PENDAHULUAN
1
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering
terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, penyakit
infeksi dan lain-lain. Laporan lainnya yakni di Israel angka prevalensi cedera punggung
tertinggi pada sopir ambulans (16,8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di Australia,
diantara 813 sopir ambulans, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insidens
cedera muskuloskeletal 4.62/100 sopir ambulans per tahun. Khusus di Indonesia, data
penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di RS belum tergambar dengan jelas , namun
diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari para petugas di RS, sehuungan dengan bahaya-
bahaya yang ada di RS.1
Selain itu, tercatat bahwa terdapat beberapa kasus penyakit kronis yang diderita
petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita), penyakit ginjal dan
saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57% wanita) serta nyeri tulang
belakang dan pergeseran diskus intervertebrae.1
Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas
RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit,
saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit kepala,
gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan, penyakit
kulit dan sistem otot dan tulang rangka. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu
upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena
itu K3 RS perlu dikelola dengan baik.1
2
BAB II
TUJUAN SURVEI
a. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami supir ambulans di RSUP
Wahidin Sudirohusodo
b. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu
kesehatan petugas
c. Untuk mengetahui keluhan penyakit yang dialami yang berhubungan dengan
pekerjaan pada supir ambulans di RSUP Wahidin Sudirohusodo
d. Untuk mengetahui tentang APD yang digunakan pada saat bekerja
e. Untuk mengetahui adanya rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja di
tempat kerja
f. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan
(sebelum kerja, berkala, berkala khusus)
g. Untuk mengetahui tentang peraturan pimpinan RS tentang K3 di tempat kerja
h. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan misalnya ada
penyuluhan/pelatihan, pengukuran/pemantauan lingkungan tentang hazard yang
pernah dilakukan
i. Untuk mengetahui organisasi K3 di tempat kerja
3
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
4
kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan
produktivitas kerja.6
Sasaran kesehatan kerja khususnya Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja dapat diberikan batasan sebagai berikut : SMK3 adalah merupakan bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab
pelaksanaan prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan
penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya kerja yang aman, efisien dan produktif.6
5
yang curam ketika mencoba untuk mencapai tujuan pada saat kemacetan
lalu lintas)
ii. Tergelincir, tersandung, dan jatuh (dari tangga atau ketinggian) ketika
sedang membawa tandu dan mengangkut atau menolong pasien.
iii. Cedera akibat dari melaksanakan bermacam-macam pekerjaan (tugas
memperbaiki di lapangan, mengganti ban mobil, dan lain-lain) sebagai
pengemudi kendaraan.
iv. Kebocoran secara tiba-tiba dari gas bertekanan tinggi (misalnya oksigen
atau gas anestetik) di dalam ambulans.
v. Paparan terhadap kebisingan yang tinggi dari sirine ambulans
vi. Paparan terhadap isotop radioaktif (di beberapa negara dimana ambulans
digunakan untuk transportasi radioisotop ke rumah sakit)
b) Faktor kimia
i. Paparan terhadap gas anestetik yang diberikan kepada pasien di dalam
ambulans
ii. Dermatitis yang disebabkan oleh penggunaan bilasan yang berlebihan,
membersihkan dan agen disinfektan.
c) Faktor biologis
i. Paparan terhadap penyakit menular dari pasien
ii. Berpotensi terpapar oleh cairan tubuh pasien (misalnya : darah)
d) Faktor ergonomik dan sosial
i. Nyeri punggung dan masalah muskuloskeletal lainnya karena bekerja
terlalu keras dan postur tubuh yang salah pada saat mengangkat dan
sebaliknya memindahkan pasien, mengemudi di jalan yang
bergelombang, memperbaiki kendaraan di tengah jalan, dan lain-lain.
ii. Stres psikologis karena mengemudi yang berbahaya dalam tekanan
waktu, berhubungan dengan korban kecelakaan, pasien gawat dan
mayat, jadwal kerja yang tidak biasa, dan tingkat kewaspadaan yang
tinggi.
6
lain.Keberhasilan terapi kontak dermatitis pada awalnya harus termasuk mengidentifikasikan
agen/bahan iritan.Dengan menghindari agen atau bahan tersebut ruam dan kemerahan dapat
hilang sendiri dalam masa 2 hingga 4 minggu. Ketika terkena paparan iritan, kulit menjadi
radang, bengkak, kemerahan dan dapat berkembang menjadi vesikel kecil atau papul
( tonjolan ) dan mengeluarkan cairan bila terkelupas. Gatal , perih dan rasa terbakar terjadi
pada bintik-bintik merah itu.
b) Hepatitis 7
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya
strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci,
yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang
menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat
menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores
atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.
c) Low back pain7
Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga
kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik
dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low
back pain). Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat, mempercepat terjadinya serta
menyebabkan kekambuhan penyakit. Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan
Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga
operator peralatan,
d) Stress7
Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati
seseorang. Untuk itu pekerja di tempat kerja kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan
yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan. Pekerjaan pada
unit-unit tertentu yang sangat monoton. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan
dan bawahan atau sesama teman kerja. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra
kerja di sektor formal ataupun informal.
