Anda di halaman 1dari 26

Jenis Bank Berdasarkan Fungsinya

1 ) Bank Sentral
Bank sentral yang dimaksud adalah Bank Indonesia.
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak
lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.
Menurut UU Pokok Perbankan nomor 14 Tahun 1967 jenis perbankan menurut
fungsinya terdiri atas: Bank Umum, Bank Pembangunan, Bank Tabungan, Bank
Pasar, Bank Desa, Lumbung Desa, atau Bank Pegawai.
Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan
ditegaskan lagi dengan keluarnya UU RI nomor 10 tahun 1998, jenis perbankan
menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Pembangunan dan Bank Tabungan berubah fungsi menjadi Bank Umum,
sedangkan Bank Desa, Bank Pasar, Lumbungan desa dan Bank Pegawai menjadi
Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Tugas pokok Bank Sentral adalah:
1) mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan nilai rupiah
2) mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas
kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.

2 ) Bank Umum
Pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Jasa yang diberikan oleh bank umum bersifat umum, artinya
dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum sering disebut
bank komersial (commercial bank).

3 ) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya, kegiatan BPR jauh lebih
sempit jika dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum. Dengan demikian,
dewasa ini di Indonesia terdapat tiga macam bank yaitu bank Sentral, Bank
Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat.
Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya
Apabila ditinjau dari segi kepemilikannya, jenis bank terdiri atas bank milik
pemerintah, bank milik swasta nasional, dan bank milik swasta asing.
1 ) Bank Milik Pemerintah
Bank pemerintah adalah bank di mana baik akta pendirian maupun modalnya
dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh
pemerintah pula. Contohnya Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri. Selain
itu ada juga bank milik pemerintah daerah yang terdapat di daerah tingkat I dan
tingkat II masing-masing provinsi. Ditinjau dari segi kepemilikan adalah siapa pun
yang turut andil dalam pendirian suatu bank. Kepemilikan bank dapat dilihat
dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimilikinya.
 Bank Negara Indonesia 46 (BNI)
 Bank Rakyat Indonesia (BRI)
 Bank Tabungan Negara (BTN)
 Contoh Bank DKI
 Bank Jateng,dan sebagainya.
Sedangkan bank milik pemerintah daerah (Pemda) terdapat di daerah tingkat I
dan tingkat II. Contoh bank pemerintah daerah adalah BPD DKI Jakarta, BPD
Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur, BPD Sumatera Utara, BPD
Sumatra Selatan, BPD Sulawesi Selatan, dan BPD lainnya:

2) Bank milik swasta nasional


Bank jenis ini, seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta
nasional. Akte pendiriannya menunjukkan kepemilikan swasta, begitu pula
pembagian keuntungannya untuk pihak swasta. Contoh bank milik swasta
nasional antara lain: Bank Muamalat, Bank Central Asia, Bank Bumi Putra, Bank
Danamon, Bank Duta, Bank Nusa Internasional, Bank Niaga, Bank Universal,
Bank Internasional Indonesia:

3) Bank milik Koperasi


Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh badan hukum koperasi,
contohnya adalah Bank Umum Koperasi Indonesia;
4) Bank milik campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta
nasional. Saham bank campuran secara mayoritas dimiliki oleh warga negara
Indonesia. Contoh bank campuran antara lain : Sumitono Niaga Bank, Bank
Merincop, Bank Sakura Swadarma, Bank Finconesia, Mitsubishi Buana Bank,
Inter Pacifik Bank, Paribas BBD Indonesia, Ing Bank, Sanwa Indonesia Bank,
dan Bank PDFCI.
5 ) Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik
swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar
negeri. Contohnya ABN AMRO bank, City Bank, dan lain-lain.

Menurut para ekonom, permintaan dapat diartikan sebagai suatu barang atau jasa yang
diminta pda tingkat harga tertentu dan dalam jumlah yang tertentu pula dengan memperhatikan
berbagai kondisi tertentu. Tentunya penafsiran permintaan secara islam pun tidak jauh berbeda
dari konsep permintaan selayaknya menurut pengertian orang orang barat yang hedonis. Yang
membedakannya adalah bahwa dalam islam kita harus memperhatikan syariat yang mengajarkan
bahwa kita tidak boleh serakah dan mengeksploitasi sesuatu secara berlebihan , karena akan
berdampak buruk kepada kita, dan Allah SWT pun senantiasa tidak menyukai orang-orang yang
berlebihan. Adapun konsep hukum permintaan hedonis adalah bahwa jika harga turun, maka
permintaan naik dan apabila harga naik maka permintaan turun. Ini lah konsep hokum
permintaan yang hanya terfokus kepada jumlah barang dan harga saja tanpa memperhatikan
bagaimana sisi religi terutama kehalalan dari barang atau jasa tersebut.
Adapun tujuan sorang islam melakukan permintaan adalah harus memberi faedah dan
maslahah / bermanfaat bagi dunia dan akhirat, kita tidak boleh melakukan sesuatu yang sama
sekali tidak ada kemaslahatan bagi kita. Contohnya apabila kita mengalokasikan pengeluaran
kepada rokok, maka hal itu akan lebih berfaedah apabila kita membelikannya makanan yang
bergizi. Kita pun tidak boleh melakukan permintaan atas barang atau jasa yang haram.
Konsumsi/permintaan barang yang haram selain secara syariat dilarang, konsumennya berdosa
dan nanti di akhirat mendapat balasan berupa siksa, konsumsi barang haram juga memberikan
dampak yang tidak baik, di antaranya adalah :

1. Merusak agama, karena telah melanggar syariat;


2. pengaruh terhadap ibadah menjadi tidak khusyu' dan tingkat keikhlasannya berkurang;
3. pengaruh terhadap akhlak yang semakin rusak dan jelek;
4. pengaruh terhadap kesatuanumat;
5. pengaruh terhadap kesehatan;
6. menimbulkan kerusakan dan kemerosotan;
7. menimbulkan kehinaan dan kenistaan hidup; dan
8. menimbulakan kehancuran ekonomi dan kemandekan produksi.

