2. Etiologi
Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor Intrinsik
a. Faktor genetik : Faktor genetik berperan penting dalam terjadinya batu ginjal pasa
seseorang. Seseorang yang mempunyai keluarga penderita batu ginjal mempunyai
risiko mengalami penyakit batu ginjal sebesar 25 kali dibandingkan dengan
seseorang yang tidak mempunyai garis keturunan penyakit batu ginjal.
Hiperkalsiuria idiopatik (penyebanya tidak diketahui) bersifat familial atau genetik.
Berdasarkan penelitian dilaporkan bahwa 50% pasien dengan hiperkalsiura
idiopatik bersifat diturunkan.
b. Riwayat sakit batu ginjal sebelumnya : Penyakit batu ginjal bersifat kumat-
kumatan. Artinya, pasien yang pernah menderita batu ginjal sekalipun batunya
pernah keluar secara spontan atau dikeluarkan oleh dokter, suatu saat nanti dapat
mengalami kekambuhan.
c. Umur: paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
d. Jenis kelamin: jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
e. Kelainan anatomi ginjal dan salurannya : Isidensi batu ginjal lebih sering terjadi
pada seseorang yang mengalami kelainan anatomi ginjal. Hal ini berhubungan
dengan terlambatnya aliran air kemih. Misalnya pada ginjal tapal kuda (horseshoe
kidney), penyempitan ureter, penyempitan dikaliks, dan sebagainya.
Faktor Ekstrinsik
a. Obstruksi.
b. Peningkatan tekanan hidrostatik.
c. Distensi pelvis ginjal.
d. Rasa panas dan terbakar di pinggang.
e. Kolik.
f. Peningkatan suhu (demam).
g. Hematuri.
h. Gejala gastrointestinal; mual, muntah, diare.
i. Nyeri hebat
4. Klasifikasi
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium
fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan
tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan
timbulnya batu residif.
1) Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan
yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:
Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi
karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan
kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan
adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada
hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai
pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat
seperti the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau
terutama bayam.
Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam
urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu
kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan
kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.
Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium
sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan
hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom
malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi
dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan
kalsium ddengan oksalat.
2) Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini
dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan
pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah
urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan
garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium
amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
3) Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami
oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan
urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi
protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume
urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
5. Patofisiologi
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi
saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine
atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat
menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih
dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal
permanen (gagal ginjal).
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut:
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni
jenuh akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti (nidus). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini
menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu
pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan
dan meyebabkan terjadinya pengendapan.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi
saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine
atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat
menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih
dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal
permanen (gagal ginjal).
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis
belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu
antara lain: Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan
juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin
menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan
batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri,
trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar
dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat
dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis
karena dilatasi ginjal. Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan
kerusakan pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal
tidak mampu melakukan fungsinya secara normal. Maka dapat terjadi penyakit GGK yang
dapat menyebabkan kematian.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit), dan
pH urin.
Kreatinin serum untuk mengetahui fungsi ginjal.
C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada
keadaan demam.
Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko
metabolik.
Urinalisasi
Warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum menunjukan SDM,
SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), ph asam (meningkatkan sistin dan
batu asam urat) alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat), urine 24 jam: kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau
sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan
urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya
batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis. Warna : normal
kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan
obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal).PH : normal 4,6 – 6,8
(rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan
magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urin 24 jam : Kreatinin,
asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine
menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan
untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen. Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan
0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk
mengekskresi sisa yang bemitrogen.
7. Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan
tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi
sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan
ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.
8. Komplikasi
1) Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.
2) Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3) Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan atau
pengangkatan batu ginjal.
4) Obstruksi
5) Hidronephrosis.
I. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling mengganggu ketidaknyamanan dalam aktivitas
atau yang menggangu saat ini.
Pada umumnya klien mengeluh nyeri didaerah luka operasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
Dimana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai dibawa ke RS.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kx dengan batu ginjal di dapatkan riwayat adanya batu dalam ginjal.
e. Riwayat penyakit keluarga
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang
tua.
f. Riwayat psikososial
Siapa yang mengasuk kx, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan
bagaimana perawat secara umum.
g. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Dikaji tentang cara klien dalam melakukan personal higiene setelah operasi dan
merawat kesehatan diri dan lingkungannya.
2) Pola nutrisi dan metabolisme.
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi penurunan karena adanya luka Op
pada ginjal.
3) Pola aktifitas dan latihan.
klien mengalami gangguan beraktivitas karena kelemahan fisik gangguan
latihan karena adanya luka op pada ginjal.
4) Pola eliminasi.
Pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau
adanya batu ginjal dalam perut, BAB normal.
5) Pola tidur dan istirahat.
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena
penyakitnya.
6) Pola sensori dan kognitif.
Pada pasien batu ginjal biasanya kelima panca indra masih dapat berfungsi
dengan baik (normal), biasanya kurang mengerti tentang penyakitnya
7) Pola reproduksi seksual.
Pada umumnya pasien batu ginjal tidak mengalami gangguan dalam hubungan
dengan produksi sexual
8) Pola hubungan peran.
Biasanya klien nefrolifiasis dalam hubungan dengan orang sekitar tetap baik
dan tidak ada gangguan.
9) Pola penanggulangan stres.
Kx dengan nefrolifiasis tetap berusaha selalu melakukan hal yang positif jika
ada masalah.
10) Pola tata nilai dan kepercayaan.
