Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS JURNAL

ANEMIA PADA KEHAMILAN

Perceptor : RR Viantika Kusumasari, S.Kep., Ns., M.Kep

Kelompok VA :
Febri Ismail 242014
61
Husna Karimah 242014
62
Anita Larasati 242014
63
Putri Anja Lestari 242014
64
Siti Nur Hidayah 242014
65

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

2021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA
GLOBAL YOGYAKARTA PROGRAM STUDI PROFESI
NERS ANGKATAN XXVI

LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Tutorial Anemia pada Kehamilan” guna memenuhi tugas
kelompok stase Keperawatan Maternitas Program Pendidikan Profesi Ners STIKES
Surya Global Yogyakarta Tahun 2021.

Senin, 15 Maret 2021

Disusun oleh :
Kelompok VA
Febri Ismail 242014
61
Husna Karimah 242014
62
Anita Larasati 242014
63
Putri Anja Lestari 242014
64
Siti Nur Hidayah 242014
65

Mengetahui :

Pembimbing Akademik

(RR Viantika Kusumasari, S. Kep., Ns., M. Kep)

BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan peristiwa alamiah dimana terdapat pertumbuhan dan


perkembangan janin intrauterine sejak konsepsi sampai permulaan persalinan. Dalam proses
kehamilan ibu memerlukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mendeteksi adanya
komplikasi dalam kehamilan. Pemerikasaan kehamilan minimal empat kali selama hamil
yaitu satu kali pada trimester I ( usia kehamilan 0-13 minggu ), satu kali pada trimester II
(usia kehamilan 14-27 minggu), dua kali padatrimester III (usia kehamilan 28-40 minggu)
(Rukiyah 2010).

Pada masa kehamilan volume darah akan bersikulasi secara bertahap dan progresif
dari umur kehamilan 6 minggu akan terus meningkat pada umur kehamilan 14-27 minggu
dan puncaknya pada umur kehamila 32-34 minggu. Peningkatan volume darah ini terjadi
untuk menyuplai darah keuterus, payudara, ginjal, kulit dan sejumlah kecil organ lainnya,
serta memfasilitas pertukaran gas dan gizi pada ibu dan janin (Wylie dan Bryce, 2010).

Anemia dalam kehamilan merupakan komplikasi akibat berbagai perubahan


anatomik serta fisiologik dalam tubuh ibu yang dapat menyebabkan ekspansi volume
plasma sehingga kebutuhan oksigen lebih tinggi dan memicu peningkatan produksi
eritropenin. Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke enam kehamilan dan mencapai
maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, dan terus meningkat sampai minggu ke 37. Pada
titik puncaknya volume plasma sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan
dengan perempuan yang tidak hamil. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah
merah meningkat. Peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
hemoglobin (Prawirohardjo, 2010).

Penyebab utama anemia pada ibu hamil tersebut berkaitan dengan kemiskinan,
sehingga tidak mampu memenuhi standar makanan empat sehat lima sempurna. Sedangkan
51% penyebab anemia yang lain di seluruh dunia adalah defisiensi zat besi yang terjadi
pada wanita usia subur dan ibu hamil (Robson &Waung, 2013).

World Health Organization (WHO) memperkirakan 35 - 75 % ibu hamil di negara


berkembang dan 18% ibu hamil di negara maju mengalami anemia. Namun, banyak
diantara ibu hamil yang telah mengalami anemia pada saat konsepsi, dengan perkiraan
prevalensi sebesar 43% pada perempuan yang tidak hamil di negara berkembang dan 12%
di negara yang lebih maju (Prawirohardjo, 2010).
Hasil Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia tahun 2018
menunjukkan persentase anemia pada ibu hamil sebesar 48,9 % . Dampak anemia pada ibu
hamil maupun janinnya dapat mengganggu kesehatan dan menyebabkan abortus, persalinan
prematur, peningkatan angka infeksi, ancaman dekompensasi jantung jika Hb kurang dari
6,0 g/dl (Pratami, 2016).

Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi yang dapat membantu tubuh
menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk tubuh. Selain itu pemberian vitamin C juga
dapat mencukupi zat besi dan folat (Proverawati, 2011).

Ibu hamil tersebut sebaiknya melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga


diketahui data dasarnya. Menurut penelitian Putri, Sulistyono &Mahmuda Ibu hamil yang
tidak teratur melakukan pemeriksaan kehamilan anemia 4,421 kali lebih besar dibandingkan
dengan ibu hamil yang teratur melakukan pemeriksaan kehamilan. Tablet Fe atau preparat
besi telah disediakan pemerintah kepada masyarakat untuk membantu mengatasi masalah
anemia (Manuaba,dkk, 2009).