Penawaran Islam

Penawaran adalah barang atau jasa yang ditawarkan pada jumlah dan tingkat harga
tertentu dan dalam kondisi tertentu. Penawaran islam pun ada hal yang membedakannya dengan
penawaran hedonis, bahwa barang atau jasa yang ditawarkan harus transparan dan dirinci
spesifikasinya, bagaimana keadaan barang tersebut, apa kelebihan dan kekurangan barang
tersebut. Jangan sampai penawaran yang kita lakukan merugikan pihak yang mengajukan
permintaan. Adapun rasulullah dalam melakukan penawaran selalu merinci tentang spesifikasi
barang dagangannya, sampai-sampai harga beli nya pun disebutkan dan menawarkan dengan
harga berapa barang tersebut dibeli dan yang akan diperoleh olehnya.

Dalam mengkaji masalah demand, Ibnu Khaldun membahas faktor-faktor penentu


yang menaikkan dan menurunkan permintaan. Menurutnya, setidaknya ada lima factor, yaitu :

1. Harga,
2. Pendapatan,
3. Jumlah penduduk,
4. kebiasaan masyarakat dan
5. Pembangunan kesejahteraan umum.

Sedangkan dalam konteks supply, faktor-faktor penentunya ada enam,


1. Harga,
2. permintaan,
3. Laju keuntungan,
4. Buruh,
5. Keamanan
6. Tingkat kesejahteraan masyarakat
Adapun perbedaan prinsip antara permintaan dan penawaran dalam islam dengan
konfesional yaitu menurut ekonomi konfesional titik beratnya yaitu pada harga, jika harga tinggi
maka permintaan akan turun, begitu pula sebaliknya, sedangkan dalam ekonomi islam ini di titik
beratkan pada faedah, kemaslahatan ataupun manfaat suatu barang, sedangkan harga bukanlah
tinjauan dasar dalam ekonomi islam, tapi sisi religiuslah yang menjadi patokan utama, dimana
kehalalan lebih di utamakan, bukan rendahnya harga.
Pandangan ekonomi islam mengenai permintaan, penawaran dan mekanisme pasar ini
relatif sama dengan ekonomi konvensional, namun terdapat batasan-batasan dari individu untuk
berperilaku ekonomi yang sesuai dengan aturan syariah. Dalam ekonomi islam, norma dan moral
“islami” yang merupakan prinsip islam dalam ber-ekonomi, merupakan faktor yang menentukan
suatu individu maupun masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya sehingga teori
ekonomi yang terjadi menjadi berbeda dengan teori pada ekonomi konvensional.
 Konsep permintaan dalam Islam menilai suatu komoditi tidak semuanya bisa untuk dikonsumsi
maupun digunakan, dibedakan antara yang halal maupun yang haram. Allah telah berfirman
dalam Surat Al-Maidah ayat 87, 88 :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah
halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya.
Oleh karenanya dalam teori permintaan Islami membahas permintaan barang halal,
barang haram, dan hubungan antara keduanya. Sedangkan dalam permintaan konvensional,
semua komoditi dinilai sama, bisa dikonsumsi atau digunakan.
 Dalam motif permintaan Islam menekankan pada tingkat kebutuhan konsumen terhadap barang
tersebut sedangkan motif permintaan konvensional lebih didominasi oleh nilai-nilai kepuasan
(interest). Konvensional menilai bahwa egoisme merupakan nilai yang konsisten dalam
mempengaruhi seluruh aktivitas manusia.
 Permintaan Islam bertujuan mendapatkan kesejahteraan atau kemenangan akhirat (falah) sebagai
turunan dari keyakinan bahwa ada kehidupan yang abadi setelah kematian yaitu kehidupan
akhirat, sehingga anggaran yang ada harus disisihkan sebagai bekal untukkehidupan akhirat.
Dengan asumsi bahwa tidak ada hubungan keterkaitan antara permintaan dalam ekonomi
konvensional dengan permintaan dalam ekonomi islam, maka kita harus memilih salah satu dari
keduanya. Oleh karenanya tulisan ini mengharapkan bahwa permintaan dalam ekonomi islam ini
benar-benar bisa diaplikasikan oleh kita sehingga tercipta perekonomian masyarakat yang islami.
Yang mengendalikan harga, menurut Ibnu Khaldun adalah penawaran dan permintaan.
Jadi bilamana permintaan meningkat, maka hargapun akan meningkat pula. Sebaliknya bilamana
permintaan menurun, harga pun akan menurun. Dalam hal ini kemanfaatanlah yang
menggerakkan permintaan. Dengan kata lain, bilamana kemanfaatan sesuatu adalah besar, maka
permintaan juga akan semakin besar, demikian pula sebaliknya. Ibnu Khaldun membedakan
antara kebutuhan primer dan sekunder, dan ia membedakan antara pasar kota-kota yang banyak
penduduknya dan pasar-pasr yang sedikit penduduknya, dari segi penerapan hukum penawaran
dan permintaan
Dan pakar ekonomi islam telah membuktiknnya yaitu Ibnu Khaldun ternyata telah
merumuskan teori harga jauh sebelum ekonom Barat modern merumsukannya. Sebagaimana
disebut di awal Ibnu Khaldun telah mendahului Adam Smith, Keyneys, Ricardo dan Malthus.
Inilah fakta sejarah yang tak terbantahkan.
Pada bagian lain dari bukunya, Ibn Khaldun menjelaskan pengaruh naik dan turunnya
penawaran terhadap harga. Ia mengatakan, "Ketika baarang-barang yang tersedia sedikit, maka
harga-harga akan naik. Namun bila jarak antarkota dekat dan aman untuk melakukan perjalanan,
maka akan banyak barang yang diimpor sehingga ketersediaan barang akan melimpah, dan
harga-harga akan turun"

GIRO
Menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, Giro adalah simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro,
saran perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

Pengertian dapat ditarik setiap saat adalah bahwa uang yang sudah disimpan di
rekening giro dapat ditarik berkali-kali dalam sehari selama dana masih tercukupi,
selain harus memenuhi syarat dari bank yang bersangkutan. Penarikan dapat
berupa penarikan tunai atau non tunai.
Jenis-jenis penarikan pada rekening giro:
1.CEK (Cheque)
Cek merupakan surat perintah bayar tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang
memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang
kepada pihak yang disebutkan di dalamnya atau kepada pemegang cek tersebut.

