Disusun oleh:
Kelompok 4 Genap
Kelompok 4 Genap
A. SKENARIO
Seorang pasien wanita, status bersuami, kondisi umum sehat, datang ke klinik dengan
keluhan pada gusi terdapat benjolan dan peradangan di daerah antar gigi, pada
pemeriksaan intraoral ditemukan adanya peradangan di daerah papila interdental dengan
pertumbuhan jaringan ada benjolan. Ro foto tidak ada kelainan pada tulang pendukung
gigi.
Apa diagnose penyakitnya, dan diskusikan premis-premis yang mengindikasikan ke
diagnose tersebut!
B. ETIOLOGI
1. Plak (Dental Plaque)
Plak merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, tidak
hilang hanya dengan berkumur, dan akan menyerap warna jika diberi disclosing
agent. Penumpukkan plak dan karang gigi menjadi tempat bagi mikroorganisme
bersarang dan berkembang. Mikroorganisme inilah yang menyebabkan terjadinya
peradangan pada gusi dan mengakibatkan pendarahan. Berdasarkan letaknya, plak
dibagi menjadi dua yaitu plak supragingiva dan plak subgingiva.
- Plak Supragingiva
Dalam beberapa menit atau jam, gigi yang bersih akan terlapisi oleh pelikel
dengan ketebalan 0,1-0,8 µm yang terdiri dari glikoprotein saliva. Pada pelikel
ini, terbentuk suatu koloni utama Streptococcus dan Actinomyces sp. dalam
waktu 24 jam. Selama beberapa hari ke depan, kuantitas plak akan meningkat
dengan tumbuhnya gram negatif kokus dan gram negatif batang, serta
pertumbuhan filamen sebagai pijakannya. Setelah 3 minggu, terdapat
peningkatan yang signifikan pada organism filamentous, terutama pada
margin gingival. Produk metabolism dari mikroorganisme plak ini akan
membangkitkan peningkatan migrasi PMN dan aliran cairan gingiva pada
jaringan host. Ini adalah merupakan suatu usaha host terhadap penyerbuan
bakteri. Pada keadaan peningkatan gingivitis yang semakin parah, beberapa
epitel junctional akan kehilangan perlekatannya sehingga akan mempermudah
bakteri masuk / invasi melalui celah antara gigi dan epitel. Hal ini akan
menyebabkan terbentuknya poket gingiva.
- Plak subgingival
Pada regio subgingiva, plak dibedakan menjadi adherent (melekat) dan non-
adherent (tidak melekat). Komposisi lapisan yang melekat ini mirip dengan
plak supragingiva yang berhubungan dengan gingivitis : beberapa gram positif
kokus dan Actinomyces sp. Plak yang melekat ini dapat termineralisasi dan
membentuk kalkulus subgingival. Di samping permukaan jaringan lunak telah
diteliti akumulasi bakteri yang bebas bergerak terdiri dari bakteri gram negatif
anaerob (Bacteroides sp., terutama B. gingivalis). Bakteri yang tidak melekat
ini, bakteri pathogen anaerob meningkat tajam pada lesi inflamasi yang akut.
Bakteri ini berperan penting menyebabkan periodontitis.
2. Inflamasi Kronis
Inflamasi kronis dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
Infeksi mikroba
Agen kimia
Agen fisik
Jaringan nekrotik
Reaksi imunologi
Etiologi gingivitis kronis adalah akumulasi plak yang dibiarkan terlalu lama.
Faktor yang mempengaruhi akumulasi plak termasuk kesehatan mulut yang
rendah, hubungan yang tidak normal pada gigi yang bersebelahan dan
berseberangan, hilangnya fungsi gigi, lubang pada tekuk gigi, batas yang
renggang pada restorasi gigi, restorasi gigi yang berkontur tidak baik atau pontic,
iritasi dari jepitan atau wilayah saddles pada protesa yang terkelupas, gangguan
suara sengau, terapi ortodontik yang melibatkan reposisi pada gigi, dan kebiasaan
menyikat gigi, dan penekanan lidah melawan gingival.
