Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Menurut

American Heart Association (AHA), penduduk amerika yang berusia diatas 20

tahun menderita hipertensi telah mencapai angka 74,5 juta jiwa, namun

hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi

merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing

individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya

itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung

berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus),

dan mimisan. (infodatin hipertensi 2013)

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada

penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar

31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan

Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan jika

dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7%

menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat

pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya

penyakit hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui

kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis

tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1

persen yang minum obat sendiri.


Selanjutnya gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis

individu menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia

menderita penyakit hipertensi. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar

252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi.

Suatu kondisi yang cukup mengejutkan. Terdapat 13 provinsi yang

persentasenya melebihi angka nasional, dengan tertinggi di Provinsi Bangka

Belitung (30,9%) atau secara absolut sebanyak 30,9% x 1.380.762 jiwa =

426.655 jiwa.

Prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin tahun 2007 maupun tahun

2013 prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.

Adapun komplikasi dari penyakit hipertensi adalah Penyakit Jantung Koroner

(PJK), Gagal Ginjal dan Stroke. Angka nasional prevalensi PJK umur kurang

lebih 15 tahun berdasarkan wawancara sebesar 1,5%. Provinsi Nusa Tenggara

Timur mempunyai prevalensi terendah (0,3%). Prevalensi nasional penderita

gagal ginjal kronis sebesar 0,2%. Adapun provinsi yang mempunyai

prevalensi tertinggi adalah Sulawesi Tengah (0,5%) dan ada 7 provinsi yang

mempunyai prevalensi terendah. Dan berdasarkan gambaran di tahun 2013

dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara

nasional 0,2% penduduk Indonesia menderita penyakit gagal ginjal kronis.

Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat

504.248 jiwa yang menderita gagal ginjal kronis (0,2% x 252.124.458 jiwa* =

504.248 jiwa). Suatu kondisi yang cukup mengejutkan. Terjadi peningkatan

prevalensi Stroke sebesar 3,8% (dari 8,3% menjadi 12,1%). Untuk tahun 2007
Provinsi Aceh mempunyai kecenderungan prevalensi Stroke yang paling

tinggi dibandingkan provinsi lain (16,6%), dan Provinsi Papua merupakan

yang terendah (3,8%). Sedangkan untuk tahun 2013 Sulawesi Selatan

prevalensi Strokenya merupakan yang paling tertinggi (17,9%) dan Provinsi

Riau yang terendah (5,2%). Adapun secara absolut jumlah penduduk

Indonesia yang menderita stroke 12,1% x 252.124.458 jiwa* = 3.050.949

jiwa. (infodatin hipertensi 2013)

Ditahun 2016 penemuan kasus hipertensi dikota Samarinda sebanyak 5942

jiwa. Menurut jenis kelamin jumlah kasus hipertensi pada perempuan 3713

dan laki-laki 2229. (Dinkes, 2016)

Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul

setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa:

1. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah, akibat

peningkatan tekanan darah intracranial,

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,

3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf

pusat,

4. Nocturia karena peningkatan aliran darah ginjal filtrasi glomerulus,

5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, yaitu pusing,

muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk

terasa pegal dan lain-lain (Novianti, 2006).


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada kasus hipertensi yaitu

risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,

vasokonstriksi, hipertrofi ventrikel atau rigditas ventrikuler, iskemia miokard,

yang kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,

ketidakseimbangan dan kebutuhan oksigen, lalu yg terakhir nyeri akut

berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. (Asuhan

Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler, 2016)

Upaya untuk mengatasi masalah keperawatan risiko penurunan curah

jantung pada pasien hipertensi yaitu dengan cara observasi tanda-tanda vital,

intoleransi aktivitas dengan tentukan keterbatasan klien terhadap aktivitas,

nyeri akut dengan mengajarkan penggunaan Teknik non farmakologi

misalnya teknik relaksasi nafas dalam, terapi musik. (Asuhan Keperawatan

Klien Gangguan Kardiovaskuler, 2016)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk

membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga

Pasien dengan Hipertensi di Puskesmas Juanda Samarinda”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga pada pada

Kasus Hipertensi dengan Masalah Keperawatan Risiko Penurunan Curah

Jantung di Puskesmas Juanda Samarinda pada Tahun 2018?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memperoleh dan mengetahui secara langsung asuhan

keperawatan keluarga pada klien dengan Hipertensi di Puskesmas

Juanda Samarinda.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada keluarga dengan kasus Hipertensi.

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan

Hipertensi.

1.3.2.3 Menyusun perencanaan keperawatan pada keluarga dengan kasus

Hipertensi.

1.3.2.4 Melakukan implementasi keperawatan yang sesuai dengan

perencanaan keperawatan.

1.3.2.5 Mengevaluasi asuhan keperawatan keluarga dengan kasus

Hipertensi.

1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada keluarga dengan

kasus Hipertensi secara efektif dan efisien kepada keluarga.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Penulis

Untuk menambah ilmu dan pengelaman berharga dalam

melakukan Asuhan Keperawatan pada Keluarga dengan Kasus

Hipertensi

1.4.2 Bagi Tempat Penulisan


Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi referensi

bacaan ilmiah untuk melakukan Asuhan Keperawatan pada Keluarga

dengan Kasus Hipertensi.

1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Sebagai acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman tentang Asuhan Keperawatan pada Keluarga dengan

Kasus Hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai