanyakan adalah jumlah, bau, warna, dan
konsistensinya, keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan telah
berapa lama kejadian tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara
detail karena dengan mengetahui hal – hal tersebut dapat diperkirakan
kemungkinan etiologinya.
g. Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi. Pada
kedua keadaan ini leukorea yang terjadi biasanya merupakan hal yang
fisiologis.
h. Masa inkubasi. Bila leukorea timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau
pengaruh zat kimia ataupun pengaruh rangsangan fisik.

2.5.2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dalam 1


Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya
yang mungkin berkaitan dengan leukorea. Pemeriksaan yang kusus harus dilakukan
adalah pemeriksaan genitalia yang meliputi: inspeksi dan palpasi genitalia eksterna;
pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks; pemeriksaan pelvis
bimanual. Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan lendir
serviks.

Pada infeksi karena gonokokkus, kelainan yang dapat ditemui adalah


orifisium uretra eksternum merah, edema dan sekret yang mukopurulen, labio
mayora dapat bengkak, merah, dan nyeri tekan. Kadang-kadang kelenjar Bartolini
ikut meradang dan terasa nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan
melalui spekulum terlihat serviks merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.
Pada trikomonas vaginalis dinding vagina tampak merah dan sembab.
Kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang tampak sebagai
granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry appearance. Bila sekret
banyak dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia
eksterna.
Infeksi Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan vagina yang
berwarna hiperemis, sekret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai

10
lapisan tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang
disertai lendir bercampur darah yang keluar dari ostium uteri internum.
Pada kandidiasis vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva dan
vagina, pada dinding vagina sering terdapat membran-membran kecil berwarna
putih, yang jika diangkat meninggalkan bekas yang agak berdarah.
Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna merah dengan
permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang menjadi granuler,
berbenjol-benjol dan ulseratif disertai adanya jaringan nekrotik. Disamping itu
tampak sekret yang kental berwarna coklat dan berbau busuk. Pada kanker serviks
lanjut, serviks menjadi nekrosis, berbenjol-benjol, ulseratif dan permukaannya
bergranuler, memberikan gambaran seperti bunga kol.
Adanya benda asing dapat dilihat dengan adanya benda yang mengiritasi
seperti IUD, tampon vagina, pesarium, kondom yang tertinggal dan sebagainya.

2.5.3. Pemeriksaan laboratorium1


Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
a. Penentuan pH. Penentuan pH dengan indikator pH (3,0 – 4,5)
b. Penilaian sediaan basah. Penilaian diambil untuk pemeriksaan sediaan basah
dengan KOH 10%, dan pemeriksaan sediaan basah dengan garam fisiologis.
Trikomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan garam fisiologis sebagai
parasit berbentuk lonjong dengan flagelanya dan gerakannya yang cepat.
Sedangkan kandida albikans dapat dilihat jelas dengan KOH 10% tampak sel
ragi (blastospora) atau hifa semu. Vaginitis nonspesifik yang disebabkan
gardnerella vaginalis pada sediaan dapat ditemukan beberapa kelompok
basil, lekosit yang tidak seberapa banyak, dan banyak sel-sel epitel yang
sebagian besar permukaannya berbintik-bintik. Sel-sel ini disebut clue cell
yang merupakan ciri khas infeksi gardnerella vaginalis.
c. Pewarnaan gram. Neisseria gonorrhea memberikan gambaran adanya
gonokokkus intra dan ekstraseluler. Gardnerella vaginalis memberikan
gambaran batang-batang berukuran kecil gram negatif yang tidak dapat
dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel dengan kokobasil, tanpa ditemukan
laktobasil.
d. Kultur. Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti,
tetapi seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam
penafsiran.
e. Pemeriksaan serologis. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi
herpes genitalis dan human papiloma virus dengan pemeriksaan ELISA.