Dalam menangani masalah anemia dalam kehamilan teradapat intervensi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi masalah keperawatan yang timbul karena anemia pada ibu
hamil yaitu berdasarkan jurnal “Kepatuhan Konsumsi Zat Besi (Fe) Terhadap Kejadian

Anemia Pada Ibu Hamil”, salah satu tindakan yang dapat diupayakan oleh perawat untuk
mengurangi kejadian anemia pada ibu hamil adalah dengan melakukan pendidikan
kesehatan terkait pentingnya kepatuhan dalam mengonsumsi tablet Zat Besi (Fe) selama
kehamilan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan
1. Defenisi
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, hamil didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo, 2010)
Kehamilan didefinisikan sebagai penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu.
Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, di mana trimester ke satu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 hingga 27), dan
trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28 hingga 40) (Saifuddin, 2009).

2. Perubahan Pada Kehamilan


a. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis dibagi menjadi perubahan yang dapat dilihat dan
perubahan yang tidak dapat dilihat (Saminem, 2009).

Perubahan yang dapat dilihat meliputi:


1) Perubahan pada kulit;
2) Perubahan kelenjar;
3) Perubahan payudara;
4) Perubahan perut;
5) Perubahan alat kelamin luar;
6) Perubahan pada tungkai; dan
7) Perubahan pada sikap tubuh
Sedangkan untuk perubahan yang tidak dapat dilihat adalah sebagai berikut:
1) Perubahan pada alat pencernaan
2) Perubahan pada peredaran dan pembuluh darah
a) Perubahan pada darah
b) Perubahan pada jantung
c) Perubahan tekanan darah
3) Perubahan pada paru
4) Perubahan pada kehamilan
a) Ginjal bekerja lebih berat karena harus menyaring ampas dua orang,
yaitu ibu dan janin.

b) Ureter tertekan oleh uterus apabila uterus keluar dari rongga panggul.
Ureter juga semakin berkelok-kelok dan kendur sehingga menyebabkan
perjalanan urin ke kandung kemih melambat. Kuman dapat berkembang
di kelokan itu dan menimbulkan penyakit.

c) Pada bulan ke dua kehamilan, ibu berkemih karena ureter lebih antefleksi
dan membesar.
5) Perubahan pada tulang
6) Perubahan pada jaringan pembentuk organ
7) Perubahan pada alat kelamin dalam
b. Perubahan Psikologis
Menurut teori Rubin, perubahan psikologi yang terjadi pada trimester I
meliputi ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir. Pada trimester II, perubahan
meliputi perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris
dan berpusat pada diri sendiri. Pada trimester III, perubahan yang terjadi
meliputi memiliki perasaan aneh, lebih introvert, dan merefleksikan pengalaman
masa lalu (Saminem,2009).

B. Anemia Dalam Kehamilan


1. Pengertian Anemia dalam Kehamilan
Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi kekurangan sel
darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester I dan
III kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar hemoglobin
kurang dari 10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi yaitu anemia
defisiensi besi (Prawirohardjo, 2010).

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb)


yang berada di bawah normal. Di Indonesia, anemia umumnya disebabkan oleh
kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi.
Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi
selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya
memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang
normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu
turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III (Waryana, 2010).
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan
merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah bahkan murah
(Manuaba, 2010).

Sebagaian besar anemia adalah anemia defisiensi Fe yang dapat disebabkan


oleh konsumsi Fe dari makanan yang kurang atau terjadi perdarahan menahun
akibat parasit, seperti ankilostomiasis (Manuaba, 2009).
2. Patofisiologi Anemia
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah karena
perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta. Volume plasma
meningkat 45-65% dimulai pada trimester kedua kehamilan, dan maksimum terjadi
pada bulan ke sembilan dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang
aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan
volume plasma seperti laktogen plasenta yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldesteron. Stimulasi peningkatan 300-350 ml massa sel merah ini dapat disebabkan
oleh hubungan antara hormon maternal dan peningkatan eritropoitin selama
kehamilan (Proverawati, 2011).

Peningkatan volume plasma menyebabkan terjadinya hidremia kehamilan atau


hemodilusi, yang menyebabkan terjadinya penurunan hematokrit (20-30%),
sehingga hemoglobin dari hematokrit lebih rendah secara nyata dari pada keadaan
tidak hamil. Hemoglobin dari hematokrit mulai menurun pada bulan ke 3-5
kehamilan, dan mencapai nilai terendah pada bulan ke 5-8. Cadangan besi wanita
hamil mengandung 2 gram, sekitar 60-70% berada dalam sel darah merah yang
bersirkulasi, dan 10-30% adalah besi cadangan yang terutama terletak di dalam hati,
empedu, dan sumsum tulang. Kehamilan membutuhkan tambahan zat besi sekitar
800-1000 mg untuk mencukupi kebutuhan yang terdiri dari :

1) Terjadinya peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat besi dan
mencapai puncak pada 32 minggu kehamilan.

