The Change Score of Ankle Brachial Index Because of Diabetes Duration and Smoking History in
Diabetes Mellitus Type 2 Sufferersin
ABSTRAK
Ankle Brachial Index (ABI) merupakan pemeriksaanbyang dilakukan untuk mengetahui gangguan aliran darah
pada kaki. Penurunan nilai ABI meningkatkan kejadian ulkus di kaki penderita DM tipe II. Pencegahan dapat
dilakukan dengan mengurangi faktor resiko. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh usia, jenis
kelamin, merokok dan lama menderita DM pada ABI penderita DM tipe II. Jenis penelitian ini adalah analitik
korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe II
yang pernah berkunjung ke puskesmas Helvetia dan puskesmas Darussalam Kota Medan. Sampel penelitian ini
sebanyak 92 responden, diambil menggunakan tehnik simple random sampling. Hasil uji regresi linear
berganda, usia dan jenis kelamin, tidak berpengaruh terhadap nilai ABI (p>0,05). Ada pengaruh lama menderita
DM (p=0,000) dan riwayat merokok (p=0,000) secara signifikan pada nilai ABI. Disimpulkan merokok dan
lama menderita DM dapat memperburuk vaskularisasi di ekstremitas bawah. Disarankan penderita DM tipe II
yang merokok untuk berhenti merokok karena merokok meningkatkan resiko komplikasi kaki diabetik.
Kata kunci: Ankle brachial index, lama menderita DM, riwayat merokok.
ABSTRACT
Ankle Brachial Index (ABI) is an intervention to know blood flow disorder in the legs. A lower ABI score can
increase the risk of suffering from diabetic foot ulcer. Prevention can be done reduce the risk factor. The
objective of this research was to analyse the effect of smoking and duration of diabetes mellitus on the ABI of
patients with Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM). This study utilized an analytic correlation with cross sectional
design. This study population was T2DM Sufferersin in Puskesmas Helvetia and Puskesmas Darussalam
Medan City. Sample in this study was 92 T2DM patients, taken by simple random sampling. By using multiple
linear regression test, it was shown not effect of age and sex on ABI of patients with T2DM (p>0.05). It was
shown the effect duration of T2DM and history of smoking on ABI patients with T2DM (p<0.05). Concluded
smoking and duration of diabetes can worsen vascularization in the lower extremities. It was recommended to
patients with T2DM to stop smoking because smoking increases the risk of diabetic foot complications.
1
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 2 2016
ISSN : 2087-2879
kunjungan dan di Puskesmas Darussalam dari PAP (Husin, 2006). Pasien DM
sebanyak 678 kunjungan. menganggap bahwa nyeri yang timbul dikaki
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis merupakan nyeri biasa yang dapat
yang kompleks yang memerlukan perawatan disembuhkan dengan istirahat. PAP dapat
medis terus-menerus dengan strategi berdampak pada amputasi, karena itu
pengurangan multifaktor risiko dalam pencegahan penting untuk dilakukan.
mengontrol gula darah (ADA, 2014). Jika Pencegahan dapat dilakukan dengan
tidak dikelola dengan baik DM dapat meningkatkan kemampuan Self care penderita
mengakibatkan komplikasi mikro dan DM melalui peran perawat sebagai educator
makrovaskuler (Antono, 2008). Penyakit (Sutandi, 2012). Perawat dapat memberikan
vaskuler merupakan penyebab 75% dari angka pendidikan kesehatan mengenai faktor – faktor
kematian penderita diabetes dan sekitar 15% yang meningkatkan resiko PAP, gejala dan
menimbulkan komplikasi kaki diabetes (Price cara pencegahan PAP sehingga penderita
& Wilson, 2011, p1272). Angka amputasi mampu mengenali dan mencegah PAP tidak
akibat ulkus dan gangren berkisar 15-30% berkembang menjadi kaki diabetes secara
(PDPERSI, 2011). IWGDF (2014) mandiri (Sutandi, 2012).