11
f. Tes Pap Smear. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya
keganasan pada serviks

2.6. Penatalaksanaan

2.6.1. Preventif1
Pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
a. Memakai alat pelindung. Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan
tertularnya penyakit karena hubungan seksual, salah satunya dengan
menggunakan kondom. Kondom dinilai cukup efektif dalam mencegah
penularan PHS.
b. Pemakaian obat atau cara profilaksis. Pemakaian antiseptik cair untuk
membersihkan vagina pada hubungan yang dicurigai menularkan penyakit
kelamin relatif tidak ada manfaatnya jika tidak disertai dengan pengobatan
terhadap mikroorganisme penyebab penyakitnya. Pemakaian obat antibiotik
dengan dosis profilaksis atau dosis yang tidak tepat juga akan merugikan
karena selain kuman tidak terbunuh juga terdapat kemungkinan kebal
terhadap obat jenis tersebut. Pemakain obat mengandung estriol baik krem
maupun obat minum bermanfaat pada pasien menopause dengan gejala
yang berat.
c. Pemeriksaan dini. Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan
melakukan pemeriksaan pap smear secara berkala. Dengan pemeriksaan
pap smear dapat diamati adanya perubahan sel-sel normal menjadi kanker
yang terjadi secara berangsur-angsur, bukan secara mendadak.

2.6.2. Kuratif1
Terapi leukorea harus disesuaikan dengan etiologinya
a. Parasit. Pada infeksi trikomonas vaginalis diberikan metronidazol 3x250 mg
peroral selama 10 hari. Karena sering timbul rekurens, maka dalam terapi
harus diperhatikan adanya infeksi kronis yang menyertainya, pemakaian
kondom dan pengobatan pasangannya. Selain itu dapat juga digunakan
sediaan klotrimazol 1x100 mg intravaginal selama 7 hari.
b. Jamur. Pada infeksi kandida albikans dapat diberikan mikostatin 10.000 unit
intravaginal selama 14 hari. Untuk mencegah timbulnya residif tablet vaginal
mikostatin ini dapat diberikan seminggu sebelum haid selama beberapa
bulan. Obat lainnya adalah itrakonazol 2x200 mg peroral dosis sehari.
c. Bakteri.
1. Untuk gonokokkus dapat diberikan: tetrasiklin 4x250 mg peroral/hari
selama 10 hari atau dengan kanamisin dosis 2 gram IM. Obat lainnya
12
adalah sefalosporin dengan dosis awal 1 gram selanjutnya 2x500
mg/hari selama 2 hari. Sedangkan pada wanita hamil dapat diberikan
eritromisin 4x250 mg peroral/hari selama 10 hari atau spektinomisin
dosis 4 gram IM.
2. Gardnerella vaginalis dapat diberikan clindamycin 2x300 mg peroral/
hari selama 7 hari. Obat lainnya metronidazole 3x250 mg peroral/hari
selama 7 hari (untuk pasien dan suaminya).
3. 3. Klamidia trakomatis diberikan tetrasiklin 4x500 mg peroral/hari
selama 7 – 10 hari.
4. 4. Treponema pallidum diberikan Benzatin Penisilin G 2,4 juta unit IM
dosis tunggal atau Doksisiklin 2x200 mg peroral selama 2 minggu.

d. Virus.
1. Virus Herpes tipe 2: dapat diberikan obat anti virus dan simtomatis
untuk mengurangi rasa nyeri dan gatal, serta pemberian obat topikal
larutan neutral red 1% atau larutan proflavin 0,1%.
2. Human papiloma virus: pemberian vaksinasi mungkin cara
pengobatan yang rasional untuk virus ini, tetapi vaksin ini masih
dalam penelitian.
3. Kondiloma akuminata dapat diobati dengan menggunakan suntikan
interferon suatu pengatur kekebalan. Dapat diberikan obat topikal
podofilin 25% atau podofilotoksin 0,5% di tempat dimana kutil berada.
Bila kondiloma berukuran besar dilakukan kauterisasi.
e. Vaginitis lainnya.
1. Vaginitis atropika. Pengobatan yang diberikan adalah pemberian krem
estrogen dan obat peroral yaitu stilbestrol 0,5 mg/hari selama 25 hari
persiklus atau etinil estradiol 0,01 mg/hari selama 21 hari persiklus.
2. Vaginitis kronis/rekurens. Perlu diperhatikan semua faktor predisposisi
timbulnya keluhan leukorea serta pengobatan pada pasangannya.
Bila pada kultur ditemukan hasil positif sebaiknya diberikan
pengobatan sebelum menstruasi selama 3 bulan berturut-turut
dengan clotrimazole 1x100 mg intravaginal selama 5 hari atau
ketokonazole 2x200 mg dimulai hari pertama haid.
3. Vaginitis alergika. Pengobatan pada kasus ini adalah dengan
menghindari alergen penyebabnya, misalnya terhadap tissue, sabun,
tampon, pembalut wanita. Pada kasus yang dicurigai vaginitis alergika
tetapi tidak diketahui penyebabnya dapat diberikan antihistamin.

13
4. Vaginitis psikosomatis. Untuk mengobati pasien ini perlu pendekatan
psikologis bahwa ia sebenarnya tidak menderita kelainan yang berarti
dan hal tersebut timbul akibat konflik emosional. Pendekatan yang
memandang pasien sebagai manusia seutuhnya yang tidak terlepas
dari lingkungannya harus dipikirkan.

14
Gambar 2.4. Alur diagnosa dan tatalaksana leukorea 10

15
Gambar 2.5. Alur diagnosa dan tatalaksana vaginal discharge syndrome11

16
2.7. Komplikasi


Pada kasus yang tidak diobati, infeksi vagina sederhana dapat menyebar ke
traktus reproduksi bagian atas dan menybabkan penyakit lain yang lebih
serius, dan dalam waktu yang lama dapat terjadi infertilitas 6

Seperti halnya apabila benda asing bertahan di dalam tubuh dapat terjadi
toxic shock syndrome6

Polip servikalis umumnya tidak membahayakan walaupun dapat
menyebabkan infertilitas pada waktu berkembang sangat besar 6

Adanya komplikasi yang spesifik berhubungan dengan leukorea pada
kehamilan seperti kelahiran prematur, ruptur membrane yang prematur, berat
badan bayi lahir rendah, dan endometritis paska kelahiran. 6

2.8. Prognosa

Vaginosis bakterial mengalami kesembuhan rata-rata 70 – 80% dengan
regimen pengobatan yang telah dibahas sebelumnya. 6

Kandidiasis mengalami kesembuhan rata-rata 80 - 95%. 6

Trikomoniasis mengalami kesembuhan rata-rata 95%. 6

BAB III
KESIMPULAN

Leukorea merupakan salah satu masalah yang banyak dikeluhkan wanita mulai dari
usia muda sampai usia tua. Leukorea (fluor albus/white discharge/keputihan/vaginal
discharge/duh tubuh vagina) adalah pengeluaran cairan dari alat genitalia yang tidak
berupa darah. Kebanyakan duh tubuh vagina adalah normal. Akan tetapi, jika duh
tubuh yang keluar tidak seperti biasanya baik warna ataupun penampakannya, atau

