Anda di halaman 1dari 6

SOP KB TUBEKTOMI DAN VASEKTOMI

No. No. Revisi Halaman


Jl. Stadion Patroman
Kav III No 5 Dokumen 1/6
Kota Banjar

Tanggal Ditetapkan :
Terbit Direktur RSU Banjar Patroman

SPO

dr. Suci Dara


Kontrasepsi mantap (kontap) adalah suatu tindakan untuk
membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak
terbatas, yang dilakukan terhadap salah seorang dari
pasangan suami istri atas permintaan yang bersangkutan,
secara mantap dan sukarela. Tindakan kontap pada wanita
PENGERTIAN disebut MOW ( Metode Operasi Wanita) atau tubektomi,
yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur
agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma. Sedangkan
pada pria MOP (Metode Operasi Pria) atau vasektomi, yaitu
tidakan pengikatan dan pemotongan saluran benih agar
sperma tidak keluar dari buah zakar.
TUJUAN Untuk mencegah kehamilan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Banjar Patroman No
KEBIJAKAN / / tentang tentang Kebijakan Program
Nasional Pada Rumah Sakit Umum Banjar Patroman
PROSEDUR Prosedur Tubektomi
1. Persiapan pasien
a. Puasa
b. Laboratorium
c. Darah k/p
d. Posisi tidur terlentang
e. Cateter
f. Cukur
g. Pasang infus
h. Paket Anastesi
2. Persiapan alat
a. Set tubektomi
b. Bowl umum
c. Dram kassa
d. Slang suction
e. Rubber sheet
f. Benang cromik 2/0 non ATR
g. Cromik 1 non ATR
h. Plain 2/0 ATR
i. Polipropilin 3/0 ATR
LANGKAH-LANGKAH
1. Tubektomi
a. Minta persetujuan tindakan medic
b. Mencuci tangan steril
c. Antisepsis daerah operasi dan seklitarnya
d. Dilakukan pembiusan oleh dokter spesialis anastesi
e. Infiltrasikan lidokain 15 ke sub kutis dibawah
umbilikus
f. Jepit ujung lateral kanan dan kiri kulit di bawah
umbilikus dengan menggunakan kocher
g. Angkat kedua kocher tinggi3tinggi, tusukkan ujung
pisau bedah pada ujung lateral kanan, setelah
menembus kulit, tarik pisau bedah ke ujung kiri
dengan satu gerakan
h. Masukkan bilah retraktor kemudian lepaskan kocher
dan tarik retractor ke arah atas dan bawah sehingga
tampak fasia
i. Jepit fasia-perotoneum dengan arah atas bawah
kemudian gunting fasia-perotoneum di antara kedua
kocher
j. Masukkan ujung gunting pada sayatan fasia
peritoneum, perlebar guntingan fasia-perotoneum ke
lateral kanan dan kiri sehingga visualisasi rongga
abdomen menjadi lebih baik
k. Dengan ujung bilah retraktor , tarik fasia peritoneum,
lepaskan kedua kocher, lakukan orientasi lapangan
operasi
l. Orientasi dilakukan dengan menggeser retractor dan
mendorong dinding lateral uterus. Kenali uterus, tuba
dan sekitarnya
m. Gerakkan retraktor ke kiri 7 dinding lateral kiri uterus
ke arah medial sehingga tampak kornu dan tuba kiri.
Bila gagal menampilkan tuba, gunakan pengait tuba.
Bila tidak tersedia pengait tuba, pakai jari telunjuk
untuk menampilkan tuba
n. Jepit tuba dengan menggunakan pinset anatomis
panjang.
o. Telusuri tuba hingga mencapai mencapai fimbriae
p. Setelah dipastikan tuba, ambil bagian tengah (pars
isthmika) dengan klem Babcock dan keluarkan dari
kavum abdomen melalui luka insisi
q. Lakukan pengikatan tuba secara angka delapan
(lengkung tuba hingga ikatan berjarak 1,5-2 cm)
dengan simpul kunci
r. Potong tuba di antara simpul dan jepitan Babcock
(perhatikan hemostasis ikatan)
s. Bila ikatan baik dan tidak ada perdarahan, potong
benang 0,5 cm dari simpul ikatan
t. Kembalikan tuba kiri ke tempatnya semula, atur
kembali gerakan retractor dan dinding lateral uterus
sehingga dapat menampilkan tuba kanan. Ulangi
langkah yang sama pada tuba kanan hingga selesai.
u. Setelah kedua tuba diikat dan dipotong dan
dikembalikan ke dalam kavum abdomen, bersihkan
sisa darah pada dinding perut. Lihat kembali kondisi
dalam rongga perut. Keluarkan Kassa gulung (jika
dipakai) atau instrument
v. Pindahkan bilah retraktor pada kulit, angkat retractor,
lalu jepit fasia-peritoneum dengan kocher pada 2
tempat (kranial dan kaudal)
w. Lakukan penjahitan fasia-peritoneum secara terputus
dengan benang kromik no. 1/0
x. Bersihkan luka operasi dan kulit dengan larutan