2) Janin membutuhkan zat besi 100-200 mg.


3) Pertumbuhan plasenta membutuhkan zat besi 100-200 mg. Sekitar 190 mg
hilang selama melahirkan. (Ibrahim dan Proverawati, 2011).

Dalam Manuaba (2009), disebutkan bahwa kebutuhan Fe selama hamil dapat


diperhitungkan sebagai berikut. 1) Peningkatan jumlah darah ibu 500 mgr
2) Pembentukan plasenta 300 mgr
3) Pertumbuhan darah janin 100 mgr
Jadi, jumlah Fe yang dibutuhkan selama hamil adalah 900 mgr. saat persalinan
yang disertai perdarahan sekitar 300 cc dan lahirnya plasenta, ibu akan
kehilangan Fe sebesar 200 mg dan kekurangan ini harus mendapatkan
kompensasi dari makanan untuk kelangsungan laktasi.
3. Etiologi Anemia
Ketika ibu hamil, jumlah darah bertambah (hypervolemia) sehingga terjadi
pengenceran darah. Kondisi tersebut disebabkan karena pertambahan sel-sel darah
tidak sebanding dengan pertambahan plasma darah. Berikut
adalah perbandingannya.

1) Plasma darah bertambah 30%.


2) Sel-sel darah bertambah 18%.
3) Hemoglobin bertambah 19%.
Secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk membantu
meringankan kerja jantung Penyebab lain dari anemia yaitu kehilangan darah berat
akibat menstruasi, atau parasit infeksi seperti cacing tambang, ascaris, serta
schistosomiasis yang dapat menurunkan konsentrasi hemoglobin darah (Hb). Infeksi
akut dan kronis, termasuk malaria, kanker, TBC, dan HIV juga dapat menurunkan
konsentrasi Hb. Kekurangan mikronutrien lain, termasuk vitamin A dan B12, folat,
riboflavin, dan tembaga juga dapat meningkatkan risiko anemia (Pranoto, 2013).

4. Tanda Dan Gejala Anemia


Anemia dapat menyebabkan tanda dan gejala: a.
letih, sering mengantuk, malaise;

b. pusing, lemah;
c. nyeri kepala;
d. luka pada lidah;
e. kulit pucat;
f. membran mukosa pucat (misal, konjungtiva);
g. bantalan kuku pucat;
h. tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah.
(Rukiyah, 2010).

5. Diagnosis Anemia Pada Kehamilan


Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan
anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
(Manuaba, 2010).
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
pemeriksaan Hb. Hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai berikut
(Manuaba, 2010).

Hb 11 g% : tidak anemia
Hb 9 – 10 g% : anemia ringan
Hb 7 – 8 g% : anemia sedang
Hb <7 g% : anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada
trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil
mengalami anemia maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet
pada ibu-ibu hamil di puskesmas. (Manuaba, 2010).

6. Macam-Macam Anemia
Menurut Prawirohardjo (2010), macam-macam anemia adalah sebagai berikut
(Astarina, 2014).

a. Anemia Defisiensi Besi


Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya
mineral Fe. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur
besi dengan makanan, karena gangguan absorbsi atau terlampau banyaknya
keluar dari badan, misalnya pada perdarahan (Prawirohardjo, 2010).

Anemia defisiensi zat besi pada wanita bisa disebabkan oleh :


1) penurunan asupan atau penyerapan zat besi, termasuk defisiensi nutrisi dan
gangguan pencernaan, seperti diare atau hiperemesis;

2) peningkatan kebutuhan, seperti kehamilan yang sering, banyak atau kembar;

3) infeksi kronis, terutama pada saluran kemih;


4) perdarahan akut atau kronis, misalnya menoragia, hemoroid
berdarah, atau hemoragi antepartum atau postpartum.

(Fraser, 2009).

b. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah gangguan darah di mana ukuran sel lebih
besar dari sel darah merah normal. Anemia ini biasanya disebabkan oleh
defisiensi asam folat dan jarang sekali karena defisiensi vitamin B12.
Anemia ini sering ditemukan pada wanita yang jarang mengonsumsi sayuran
hijau segar atau makanan dengan protein tinggi (Proverawati, 2011).

c. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang
belakang kurang mampu membuat sel-sel darah yang baru. Pada sepertiga kasus
anemia dipisu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi, radiasi, leukemia, dan
gangguan imunologis (Fraser, 2009).