17
keluhannya disertai dengan nyeri, kemugkinan itu merupakan tanda adanya sesuatu
yang salah. Duh tubuh vagina merupakan kombinasi dari cairan dan sel yang secara
berkelanjutan melewati vagina. Fungsi dari duh tubuh vagina adalah untuk
membersihkan dan melindungi vagina.
Etiologi leukorea sampai sekarang masih sangat bervariasi sehingga disebut
multifaktorial. Leukorea fisiologis adalah cairan yang keluar dari vagina yang bukan
darah dengan sifat yang bermacam-macam baik warna, bau, maupun jumlahnya.
Leukorea fisiologis terdapat pada bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari,
karena pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin; saat
menars, karena pengaruh estrogen dan biasanya akan hilang dengan sendirinya;
rangsangan seksual sebelum dan pada waktu koitus akibat transudasi dinding
vagina; saat ovulasi, berasal dari sekret kelenjar serviks uteri yang menjadi lebih
encer; saat kehamilan, mood (perasaan hati), stress; saat pemakaian kontrasepsi
hormonal; pembilasan vagina secara rutin. Leukorea patologis disebabkan oleh
infeksi bakteri, jamur, parasit, virus, benda asing, menopause,
neoplasma/keganasan pada alat genitalia, dan erosi. Infeksi oleh bakteri diantaranya
gonokokkus, klamidia trakomatis, gardnerella vaginalis, treponema pallidum.
Leukorea patologis oleh jamur biasanya disebabkan oleh spesies kandida, cairan
yang keluar dari vagina biasanya kental, berwarna putih susu, dan sering disertai
rasa gatal, vagina tampak kemerahan akibat peradangan.
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan dalam serta pemeriksaan laboratorium. Yang harus diperhatikan dalam
anamnesis adalah usia, metode kontrasepsi yang dipakai, kontak seksual, perilaku,
sifat leukorea, menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi,
masa inkubasi. Pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dalam yang perlu
diperhatikan adalah ciri-ciri duh tubuh di alat reproduksi wanita tersebut yang akan
disesuaikan dengan penyebabnya. Sedangkan pemeriksaan laboratorium yang perlu
dilakukan adalah penentuan pH, penilaian sediaan basah, pewarnaan gram, kultur,
pemeriksaan serologis, tes pap smear.
Penatalaksanaan leukorea meliputi preventif dan kuratif. Preventif
diantaranya memakai alat pelindung, pemakaian obat atau cara profilaksis, dan
pemeriksaan dini. Sedangkan terapi kuratif harus disesuaikan dengan etiologinya.

18
ILUSTRASI KASUS I
A. IDENTITAS
Nama : Ny. N
Umur : 24 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Pamulang Baru RT 05/04 No.22, Pamulang, Tang-Sel
Tgl Pemeriksaan : 16 Agustus 2011
No. RM : 1087644

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan autoanamnesis pada tgl 16 Agustus 2011

Keluhan Utama
Keluar cairan putih sejak 2 Minggu SMRS.

19
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli Kebidanan RSUP Fatmawati dengan keluhan keluar cairan
berwarna putih dan menggumpal dari vagina sejak 2 Minggu SMRS. Pasien
menyatakan pada awalnya cairan tersebut hanya berupa bercak warna putih-
kekuningan, jumlahnya cukup banyak, gatal (+), bau amis (-), rasa panas
dikemaluan (+). nyeri setelah BAK (-). Pasien menyangkal menggunakan pakaian
(celana) yang ketat. Stress disangkal oleh pasien. Pasien mengeluh nyeri ketika
berhubungan seksual dan merasa kemaluan sedikit panas. Pasien menyangkal
menggunakan pakaian (celana) yang ketat. Pasien belum pernah mengobati
keputihannya sebelumnya.

Status Pernikahan
Menikah 1x, usia pernikahan 4 bulan, masih menikah.

Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 th
Siklus : 28 hari, teratur
Banyaknya : 2-3x pembalut / hari
Dismenorrhoe :-
Lamanya : 5 hari
HTA : 2 Agustus 2011

Riwayat Kehamilan
-

Riwayat KB
-
Riwayat Pengobatan Dahulu
Tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi (-), DM (-), asma (-), sakit jantung (-), alergi obat (-)
20
Riwayat Operasi
Tidak pernah

Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi (-), sakit jantung (-), asma (-), DM (-).

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaraan : Compos mentis
Tanda vital
TD:110/70 mmHg; N: 88 X/’; P: 18 X/’; S: 36,2 ºC

Status Generalis dalam batas normal


Kepala : normochepali, rambut hitam, lurus, distribusi merata

Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Telinga : normotia, serumen +/+, sekret -/-

Hidung : normosepta, sekret -/-, tidak ada nafas cuping hidung

Tenggorokan : faring tidak hiperemis, tonsil T1T1 tidak hiperemis

Leher : pembesaran kelenjar (-), kelenjar tiroid tidak teraba

membesar

Thoraks

Cor : BJI-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Sn Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Mammae : simetris, retraksi puting -/-, benjolan -/-.