menyatakan bahwa setiap 20 detik, penderita Dengan latar belakang diatas, maka
diabetes harus kehilangan kaki akibat peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh
amputasi. merokok dan lama menderita DM pada nilai
Kasus amputasi akibat DM sekitar 50% ABI penderita DM tipe II. Dengan mengetahui
dapat dihindari melalui tindakan preventif faktor resiko PAP seperti merokok diharapkan
(Smeltzer & Bare, 2010, p1236) Pencegahan penderita DM tipe II dapat meminimalkan
kaki diabetes dapat dilakukan dengan cara risiko terjadinya ulkus kaki diabetes.
kontrol metabolik yang menekankan pada
status nutrisi dan kadar glukosa darah serta METODE
kontrol vaskular dengan cara melakukan Penelitian ini bersifat analitik korelasi
latihan kaki dan pemeriksaan vaskular non- dengan pendekatan cross sectional yang
invasif seperti pemeriksaan ankle brachial dilakukan di Puskesmas Helvetia dan
index (ABI) serta modifikasi faktor risiko Darussalam Kota Medan. Populasi Penelitian
seperti berhenti merokok dan penggunaan alas ini adalah pasien diabetes mellitus yang
kaki khusus (Sudoyo, 2006 dalam Laksmi, pernah berkunjung ke puskesmas Helvetia dan
2013). puskesmas Darussalam Kota Medan.
Pemeriksaan ABI dilakukan untuk Sampel penelitian berjumlah 92 pasien,
mengetahui keadekuatan sirkulasi vaskuler diambil secara simple random sampling
perifer ke arah tungkai pada penderita selama Mei-Juli 2016. Kriteria inklusi
diabetes. Pada pasien yang mengalami penelitian adalah penderita DM tipe II yang
gangguan peredaran darah kaki maka akan pernah berkunjung ke Puskesmas Helvetia dan
ditemukan tekanan darah tungkai lebih rendah Darussalam, tidak terdapat ulkus dikaki, tidak
dibandingkan dengan tekanan darah lengan mengalami neuropati, tidak merasakan
(Smeltzer & Bare, 2010, p1236). Sirkulasi kesemutan dan nyeri dikaki, sedangkan
perifer area tungkai yang buruk merupakan kriteria eksklusi adalah penderita dengan nilai
salah satu faktor pemicu terjadinya ulkus kaki ABI > 1,3, memakai alat pacu jantung.
pada penderita diabetes, selain faktor Instrumen yang digunakan berupa
neuropati dan infeksi (Ruff, 2003 dalam lembar kuesioner, lembar observasi nilai ABI,
Maulana, 2012). The major cardiovascular spignomanometer aneroid dan vascular
society’s merekomendasikan pemeriksaan ABI doppler ultrasound probe. Lembar kuesioner
untuk mendeteksi gejala subklinik gangguan digunakan untuk mendapatkan data mengenai
kardiovaskuler pada perokok dan dibetes usia, jenis kelamin, dan lama menderita DM.
berusia lebih dari 50 tahun (Cooke, 2014). Data nilai ABI dilakukan dengan
Nilai ABI yang rendah mengindikasikan membandingkan tekanan darah di ankle dan di
adanya gangguan sirkulasi di perifer yang brachial. WOCNS (2012) merekomendasikan
biasa dikenal dengan Penyakit Arteri Perifer untuk melakukan pemeriksaan ABI
(PAP). Penderita DM sering tidak menyadari menggunakan spignomanometer aneroid dan
bahwa mereka terkena PAP karena vascular Doppler ultrasound probe. Sebelum
ketidaktahuan mereka tentang tanda dan gejala digunakan, spignomanometer aneroid dan
2
Idea Nursing Journal Galvina Volta Simanjuntak
3
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 2 2016
ISSN : 2087-2879
pada wanita yang menopause dapat Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menyebabkan kadar glukosa darah tidak responden yang menderita DM diatas 10 tahun
kendali (ADA, 2013). Hal ini didukung oleh mempunyai rata-rata nilai ABI lebih rendah
hasil penelitian bahwa mayoritas responden dari responden yang menderita DM kurang
tergolong dalam kelompok usia yang dari 10 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang
mengalami menopause yaitu diatas 65 tahun. menyatakan bahwa angka kejadian PAP (nilai
Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ABI dibawah 0,9) meningkat pada penderita
ada pengaruh jenis kelamin terhadap nilai ABI. DM dengan durasi diatas 10 tahun (ADA,
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Akram, 2003).
