Anda di halaman 1dari 6

SOP Kontrasepsi MOW dan MOP

No. Dokumen : /SOP/UKP/Tbg/2016


No. Revisi
SOP
Tanggal
Terbit
Halaman

PUSKESMAS RAWAT INAP MAHDI


TABUNGANEN
1. Pengertian Kontrasepsi mantap (kontap) adalah suatu tindakan untuk
membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak
terbatas, yang dilakukan terhadap salah seorang dari
pasangan suami istri atas permintaan yang bersangkutan,
secara mantap dan sukarela. Tindakan kontap pada wanita
disebut MOW ( Metode Operasi Wanita) atau tubektomi,
yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar
sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma. Sedangkan pada
pria MOP (Metode Operasi Pria) atau vasektomi, yaitu
tidakan pengikatan dan pemotongan saluran benih agar
sperma tidak keluar dari buah zakar.
2. Tujuan

3. Kebijakan

4. Referensi 1. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Tahun


2014
2. Pedoman manajemen pelayanan keluarga berencana oleh
kemenkes tahun 2014
3. Prosedur Prosuder Tubektomi
1. Persiapan pasien :
a. Puasa
b. Laboratorium
c. Darah k/p
d. Posisi tidur terlentang
e. Cateter
f. Cukur
g. Pasang invus
h. Paket Anastesi
2. Persiapan alat:
a. Set tubektomi
b. Bowl umum
c. Dram kassa
d. Slang suction
e. Rubber sheet
f. Benang cromik 2/0 non ATR
g. Cromik 1 non ATR
h. Plain 2/0 ATR
i. Polipropilin 3/0 ATR
Prosedur Vasektomi