3. Kehamilan (Pregnancy)
Pada saat ini ibu hamil betul-betul harus menjaga kondisi kesehatan dengan
baik, mengonsumsi berbagai jenis makanan dan vitamin demi kesehatan ibu dan
bayinya. Kehamilan adalah suatu proses fisiologis yang dapat menimbulkan
perubahan-perubahan pada tubuh wanita, baik fisik maupun psikis. Keadaan ini
disebabkan adanya perubahan hormon estrogen dan progesteron. Saat kehamilan
disertai berbagai keluhan lain seperti ngidam, mual, muntah termasuk keluhan
sakit gigi dan mulut. Kondisi gigi dan mulut ibu hamil seringkali ditandai dengan
adanya pembesaran gusi yang mudah berdarah karena jaringan gusi merespons
secara berlebihan terhadap iritasi lokal. Bentuk iritasi lokal ini berupa karang gigi,
gigi berlubang, susunan gigi tidak rata atau adanya sisa akar gigi yang tidak
dicabut. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan ibu pada saat tidak hamil.
Pembesaran gusi ibu hamil biasa dimulai pada trisemester pertama sampai
ketiga masa kehamilan. Keadaan ini disebabkan aktivitas hormonal yaitu hormon
estrogen dan progesteron. Hormon progesteron pengaruhnya lebih besar terhadap
proses inflamasi. Pembesaran gusi akan mengalami penurunan pada kehamilan
bulan ke-9 dan beberapa hari setelah melahirkan. Keadaannya akan kembali
normal seperti sebelum hamil. Pembesaran gusi ini dapat mengenai/menyerang
pada semua tempat atau beberapa tempat (single/multiple) bentuk membulat,
permukaan licin mengilat, berwarna merah menyala, konsistensi lunak, mudah
berdarah bila kena sentuhan. Pembesaran gusi ini di dunia kedokteran gigi disebut
gingivitis gravidarum / pregnancy gravidarum / hyperplasia gravidarum sering
muncul pada trisemester pertama kehamilan. Keadaan di atas tidaklah harus sama
bagi setiap ibu hamil.
Faktor penyebab timbulnya gingivitis pada masa kehamilan dapat dibagi 2
bagian, yaitu penyebab primer dan sekunder.
1. Penyebab primer
Iritasi lokal seperti plak merupakan penyebab primer gingivitis masa
kehamilan sama halnya seperti pada ibu yang tidak hamil, tetapi perubahan
hormonal yang menyertai kehamilan dapat memperberat reaksi peradangan
pada gusi oleh iritasi lokal. Iritasi lokal tersebut adalah kalkulus/plak yang
telah mengalami pengapuran, sisa-sisa makanan, tambalan kurang baik, gigi
tiruan yang kurang baik. Saat kehamilan terjadi perubahan dalam
pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang bisa disebabkan oleh timbulnya
perasaan mual, muntah, perasaan takut ketika menggosok gigi karena timbul
perdarahan gusi atau ibu terlalu lelah dengan kehamilannya sehingga ibu
malas menggosok gigi. Keadaan ini dengan sendirinya akan menambah
penumpukan plak sehingga memperburuk keadaan.
2. Penyebab sekunder
Kehamilan merupakan keadan fisiologis yang menyebabkan perubahan
keseimbangan hormonal, terutama perubahan hormon estrogen dan
progesteron. Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron pada
masa kehamilan mempunyai efek bervariasi pada jaringan, di antaranya
pelebaran pembuluh darah yang mengakibatkan bertambahnya aliran darah
sehingga gusi menjadi lebih merah, bengkak dan mudah mengalami
perdarahan. Akan tetapi, jika kebersihan mulut terpelihara dengan baik selama
kehamilan, perubahan mencolok pada jaringan gusi jarang terjadi. Keadaan
klinis jaringan gusi selama kehamilan tidak berbeda jauh dengan jaringan gusi
wanita yang tidak hamil, di antaranya;
a. Warna gusi, jaringan gusi yang mengalami peradangan berwarna merah
terang sampai kebiruan, kadang-kadang berwarna merah tua.
b. Kontur gusi, reaksi peradangan lebih banyak terlihat di daerah sela-sela
gigi dan pinggiran gusi terlihat membulat.
c. Konsistensi, daerah sela gigi dan pinggiran gusi terlihat bengkak, halus
dan mengkilat. Bagian gusi yang membengkak akan melekuk bila ditekan,
lunak, dan lentur.
d. Risiko perdarahan, warna merah tua menandakan bertambahnya aliran
darah, keadaan ini akan meningkatkan risiko perdarahan gusi.
e. Luas peradangan, radang gusi pada masa kehamilan dapat terjadi secara
lokal maupun menyeluruh. Proses peradangan dapat meluas sampai di
bawah jaringan periodontal dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada
struktur tersebut.
C. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. Generalized Papillary Gingivitis Chronics
Pembesaran gingiva radang kronis berasal dari pembengkakan kecil pada
papilla interdental atau gingiva marginal. Pada tahap awal, menghasilkan
penonjolan di sekeliling gigi yang terlibat. Tonjolan ini meningkat dalam ukuran
sampai menutupi bagian dari mahkota. Pembesaran ini secara umum bersifat
papillary atau marginal dan terlokalisasi atau bersifat umum. Perkembangannya
sangat lambat dan tanpa sakit kecuali ditambah dengan infeksi atau trauma yang
akut. Pembesaran radang gingiva yang kronis sebagai sebuah sessile yang berbeda
sendiri atau massa pedunculated yang menyerupai tumor. Pembesaran ini
mungkin terdapat pada interpoximal atau gingiva marginal atau perlekatan
gingiva. Luka ini lambat untuk tumbuh dan biasanya tanpa rasa nyeri.
Pembesaran bisa secara spontan berkurang dalam ukuran, diikuti dengan
pembusukan dan kemudian membesar kembali. Pembusukan dengan rasa sakit
kadang-kadang terjadi pada lipatan di antara massa dan batasan gingiva.
Gambaran histopatologi yang ditemui pada pembesaran gingiva radang
kronis menunjukkan sifat eksudatif dan proliferatif pada peradangan kronis. Luka
yang secara klinis berwarna merah gelap atau merah kebiru-biruan, bersifat lunak
dan rapuh dengan permukaan berkilauan yang lembut, dan mudah berdarah yang
memiliki sel radang yang melimpah dan mengalir dengan penelanan pembuluh
darah, dan berkaitan dengan perubahan degeneratif. Luka yang relatif keras,
leathery, dan berwarna merah muda memiliki komponen serat yang lebih besar,
dengan melimpahnya fibroblast dan serat kolagen.
3. Epulis Gravidarum
Epulis gravidarum adalah granuloma pyogenik yang berkembang pada gusi
selama kehamilan. Tumor ini adalah lesi proliferatif jinak pada jaringan lunak
mulut dengan angka kejadian berkisar dari 0.2 hingga 5 % dari ibu hamil. Epulis
tipe ini berkembang dengan cepat, dan ada kemungkinan berulang pada
kehamilan berikutnya.
Tumor kehamilan ini biasanya muncul pada trimester pertama kehamilan
namun ada pasien yang melaporkan kejadian ini pada trimester kedua
kehamilannya. Perkembangannya cepat seiring dengan peningkatan hormon
estrogen dan progestin pada saat kehamilan. Penyebab dari tumor kehamilan
hingga saat ini masih belum dipastikan, namun diduga kuat berhubungan erat
dengan perubahan hormonal yang terjadi pada saat wanita hamil. Faktor lain yang
memberatkan keadaan ini adalah kebersihan mulut ibu hamil yang buruk.
Tumor kehamilan ini tampak sebagai tonjolan pada gusi dengan warna yang
bervariasi mulai dari merah muda, merah tua hingga papula yang berwarna
keunguan, paling sering dijumpai pada rahang atas. Umumnya pasien tidak
mengeluhkan rasa sakit, namun lesi ini sangat mudah berdarah saat pengunyahan
atau penyikatan gigi. Pada umumnya lesi ini berukuran diameter tidak lebih dari 2
cm, namun pada beberapa kasus dilaporkan ukuran lesi yang jauh lebih besar
sehingga membuat bibir pasien sulit dikatupkan.