Syarat hukum dan penggunaan cek sebagai alat pembayaran giral :


a. terdapat perkataan “CEK”
b. harus berisi perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu
c. nama bank yang harus membayar (tertarik)
d. penyambutan tanggal dan tempat cek dikeluarkan
e. tanda tangan penarik.

Syarat lainnya yang dapat ditetapkan oleh pihak bank, antara lain :
a. tersedianya dana
b. ada materai yang cukup
c. jika ada coretan harus di ttd oleh pemberi cek
d. jumlah uang tertulis di angka dan huruf harus sama
e. memperlihatkan masa kadaluarsa cek (70 hari)
f. ttd dan stempel perusahaan harus sama dengan contoh (specimen)
g. tidak diblokir pihak berwenang
h. resi cek sudah kembali
i. endorsment cek sempurna
j. rekening belum ditutup

Ada beberapa jenis cek sesuai dengan saat dikeluarkannya oleh si pemberi cek,
yaitu:
a. Cek atas nama
Cek yang diterbitkan atas nama orang atau badan tertentu
C/: bayarkan kepada Tn. Roy Akase sejumlah Rp. 3.000.000,-

b. Cek atas unjuk


Cek yang tidak tertulis nama seseorang atau badan tertentu.
C/: bayarkan tunai, atau cash atau tidak ditulis kata-kata apapun

c. Cek silang
Cek yang dipojok kiri atas diberi dua tanda silang sehingga cek tersebut berfungsi
sebagai pemindabukuan, bukan tunai.

d. Cek mundur
Cek yang diberi tanggal mundur dari tanggal sekarang.
C/: tanggal hari ini 06 januari 2002 tapi tertulis tanggal 10 Januari 2002

e. Cek kosong
Cek yang dananya tidak tersedia dan bank tidak memberikan fasilitas overdraft.

2. BILYET GIRO (BG)


BG merupakan surat perintah bayar dari nasabah kepada bank yang memelihara
rekening giro nasabah untuk memindahkan sejumlah uang dari rekening yang
bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank sama
atau lain. Pada dasarnya syarat sahnya suatu BG sama dengan CEK. Dan biasanya
BG berlaku 70 hari mulai tanggal penarikan.

3. ALAT LAINNYA.
Surat perintah kepada bank yang dibuat secara tertulis pada kertas yang ditanda
tangani oleh pemegang rekening atau kuasanya.

Sarana Penarikan Simpanan Giro


Penarikan uang di simpanan atau rekening giro dapat dilakukan dengan menggunakan sarana
penarikan berupa cek dan bilyet giro.

1. Cek
Cek merupakan surat perintah tidak bersyarat dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
membayar suatu jumlah tertentu pada saat diunjukkan. Agar cek memenuhi persyaratan sebagai
alat pembayaran diperlukan syarat-syarat hukum sehingga memenuhi syarat sebagai cek. Syarat
hukum dan penggunaan cek terdapat pada KUH Dagang pasal 178. Syarat hukum dan
penggunaan cek sebagai alat pembayaran giral :

 Nama “Cek” harus termuat dalam teks;


 Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu;
 Nama pihak yang harus membayar (tertarik);
 Penunjukan tempat dimana pembayaran harus dilakukan;
 Pernyataan tanggal beserta tempat Cek ditarik;
 Tanda tangan orang yang mengeluarkan Cek (penarik).

TINDKAN

Tetaplah siaga dengan tempat kerja Anda

Banyak karyawan yg tidak mengerti kalau buruknya pembenahan ditempat kerja adalah aspek
terpenting penyebabnya kecelakaan kerja. Umpamanya, Anda bisa dengan gampang tergelincir
atau tersandung benda yang berantakan di lantai. Senantiasa yakinkan tempat kerja Anda bersih
serta teratur dengan baik untuk kurangi resiko cedera. Anda bisa merekomendasikan perusahaan
untuk memakai alas non-slip di lantai atau pakai sepatu non-slip di kantor.

Bila Anda bekerja ditempat konstruksi atau bangunan bertingkat tinggi, senantiasa yakinkan
tangga atau kerangka bangunan dalam keadaan baik atau sudah terpasang dengan benar.
Keadaan tangga serta kerangka bangunan mesti di check serta dipelihara dengan cara teratur.

Sebagai proteksi diri, pikirkan standard tata letak bangunan serta selekasnya laporkan di bagian
tehnis bila Anda menjumpai suatu hal yg tidak berperan dengan baik atau bisa meneror
keselamatan Anda.
Jauhi cedera yang dikarenakan oleh benda jatuh

Alat pelindung diri untuk pekerja di lingkungan berlebihan pastinya memegang fungsi utama
untuk keselamatan. Tersebut panduan yang bisa Anda cobalah untuk hindari insiden yg tidak
dikehendaki waktu bekerja :

 Jauhi bekerja dibawah mesin derek atau crane, kerekan, atau mesin berat yang tengah
beroperasi.
 Gunakan kacamata serta masker muka untuk hindari partikel, bahan kimia atau cairan
kaustik yang bercampur di hawa.
 Pakai sarung tangan untuk menghindar luka, goresan, tusukan, luka bakar, paparan zat
kimia atau suhu berlebihan.
 Gunakan topi keras membuat perlindungan kepala dari benda yang jatuh.
 Pakai sepatu safety ditempat kerja untuk menghadapi benda berat yang jatuh serta
melukai kaki.
 Gunakan penutup telinga membuat perlindungan manfaat pendengaran di lokasi kerja
yang begitu bising.
Kencangkan sabuk pengaman bila Anda mesti bekerja memakai kendaraan.