7
cara untuk mencegah kecelakaan dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi
diri akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan yang terjadi.8
Jenis alat-alat pelindung diri yang digunakan oleh sopir ambulans di rumah sakit
adalah Masker, topi, kacamata, sarung tangan, sepatu Peralatan pelindung diri tidak
menghilangkan atau pun mengurangi bahaya yang ada. Peralatan ini hanya mengurangi
jumlah kontak dengan bahaya dengan cara penempatan penghalang antara tenaga kerja
dengan bahaya.8,9
8
sifat pekerjaan yang diberikan kepadanya. Mengenai jenis pemeriksaan kesehatan kerja
tertuang dalam Permenakertrans No.: Per-02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja, dimana jenis-jenis pemeriksaan
kesehatan kerja terdiri dari :
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja
diterima untuk melakukan pekerjaan. Bertujuan agar tenaga keria yang diterima berada dalam
kondisi kesehatan yang setinggi- tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan
mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukannya sehingga
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja lain-lainnya juga
dapat dijamin. Semua perusahaan sebagaimana tersebut dalam pasal 2 ayat (2) Undang-
undang No. 1 Tahun 1970 harus mengadakan Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja.
9
tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan
kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.
10
BAB IV
METODOLOGI SURVEI
4.1 Bahan dan Cara
4.1.1 Bahan
Bahan yang digunakan untuk survei ini antara lain alat tulis menulis, kertas, alat
perekam suara, dan kamera
4.1.2 Cara
Survei ini dilakukan dengan menggunakan metode walkthrough survei yaitu
dengan menggunakan tabel check list.
4.2 Lokasi Survei
Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
4.3 Jadwal Survei
Penelitian ini dilakukan ± 1 minggu dimulai dengan memahami konsep
kesehatan dan keselamatan kerja pada sopir ambulans.
29 Juli 2013 Melapor di RS Ibnu Sina dan membuat referat mengenai higiene
industri dan walk-through survei
30 – 31 Juli 2013 Membuat proposal penelitian mengenai aspek kesehatan dan
keselamatan kerja sopir ambulans di RSUP DR. Wahidin
sudirohusodo
1 Agustus 2013 Melakukan survei di lokasi penelitian
2 Agustus 2012 Membuat laporan hasil penelitian
11
CHECK LIST ASPEK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SOPIR
AMBULANS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
Faktor Fisik
Faktor Kimia
Faktor biologis
Faktor ergonomi
Faktor psikososial
13
Pemeriksaan Kesehatan
Rambu-rambu kesehatan
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Fadilah S. Pedoman manajeman kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di rumah sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
432/MENKES/SK/IV/2007. Jakarta
2. ILO. Encyclopaedia of occupational health and safety, 4th edition. Geneva : ILO.
1998.
3. ILO, International Hazard Datasheets on Occupation. Geneva : ILO. 2012.
4. O'Donnell, Mark H. RPI Ambulance Standard Operating Procedures. New York :
Rensselaer Polytechnic Institute. 2012.
5. Buraena S. Keselamatan kerja [bahan kuliah]. 2010.
6. Uhud A, Kurniawati, Harwasih S, dan Indiani SR. Buku pedoman pelaksanaan
kesehatan dan keselamatan kerja untuk praktek dan praktikum [online]. 2008 [cited
2013 July 30]. Available from: URL: www.fkg.unair.ac.id/filer/buku%20pedmn
%20K3PSTKG.pdf
7. Anoymous [online]: Penyakit Akibat Kerja di RumahSakit [cited 2013 juli 30 ].
Available fromURLhttp://duniaperawatdankesehatan.blogspot.com/2012/12/penyakit
-akibat-kerja-di-rumahsakit.html
8. Erliana. Hubungan karakteristik Individu dan penggunaan alat pelindung diri dengan
kejadian dermatitis kontak pada pekerja paving block CV. F. Lhoksumawe tahun
2008. Universitas Sumatera Utara. 2009.
9. Anoymous [online]: Jenis alat pelindung diri di rumah sakit [cited 2013 juli 30 ].
Available fromURL: http://alat2kesehatan.com/jenis-alat-pelindung-diri-di-rumah-
sakit.php
10. Anoymous [online]. Rambu-rambu Kesehatan Keselamatan Kerja. [cited 2013 juli 24]
Available from URL :http://toyibatul-ilmi.blogspot.com/2012/07/rambu-rambu-
kesehatan-keselamatan-kerja.html
11. Wahyuddin. [online]. Jenis Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja. [cited 2013 Juli
24]. Available from URL :http://abunajmu.wordpress.com/2012/11/13/jenis-
pemeriksaan-kesehatan-tenaga-kerja/
15