FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MINI REFERAT
DESEMBER 2018
OLEH:
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Putri Handayani
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Irda Handayani, M.Kes, Sp.PK
Menyetujui,
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Untuk daerah Pulau Sulawesi, prevalensi malaria paling tinggi adalah di
Provinsi Sulawesi Tengah (4,1%) selanjutnya diikuti Provinsi Sulawesi Utara
(3,8%), Sulawesi Tenggara (1,2%), Sulawesi Barat (1,3%) dan Sulawesi Selatan
sebanyak (1%). Namun, berdasarkan data dari dinas kesehatan (DINKES) Kota
Makassar, jumlah kasus malaria sepanjang tahun 2016 telah mengalami
peningkatan. Sejak januari hingga desember 2016, jumlah penderita yang positif
terjangkit malaria yaitu sebanyak 196 orang.12
Morbiditas malaria pada suatu wilayah ditentukan dengan Annual
Parasite Incidence (API) per tahun. API merupakan jumlah kasus positif malaria
per 1000 penduduk dalam satu tahun. Tren API secara nasional pada tahun 2011
hingga 2015 terus mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan keberhasilan
program pengendalian malaria yang dilakukan baik oleh pemerintah pusat, daerah,
masyarakat dan mitra terkait. Jumlah kasus yang tinggi dan daerah Indonesia
memiliki tingkat endemitas yang cukup tinggi, oleh karena itu pada kesempatan
ini akan dibahas mengenai penyebab malaria, gejala, penegakan diagnosis hingga
penatalaksanaan secara non farmakologi dan farmakologi.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Malaria adalah kata yang berasal dari bahasa Italia, yang artinya mal :
buruk dan area : udara, jadi secara harfiah berarti penyakit yang sering timbul di
daerah dengan udara buruk akibat dari lingkungan yang buruk. Selain itu, juga
bisa diartikan sebagai suatu penyakit infeksi dengan gejala demam berkala yang
disebabkan oleh parasit Plasmodium (Protozoa) yang hidup dan berkembang biak
didalam sel darah manusia, serta ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.
Terdapat banyak istilah untuk malaria yaitu paludisme, demam intermitens,
demam Roma, demam Chagres, demam rawa, demam tropik, demam pantai dan
ague. 2
2.2 ETIOLOGI
Penyakit malaria ini disebabkan oleh parasit plasmodium. Species
plasmodium pada manusia adalah :3
1. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika.
2. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.
3. Plasmodium malariae, penyebab malaria malariae (quartana)
4. Plasmodium ovale, penyebab malaria ovale.
Kini plasmodium knowlesi yang selama ini dikenal hanya ada pada monyet
ekor panjang (Macaca fascicularis), ditemukan pula ditubuh manusia. Penelitian
sebuah tim internasional yang dimuat jurnal Clinical Infectious Diseases
memaparkan hasil tes pada 150 pasien malaria di rumah sakit Serawak, Malaysia,
3
Juli 2006 sampai Januari 2008, menunjukkan, dua pertiga kasus malaria
disebabkan infeksi plasmodium knowlesi.
Plasmodium falciparum merupakan penyebab infeksi yang berat dan
bahkan dapat menimbukan suatu variasi manisfestasi-manifestasi akut dan jika
tidak diobati, dapat menyebabkan kematian.
Seorang dapat menginfeksi lebih dari satu jenis plasmodium, dikenal sebagai
infeksi campuran / majemuk (mixed infection). Pada umumnya lebih banyak
dijumpai dua jenis plasmodium, yaitu campuran antara plasmodium falciparum
dan plasmodium vivax atau plasmodium malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga
jenis plasmodium sekaligus, meskipun hal ini jarang terjadi. Infeksi campuran
biasanya terdapat di daerah dengan angka penualaran tinggi Nyamuk anophelini
berperan sebagai vektor penyakit malaria. Nyamuk anophelini yang berperan
hanya genus Anopheles. Di seluruh dunia, genus anopheles ini diketahui
jumlahnya kira-kira 2000 species, diantaranya 60 species diketahui sebagai vektor
malaria.3
4
berkembang dari stadium sporozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung
speciesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya
eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan
menginfeksisel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.