Yakinkan keselamatan sepanjang perjalanan

Anda butuh meyakinkan keadaan kendaraan perusahaan Anda yang bakal Anda pakai untuk
bekerja. Kendaraan mesti di check serta diperbaiki dengan cara berkala sekurang-kurangnya satu
bulan sekali. Bila Anda mengendarai kendaraan, check manfaat lampu depan, lampu sein,
desakan ban, serta jumlah bahan bakar didalam tangki dengan hati-hati untuk kurangi resiko
cedera.
Pikirkan cuaca

Cuaca yang sangat panas atau sangat dingin dapat juga merubah kesehatan Anda. Tersebut
sebagian anjuran untuk Anda yang bekerja dibawah keadaan berlebihan.

Bila keadaan cuaca dingin, jaga suhu badan Anda dengan kenakan pakaian tidak tipis yang
menutupi semua badan. Bawa baju cadangan untuk menghadapi bila baju Anda basah.
Dalam masalah cuaca panas, yakinkan Anda tak terserang dehidrasi dengan konsumsi banyak
air. Gunakan baju longgar serta sering-seringlah beristirahat di rest ruang yang sejuk. Tanyakan
selanjutnya dengan dokter Anda tentang anjuran saat bekerja di lingkungan bersuhu berlebihan.

Sekarang ini, kecelakaan ditempat kerja dikira begitu umum berlangsung. Keselamatan di
lingkungan kerja bukanlah saja jadi tanggung jawab perusahaan, tetapi tanggung jawab Anda
sebagai pekerja. Bila Anda alami cedera serius, bicaralah pada perusahaan Anda tentang
pertolongan serta tindak mencegah supaya kecelakaan itu tak terulang kembali.

PRINSIP

Prinsip-Prinsip Produksi

Setiap orang boleh berusaha dan menikmati hasil usahanya dan harus memberikan sebagian kecil
usahanya itu kepada orang yang tidak mampu, yang diberikan itu ialah harta yang baik.

Allah SWT adalah dzat yang pemurah, maka disediakanlah alam semesta ini untuk keperluan
manusia, disebutkan dalam QS. Lukman ayat 20, Artinya:

‘Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa
yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.
dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan
atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.”

Syariah yang didasarkan pada Al-Quran dan as-sunnah menurut Abdul Wahab Khalaf,
bertujuan untuk menebar maslahat bagi seluruh manusia yang terletak pada terpenuhinnya
kebutuhan-kebutuhan hidup.

Baca Juga: Rancang Bangun Ekonomi Islam

Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup manusia, Allah telah menganugerahkan sumber-


sumber daya produktif. Adanya prinsip fundamental yang harus selalu diperhatikan dalam
prinsip produksi adalah kesejahteraan ekonomi. Bahkan dalam sistem kapitalis terdapat seruan
untuk memproduksi barang dan jasa yang didasarkan pada asas kesejahteraan ekonomi.

Dalam kesejahteraan ekonomi terletak pada kenyataan bahwa hal itu tidak dapat mengabaikan
pertimbangan kesejahteraan umum lebih luas yang menyangkut persoalan-persoalan tentang
moral, pendidikan, agama dan banyak hal lainnya. Sedangkan dalam ilmu ekonomi modern
kesejahteraan ekonomi diukur dari segi materi semata.

Uraian tersebut berdasarkan pada prinsip dasar ekonomi Islam adalah keyakinan kepada Allah
SWT sesuai dengan QS.Al-Jaatsiyah:13, Artinya:

” Dan dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
Dalam sistem produksi Islam, kosep kesejahteraan ekonomi digunakan dengan cara yang lebih
luas. Konsep tersebut terdiri dari bertambahnya pendapatan karena meningkatnya produksi
melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimum, juga melalui ikut sertanya jumlah
maksimum orang dalam proses produksi.

Jadi sistem produksi dalam ekonomi Islam harus dikendalikan oleh kriteria objektif maupun
subjekti. Kriteria yang objektif akan tercermin dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur
dari segi uang. Dan kriteria subjektif dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur dari segi
etika ekonomi yang didasarkan atas perintah-perintah Al-Qur’an dan Sunnah.

Karena unsur rohani tidak dapat dipisahkan dalam mengkaji proses produksi dalam hal
bagaimana manusia memandang faktor-faktor produksi yang lain menurut cara pandang Al-
Qur’an dan Hadis Rosulullah SAW.

Arahan mengenai prinsip-prinsip produksi adalah sebagai berikut:

Tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah Allah adalah memakmurkan bumi dengan ilmu
dan amalnya, karena sifat tersebut juga harus melandasi aktivitas manusia dalam pemanfaatan
bumi dan langit dan segala isinya.Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi.

Menurut Yusuf Qardhawi, Islam membuka lebar penggunaan metode ilmiah yang didasarkan
pada penelitian, eksperimen, dan perhitungan. Akan tetapi Islam tidak membenarkan penahanan
terhadap hasil karya ilmu pengetahuan dalam arti melepaskan dirinya dari Al-Qur’an dan hadis.

Teknik produksi diserahkan kepada ke inginan dan kemampuan manusia seperti sabda nabi:
“kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian”.

Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam menyukai kemudahan,
menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat.

Sesungguhnya Islam menyuruh bekerja dan berbuat, bersikap hati-hati dan melaksanakan selama
persyaratan. Tawakal dan sabar adalah konsep penyerahan hasil kepada Allah SWT sebagai
pemilik hak prerogratif yang menentukan segala sesuatu setelah segala usaha dan persyaratan
dipenuhi dengan optimal.

Prinsip di atas merupakan prinsip produksi secara umum. Ekonomi Islam yang bernuansa global
bisa mencakup sebagian besar dari prinsip-prinsip yang ada, lebih dari itu ada pula pendapat
sebagian pakar yang merinci prinsip-prinsip produksi dalam ekonomi Islam, antara lain:

Produksi ditempuh dengan cara halal

Islam dengan tegas mengklasifikasikan barang-barang (silah) atau komoditas ke dalam dua
kategori. barang-barang yang disebut Al-Qur’an Tayyibat yaitu barang-barang yang secara
hukum haram dikonsumsi dan diproduksi.
Khabais yaitu barang-barang yang secara hokum dilarang dikonsumsi dan diproduksi seperti
penegasan Al-Qur’an dalam Surat Al-a’raf ayat 157 Artinya:

“(yaitu) Orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan
yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi
mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang
dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang
yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang
yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka Itulah orang-orang yang beruntung. ”

Seorang produsen muslim tidak boleh menganggap cukup hanya karena produksinya halal. Tapi
dia ha rus mencermati bahwa saran dan cara produksinya juga mubah, sebagaimana dia juga
harus menjauhi aktifitas produksi yang berdampak buruk terhadap masyarakat maskipun pada
dasarnya mubah.