4. Langkah-langkah 1. Tubektomi
a. Minta persetujuan tindakan medic
b. Mencuci tangan steril
c. Antisepsis daerah operasi dan seklitarnya
d. Dilakukan pembiusan oleh dokter spesialis anastesi
e. Infiltrasikan lidokain 1% ke sub kutis dibawah
umbilikus
f. Jepit ujung lateral kanan dan kiri kulit di bawah
umbilikus dengan menggunakan kocher
g. Angkat kedua kocher tinggi-tinggi, tusukkan ujung
pisau bedah pada ujung lateral kanan, setelah
menembus kulit, tarik pisau bedah ke ujung kiri
dengan satu gerakan
h. Masukkan bilah retraktor kemudian lepaskan kocher
dan tarik retractor ke arah atas dan bawah sehingga
tampak fasia
i. Jepit fasia-peritoneum dengan arah atas bawah
kemudian gunting fasia-peritoneum di antara kedua
kocher
j. Masukkan ujung gunting pada sayatan fasia-
peritoneum, perlebar guntingan fasia-peritoneum ke
lateral kanan dan kiri sehingga visualisasi rongga
abdomen menjadi lebih baik
k. Dengan ujung bilah retraktor , tarik fasia-
peritoneum, lepaskan kedua kocher, lakukan
orientasi lapangan operasi
l. Orientasi dilakukan dengan menggeser retraktor &
mendorong dinding lateral uterus. Kenali uterus,
tuba dan sekitarnya
m. Gerakkan retraktor ke kiri & dinding lateral kiri
uterus ke arah medial sehingga tampak kornu dan
tuba kiri.Bila gagal menampilkan tuba, gunakan
pengait tuba. Bila tidak tersedia pengait tuba, pakai
jari telunjuk untuk menampilkan tuba
n. Jepit tuba dengan menggunakan pinset anatomis
panjang.
o. Telusuri tuba hingga mencapai mencapai fimbriae
p. Setelah dipastikan tuba, ambil bagian tengah (pars
isthmika) dengan klem Babcock dan keluarkan dari
kavum abdomen melalui luka insisi
q. Lakukan pengikatan tuba secara angka delapan
(lengkung tuba hingga ikatan berjarak 1,5-2 cm)
dengan simpul kunci
r. Potong tuba di antara simpul dan jepitan Babcock
(perhatikan hemostasis ikatan)
s. Bila ikatan baik dan tidak ada perdarahan, potong
benang 0,5 cm dari simpul ikatan
t. Kembalikan tuba kiri ke tempatnya semula, atur
kembali Gerakan retractor dan dinding lateral uterus
sehingga dapat Menampilkan tuba kanan. Ulangi
langkah yang sama pada Tuba kanan hingga selesai.
u. Setelah kedua tuba diikat dan dipotong dan
dikembalikan ke dalam kavum abdomen, bersihkan
sisa darah pada dinding perut. Lihat kembali kondisi
dalam rongga perut. Keluarkan Kassa gulung (jika
dipakai) atau instrument
v. Pindahkan bilah retraktor pada kulit, angkat
retractor, lalu jepit fascia-peritoneum dengan kocher
pada 2 tempat (kranial dan kaudal)
w. Lakukan penjahitan fascia-peritoneum secara
terputus dengan benang kromik no. 1/0
x. Bersihkan luka operasi dan kulit dengan laruran
antiseptic jahit kulit secara subkutikuler dengan
kromik no 3/0
y. Mencuci tangan
z. Lakukan pengawasan pasca tindakan
2. Vasektomi
a. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi
terlentang.
b. Rambut didaerah skrotum dicukur sampai bersih
c. Penis diplester ke dinding perut
d. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian
dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan
cairan yang tidak merangsang seperti larutan iodofor
(betadine) atau larutan klorheksidin (hibis-crub) 4 %.
e. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut
dengan kain steril berlubang pada tempat skrotum
ditonjolkan keluar.
f. Tepat dilenia mediana di atas vas deferens, kulit
skrotum diberi anestesi lokal, lalu jarum diteruskan
masuk sejajar vas deferens kearah distal, kemudian
dideponair lagi masing-masing 3-4 ml, prosedur ini
dilakukan sebelah kanan dan kiri.
g. Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan
difiksasi didalam lingkaran klem fiksasi pada garis
tengah skrotum. Kemudian klem direbahkan
kebawah sehingga vas deferens mengarah kebawah
kulit.
h. Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari
vas deferens, tepat disebelah distal lingkaran klem
dengan sebelah ujung klem diseksi dengan
membentuk sudut ± 45 derajat.
i. Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua
lapisan jaringan dari kulit sampai dinding vas
deferens akan dapat dipisahkan dalam satu gerakan.
Setelah itu dinding vas deferens yang telah telanjang
dapat terlihat.
j. Dengan ujung klem diseksi menghadap kebawah,
tusukkan salah satu ujung klem diputar menghadap
keatas. Ujung klem pelan-pelan dirapatkan dan
pegang dinding anterior vas deferens. Lepaskan klem
fiksasi dari kulit dan pindahkan untuk memegang vas
deferens yang sudah telanjang dengan klem fiksasi
lalu lepaskan klem fiksasi.
k. Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan
sekitarnya dipisahkan pelan-pelan kebawah dengan
klem diseksi. Kalau lobang telah cukup luas, lalu
klem diseksi dimasukkan ke lobang tersebut.
Kemudian buka ujung-ujung klem pelan-pelan
paralel dengan arah vas deferens yang diangkat.
Diperlukan kira-kira 2 cm vas deferens yang bebas.
Vas deferens di-crush secara lunak dengan klem
diseksi, sebelum dilakukan ligasi dengan benang
sutra 3 – 0.
l. Di antara dua ligasi kira-kira 1 – 1,5 cm vas deferens
dipotong dan diangkat. Benang pada putung distal
sementara tidak dipotong. Kontrol perdarahan dan
kembalikan putung-putung vas deferens dalam
skrotum.
m. Tarik pelan-pelan pada putung yang distal. Pegang
secara halus fasia vas deferens dengan klem diseksi
dan tutup lobang fasia dengan mengikat sedemikian
rupa sehingga putung bagian epididimis tertutup dan
putung distal ada di luar fasia. Apabila tidak ada
perdarahan pada keadaan vas deferens tidak tegang,
maka benang yang terakhir dapat dipotong dan vas
deferens dikembalikan dalam skrotum.
n. Lakukanlah tindakan di atas (langkah 7 – 13) untuk
vas deferens sebelah yang lain, melalui luka di garis
tengah yang sama. Kalau tidak ada perdarahan, luka
kulit tidak perlu dijahit hanya diaproksimasikan
dengan band aid atau tensoplas.
3. Bagan Alir

4. Hal-hal yang perlu 1. MOW


diperhatikan a. Pasien harus melalui prosedur konseling yang baik
dan memenuhi persyaratan sukarela sebagai pasien.
b. Tempat pelayanan tubektomi harus memenuhi
standar pelayanan.
c. Operasi dilakukan oleh dokter yang terlatih.
2. MOP
a. Tenaga dokter yang berwenang memberikan
vasektomi harus terlatih.
b. Melakukan vasektomi harus sesuai prosedur yang
telah ditetapkan dengan memperhatikan prosedur
asepsis dengan baik.
c. Tempat pelayanan vasektomi harus diberikan
dirumah sakit pemerintah, rumah sakit / klinik swasta
dan puskesmas.
d. Pasien setelah operasi apabila ingin berhubungan
suami-istri harus menggunakan kondom minimal 20
kali hubungan agar terbebas air maninya dari sel
sperma.
e. Pasien setelah operasi dianjurkan agar selalu menjaga
kebersihan.
5. Unit terkait a. KIA
b. Loket
c. Kasir
d. Apotik
e. Pustu
6. Dokumen terkait 1. Rekam medis
2. General consent
3. Regester KB
7. Rekaman historis perubahan
No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai
diberlakukan

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Rawat Inap Tabunganen

MAHDI

Anda mungkin juga menyukai