Setelah sampai 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi
sel darah merah akan membentuk stadium seksual (genosit jantan dan betina). 3
5
2.3 PATHOGENESIS
Infeksi parasit malaria pada manusia mulai saat nyamuk Anopheles betina
menggigit manusia dan nyamuk akan melepaskan sporozoit ke dalam pembuluh
darah dimana sebagian besar dalam 45 menit akan bermigrasi ke hati dan sebagian
kecil sisanya akan mati di darah. Di dalam hati sporozoit tersebut akan bereplikasi
membentuk merozoit, setelah itu dilepas ke aliran darah. Namun pada P.vivax dan
P.ovale sebagian parasitnya akan membentuk fase hipnozoit didalam sel hati yang
mampu bertahan sampai bertahun-tahun yang menyebabkan terjadinya relaps
pada malaria. Merozoit menginvasi eritrosit dan berkembang menjadi fase cincin,
tropozoit dan fase skizon sebelum membentuk merozoit baru yang siap dilepas
untuk menginvasi eritrosit lainnya. Siklus aseksual ini pada P.falciparum, P.vivax
dan P.ovale ialah 48 jam dan pada P.malariae adalah 72 jam.3,4
6
Di dalam darah sebagian parasit akan membentuk gamet jantan dan betina.
Gamet tersebut akan mencapai dermis dan akan terambil oleh nyamuk lainnya.
Setelah itu terjadi siklus seksual yaitu fertilisasi dan sporogonik dalam perut
nyamuk menjadi ookinet lalu menjadi oocyst yang akan membentuk sporozoit
infeksius yang akan bermigrasi ke glandula salivasi nyamuk. Sporozoit tersebut
akan ditransmisikan ke host lain melalui salivanya.3,4
Gejala klinis pada penderita malaria dikenal trias malaria yaitu demam,
mengigil, dan berkeringat. Periode paroksisme terdiri atas stadium dingin (cold
stage) , stadium demam (hot stage), dan stadium berkeringat (sweating stage).
Selain itu, sering ditemukan kelelahan, anoreksia, nyeri punggung, mialgia, pucat,
dan muntah. Manifestasi klinis malaria pada anak berbeda dengan orang dewasa,
sehingga sering salah diintepretasikan dengan gastroenteritis akut atau infeksi
virus akut lainnya. Anak-anak yang berasal dari daerah endemis malaria (partially
immune) umumnya menunjukkan gejala minimal seperti berkurangnya aktifitas,
anoreksia atau bahkan asimptomatik; tidak harus disertai demam, terutama bagi
anak di daerah endemis. Pada anak dengan asimptomatik yang positif parasit
malaria di darah, dapat hanya menunjukkan splenomegali sebagai temuan
tunggal.1,8
Komplikasi penting malaria berat pada anak adalah hipoglikemia. Hal ini
terjadi karena supresi proses glukoneogenesis parasit di hati dan sekaligus
menginduksi sekresi insulin di pankreas. Sekresi insulin meningkat dengan
penggunaan kina dan dapat mengakibatkan sekuele neurologis yang berat. Distres
pernafasan adalah komplikasi umum lain pada anak-anak, umumnya konsekuensi
dari asidosis berat. Berbeda dengan anak anak, distres pernafasan pada orang
dewasa biasanya akibat edema paru dan juga ARDS (acute respiratory distress
syndrome). Gejala-gejala seperti black water fever dan algid malaria (kolaps
pembuluh darah, syok, dan hipotermi) jarang terjadi pada anak-anak.5
Malaria anak sering menunjukkan gejala beragam sesuai kelompok umur.
Hasil penelitian di kabupaten Sikka-NTT, gejala klinis yang membedakan malaria
7
pada anak dengan penyakit lain adalah splenomegali, menggigil, dehidrasi ringan,
riwayat kejang, dan pucat; dengan nilai spesifi sitas 77,0%. Sedangkan gejala
klinis terbaik pada pasien anak umur >5 tahun adalah splenomegali, menggigil,
nyeri perut, dan dehidrasi ringan, dengan nilai spesifisitas 79,5%. Riwayat kejang
terutama didapatkan pada bayi kurang dari satu tahun, diare pada balita, dan nyeri
perut pada anak lebih besar. Infeksi malaria pada anak usia sekolah
mempengaruhi prestasi belajar; malaria akut tidak berat mempengaruhi
kemampuan kognitif anak di sekolah secara signifi kan. Infeksi Plasmodium
selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran, retardasi pertumbuhan janin,
lahir mati, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur, dan malaria kongenital.