Keadilan dalam produksi

Dalam melakukan kegiatan produksi yang mengarah kepada kezaliman, seperti riba yang dapat
menghilangkan keadilan ekonomi Islam.

Modarat atau kerusakan yang diakibatkan kerja ekonomi ribawi dapat merusak dan merugikan
ekonomi pribadi, rumah tangga, dan perusahaan.

Dalam masalah ekonomi yang dilarang adalah tentang penimbunan (ikhtikar) terhadap barang-
barang kebutuhan bagi masyarakat. Seperti dikutip Al-Mubarra’, menjelaskan bahwa Rasulullah
pernah mengangkat Said Al-As yang dianggap kredibel sebagai muhtasib untuk mengontrol dan
mengawasi kegiatan bisnis di kota Mekkah, dan Rasulullah sendiri mengecek keadaan
perdagangan di pasar madinah, sebagaimana dilaporkan Imam Muslim dalam sebuah hadis:
Artinya:

“Nabi berjalan di depan ongokan makanan tersebut, tiba-tiba jari beliau basah (karena
makanan yang lembab di bawah). Lalu beliau berkata: Apa ini hai penjual makanan? Laki-laki
itu menjawab, karena hujan ya Rasulullah, Rasul bersabda: tidakkah kamu meletakkannya
dibagian atasnya supaya dilihat oleh manusia. Ingatlah, barangsiapa yang menipu maka
bukanlah termasuk golongan kami”

Produksi yang ramah lingkungan

Cara mencegah kerusakan di muka bumi ini adalah dengan membatasi polusi, dan memelihara
keserasian agar ketersediaan sumberdaya alam tetap terjaga.

Memelihara hubungan yang harmonis dengan alam sekeliling adalah satu keharusan bagi setiap
individu. Tidak dibenarkan merusak lingkungan hidup, karena manusia juga membutuhkan air
sungai yang bening dan udara yang bersih.
Orientasi dan Target Produksi.

Sistem ekonomi Islam lebih terkait dengan kesejahteraan masyarakat. Hal ini bagi Z. A.
Maulani, diistilahkan dengan kata-kata “tunduk di bawah kesejahteraan social”, menundukkan
ekonomi ke bawah hukum kepentingan masyarakat adalah suatu prinsip yang ditegakkan
berdasarkan prinsip instruksi Allah.

Target yang dicapai untuk mencapai swadaya di bidang komoditi ataupun swadaya jasa yang
selanjutnya menciptakan kehidupan yang layak yang dianjurkan Islam bagi manusia, untuk itu
dalam produksi mempunyai tujuan utama yang akan dicapai, yaitu:

 Target swasembada individu.


 Target swasembada masyarakat dan umat
 Produksi Yang Sesuai Dengan Kebutuhan Masyarakat
 Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta
mencapai kemakmuran.

Kebutuhan yang harus dipenuhi harus berdasarkan prioritas yang ditetapkan agama,
terpeliharanya nyawa, akal, dan keturunan atau kehormatan, serta untuk kemakmuran material.

Untuk itu maka segala bentuk penimbunan (ikhtikar) terhadap barang-barang kebutuhan bagi
masyarakat. pelaku penimbunan menurut Yusuf Kamal, mengurangi tingkat produksi untuk
menguasai pasar sangat tidak menguntungkan konsumen dan masyarakat karena berkurangnya
suplai dan melonjaknya harga

A. Definisi Wadi’ah (Penitipan Barang)

Pengertian kalimat wadi’ah dalam Bahasa Arab berarti suatu barang yang diserahkan kepada
orang lain untuk dijaga. Sedangkan menurut arti syar’i adalah suatu akad yang dilaksanakan
untuk meminta penjagaan dari suatu harta

B. Dasar Hukum Wadi’ah (Penitipan Barang)

Adapun dalil dibolehkannya melakukan transaksi wadi’ah adalah ayat dan Hadits sebagai
berikut: firman Allah Swt. yang berbunyi :

ِ ‫إِ َّن هللاَ يَأ ْ ُم ُر ُك ْم أ َ ْن ت ُ َؤدُّوا اْأل َ َمانَا‬


58 : ‫ت ا ِٰلى أ َ ْه ِل َها _النسأ‬

Artinya : “Sungguh Allah memerintahkanmu untuk menyampaikan amanat kepada orang yang
berhak menerimanya” (QR. An-Nisa’ : 58)

Hadits Nabi Saw yang berbunyi :

‫ا َ ِدِّ ْاْلَ َمانَةَ ا ِٰلى َم ِن ائْت َ َمنَكَ َو َْل ت َ ُخ ْن َم ْن خَانَكَ _رواه ابو داود‬
Yang artinya : “Laksanakanlan amanat dari orang yang memberi amanat tersebut kepadamu
dan janganlah kamu mengkhianati orang yang telah mengkhianatimu” (HR. Abu Dawud

Sumber

1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri (Dana Pihak Ke-1)