Pada umumnya kx tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang diderita
ada obatnya dan dapat cepat sembuh
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
- Klien biasanya lemah
- Kesadaran komposmentis
- Adanya rasa nyeri
2) Kulit
- Terasa panas
- Turgor kulit menurun
- Penampilan pucat
3) Pernafasan
- Pergerakan tidak ada yang tertinggal
- Nafas cepat.
4) Cardiovaskuler
- Takikardi
- Irama jantung reguler
5) Gastro intestinal
- Kurangn asupan makanan karena nafsu makan menurun.
6) Sistem integumen
- Tampak pucat
7) Genito urinalis
- Dalam BAK produksi urine tidak normal.
- Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.
II. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan (NANDA, NOC, NIC )
DIAGNOSA NOC NIC
Nyeri akut Kontrol Manajemen Nyeri
Defenisi : Nyeri Intrevensi yang akan dilakukan :
Pengalaman emosional dan Klien diharapkan mampu untuk : - Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif
sensori yang tidak - Menilai dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
menyenangkan yang muncul factor penyebab intensitas dan penyebab.
dari kerusakan jaringan secara - Menilai - Evaluasi bersama pasien dan tenaga kesehatan
aktual dan potensial atau gejala dari nyeri lainnya dalam menilai efektifitas pengontrolan nyeri yang
menunjukkan adanya pernah dilakukan
- Gunakan
kerusakan - Bantu pasien dan keluarga mencari dan
tanda tanda vital memantau
menyediakan dukungan.
perawatan
- Gunakan metoda penilaian yang berkembang
- Laporkan untuk memonitor perubahan nyeri serta mengidentifikasi faktor
tanda / gejala nyeri pada tenaga aktual dan potensial dalam mempercepat penyembuhan
kesehatan professional Pemberian Obat Penenang
- Gunakan Intrevensi yang akan dilakukan :
catatan nyeri
- Kaji riwayat kesehatan pasien dan riwayat
Tingkat pemakaian obat penenang
Kenyamanan - Tanyakan kepada pasien atau keluarga tentang
Klien diharapkan mampu untuk : pengalaman pemberian obat penenang sebelumnya
- Lihat kemungkinan alergi obat
- Melaporkan
- Tinjau ulang tentang contraindikasi pemberian
Perkembangan Fisik
obat penenang
- Melaporkan Pemberian Analgesic
perkembangan kepuasan
- Melaporkan Intrevensi yang akan dilakukan :
perkembangan psikologi - Tentukan lokasi , karakteristik, mutu, dan
- Mengekspre intensitas nyeri sebelum mengobati pasien
sikan perasaan dengan - Periksa order/pesanan medis untuk obat, dosis,
lingkungan fisik sekitar dan frekuensi yang ditentukan analgesik
- Menekspres - Cek riwayat alergi obat
ikan kepuasan dengan Kontrol
nyeri
Tingkat
an Nyeri
Klien diharapkan mampu untuk:
- Melaporkan
Nyeri
- Ekspresi
nyeri lisan
- Ekspresi
wajah saat nyeri
- Melindungi
bagian tubuh yang nyeri
- Perubahan
frekuensi pernapasan
Kekurangan Volume Cairan Keseimb Manajemen Elektrolit
Defenisi : angan Elektrolit Asam dan Intrevensi yang akan dilakukan :
Keadaan individu yang Basa - Monitor serum elektrolit abnormal
mengalami penurunan Klien diharapkan mampu untuk: - Monitor manifestasi imbalance cairan
cairanintravaskuler,interstisial, - Pertahankan kepatenan akses IV
- Denyut
dan atau intrasel. Diagnosis ini - Berikan cairan sesuai kebutuhan
jantung
merujuk ke dehidrasi yang - Catat intake dan output secara akurat
- Irama
merupakan kehilangan cairan Manajemen Syok
jantung
saja tanpa perubahan dalam
- Pernapasan Intrevensi yang akan dilakukan :
natrium.
- Irama - Monitor tanda dan gejala perdarahan yang
napas konsisten.
- Kekuatan - Catat pendarahan tertutup pada pasien.
otot - Cegah kehilangan darah (ex : melakukan
Keseimb penekanan pada tempat terjadi perdarahan)
angan Cairan - Berikan cairan IV, yang tepat/
Klien diharapkan mampu untuk: - Catat Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan
darah sesuai indikasi.
- Tekanan
- Berikan tambahan darah (ex : platelet, plasma)
darah
yang sesuai.
- Tekanan
- Monitor faktor koagulasi, termasuk waktu
arteri
protombin (PT), PTT, fibrinogen, degrtadasi fibrin, den jumlah
- Tekanan
platelet, jika diperlukan.
vena sentral
- Gunakan celana MAST jika perlu.
- Palpasi
nadi perifer
Pemantauan Cairan
- Kesimbang
Intrevensi yang akan dilakukan :
an intake & output (24jam)
- Kestabilan - Kaji tentang riwayat jumlah dan tipe intake
berat badan cairan dan pola eliminasi
- Kaji kemungkinan factor resiko terjadinya
- Konfusi imbalan cairan (seperti : hipertermia, gagal jantung, diaforesis,
yang tidak tampak diare, muntah, infeksi, disfungsi hati)
- Hidrasi
- Monitor BB, intake dan output
kulit - Monitor nilai elektrolit urin dan serum
Hidrasi - Monitor osmolalitas urin dan serum
Klien diharapkan mampu untuk: - Monitor denyut jantung, status respirasi
- Hidrasi
kulit
- Kelembaba
n membran mukosa
- Haus yang
abormal (-)
- Perubahan
suara napas (-)
- Napas
pendek (-)
- Mata yang
cekung (-)
- Demam (-)
- Keringat