Pada malaria kongenital (umumnya muncul pada 10-30 hari kehidupan) transmisi
terjadi selama kehamilan; dapat menunjukkan gejala demam, gelisah, pucat,
ikterus, kejang, distres pernafasan, intoleransi minum, muntah, diare, sianosis, dan
hepatosplenomegali. Menggigil tidak umum terjadi karena pusat pengatur suhu
yang belum sempurna. Malaria pada kelompok usia ini tidak jarang terjadi di
daerah endemis, namun sering tidak dikenali karena gejala yang tumpang tindih
dengan penyakit lain seperti sepsis.5
Malaria ringan dijumpai anemia, muntah atau diare, ikterus dan hepato-
sphenomegali. Malaria berat adalah malaria yang disebabkan oleh P.falciparum,
disertai satu atau lebih kelainan sebagai berikut:2
1. Hiperparasitemia, bila >5% eritrosit dihinggapi parasit
2. Malaria serebral dengan kesadaran menurun
3. Anemia berat, kadar hemoglobin <7g/dl
4. Perdarahan atau koagulasi intravaskular diseminata
5. Ikterus, kadar bilirubin serum >50 mg/dl
6. Hipoglikemia, kadang-kadang akibat terapi kuinin
7. Gagal ginjal, kadar kreatinin serum >3g/dl dan diuresis <400ml/24jam
8. Hiperpireksia
9. Edem paru
10. Syok, hipotensi, gangguan asam basa
8
A. Manifestasi Klinis Malaria Tertiana/ M. Vivax/ M. Benigna
Saat ini terjadi peningkatan 2.5 kali lipat jumlah penderita dan secara global
beban malaria vivaks adalah 132-391 juta orang per tahun. Inkubasi 12-17
hari, bisa lebih panjang 12-20 hari. Siklus demam 48 jam (demam tertiana).
Pada hari-hari pertama panas ireguler, kadang-kadang remiten atau intermiten,
pada saat tersebut perasaan dingin atau menggigil jarang terjadi. Pada akhir
minggu kelima panas mulai turun. Pada malaria vivaks, limpa dapat membesar
sampai derajat 4 atau 5 (ukuran Hackett). Malaria serebral jarang terjadi.
Edema tungkai disebabkan karena hipoalbuminemia. Malaria vivaks sering
menyebabkan relaps. Relaps sering terjadi karena keluarnya bentuk hipnozoit
yang tertinggal di hati pada saat status imun tubuh menurun. Malaria vivak
saat ini dapat juga berkembang menjadi malaria berat dan memberikan
komplikasi seperti gagal pernapasan, malaria serebral, disfungsi hati dan
anemia berat.3
9
steroid tidak berguna. Pengobatan dengan azatioprin dengan dosis 2-2.5
mg/kgBB selama 12 bulan tampaknya memberikan hasil yang baik;
siklofosfamid lebih sering memberikan efek toksik. Rekrudesensi sering
terjadi pada plasmodium malariae, parasit dapat bertahan lama dalam darah
perifer, sedangkan bentuk diluar eritrosit (di hati) tidak terjadi pada P.
malariae.3
10
paru (batuk). Splenomegali lebih sering dijumpai dari hepatomegali dan nyeri
pada perabaan; dapat disertai timbulnya ikterus. Kelainan urin berupa
albuminuria, hialin dan kristal yang granuler. Anemia lebih menonjol dengan
leukopenia dan monositosis.3
2.5 DIAGNOSIS
Dari anamnesis dapat ditemukan gejala trias malaria yang terdiri atas
stadium dingin (cold stage) , stadium demam (hot stage), dan stadium berkeringat
(sweating stage). Pada malaria gejala umum yang dapat temukan berupa demam,
menggigil, berkeringat, sakit kepala, nyeri otot, mual dan muntah. Gejala yang
timbul sering tidak spesifik dan juga ditemukan pada penyakit lain (seperti "flu"
dan infeksi virus biasa). Adanya riwayat perjalanan atau tinggal pada daerah
endemis sangat membantu dalam diagnosis malaria. 3
11
menginfeksi. Dapat ditemukan tanda anemia dan sphenomegali akibat
pengrusakan sel eritrosit. Pada malaria berat (disebabkan oleh Plasmodium
falciparum), temuan klinis (kebingungan, koma, tanda-tanda fokus neurologis,
anemia berat, kesulitan pernapasan) lebih mencolok dan dapat meningkatkan
indeks kecurigaan terhadap malaria. Jika memungkinkan, temuan klinis harus
selalu dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium pada pasien menderita
malaria.3
B. Pemeriksaan Mikroskopis
12
pemeriksaan inilah yang masih menjadi standar emas dalam penegakan diagnosis
penyakit malaria.
Kromatin : bagian dari inti parasit, biasanya bulat, berwarna merah terang.
Sitoplasma: nada biru mungkin berbeda di antara spesies dan kadang-
kadang merupakan karakteristik yang membedakan.
Pigmen adalah produk sampingan granular dari pertumbuhan parasit. Itu
tidak memakan waktu pewarnaan tetapi warnanya bervariasi dari emas-
13
cokelat hingga hitam. Warna dan ukuran butiran pigmen bervariasi sesuai
dengan spesies dan, dengan warna, sering ciri.