antiseptic jahit kulit secara subkutikuler dengan
kromik no 3/0
y. Mencuci tangan
z. Lakukan pengawasan pasca tindakan
2. Vasektomi
a. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi
terlentang.
b. Rambut didaerah skrotum dicukur sampai bersih
c. Penis diplester ke dinding perut
d. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian
dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan
cairan yang tidak merangsang seperti larutan iodofor
(betadine) atau larutan klorheksidin (hibis-crub) 4%
e. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut
dengan kain steril berlubang pada tempat skrotum
ditonjolkan keluar.
f. Tepat dilenia mediana di atas vas deverens, kulit
skrotum diberi anestesi lokal, lalu jarum diteruskan
masuk sejajar vas deferens kearah distal, kemudian
dideponair lagi masing-masing 3-4 ml, prosedur ini
dilakukan sebelah kanan dan kiri.
g. Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan
diviksasi didalam lingkaran klem viksasi pada garis
tengah skrotum. Kemudian klem direbahkan
kebawah sehingga vas deferens mengarah kebawah
kulit.
h. Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari
vas deferens, tepat disebelah distal lingkaran klem
dengan sebelah ujung klem diseksi dengan
membentuk sudut + 45 derajat.
i. Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua
lapisan jaringan dari kulit sampai dinding vas
deferens akan dapat dipisahkan dalam satu gerakan.
Setelah itu dinding vas deferens yang telah telanjang
dapat terlihat.
j. Pegang ujung klem diseksi menghadap kebawah,
tusukkan salah satu ujung klem diputar menghadap
keatas. Ujung klem pelan-pelan dirapatkan dan
pegang dinding anterior vas deferens. Lepaskan
klem fiksasi dari kulit dan pindahkan untuk
memegang vas deferens yang sudah telanjang
dengan klem fiksasi lalu lepaskan klem fiksasi.
k. Pada tempat vas deferens yang melengkung,
jaringan sekitarnya dipisahkan pelan3pelan kebawah
dengan klem diseksi. Kalau lobang telah cukup luas,
lalu klem diseksi dimasukkan ke lobang tersebut.
Kemudian buka ujung-ujung klem pelan-pelan paralel
dengan arah vas deferens yang diangkat. Diperlukan
kira-kira 2 cm vas deferens yang bebas. Vas
deferens di crush secara lunak dengan klem diseksi,
sebelum dilakukan ligasi dengan benang sutra 3-0
l. Dantara dua ligasi kira-kira 1 > 1,5 cm vas deferens
dipotong dan diangkat. Benang pada putung distal
sementara tidak dipotong. Kontrol perdarahan dan
kembalikan putung-putung vas deferens dalam
skrotum.
m. Tarik pelan-pelan pada putung yang distal. Pegang
secara halus fasia vas deferens dengan klem diseksi
dan tutup lobang fasia dengan mengikat sedemikian
rupa sehingga putung bagian epididimis tertutup dan
putung distal ada di luar fasia. Apabila tidak ada
perdarahan pada keadaan vas deferens tidak tegang,
maka benang yang terakhir dapat dipotong dan vas
deferens dikembalikan dalam skrotum.
n. Lakukanlah tindakan di atas (langkah 7 -13) untuk
vas deferens sebelah yang lain, melalui luka di garis
tengah yang sama. Kalau tidak ada perdarahan, luka
kulit tidak perlu dijahit hanya diaproksimasikan
dengan band aid atau tensoplas.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. MOW
a. Pasien harus melalui prosedur konseling yang baik
dan memenuhi persyaratan sukarela sebagai pasien.
b. Tempat pelayanan tubektomi harus memenuhi
standar pelayanan.
c. Operasi dilakukan oleh dokter yang terlatih.
2. MOP
a. Tenaga dokter yang berwenang memberikan
vasektomi harus terlatih.
b. Melakukan vasektomi harus sesuai prosedur yang
telah ditetapkan dengan memperhatikan prosedur
asepsis dengan baik.
c. Tempat pelayanan vasektomi harus diberika dirumah
sakit pemerintah, rumah sakit / klinik swasta dan
puskesmas.
d. Pasien setelah operasi apabila ingin berhubungan
suami-istri harus menggunakan kondom minimal 20
kali hubungan agar terbebas air maninya dari sel
sperma.
e. Pasien setelah operasi dianjurkan agar selalu
menjaga kebersihan.
UNIT TERKAIT IBS, Ruang Kebidanan

Anda mungkin juga menyukai