7. Dampak Anemia
Anemia dapat terjasi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus
selalu diwaspadai. Penyakit anemia yang menyerang ibu hamil, berpengaruh
terhadap kehamilan, persalinan, dam saat masa nifas. Adapun pengaruh anemia
terhadap kehamilan, persalinan dan nifas dapat mengakibatkan sebagai berikut
(Astarina, 2014).

a. Dampak Anemia Terhadap Ibu


1) Bahaya Selama Kehamilan
Berikut adalah bahaya anemia selama kehamilan.
1) Abortus.
2) Persalinan prematur.
3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim.
4) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%).
5) Perdarahan antepartum.
6) Ketuban pecah dini (KPD).
2) Bahaya saat Persalinan
Bahaya anemia saat persalinan adalah sebagai berikut.
1) Gangguan his.
2) Kala I memanjang.
3) Persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah.
4) Retensio plasenta.
5) Atonia uteri.
3) Pada Masa Nifas
Berikut adalah bahaya anemia pada masa nifas.
1) Subinvolusi.
2) Perlukaan sukar sembuh.
3) nfeksi puerperium.
4) Pengeluaran ASI berkurang.
5) Anemia masa nifas.
6) Infeksi mamae.
b. Dampak Anemia Terhadap Janin Berikut
adalah dampak anemia terhdap janin

1) Asfiksia intrauterin sampai kematian.


2) IUFD
3) BBLR.
4) Kelahiran dengan anemia.
5) Cacat bawaan.
6) Mudah terkena infeksi.
7) IQ rendah dan bahkan bias mengakibatkan kematian. (Manuaba, 2010).
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil
1. Faktor Dasar
a. Sosial ekonomi
Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan
mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizipun
akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas. Tingkat sosial
ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan
psikologis ibu hamil (Nurhidayati, 2013).

b. Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi perilakunya, makin tinggi
pendidikan atau pengetahuannya, makin tinggi kesadaran untuk mencegah
terjadinya anemia.

c. Pendidikan
Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi pengetahuan
tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil dapat
menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani masalah gizi dan
kesehatan keluarga.

2. Faktor Tidak Langsung


a. Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama pada
partumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Kasus anemia
defisiensi gizi umumnya selalu disertai dengan mal nutrisi infestasi parasit,
semua ini berpangkal pada keengganan ibu untuk menjalani pengawasan
antenatal.

b. Umur Ibu
Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil,
akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda
(<20 tahun) perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan
janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua di atas 30 tahun
perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan
diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang
cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung

(Nurhidayati, 2013).
3. Faktor Langsung
a. Kecukupan konsumsi tablet besi
Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia gizi besi
yang diberikan kepada ibu hamil.

b. Jarak kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. c.
Paritas

Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa memperhatikan


apakah bayi hidup atau mati. Paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah
melahirkan anak hidup atau mati, tetapi bukan aborsi.

d. Status gizi
Maulana kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi
ibu dan janin. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang
mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat, sehingga
janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh
karena itu pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan
(Nurhidayati, 2013).

e. Penyakit Infeksi
Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko anemia. Infeksi itu umumnya
adalah TBC, cacingan dan malaria, karena menyebabkan terjadinya
peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya eritrosit.
Cacingan jarang sekali menyebabkan kematian secara langsung, namun sangat
mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Infeksi cacing akan menyebabkan
malnutrisi dan dapat mengakibatkan anemia defisiensi besi.

Infeksi malaria dapat menyebabkan anemia.


D. Pencegahan Anemia
1. Pemberian Fe
Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan suplementasi besi
dan asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan
untuk emmenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Di wilayah-eilayah dengan
prevalensi anemia yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan suplementasi sampai
tiga bulan postpartum (Prawirohaedjo dalam Astarina, 2014).

Pemberian tablet besi merupakan salah satu pencegahan anemia. Pemerintah


saat ini mulai melihat calon pengantin perempuan sebagai target. Mereka diberikan
tablet tiap minggu selama 16 minggu ditambah 1 tablet tiap hari selama haid. Dosis
mingguan ini ternyata cukup efekstif dalam meningkatkan kadar hemoglobin
(Asrtarina, 2014).

Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/


bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50
nanogram asam folat untuk profilaksis anemia.

Selain itu, pendidikan dan peningkatan asupan besi melalui makanan juga
merupakan upaya dalam mencegah anemia. Mengonsumsi makan yang cukup
mengandung kalori, setiap 1000 kkal makanan dari beras mengandung 6 mg Fe.
Meningkatkan makanan yang dapat memacu penyerapan zat besi dan mengurangi
makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi. Selain itu, juga dengan
memberikan penyuluahn tentang tanda dan gejala anemia serta yang ditimbulkan
oleh anemia (Astarina, 2014).