Stippling, ‘spot’, ‘dots’ atau ‘clefts’ adalah deskripsi efek yang
ditimbulkan oleh parasit ada di sel inang, yang ditekankan oleh pewarnaan
yang baik. Yang paling dikenal dan yang paling mudah untuk diperagakan
adalah 'Schuffner stippling'.
Pada Sediaan apus darah tipis yaitu lebih sedikit membutuhkan darah untuk
pemeriksaandibandingkan dengan sediaan apus darah tebal, morfologinya lebih
jelas, dan perubahan pada eritrosit dapat terlihat jelas.
Sedian apus darah tebal yaitu lebih banyak membutuhkan darah untuk
pemeriksaan dibandingkan dengan sediaan apus darah tipis, jumlah selnya lebih
banyak dalam satu lapangpandang, dan bentuknya tak sama seperti dalam sediaan
apus darah tipis. Gambaran-gambaran pada apusan darah tepi tipis (bagian atas)
dan tebal (bagian atas) pada stadium trophozoite, schizont dan gametocyte.7,8
Stadium Trophozoite
14
Stadium Schizont
Pada stadium skizon terlihat inti membelah secara aseksual menjadi 2,4,8 dan
seterusnya tanpa melibatkan sel kelamin jantan dan betina. Stadium skizon
mempunyai berberapa fase mulai dari parasit dengan inti dua sampai parasit
dengan banyak inti yang masing –masing intinya disertai sitoplasma.8
Stadium Gametocyte
15
Stadium gametosit merupakan stadium seksual yang akan menjadi sel
kelamin jantan dan betina, berkembang lebih lanjut di dalam tubuh nyamuk
Anopheles betina. Gametosit dapat berbentuk bulat atau seperti pisang tergnatung
spesies. Warna dari sitoplasma parasit dapat digunakan untuk membedakan sel
kelamin jantan (mikrogametosit) dan sel kelamin betina (makrogametosit).8
C. Pemeriksaan immunoserologis.
– Radio immunoassay
– Enzym immunoassay
16
– Immuno chromatography
Penemuan adanya antigen pada teknik ini memberikan gambaran pada saat
dilakukan pemeriksaan diyakini parasit masih ada dalam tubuh penderita.
Kelemahan dari teknik tersebut adalah tidak dapat memberikan gambaran derajat
parasitemia.10
2. Deteksi antibodi.
Teknik deteksi antibodi ini tidak dapat memberikan gambaran bahwa infeksi
sedang berlangsung. Bisa saja antibodi yang terdeteksi merupakan bentukan
reaksi immunologi dari infeksi di masa lalu. Beberapa teknik deteksi antibodi ini
antara lain :
D. Sidik DNA.
2.6 PENATALAKSANAAN
17
berat diobati dengan injeksi Artesunat dilanjutkan dengan ACT oral. Di samping
itu diberikan primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal.1,11
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah
primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks,
Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja
dengan dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan
dosis 0,25 mg /kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan.
Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di
bawah ini:
Tabel 1 : Pengobatan Malaria falciparum menurut berat badan dengan DHP dan
Primakuin. (Sumber : Ikatan Dokter Indonesia, 2017)
Tabel 2 : Pengobatan Malaria vivax menurut berat badan dengan DHP dan
primakuin. (Sumber : Ikatan Dokter Indonesia, 2017)
18
2) Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen ACT
yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP ditambah
dengan Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk
malaria vivaks.
Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali perhari selama 3 hari, dengan
dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan primakuin
Jika puskesmas atau klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien malaria
berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Sebelum dirujuk
berikan artesunat intravena dengan dosis 2,4mg/kgbb sebanyak 3 kali jam ke 0,
12, 24. Jika tidak tersedia dapat diberikan kina drip.
19
Algoritme 1 : Penatalaksanaan Malaria Berat di Pelayanan Primer
20
Algoritme 2 : Penatalaksanaan Malaria Berat di RS Rujukan.
2.7 PENCEGAHAN
21
Mefloquine juga bisa diberikan sebagai obat profilaksis untuk pencegahan
malaria dengan dosis 228mg/minggu/tablet. Obat ini diminum 2 minggu sebelum
bepergian, selama berada di daerah tersebut sampai 4 minggu setelah kembali.
Doksisiklin juga merupakan salah satu obat yang digunakan untuk
kemoprofilaksis dengan dosis 100mg/hari. Obat ini diberikan 1-2 hari sebelum
bepergian, selama berada di daerah tersebut sampai 4 minggu setelah kembali.
Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak dibawah umur 8 tahun dan tidak
boleh diberikan lebih dari 6 bulan.6,11
2.8 PROGNOSIS
22
BAB III
PENUTUP
RINGKASAN
menggigil dan keringat. Gejala lainnya yang tidak spesifik berupa sakit
23
DAFTAR PUSTAKA
24