Kulit : turgor baik

Abdomen : BU (+) normal, Nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan

21
lien tidak teraba membesar, murphy sign (-), nyeri
ketuk

CVA -/-, tanda-tanda akut (-), turgor turun

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada oedem, atrofi otot (-), turgor baik
Status Ginekologis
Anogenital
Inspeksi : uretra tenang, vulva kemerahan
Inspekulo : portio licin, fluor (+) seperti tepung susu, strawberry cervix (-)

D. RESUME
Anamnesis :
Pasien ♀, 24 tahun, datang ke poli Kebidanan RSUP Fatmawati dengan keluhan
keluar cairan berwarna putih dan menggumpal dari vagina sejak satu bulan SMRS.
Pasien menyatakan pada awalnya cairan tersebut hanya berupa bercak warna putih
kekuningan, jumlahnya cukup banyak, gatal (+), bau amis (-), rasa panas vulva(+).
Nyeri ketika berhubungan seksual, rasa panas di vagina.
Pemeriksaan fisik:
Dalam Batas Normal
Status Ginekologis
Anogenital
Inspeksi : uretra tenang, vulva kemerahan
Inspekulo : portio licin, fluor (+) seperti tepung susu, strawberry cervix (-)

E. DIAGNOSIS
Fluor Albus ec susp Candida albicans

F. PENATALAKSANAAN
- Flagystatin 1x1 ovula (5 hari)
- Clindamycin 2x300 mg
- Hygiene vulva dan perineum

ILUSTRASI KASUS II

22
I. IDENTITAS
Nama : Nn. R M

Umur : 24 thn

Agama : Islam

Pendidikan : Tamat SLTA

Suku/Bangsa : Jawa

Alamat : Jln. Kenanga VI Blok G, Tangerang Selatan.

Tanggal Pemeriksaan : 18 Agustus 2011

No. R. M : 1085465

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 18 Agusts 20121.

A. Keluhan Utama
Pasien datang ke poli RSUP Fatmawati dengan keluhan keluar
cairan menggumpal berwarna putih susu dari vagina sejak satu bulan

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poli RSUP Fatmawati dengan keluhan keluar
cairan menggunpal putih susu dari vagina sejak satu bulan. Pasien
sudah pernah berobat ke poli satu minggu yang lalu dengan keluhan
yang sama dan sudah diberi obat. Namun sampai obat habis, cairan
tersebut tetap keluar. Tidak ada rasa gatal, tidak nyeri, dan berbau.
Pasien mempunyai riwayat sudah berhubungan seksual dengan
pacarnya sejak 6 Bulan.

23
.

C. Status Pernikahan
Belum menikah

D. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 th

Siklus : 28 hari

Banyaknya : 2-3x pembalut / hari

Dismenorrhoe : sedikit

Teratur : teratur

Lamanya : 5-7 hari

HPHT : 4 Agustus 2011

E. Riwayat Kehamilan
Belum pernah hamil

F. Riwayat KB
(-)

G. Riwayat Pengobatan Dahulu


Tidak ada

H. Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada

24
I. Riwayat Operasi
Tidak pernah

J. Riwayat Penyakit Keluarga


hipertensi (-), sakit jantung (-), asma (-), DM (-).

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
Keadaan umum : sakit sedang

Kesadaraan : Compos mentis

Tanda vital

TD : 120/80 mmHg

N : 88 X/’

P : 20 X/’

S : 36,5 ºC

BB : 38 kg

Kepala : normochepali, rambut hitam, lurus, distribusi merata

Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Telinga : normotia, serumen +/+, sekret -/-

Hidung : normosepta, sekret -/-, tidak ada nafas cuping hidung

Tenggorokan : faring tidak hiperemis, tonsil T1T1 tidak hiperemis

Leher : pembesaran kelenjar (-), kelenjar tiroid tidak teraba

membesar

25
Thoraks

Cor : BJI-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Sn Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Mammae : simetris, hiperpigmentasi pada kedua areola, retraksi


puting -/-, benjolan -/-.

Kulit : turgor baik

Abdomen : BU (+) normal, Nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan

lien tidak teraba membesar, murphy sign (-), nyeri


ketuk

CVA -/-, tanda-tanda akut (-), turgor turun

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada oedem, atrofi otot (-), turgor
menurun

B. Status Ginekologis
Anogenital

Inspeksi : vulva dan uretra tenang, edema (-), varices (-).