Pemberian Fe selama kehamilan dan setelah kelahiran dapat mencegah


anemia. Pemantauan konsumsi tablet Fe juga perlu diikuti dengan pemantauan cara
minum yang benar karena hal ini akan sangat mempengaruhi efektifitas penyerapan
Fe. Cara minum tablet Fe yang benar yaitu dengan air putih atau air jeruk
(Astarina, 2014).
Pada masa kehamilan seorang wanita memerlukan tambahan zat besi untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah dan mebentuk sel darah merah janin dan
plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan
makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis (Manuaba, 2010 dalam
Astarina, 2014).

Tabel 2.1 Kebutuhan Zat Besi pada Setiap Kehamilan


Meningkatkan sel darah merah ibu 500 mg Fe
Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe
Untuk darah janin 100 mg Fe
Jumlah 900 mg Fe
2. Nutrisi Ibu Hamil
Nutrisi pada ibu hamil sangat menentukan status kesehatan dan janinnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi menurut Yanti (2010) adalah
sebagai berikut.

a. Keadaan sosial ekonomi keluarga ibu hamil


Untuk memenuhi kebutuhan gizi diperlukan sumber keuangan yang memadai.
Daya beli keluarga yang rendah dalam emmenuhi kebutuhan gizi sudah barang
tentu asupan nutrisi juga berkurang.

b. Keadaan kesehatan dan gizi ibu


Ibu dalam keadaan sakit kemampuan mengkonsumsi zat gizi berkurang
ditambah lagi pada keadaan sakit terjadi peningkatan metabolisme tubuh
sehingga diperlukan asupan yang lebih banyak.

c. Jarak kehamilan jika yang dikandung bukan anak pertama


Jarak kelahiran yang pendek mengakibatkan fungsi alat reproduksi masih belum
optimal.

d. Usia kehamilan pertama


Usia di atas 35 tahun merupakan resiko penyulit persalinan dan mula terjadinya
penurunan fungsi-fungsi organ reproduksi.

e. Kebiasaan ibu hamil mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, perokok,


pengguna kopi.
Kecukupan akan zat gizi pada ibu hamil dapat dipantau melalui keadaan
kesehatannya dan berat badan janin saat lahir. Adanya penambahan
berat badan yang sesuai standar ibu hamil merupakan salah satu indicator
kecukupan gizi. Pada trimester pertma sebaiknya kenaikan berat badan 1-2 kg,
trimester ke dua dank e tiga sekitar 0,34-0,50 kg tiap minggu (Tarwoto, 2013).

E. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Anemia


Dalam penerapan praktis pelayanan antenatal menurut Badan Litbang Depkes RI,
standar minimal palayanan antenatal adalah “14 T” yaitu

1) Timbang berat badan (T1). Ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali kunjungan.
Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester
kedua.

Penimbangan berat badan sangat penting dalam pengawasan ibu hamil. Dalam
keadaan normal kenaikan berat badan ibu hamil dari sebelum hamil, terhitung
mulai trimester I sampai trimester III yang berkisar diantara 6,5-16,5 kg ratarata
12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu
terakhir.

2) Ukur tekanan darah (T2). Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila
melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklampsi.

3) Ukur tinggi fundus uteri (T3)


4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4).
5) Pemberian imunisasi TT (T5).
Menurut Saifuddin (2006), imunisasi TT diberikan pada trimester I atau trimester II
dan TT yang kedua diberikan dengan jarak 4 minggu setelah TT yang pertama.

6) Pemeriksaan Hb (T6)
Menurut pendapat Manuaba (2007) pemeriksaan darah di lakukan minimal dua kali
selama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester III dengan pertimbangan
bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia.

Kriteria anemia menurut WHO untuk wanita hamil memiliki hemoglobin <11 g/dl.
Sedangkan, derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin menurut WHO yaitu
ringan : Hb 8 g/dl-9.9 g/dl, sedang : Hb 6 g/dl-7.9 g/dl, berat : Hb <6 g/dl.

7) Pemeriksaan VDRL (T7).


8) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8).
9) Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9).
10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10).
11) Pemeriksaan protein urin atas indikasi (T11).
12) Pemeriksaan reduksi urin atas indikasi (T12).
13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13).
14) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14).
Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14 T sesuai kebijakan dapat dilakukan
standar minimal pelayanan ANC yaitu 7 T. Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat
diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak diberikan oleh dukun bayi
(Prawirohardjo, 2010).