Gambar 2. Epulis gravidarum pada wanita hamil
D. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Gingival enlargement atau pembesaran gingiva dapat disebabkan oleh berbagai
macam sebab. Dokter gigi menegakkan diagnosis penyebab pembesaran itu secara
hati-hati dengan melihat riwayat pasien (misalnya pada pasien yang mengkonsumsi
obat-obata tertentu yang mungkin dapat mengakibatkan pembesaran gingiva, juga
pada kehamilan yang dapat menginduksi pembesaran gingiva), selain itu juga dilihat
letak pembesaran (misalnya pada gigi-geligi bagian anterior), atau melalui
penampakan klinisnya (misalnya pada pasien leukemia dapat dilihat adanya
generalized enlargement dnegan pembentukan hematoma gingiva). Plak dapat
dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya pembesaran gingiva atau bisa menjadi
penyebab sekunder, jadi pada seluruh pasien, perawatan untuk mengontrol inflamasi
gingiva sangatlah penting. Jika terdapat lesi yang terlokalisasi, biopsy mungkin
diperlukan untuk menetapkan diagnosis yang tepat dan merawat pembesaran gingiva.
Berdasarkan lokasi dan distribusinya, pembesaran gingiva dapat dibedakan
menjadi :
Localized : terbatas pada gingiva satu gigi atau beberapa gigi
saja.
Generalized : melibatkan gingiva dalam rongga mulut
Marginal : hanya terbatas pada gingiva tepi saja.
Papillary : hanya terbatas pada papila interdental saja
Diffuse : melibatkan gingiva tepi dan gingiva cekat serta
papila.
Discrete : pembesaran seperti tumor yang terisolasi
berbentuk sessile atau pedunculated
Berdasarkan kriteria di atas, dapat disimpulkan bahwa pada skenario
pembesaran gingiva yang dialami pasien merupakan jenis generalized papillary
karena terjadi pada daerah antar gigi-geligi.
Derajat pembesaran gingiva :
Tingkat 0 : tidak ada pembesaran
Tingkat I : pembesaran terbatas pada papila interdental saja
Tingkat II : pembesaran melibatkan papila dan gingiva tepi
Tingkat III : pembesaran menutup ¾ atau lebih mahkota gigi
Berdasarkan kriteria di atas, diketahui bahwa pembesaran gingiva yang dialami
pasien tergolong pembesaran gingiva tingkat I.
Pada pembesaran gingiva dapat terjadi perubahan-perubahan inflamasi secara
akut maupun kronis. Pada skenario, pembesaran gingiva terjadi secara kronis yang
ditandai dengan adanya pembesaran interdental papila dan gingiva tepi yang tidak
sakit. Biasanya pasien mengalami rasa sakit jika pembesaran gingiva dalam kondisi
akut. Dalam skenario juga disebutkan pemeriksaan radiografi yang menunjukkan
tidak adanya kerusakan tulang alveolar sehingga tidak ada periodontitis yang terjadi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami pembesaran gingiva
tingkat I yang berjenis chronic generalized papillary akibat inflamasi pada gingiva
(gingivitis).
E. RENCANA PERAWATAN
Scaling dan root planning merupakan suatu terapi periodontal konvensional atau
dikenal juga dengan terapi non bedah, yang bertujuan untuk menghilangkan
penyebab inflamasi yaitu plak, produk bakteri dan kalkulus serta bertujuan untuk
menyeimbangkan kembali jaringan periodontal supaya terbebas dari penyakit (Grant,
1988). Hal-hal yang dilakukan pada saat scaling adalah menghilangkan plak, kalkulus
dan stain dari permukaan gigi sampai daerah junctional epithelium. Pengambilan plak
dan kalkulus pada sebelah apical tepi gingival disebut subgingival scaling dan jika
dilakukan pada sebelah koronal tepi gingival disebut supragingival scaling (Suproyo,
2009). Root planing merupakan treatment spesifik yang dapat menghilangkan
sementum dan permukaan dentin yang sudah terkena kalkulus, mikroorganisme dan
toksin-toksinnya. Root planing bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa plak dan
kalkulus agar permukaan gigi menjadi licin, keras dan bersih. Sebelumnya perlu
diketahui terlebih dahulu bahwa kalkulus dapat menyebakan terjadinya inflamasi
gingival melalui 2 cara, yaitu : (1) kalkulus yang berasal dari mineralisasi plak
subgingiva yang selanjutnya langsung berkontak dengan gingival menyebabkan
inflamasi dan ulserasi, serta (2) kalkulus menyebabkan inflamasi karena masuknya
bahan toxic dari hasil bakteri di dalam plak.