Inspekulo : portio licin, ostium tertutup, fluor (+), fluxus (-)

VT : Cavum uteri dalam ukuran normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium (11 Agustus 2011)

SEKRET VAGINA / URETRA

Pemeriksaan Natif

Trikomonas : tidak ditemukan

26
Pewarnaan Gram Vagina

Bakteri : - Kuman gram negatif diplococci tidak


ditemukan

- Ditemukan kuman gram negatif batang


Leukosit : - 0 – 2 / Lapang Pandang

Lain – lain : - Jamur tidak ditemukan

- Epitel : + / posiive
- Clue cell ditemukan

V. RESUME
Pasien ♀, 24 th, datang ke poli RSUP Fatmawati dengan keluhan
keluar cairan menggunpal putih susu dari vagina sejak satu bulan SMRS.
Pasien sudah pernah berobat ke poli satu minggu yang lalu dengan keluhan
yang sama dan sudah diberi obat. Namun sampai obat habis, cairan tersebut
tetap keluar. Tidak ada rasa gatal, tidak nyeri, dan berbau. Pasien
mempunyai riwayat sudah berhubungan seksual dengan pacarnya dua kali.

Dari pemeriksaan fisik semua dalam batas normal.

Status Ginekologis

Anogenital

Inspekulo : portio licin, ostium tertutup, fluor (+), fluxus (-)

VT : Cavum uteri dalam ukuran normal

Dari hasil laboratorium ditemukan :

27
Pewarnaan Gram Vagina

Bakteri : Ditemukan kuman gram negatif batang

Leukosit : - 0 – 2 / Lapang Pandang

Lain – lain : Epitel : + / posiive

Clue cell ditemukan

VI. DIAGNOSIS
Fluor Albus e.c Bakterial Vaginosis

VII. PENATALAKSANAAN
Rencana terapi:

Klindamisin 2 x 300 mg selama 7 hari

Rencana edukasi :

1. Menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap


kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana
dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana
terlalu ketat.
2. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat
cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan

VIII. PROGNOSIS
Bonam

Ilustrasi kasus pertama. Didapatkan bahwa keputihan yang terjadi dan disertai
rasa gatal mengarah ke infeksi jamur, Pada pemeriksaan ginekologis didapatkan
vulva pasien tampak kemerahan, inspekulo didapatkan fluor berwarna putih seperti
tepung susu sehingga diagnosis kerja pada pasien adalah fluor albus ec susp

28
Candida albicans. Diberikan Clindamycin digunakam untuk vaginosis bakterialis,
karena masih memungkinkan desebabkan oleh bakteri, Klindamisin 300 mg, 2 x
sehari selama 7 hari. Sama efektifnya dengan metronidazol untuk pengobatan
bakterial vaginosis dengan angka kesembuhan 94%.
Flagystatin termasuk dalam preparat obat untuk beberapa kondisi vagina
dimana terdapat 2 sediaan yaitu sediaan krim dan ovula. Pada beberapa ilustrasi
kasus di atas yang digunakan adalah sediaan ovula di mana dalam sediaan tersebut
mengandung Metronidazole 500 mg dan nystatin 100.000 IU. Pemberian
metronidazole, walaupun lebih tepat diberikan pada infeksi Trichomonas, dapat juga
diberikan pada infeksi Gardnerella vaginalis. Sedangkan nystatin 100.000 IU sudah
sesuai dengan literature untuk diberikan pada infeksi Candida albicans.

Ilustrasi kasus Kedua, Fluor albus (leukorea) berdasarkan definisinya adalah


cairan yang keluar dari alat genital wanita yang tidak berupa darah melainkan
berupa keputihan. Pada pasien ini Nn. R M. 24 tahun datang ke poliklinik RSF
dengan keluhan keluar cairan menggunpal putih susu dari vagina sejak satu bulan
yang lalu. Tidak ada rasa gatal dan nyeri pada daerah genital dan cairan berbau.