Dari standar minimal pelayanan antenatal yaitu 14 T di atas, terlihat bahwa untuk
pencegahan maupun penangan anemia terdapat pada T4 yaitu pemberian tablet Fe
sebanyak 90 tablet selama kehamilan, dan T6 yaitu pemeriksaan Hb. T6 tersebut
merupakan program pemerintah untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil
sedangkan untuk T6 berfungsi untuk mengetahui kadar Hb dalam darah seorang ibu
hamil sehingga dapat diketahui tingkat anemia yang dialami oleh seorang ibu hamil.
BAB III
KASUS

Ny. M G2P1A0 hamil 32 minggu datang ke RS dan mengatakan tubuh nya mudah lelah,
pusing, tangan dan kaki sering dingin serta terlihat pada kulit bibir dan kuku pucat. Ny. M
mengatakan gejalanya ini mulai dirasakan saat kehamilan kurang lebih pada usia kehamilan
31 minggu. Selain itu Ny. M juga mengatakan malas minum tablet penambah darah yang
diberikan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas tempat dimana pasien melakukan
pemeriksaan kehamilan. Ny. M mengatakan bahwa ibu tidak suka memakan sayuran dan
kurang minum air putih. Saat dilakukan pemeriksaan konjungtiva terlihat sedikit pucat,
Hb : 9,5 G/dl, TD : 120/80, RR : 18x/m HR : 85x/m, suhu 36,7 0C.

.
BAB IV
RUMUSAN MASALAH
P (Patient, I (Intervention) C C (Comparison) O (Outcome)
Population,
Problem)
Pasien ibu hamil Pemberian tablet zat Tidak ada Tidak terjadi anemia
trimester ke III besi (Fe) pembanding pada ibu hamil
dengan anemia
trimester ke III.

Pertanyaan klinis:
Adakah hubungan
pemberian tablet zat
bese (Fe) dengan
kejadian anemia?
BAB V

STRATEGI PENELUSURAN BUKTI


Penelusuran jurnal melalui portal jurnal terbitan Fakultas Ksehatan Masyarakat Universitas
Muslim Indonesia: Jurnal Kesehatan Window of Health dengan tahapan sebagai berikut:

Tahap 1
Memasukkan ke search engine alamat website jurnal kesehatan Window of Health
Tahap 2.
Tahap jurnal yang muncul, kemudian klik judul jurnal yang diinginkan
Tahap 3.
Tampilan jurnal yang muncul, kemudian klik pdf untuk preview jurnal dan mendownload
BAB VI
HASIL PENELUSURAN BUKTI
A. Penulis
Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin, Program Studi D III Kebidanan, Universitas Islam
Lamongan.

B. Kata Kunci
Kepatuhan, Tablet Fe, Anemia
C. Tahun Terbit
Oktober, 2020
D. Penerbit
Window of Health: Jurnal Kesehatan
(http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/articel/view/364)
BAB VII
TELAAH KRITIS
Critical appraisal yang digunakan untuk menkritisi jurnal menggunakan instrumen VIA
yang terdiri dari validity, Importance dan applicability seperti sebagai berikut:

A. Validity
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan desain penelitian survey
analitik dengan pendekatan cross sectional. Untuk melihat apakah ada pengaruh
kepatuhan mengonsumsi zat besi (Fe) terhadap kejadian anemia pada ibu hamil
trimester II dan III yang melakukan pemeriksaan kehamilan di BPS Diana
Ernawati Desa Laren Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan. Analisis data
menggunakan Fisher Exact Test, sedangkan data disajikan deskreptif analitik.

- Dalam jurnal tidak dicantumkan penggunaan skala datanya.


2. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita hamil pada usia
kehamilan Trimester II dan III yang melakukan pemeriksaan kehamilan di BPS
Diana Ernawati Desa Laren Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan pada 1
Maret 2020 sampai 15 April 2020 dengan jumlah populasi 19 orang. Populasi
sudah sesuai, karena yang memenuhi kriteria yang ditetapkan. Pembagian
populasi sudah meliputi populasi target dan populasi terjangkau (Nursalam,
2018).

3. Sampel
Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini Total Sampling. Yaitu
tehnik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.
Jumlah total sampel yaitu 19 orang.

- Dalam pemilihan sampling sudah sesuai yaitu menggunakan total sampling,


karena semua sampel sudah memenuhi kriteria yang diharapkan peneliti.

4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Penelitian menggunakan Total Sampling sehingga tidak ada kriteria inklusi dan
eksklusi.

5. Uji statistik
Penelitian ini menggunakan analisis Fisher Exact Test. Uji statistik yang
digunakan sudah sesuai, uji Fisher Exact Test merupakan uji yang digunakan
untuk melakukan analisis pada dua sampel independen yang jumlah sampelnya
yang relatif kecil (biasanya kurang dari 20) dengan skala data nominal atau
ordinal (Notoatmodjo, 2012).

B. Importance
1. Karakteristik Pasien
Dalam penelitian ini memilih pasien ibu hamil trimester ke II dan III sebagai
responden.

2. Beda Proporsi
Jurnal menggunakan proporsi dalam tabel distribusi frekuensi responden. Beda
proporsi ini sudah sesuai untuk pengamatan yang dilakukan dalam tahap analisis
deskriptif yaitu pengamatan terhadap tabel frekuensi (Nursalam, 2018).