et al. (2011) untuk melihat perbedaan nilai Penelitian ini menunjukkan bahwa ada
ABI berdasarkan jenis kelamin pada penderita pengaruh lama menderita DM terhadap nilai
DM, juga menunjukkan tidak ada perbedaan ABI. Hasil penelitian oleh Jue Li, et al (2007)
yang signifikan nilai ABI berdasarkan jenis pada 1647 penderita DM tipe II di Cina
kelamin. Penelitian oleh Kari, Pertti, Pekka, & didapatkan bahwa ada pengaruh durasi lama
Korhonen (2007) menunjukkan tidak ada DM dengan nilai ABI dengan OR 1,017.
pengaruh jenis kelamin terhadap nilai ABI. Namun, Hasil penelitian lain yang dilakukan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa oleh Akram, et al (2011) dan Mulyati (2012)
pria mempunyai pengaruh lebih rendah menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
dibandingkan perempuan terhadap nilai ABI. antara durasi lama menderita DM dengan nilai
Hal diatas didukung oleh penelitian yang ABI yang rendah.
dilakukan oleh Jue Li, et al (2007) untuk Durasi menderita DM dapat
menganalisis faktor risiko penyakit arteri memperburuk keadaaan pembuluh darah
perifer dan hubungan nya dengan ankle (ADA, 2013). Diabetes dapat menggangu
brachial index (ABI) pada penderita DM tipe fungsi lapisan endotel di arteri. Lapisan ini
II di Cina dengan responden sebanyak 1647 merupakan organ yang aktif secara biologi,
orang. Didapatkan bahwa pria mempunyai oleh karena kemampuannya dalam
resiko yang lebih rendah dari pada wanita memproduksi zat vasodilator yang dinamakan
untuk mempunyai nilai ABI rendah dengan endothelium derived relaxing factors (EDRF)
OR 0,687. yang dikenal juga sebagai Nitric Oxide (NO).
Menurut ADA (2013), wanita dengan NO adalah stimulus yang penting dari
diabetes memiliki resiko menopause dini dan vasodilatasi dan mengurangi terjadinya
peningkatan terjadinya gangguan jantung dan peradangan melalui modulasi interaksi
pembuluh darah. Hasil penelitian oleh leukosit dan dinding pembuluh darah dan lebih
Wannamethee, et al., (2011) menemukan jauh NO membatasi migrasi dan proliferasi
bahwa wanita dengan diabetes hampir tiga kali vascular smooth muscle cell (VSMC) serta
lebih mungkin untuk terkena penyakit jantung membatasi aktivasi dari sel pembeku darah.
koroner dibandingkan dengan perempuan Inilah sebabnya, hilangnya NO akan
tanpa diabetes, sedangkan pria dengan mengganggu pembuluh darah yang
diabetes dua kali lebih mungkin untuk menyebabkan aterosklerosis (Sihombing,
mengembangkan penyakit jantung koroner 2008). Oleh karena itu, Peningkatan
dibandingkan pria tanpa diabetes. Dari hasil komplikasi vaskular pada penderita diabetes
temuan nya tersebut ditarik kesimpulan bergantung pada lamanya menderita penyakit
bahwa wanita dengan diabetes 44% lebih dan bagaimana kontrol gula darah mereka
mungkin untuk memiliki insiden penyakit (Sanchez, et al., 2011). Semakin lama
jantung koroner dibandingkan pria dengan seseorang menderita DM, maka resiko
diabetes. Dari hasil penelitian tersebut, terjadinya aterosklerosis semakin meningkat
Wannamethee, et al. (2011) berspekulasi dan kecenderungan nilai ABI akan menurun.
bahwa wanita mungkin memiliki metabolisme Ini dapat dilihat dari nilai ß pada variabel lama
tubuh yang lebih buruk dibanding laki-laki menderita DM yang bernilai negatif yang
sehingga meningkatkan resiko terjadinya berarti ada hubungan yang berpola negative
diabetes. Dapat dilihat bahwa wanita dengan yaitu semakin lama durasi menderita DM,
diabetes lebih beresiko mengalami gangguan semakin menurun nilai ABI.
pada pembuluh darah yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pada nilai ABI.