Untuk mendiagnosis adanya suatu fluor albus dilakukan pemeriksaan fisis


dan laboratorium. Pada pemeriksaan fisis, status ginekologis menunjukan adanya
fluor saat dilakukan pemeriksaan dengan inspekulo. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan adanya bakteri gram negatif batang dan adanya clue cell. Hal ini sesuai
dengan kriteria Amsel (1983) yang berpendapat bahwa terdapat tiga dari empat
gejala, yaitu :

1. Adanya sekret vagina yang homogen, tipis, putih, melekat pada


dinding vagina dan berwarna seperti susu.
2. Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah
3. Tes amin positif duh
4. pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.
Berdasarkan data – data yang ditemukan seperti yang telah disebutkan diatas, maka
pasien ini didiagnosis sebagai fluor albus e.c bakterial vaginosis. Pada
penatalaksanaannya diberikan klindamisin 2 x 300 mg Sselama 7 hari

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Ramayanti. Pola Mikroorganisme Fluor Albus Patologis Yang Disebabkan


Oleh infeksi Pada Penderita Rawat Jalan Di Klinik Ginekologi Rumah Sakit
Umum Dr.Kariadi Semarang. Semarang: Bagian Obstetri Dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2004. (Diakses tanggal 10
Agustus 2011). Diunduh dari:
http://eprints.undip.ac.id/12387/1/2004PPDS3634.pdf.
2. Tjitra E, Reny M, Dewi R M. Karakteristik Penderita Fluor Albus di Puskesmas
Cempaka Putih Barat I Jakarta. Jakarta: Pusat Penelitian Penyakit Menular,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen kesehatan RI.
(Diakses tanggal 10 Agustus 2011). Diunduh dari:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_074_kulit_%28i%29.pdf
3. Nasution M A. Mikologi Dan Mikologi Kedokteran Beberapa pandangan
Dermatologis. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Bidang
Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin Pada Fakultas Kedokteran, Diucapkan Di
hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara. Medan: Gelanggang
Mahasiswa, Kampus USU. 2005. (Diakses tanggal 10 Agustus 2011).
Diunduh dari:
http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2005/ppgb_2005_mansur_amirsyam
_nasution.pdf.
4. Anonim. Vaginal Discharge. Reviewed June 2010, Pubished October 2010.
Pharmaceutical Society Of Australia. Self Care Health Advice For Live.
(Diakses tanggal 10 Agustus 2011). Diunduh dari:
http://www.nationalpharmacies.com.au/library/Vaginal_Discharge_Oct2011_V
4.pdf

30
5. Mayo clinic staff. Vaginal discharge. (Diakses tanggal 11 Agustus 2011).
Diunduh dari:
http://www.mayoclinic.com/health/vaginal-discharge/MY00097.
6. Tidy C. vaginal discharge. (Diakses tanggal 11 Agustus 2011). Diunduh dari:
http://www.patient.co.uk/doctor/Vaginal-Discharge.htm.
7. Anonim. Vaginal Discharge: What’s Normal? What’s Not?. KFL & A Public
Health. An Accredited Local Public Health Agency Affiliated With Queen’s
University. (Diakses tanggal 11 Agustus 2011). Diunduh dari:
http://www.kflapublichealth.ca/Files/Resources/224_vaginal_discharge.pdf.
8. Anonim. Vaginal Discharge. (Diakses tanggal 8 Maret 2011). Diunduh dari:
http://www.groupeelva.org/uploads/Articles/Vaginal_Discharge%5B2%5D.pdf
9. Anonim. Patient Advisories: Vaginal Discharge. (Diakses tanggal 8 Maret
2011). Diunduh dari:
http://www.rafflesmedicalgroup.com/ImgUpd/Vaginal_Discharge.pdf.
10. Anonim. Vaginal Discharge (Speculum And Microscope). Advantage Health
Care. (Diakses tanggal 11 Agustus 2011). Diunduh dari:
http://www.advantagebiocare.com.au/documents/doctor/AdvantageBioCare_S
TI_Flowchart.pdf.
11. Anonim. Vaginal Discharge Syndrome (VDS). (Diakses tanggal 10 Agustus
2011). Diunduh dari:
http://familymedicine.ukzn.ac.za/Uploads/549aff83-6a6b-44f5-bb80-
d224ed465d92/Vag%20Dis.pdf.

31

Anda mungkin juga menyukai