3. Nilai ρ
Pada penelitian ini ditetapkan nilai ρ < 0,05, jika nilai ρ < 0,05 berarti Ho
ditolak, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kepatuhan minum tablet Fe
dengan kejadian anemia pada ibu hamil di BPS Diana Ernawati Desa Laren
Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan. Berdasarkan uji statistic dengan
menggunakan Fisher’s Exact Test didapatkan hasil nilai p-value = 0.011<α
(0.05).

- Penentuan hasil penelitian sudah sesuai dari uji statistik, kemungkinan hasil uji
signifikan/bermakna yaitu adanya perbedaan atau pengaruh antara sampel
yang diteliti pada taraf siginifikansi tertentu (Nursalam, 2018).

4. Hasil penelitian
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden patuh dalam
konsumsi tablet Fe yaitu sebanyak 12 respoden (63%). Mayoritas responden
tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 13 responden (68.4%). Mayoritas
responden yang patuh konsumsi tablet Fe tidak mengalami anemia yaitu
sebanyak 10 responden (83.4%), sedangkan mayoritas responden yang tidak
patuh konsumsi tablet Fe mengalami anemia sebanyak 4 responden (57.1%).
Simpulan dari penelitian ini terdapat pengaruh antara kepatuhan minum tablet Fe
dengan kejadian anemia pada Ibu Hamil di BPS Diana Ernawati Desa Laren
Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan, dengan p-value (0.011).
BAB VIII
DISKUSI

A. Kepatuhan Konsumsi Zat Besi (Fe) Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang mendukung
kebutuhan gizinya sejak merencanakan kehamilan. Tetapi sayangnya, tingkat
kepatuhan ibu hamil untuk mengonsumsi tablet tambah darah demi mencegah anemia
sangat rendah. Padahal, anemia pada ibu hamil berdampak bukan hanya pada ibu tetapi
juga pada janin. Ibu yang menderita anemia berat berisiko mengalami perdarahan saat
persalinan dan kematian. Sementara bayinya beresiko lahir dengan berat rendah serta
prematur.

Kondisi hamil akan membutuhkan nutrisi yang lebih dari perempuan tidak hamil,
seperti kebutuhan nutrisi makro yang dibutuhkan untuk proses pembentukan janin
menjadi manusia yaitu protein, dan nutrisi mikro yang berperan sebagai pembentukan
organ maupun sel janin seperti asam folat, kalsium, vitamin D dan zat besi, selain dari
terpenuhinya asupan makanan yang cukup terkadang masalah yang muncul dari
seorang ibu hamil adalah tingkat anemia yang tinggi.

Kehamilan menyebabkan perubahan-perubahan pada diri seorang wanita. Perubahan


fisiologi yang berhubungan dengan anemia yaitu sistem hematologi. Saat kehamilan
volume darah ibu mulai meningkat selama trimester pertama, kemudian mengalami
pertambahan yang sangat cepat selama trimester kedua dan melambat selama trimester
ketiga lalu mendatar sampai beberapa minggu terakhir kehamilan.

Ekspansi volume darah terjadi karena peningkatan plasma dan eritrosit. Karena
plasma bertambah cukup besar maka konsentrasi hemoglobin dan hematokrit agak
berkurang selama kehamilan. Akibatnya kekentalan darah secara keseluruhan
berkurang. Konsentrasi hemoglobin di bawah 11 gr% terutama pada akhir kehamilan
perlu dianggap abnormal dan biasanya disebabkan oleh defisiensi besi bukan karena
hipervolemia kehamilan. (Cunningham, 2013).

Pada kehamilan, resiko meningkatnya anemia defisiensi zat besi berkaitan dengan
asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan kebutuhan pertumbuhan janin yang cepat.
Kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk
eritropoienis, kehilangan darah pada saat persalinan, dan laktasi yang jumlah
keseluruhanya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan 2 liter darah. Sebagian
perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan
tambahan ini berakibat pada defesiensi zat besi. Pencegahan anemia defesiensi zat besi
dapat dilakukan dengan suplemen besi dan asam folat.

Berdasarkan teori penatalaksanaan sudah sesuai dengan menurut Sulistyoningsih


(2011) penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara pemberian
tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil biasanya tidak
hanya mendapat preparat besi tetapi juga asam folat. Dosis pemberian asam folat
sebanyak 500 mg dan zat besi sebanyak 120 mg. pemberian zat besi sebanyak 30 gram
perhari akan meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 0,3 gr/dl/minggu atau dalam 10
hari.