1. TamCadangan- Cadangan bank

2. bahan Modal Disetor


3. Laba bank yang belum dibagi
4. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya (Dana Pihak Ke-2)
5.  Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan bank Indonesia
kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga diberikan
kepada pembiayaan sektor-sektor tertentu.
6.  Pinjaman antar bank (interbank call money), pinjaman ini ditunjukan untuk memenuhi
kebutuhan menutup kliring (karena kalah kliring) atau dapat juga untuk memenuhi kebutuhan
pemenuhan saldo Giro Wajib Minimum (GMW) di Bank Indonesia. Jangka waktu pinjaman ini
umumnya relative sangan singkat (overnight call money) dengan menggunakan instrumen
sertifikat deposito, promes, dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).
7.  Repurchase Agreement atau disebut dengan “Rps atau “Repos”adalah penjualan surat
berharga sesuai dengan waktu yang diperjanjikan dengan harga yang ditetapkan di muka.
Instrument yang digunakan Repos antara lain Wesel dan promes yang akan jatuh tempo.
Repuchase Agreement merupakan salah satu alternative bank untuk memenuhi kebutuhan
dananya. Biasanya Repos merupakan sumber dana untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atau
kebutuhan jangka pendek bank.
8. Dana yang berasal dari masyarakat (Dana Pihak Ke-3)
9. Giro (demand deposit)
10. Simpanan pihak ketiga

Prinsip Jual Beli (Ba’i)


Dalam melakukan jual beli digunakan 3 skema yang meliputi :
a. Jual beli dengan skema Murabahah
Jual beli dengan skema ini menyatakan harga perolehan dan
keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Skema ini
digunakan oleh bank untuk nasabah yang hendak memiliki suatu
barang, sedangkan nasabah yang bersangkutan tidak memiliki
uang pada saat pembelian. Dalam hal ini bank syariah bertindak
sebagai penjual sedangkan nasabah yang membutuhkan barang
bertindak sebagai pembeli.
b. Jual beli dengan skema Salam
Jual beli dengan skema ini merupakan jual beli yang
pelunasannya dilakukan terlebih dahulu oleh pembeli sebelum
barang pesanan diterima.
b. Jual beli dengan skema Salam
Jual beli dengan skema ini adalah jual beli yang didasarkan atas
penugasan oleh pembeli kepada penjual yang juga produsen
untuk menyediakan barang atau suatu produk sesuai dengan
spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan
harga yang disepakati.

2. Prinsip Investasi
Dalam melakukan investasi, dapat dilakukan dengan skema
mudharabah dan skema musyarakah.

a. Investasi dengan skema Mudharabah


Akad investasi dengan skema mudharabah adalah akad
(transaksi) antara dua pihak dimana salah satu pihak
menyerahkan harta kepada yang lain agar diperdagangkan
dengan pembagian keuntungan diantara keduanya sesuai dengan
kesepakatan.
Dalam skema ini bank bertindak sebagai shahibul maal (pemilik
dana), sedangkan nasabah yang menerima pembiayaan bertindak
sebagai mudharib (pengelola dana), seluruh modal berasal dari
pihak bank syariah sebagai pemilik dana.

b. Investasi dengan skema Musyarakah


Investasi dengan skema ini adalah kerja sama investasi para
pemilik modal yang mencampurkan modal mereka pada suatu
usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan
nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan apabila
terjadi kerugian ditanggung semua pemilik modal berdasarkan
porsi pemilik modal masing – masing.

3. Prinsip Sewa
a. Sewa dengan skema Ijarah
Sewa dengan skema ijarah adalah transaksi sewa menyewa
antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan
imbalan atas objek sewa yang disewakan. Dalam transaksi ini
bank syariah bertindak sebagai pemberi sewa atau pemilik objek
sewa, sedangkan nasabah bertindak sebagai penyewa.

b. Sewa dengan skema Ijarah Muntahiya Bittamlik


Sewa dengan skema ini adalah transaksi sewa menyewa
antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan
imbalan atas objek sewa yang disediakannya dengan opsi
perpindahan hak milik pada saat tertentu sesuai dengan akad
sewa. Berbeda dengan transaksi Ijarah, pada transaksi ini
memberi hak pilih pada penyewa untuk memiliki barang yang
disewa.

4. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)


Transaksi yang penanaman dana dari pemilik modal dengan
pengelola untuk melakukan usaha tertentu yang sesuai syariah,
dengan pembagian hasil antara kedua belah pihak berdasarkan
perjanjian yang telah disepakati.
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan pada prinsip
bagi hasil adalah:
a. Musyarakah
Musyarakah adalah semua bentuk usaha yang melibatkan
dua pihak atau lebih dimana secara bersama – sama memadukan
seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak
berwujud. Bentuk kontribusi dari pihaki yang bekerja sama dapat
berupa dana, barang perdagangan (trading asset),
kewiraswastaan (entrepreneurship), keahlian (skill), kepemilikan
(property), peralatan (equipment), atau intangible asset( seperti
hak paten atau goodwill), kepercayaan/reputasi (credit
worthiness) dan barang – barang lainnya yang dapat dinilai
dengan uang. Dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentu
kontribusi masing – masing pihak dengan atau tanpa batasan
waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.

b. Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih
pihak dimana pemilik modal mempercayakan sejumlah modal
kepada pengelola dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan.Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi
100% modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.
Beberapa ketentuan umum mudharabah adalah :
1. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku
pengelola modal harusd iserahkan tunai;
2. Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat
diperhitungkan dengan dua cara: perhitungan dari pendapatan
proyek (revenue sharing) dan perhitungan dari keuntungan
proyek (profit loss sharing).
3. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad
pada setiap bulan atau waktu yang disepakati.
4. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan,
namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha
nasabah.
5. Akad pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya
diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan pembayaran. Meskipun tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini
diperbolehkan untuk meminta pengganti biaya – biaya yang
dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya pengganti
biaya ini sekadar untuk menutupi biaya yang benar – benar
timbul.
a. Hiwalah ( Alih Utang Piutang)
Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang. Dalam
praktik perbankan syariah, fasilitas hiwalah lazimnya untuk
melanjutkan suplier mendapatkan modal tunai agar dapat
melanjutkan produksinya. Bank mendapatkan ganti biaya atas
jasa pemindahan piutang.

b. Rahn (Gadai)
Tujuan akad rahn adalah memberikan jaminan pembayaran
kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Barang
yang digadaikan wajib memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Milik nasabah sendiri,
2. Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai
riil pasar,
3. Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.
Atas izin bank, nasabah dapat menggnakan barang tertentu yang
digadaikan dengan tidak mengurangi nilai dan merusak barang
yang digadaikan. Apabila barang yang digadaikan rusak atau
cacat, maka nasabah harus bertanggungjawab.

c. Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan
biasanya dalam empat hal yaitu:
1. Sebagai pinjaman talangan haji, diman nasabah calon haji
diberikan pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran
biaya perjalanan haji.
2. Sebagai pinjaman tunai (cash advance) dari produk kartu
kredit syariah, dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik
uang tunai melalui8 bank (ATM). Nasabah akan
mengembalikannya sesuai waktu yang ditentukan.
3. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, di mana menurut
perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan
pembiayaan dengan skema jual beli, ijarah, atau bagi hasil.
4. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank
menyediakan fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya
kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank akan
mengembalikannya secara angsur melalui potongan gajinya.

d. Wakalah (Perwakilan )
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah
memberikan kuasa pada bank untuk mewakili dirinya melakukan
pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C (Letter of
Credit), inkaso dan transfer uang.
Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian
kuasa harus cakap hukum. Khusus untuk pembukuan L/C,
apabila dana nasabah tidak cukup, maka penyelesaian L/C
(settlement L/C) dapat dilakukan dengan pembiayaan
murabahah, salam, ijarah, mudharabah, atau musyarakah.

e. Kafalah (Garansi Bank)


Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk mrnjamin
suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mempersyaratkan
nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini
sebagai rahnb. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan
prinsip wadi’ah. Bank mendapatkan pengganti biaya atas jasa
yang diberikan.

ETIKA
Etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional
terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka
melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.

Etika adalah menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan
itu sendiri.

Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau
norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.

LEASING
Dilihat dari teknis pelaksanaannya, transaksi sewa guna usaha atau Leasing dapat dibedakan
menjadi
1. Sewa guna usaha langsung (direct lease) : Penyewa belum pernah memiliki barang modal yang
akan disewakan,sehingga diperlukannya menghubungi supplier untuk pengadaan.
2. Penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback) : Pihak penyewa biasanya terlebih
dahulu menjual kepada perusahaan barang modal yang pernah dimilikinya, baru kemudian
disewanya kembali. leasing
Untuk mengetahui mekanisme oprasional lembaga sewa guna usaha atau leasing, secara garis
besar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Lesse bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan penawaran
harga, dan menunjuk supplier peralatan yang dimaksud
2. Setelah mengisi formulir permohonan, lesse mengirimkan kepada lessor disertai dokumen
pelengkap.
3. Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberi fasilitas lease dengan
syarat dan kondisi yang disetujui lesse (lama kontrak pembayaran sewa), maka kontrak lease
dapat ditandatangani.
4. Pada saat yang sama, lesse dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan yangdilease
dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor, seperti yang tercantum pada kontrak lease.
Antara lessor dan perusahaan asuransi terjalin perjanjian kontrak utama.
5. Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani lessor dengan supplier peralatan tersebut.
6. Supplier dapat mengirim peralatan yang dilease ke lokasi lesse. Untuk mempertahankan dan
memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian pelayanan purna
jual.
7. Leasse menandatangani tanda terima peralatan dan penyerahan kepada supplier.
8. Supplier menyerahkan tanda terima (dari lesse), bukti pemilikan dan pemindahan kepemilikan
kepada lessor.
9. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier
10. Lesse membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah
ditentukan lease.

Skema Mekanisme Leasing


Dari skema tersebutt dapat diketahui bahwa transaksi leasing terdiri dari pihak-pihak sebagai
berikut:
1. Lessor, yaitu pihak perusahaan yang menyewakan barang sebagai pemberi sewa, lessor tidak
diharuskan memiliki barang yang disewakan
2. Lesse, yaitu pihakpengguna barang yang diwajibkan membayar sewa disertai dengan hak opsi
untuk membeli atau memperpanjang leasing
3. Kreditur, merupakan pihak loan participants dalam transaksi leasing. Pada umumnya yang
bertindak sebagai kreditur adalah lembaga keuangan seperti bank, perusahaan asuransi, dan lain-
lain
4. Supplier, yaitu penjual dan pemilik barang yang disewakan. Supplier ini dapat terdiri dari
perusahaan manufaktur yang berada di dalam dan luar negeri.

Kas Kecil
Penyelenggaraan dana kas kecil untuk memungkinkan pengeluaran kas dengan uang tunai dapat
diselenggarakan dengan dua cara yaitu dengan sistem saldo berfluktuasi dan imprest system.
Dalam sistem saldo berfluktuasi, penyelenggaraan dana aks kecil dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut : (Mulyadi , 2001:529)
a. Pembentukan dana kas kecil dicatat dengan mendebit rekening dana kas kecil.
b. Pengeluaran kas dana kas kecil dicatat dengan mengkredit rekening dana kas kecil, sehingga
setiap saat agar rekening ini berfluktuasi.
c. Pengisian kembali dana kas kecil dilakukan dengan jumlah sesuai dengan keperluan dan
dicatat dengan mendebit rekening dana kas kecil. Dalam sistem ini, saldo rekening dana kasa
kecil berfluktuasi dari waktu ke waktu.

Dengan demikian, dalam sistem saldo berfluktuasi, catatan kas perusahaan tidak dapat
direkonsiliasi dengan catatan bank, oleh karena itu rekonsiliasi bank bukan merupakan alat
pengendalian bagi ctaatan kas perusahaan.

Dalam imprest system , penyelenggaraan dana kas kecil dilakukan sebagai berikut :(Mulyadi ,
2001:529)
a. Pembentukan dana kas kecil dilakukan dengan cek dan dicatat dengan mendebit rekening
dana kas kecil. Saldo rekening dana kas kecil ini tidak boleh berubah dari yang telah ditetapkan
sebelumnya, kecuali jika saldo ini tidak boleh berubah dari yang telah diterapkan sebelumnya,
kecuali jika saldo yang telah ditetapkan tersebut dinaikkan atau dikurangi.
b. Pengeluaran dana kas kecil tidak dicatat dalam jurnal (sehingga tidak mengkredit rekening
dana kas kecil). Bukti – bukti pengeluaran kas kecil dikumpulkan saja dalam arsip sementara
yang diselenggarakan oleh pemegang dana kas kecil.
c. Pengisian kembali dana kas kecil dilakukan sejumlah rupiah yang tercantum dalam
kumpulan bukti pengeluaran kas kecil. Pengisian kembali dana kas kecil ini dilakukan dengan
cek dan dicatat dengan mendebit rekening biaya dan mengkredit dana kas kecil. Dengan
demikian pengawasan terhadap dana kas kecil mudah dilakukan , yaitu dengan secara periodik
atau secara mendadak menghitung dana kecil. Jumlah uang yang ada ditambah dengan
permintaan pengeluaran kas kecil yang belum dipertanggungjawabkan dan bukti dana kas kecil
yang tercantum dalam buku besar.