4
Idea Nursing Journal Galvina Volta Simanjuntak
Pengaruh Riwayat Merokok terhadap Nilai berpola negatif antara riwayat merokok
Ankle Brachial Index pada Penderita DM dengan nilai ABI yaitu semakin lama merokok
tipe II maka semakin rendah nilai ABI pada penderita
Hasil perhitungan uji statistik untuk DM tipe II.
melihat pengaruh riwayat merokok terhadap
nilai ABI didapatkan bahwa terdapat KESIMPULAN
pengaruh riwayat merokok terhadap nilai ABI. Tidak ada pengaruh antara usia dan jenis
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian kelamin terhadap nilai ABI pada penderita DM
yg dilakukan oleh Kari, Pertti, Pekka, & tipe II. Ada pengaruh yang bermakna lama
Korhonen (2007) yang menyatakan bahwa menderita DM dan riwayat merokok terhadap
terdapat hubungan riwayat merokok dengan nilai ABI pada penderita DM tipe II.
nilai ABI dengan p-value 0,001. Namun, hal Melalui penelitian ini diharapkan.
ini bertentangan dengan hasil penelitian yang Pemeriksaan ABI sebaiknya dimasukkan
dilakukan oleh Akram, et al. (2011) tentang dalam prosedur pemeriksaan pada penderita
prevalensi PAP pada penderita DM tipe II di DM tipe II terutama bagi penderita yang
Paskitan, ditemukan bahwa tidak ada merokok dan menderita DM di atas 10 tahun.
hubungan antara nilai ABI rendah dengan Disarankan penderita DM tipe II untuk
merokok. melakukan pemeriksan ABI sebagai deteksi
Perkembangan progresivitas PAP dini terjadinya penyakit arteri perifer, dan
berhubungan dengan banyak rokok yang penderita yang merokok untuk berhenti
dihisap dan lama merokok (Rangkuti, 2008; merokok.
Sihombing, 2008; Glasgow,2013 dalam ASH,
2014). Mereka yang telah merokok selama DAFTAR PUSTAKA
kurang dari 25 tahun memiliki tiga kali lipat ADA. (2003). Peripheral Arterial Disease in
peningkatan risiko berkembangnya PAP People With Diabetes. Dikutip pada 02
dibandingkan dengan tidak perokok, Agustus 2016
sedangkan mereka yang telah merokok selama http://care.diabetesjournals.org/content/
25 tahun atau lebih memiliki peningkatan 26/12/3333.full.pdf
risiko lima kali lipat. Pada penderita DM yang
merokok resiko ini meningkat 50% (ASH, ADA. (2013). Woman and Diabetes, Dikutip
2014). pada 02 Agustus 2016, dari
Merokok merupakan salah satu http://www.diabetes.org
kebiasaan yang dapat meningkatkan terjadinya
aterosklerosis. Pada seorang yang merokok, ADA. (2014). Standards of Medical Care in
asap rokok akan merusak dinding pembuluh Diabetes. Dikutip pada 14 Februari
darah. Kemudian nikotin yang terkandung 2016, dari http://www.
dalam asap rokok akan merangsang hormon care.diabetesjournals.org
adrenalin yang akibatnya akan mengubah
metabolisme lemak dimana kadar HDL akan Agarwal, et al. (2012). Prevalence of
menurun. Adrenalin juga akan menyebabkan Peripheral Arterial Disease in Type 2
perangsangan kerja jantung dan Diabetes Mellitus and its Correlation
menyempitkan pembuluh darah (spasme). with Coronary Artery Disease and its
Disamping itu adrenalin akan menyebabkan Risk Factors. Journal Association
terjadinya pengelompokan trombosit. Physician India Vol 60
Sehingga semua proses penyempitan akan
terjadi (Kusmana, 2007). Akram, et al., (2011). Prevalence of peripheral
Penghentian rokok menghasilkan arterial disease in type 2 diabetics in
perbaikan tekanan darah di ankle dan Pakistan. J Pak Med Assoc, 644 – 648
mempunyai efek besar pada penurunan
komplikasi, termasuk progresivitas PAP, infark Antono, D. (2008). Peran Intervensi Perifer
otot jantung, dan mortalitas (Sihombing, pada Kasus Kaki Diabetik. Dikutip pada
2008). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian 14 februari 2016, dari
yaitu dengan melihat nilai ß variabel riwayat http://www.medistra.com/index.php?
merokok yang bernilai negatif. Dapat option=com_content&view=article&id=
disimpulkan bahwa ada hubungan yang 175
5
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 2 2016
ISSN : 2087-2879
ASH. (2014). Smoking And Peripheral Kari, S., Pertti, A., Pekka, J., & Korhonen, P.