B. Efektivitas intervensi
Sesuai dengan kasus yang diambil pasien ibu hamil trimester III yang
mengalami anemia dan dapat diketahui bahwa pasien malas untuk minum tablet Zat
Besi yang diberikah oleh petugas kesehatan, merupakan salah satu faktor yang
menyebabakan nilai Hb kurang dari normal. Seperti diketahui anemia dalam kehamilan
merupakan suatu kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb) < 11 gr%. Upaya
pemeliharaan kesehatan pada masa kehamilan harus di mulai sejak janin masih dalam
kandungan dengan meningkatkan nutrisi dan asupan gizi selama kehamilan. Status gizi
selama kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang di kandung.

Jika dibandingkan dengan kondisi di lapangan saat ini, masih banyak sekali ibu yang
mengabaikan mengkonsumsi tablet fe dengan berbagai macam alasan diantaranya
ada yang lupa, malas, tidak suka dengan bau ataupun rasanya, ada yang merasa mual
serta berbagai alasan lainnya. Maka dari itu, dalam kasus ini baik yang dipaparkan
di dalam jurnal maupun kondisi lapangan saat ini dapat ditarik benang merahnya
bahwa pentingnya peran perawat dalam mengupayakan promosi kesehatan,
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) untuk meningkatkan kesadaran ibu hamil
pentingnya dalam kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe serta informasi terkait
dampak yang dapat ditimbulkan bagi ibu dan janin, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran ibu hamil secara mandiri, selain itu diperlukan juga
bantuan orang terdekat seperti suami dan keluarga dalam mendukung dan
mengingatkan ibu hamil untuk patuh dalam mengkonsumsi tablet fe ataupun
perawat bisa menawakan berbagai cara alternatif bagi ibu hamil yang tidak patuh
mengkonsumsi tablet fe dikarenakan tidak suka rasa ataupun baunya dengan
mengkombinasikan mengkonsumsi tablet fe bersamaan dengan makanan kesukaan
ibu hamil serta mnawarkan alternatif lainnya.

BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Dalam jurnal penelitian ini sudah menggunakan kata yang bersifat baku dan sesuai
dengan EYD bahasa Indonesia serta menyertakan daftar pustaka.

2. Kelebihan jurnal ini memiliki nilai validitas tinggi dikarenakan dilihat dari analisis
data dari VIA ( validitiy, importance dan applicable) sehinggga dapat digunakan
dalam tindakan pada pasien ibu hamil dengan anemia.

3. Kekurangan jurnal ini yaitu tentang kurangnya pemaparan nilai Hb pada setiap
responden, sehingga tidak bisa diketahui mengenai klasifikasi anemia mulai dari
ringan sampai berat.

B. Saran atau Rekomendasi (bisa diterapkan atau tidak)


1. Penerapan hasil penelitian jurnal tersebut dapat dilakukan di Rumah Sakit dalam
upaya promosi kesehatan, komunikasi informasi dan edukasi untuk meningkatkan
kesadaran ibu hamil pentingnya dalam kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe serta
informasi terkait dampak yang dapat ditimbulkan bagi ibu dan janin.

2. Perlunya penelitian lanjutan untuk mempertajam hasil penelitian dengan


mengendalikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dengan
menggunakan metode penelitian yang lain.

3. Mengingat peran perawat sebagai peneliti, perlu adanya penelitian lanjutan yang
dapat digunakan dan dikembangkan sehingga implementasi keerawatan dapat
berjalan dengan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Astarina, Dita. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu Hamil di
Puskesmas Kelurahan Rawabadak Utara Tahun 2014. Jakarta: Poltekkes Jakarta III.

Cunningham. 2013. Obstetri Williams. Jakarta : EGC


Fraser, M. Cooper, A. 2009. Buku Ajar Bidan Myles (ed 14). Jakarta : EGC.
Ibrahim dan Proverawati. 2011. Nutrisi Janin & Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha Medika

Manuaba, I.B.G, dkk. 2009. “Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan”.
Jakarta: EGC.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Edisi Kedua. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. 2012 . Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nurhidayati, Rohmah Dyah. 2013. Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia Pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. Tersedia :

http://eprints.ums.ac.id/. Diakses pada Maret 2021.


Nursalam. 2018. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis : Jakarta :
SalembaMedika
Pranoto, Ibnu, dkk. 2013. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
Pratami, 2016. Evidence-Based dalam Kebidanan. Jakarta : ECG
Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Proverawati, 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika
Robson dan Waung, 2013. Patologi pada kehamilan. Jakarta : ECG
Rukiyah, A.Y dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Medika

Saifuddin, AB. 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: EGC.
Saminem. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan Normal. Jakarta: EGC
Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tarwoto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : CV Sagung Seto.
Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihana.
Wylie dan Bryce, 2010. Manajemen Kebidanan Gangguan Medis Kehamilan Dan
Persalinan.Jakarta: EGC
Yanti, Supri Indah. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil Di Puskesmas Gedung Negara Kecamatan Hulu Sungkai Kabupaten
Lampung. Jakarta : Poltekkes Jakarta III.

Anda mungkin juga menyukai