Baik dengan imprest system maupun dengan fluctuating – fund – balance system peyelenggaran
dana kas kecil dilaksanakan melalui tiga prosedur yaitu prosedur pembentukan dana kas kecil,
prosedur permintaan dan pertanggungjawaban pengeluaran dana kas kecil, dan prosedur
pengisian kembali dana kas kecil. Pembentukan dana kas kecil dimulai dengan adanya surat
keputusan dari direktur keuangan mengenai dana yang disisihkan ke dalam dana kas kecil dan
tujuan pembentukan dana tersebut. Pengeluaran dana kas kecil dimulai dengan adanya
permintaan pengeluaran dana kas kecil berkewajiban mempertanggungjawabkan pemakaian dana
kas kecil dalam formulir bukti pengeluaran kas kecil yang dilampiri dengan bukti – bukti
pendukungnya. Dalam imprest system , bukti pengeluaran kas kecil dilampiri dengan dokumen
pendukungnya disimpan sementara oleh pemegang dana kas kecil untuk digunakan nanti dalam
pengisian kembali dana kas kecil. Dalam fluctuating fun balance system , bukti pengeluaran kas
kecil diserahkan oleh pemegang dana kas kecil. Jika dana kas kecil sudah menipis saldonnya,
pemegang dana kas kecil mengisi formulir permintaan pengisian kembali dana kas kecil.
Formulir ini dilampiri dengan bukti – bukti pendukungnya dan dikirmkan ke bagian utang untuk
diproses dalam pengisian kembali dana kas kecil.

1. Dokumen yang Digunakan

Dokumen yang digunakan dalam sistem dana kas kecil adalah :(Mulyadi , 2001:530)

a. Bukti kas keluar

Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas dari fungsi akuntansi kepada fungsi kas yang tercantum
dalam dokumen tersebut.

b. Permintaan pengeluaran kas kecil

Dokumen ini digunakan oleh pemakai dana kas kecil untuk meminta uang ke pemegang dana kas kecil. Bagi
pemegang dana kas kecil, dokumen ini berfungsi sebagai bukti telah dikeluarkannya kas kecil olehnya. Dokumen ini
diarsipkan oleh pemegang dana kas kecil menurut nama pemakai dana kas kecil.

c. Bukti pengeluaran kas kecil

Dokumen ini dibuat oleh pemakai dana kas kecil untuk mempertanggungjawabkan pemakaian dana kas kecil.
Dokumen ini dilampiri dengan bukti – bukti pengeluaran kas kecil dan diserahkan oleh pemakai dana kas kecil
kepada pemegang dana kas kecil. Dalam sistem dana kas kecil dengan imprest system , bukti pengeluaran kas kecil
dilampiri dengan dokumen pendukungnya disimpan dalam arsip sementara oleh pemegang dana kas kecil untuk
keperluan pengisian kembali dana kas kecil. Dalam imprest system tidak dilakukan pencatataan bukti pengeluaran
kas kecil dilampiri dengan dokumen pendukungnya diserahkan oleh pemegang dana kas kecil kepada fungsi
akuntansi untuk dicatat dalam jurnal pengeluaran dana kas kecil.
d. Permintaan pengisian kembali kas kecil

Dokumen ini dibuat oleh pemegang dana kas kecil untuk meminta kepada bagian utang agar dibuatkan bukti kas
keluar guna pengisian kembali dana kas kecil. Dalam sistem dana kas kecil dengan imprest system, jumlah yang
diminta untuk pengisian kembali dana kas kecil adalah sebesar jumlah uang yunai yang telah dikeluarkan sesuai
yang tercantum dalam bukti pengeluaran kas kecil yang dikumpulkan dalam arsip pemegang dana kas kecil. Dalam
sistem dana kas kecil dengan fluctuating fund balance system , pengisian kembali dana kas kecil tidak didasarkan
pada jumlah uang tunai yang telah dikeluarkan sesuai dengan bukti pengeluaran , namun sesuai dengan kebutuhan
pengeluaran uang tunai yang diperkirakan oleh pemegang dana kas kecil. Dengan demikian , jumlah pengisian
kembali dana kas kecil dalam fluctuating system dapat lebih besar atau lebih kecil daripada jumlah dana kas kecil
yang telah dikeluarkan sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam bukti pengeluaran kas kecil.

2. Catatan Akuntansi yang Digunakan

Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem pengeluaran dana kas kecil adalah :(Mulyadi , 2001:532)

a. Jurnal pengeluaran kas ( cash disbursement journal)

Dalam sistem dana kas kecil , catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat pengeluaran kas dalam pembentukan
dana kas kecil dan dalam pengisian kembali dana kas kecil. Dokumen sumber yang dipakai sebagai dasar pencatatan
dalam jurnal pengeluaran kas adalah bukti kas keluar yang telah dicap “ lunas “ oleh fungsi kas.

b. Register cek ( check register )

Dalam sistem dana kas kecil, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat cek perusahaan yang dikeluarkan
untuk pembentukan dan pengisian kembali dana kas kecil.

c. Jurnal pengeluaran dana kas kecil

Untuk mencatat transaksi pengeluaran dana kas kecil diperlukan jurnal khusus. Jurnal ini sekaligus berfungsi
sebagai akibat pengeluaran dana kas kecil. Jurnal ni hanya digunakan dalam sistem dana kas kecil dengan
fluctuating-fund-balance system.

Anda mungkin juga menyukai