Arterial Disease. Dikutip pada 12 maret (2007). Effects of age, sex and smoking
2014, dari http://ash.org.uk on ankle-brachial index. Itn J Angiol,
Black, M.J., & Hawkl, J.H. (2009). Medical 128 - 130
surgical nursing:clinical management
for positive outcome (7th ed). USA : Kusmana, D. (2007). Rokok dan kesehatan
Elsevier inc jantung. Dikutip pada 29 mei 2016, dari
http://www.pjnhk.go.id/content/view/18
Cooke, J. (2014). Ankle Brachial index. 3/31/
Dikutip pada 16 Februari 2016, dari
http://stanfordmedicine25.stanford.edu/t Laskmi, (2013). Pengaruh Foot Massage
he25/ankle.html Terhadap Ankle Brachial Index (ABI)
Pada Pasien Dm Tipe 2 Di Puskesmas
Depkes, RI. (2008). Pedoman pengendalian II Denpasar Barat. Dikutip pada 06 Juni
diabetes mellitus dan penyakit 2016 dari http://www.ojs.unud.ac.id
metabolic. Dikutip pada 13 februari 20
16, dari PDPERSI. (2011). Deteksi Diabetes dari
http:/www.depkes.go.id/index.php/berit kelainan kaki. Dikutip pada 11 maret
a/press-release/ 2016, dari
http://www.pdpersi.co.id/content/news.p
Handayani. (2012). Modifikasi Gaya Hidup hp?mid=5&catid=23&nid=623
Dan Intervensi Farmakologis Dini
Untuk Pencegahan Penyakit Diabetes Planas, et al. (2001). Relationship of obesity
Mellitus Tipe 2. Media Gizi Masyarakat distribution and peripheral arterial
Indonesia, Vol.1, 65 - 70. occlusive disease in elderly men.
Dikutip pada 12 maret 016, dari
Hoe, J., Koh, W., Jin, A., Sum, C., Lim, S., & http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11
Tavintharan, S. (2012). Predictors of 443508
decrease in ankle–brachial index among
patients with diabetes mellitus. Rangkuti, D.M. (2008). Hubungan kejadian
Diabetic Medicine, 1 - 12. penyakit arteri perifer dengan lamanya
menjalani hemodialisis. Dikutip pada 02
Husin, dkk. (2006). Oklusi Arteri Perifer pada juni 2016 , dari
Ekstrimitas Inferior. Dikutip pada 06 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123
Juni 2016 dari 456789/6355/1/deske_muhadi_rangkuti
http://www.repository.maranatha.edu _1.pdf
IDF. (2015). Diabetes, dikutip pada 14 Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar
februari 2016, dari 2013. Dikutip pada 14 februari 2016,
http://www.idf.org/about-diabetes dari http://www.depkes.go.id/index.php?
vw=2&id=414
IWGDF. (2015). International Working Group
On The Diabetic Foot, dikutip pada 14 Schteingart, D.E. (2006). Pankreas:
februari 2016, dari http://iwgdf.org/ Metabolisme glukosa dan diabetes
mellitus: In: Price, S.A., & Wilson,
Jue Li, et al., (2007). Risk Factors of L.M. (ed): Patofisiologi : Konsep
Peripheral Arterial Disease and Klinis Proses-Proses Penyakit (6th ed).
Relationship Between Low Ankle– Jakarta: EGC
Brachial Index and Mortality From All-
Cause and Cardiovascular Disease in Shammas, N.W. (2007). Epidemiology
Chinese Patients With Type 2 Diabetes. classification, and modifiable risk
Dikutip pada 16 februari 2016, dari factors of peripheral arterial disease.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 Dikutip pada 13 maret 2016, dari
7322639
6
Idea Nursing Journal Galvina Volta Simanjuntak