-Berikut adalah beberapa metode sikat gigi yang telah dikenal luas:
1.) Metode Bass
Merupakan metode yang berguna untuk segala keadaan gigi geligi
khususnya ada yang mengalami permasalahan jaringan periodontal.
Letakkan ujung bulu sikat gigi pada sudut 45 derajat pada sulkus gingiva,
kemudian gosokkan sikat maju dan mundur sebanyak 20 kali.
2.) Metode Gosok dan Putar (Rolling Strokes)
Metode ini baik untuk memberikan stimulasi/pemijatan pada gingiva.
Letakkan ujung sikat gigi di atas free marginal gingiva dengan ujungnya
mengarah pada akar. Sembari ditekan dengan lembut, gosoklah mengarah ke
permukaan oklusal dengan gerakan memutar.
3.) Charter’s Method
Metode ini cocok bagi pasien yang telah mengalami resesi gingiva
terutama di daerah interdental, menggunakan protesa cekat, setelah operasi
gingiva atau pada penderita ulseratif gingivitis. Gunakan gerakan memutar
dulu untuk menghilangkan debris pada permukaan gigi. Kemudian arahkan
permukaan bulu sikat pada permukaan oklusal gigi. Dengan gerakan fleksi,
gosok permukaan oklusal gigi sambil diarahkan pada permukaan proksimal
gigi yang terekspos serta kontakkan pada gingiva di interdental. Gosokkan
handel sikat dengan gerakan sirkuler lambat.
4.) Metode Stillman termodifikasi
Metode ini berguna bagi orang yang memiliki gingiva yang sensitif atau
sedikit resesi pada daerah interdental. Gunakan Metode Rolling Stroke
sambil menggoyangkan bulu sikat ke arah lateral.
5.) Metode Fone
Baik untuk anak-anak atau siapapun juga dengan kemantapan
memegang handel sikat yang kurang. Pertama, katupkan gigi RA dan RB
kemudian letakkan ujung sikat pada gigi posterior kemudian lakukan
gerakan menyikat dengan gerakkan sirkuler yang luas dan cepat namun
lembut (hingga mengenai gingiva). Lanjutkan hingga ke gigi geligi anterior
hingga seluruh permukaan anterior gigi. Kemudian dengan cara yang sama,
buka mulut dan sikat permukaan lingual dan palatal gigi.
Gambar 10. Bulu sikat ditempatkan pada tepi gusi membentuk sudut 45o terhadap poros panjang gigi
Gambar 11. Bulu sikat didorong perlahan-lahan ke dalam sulkus gingiva. Lakukan gerakan vibrasi
yaitu gerakan maju mundur dan pendek-pendek sehingga menyebabkan bulu sikat bergetar
membersihkan sulkus. Untuk setiap bagian disarankan 10 kali.
Gambar 12. Kemudian sikat gigi digerakkan ke bawah untuk gigi rahang atas dan ke atas untuk gigi
rahang bawah (seperti gerakan mencungkil).
Catatan : Pada penyikatan permukaan gigi taring (Caninus) yang menghadap pipi/bibir dilakukan
dalam 2 tahap, yaitu: Tahap I : permukaan mesial Caninus disikat bersama gigi-gigi posterior (A), dan
Tahap II : permukaan distal caninus disikat bersama gigi-gigi anterior ( B)
Gambar 15. Sikat gigi elektrik Gambar 16. Sikat gigi elektrik anak-anak
Gambar 17. Salah satu contoh obat kumur dengan kandungan Chlorhexidine digluconate
3. Produk lain
Beberapa obat kumur lain di pasaran juga terbukti mempunyai
kemampuan mereduksi plak, namun belum diperkuat dengan adanya bukti
yang menunjukkan agen tersebut dapat meningkatkan kesehatan gingival
dalam jangka panjang. Produk-produk tesebut mengandung stannous fluoride,
cetylpiridinium chloride, dan sanguinarine. Bukti menunjukkan bahwa
produk-produk tersebut tidak memiliki potensi antimikroba seperti yang
dimiliki chlorhexidine maupun minyak esensial. Selain itu, tersedia juga
produk tanpa alkohol, yang mungkin akan lebih dipilih oleh beberapa pasien.
Satu tipe agen yang ada di pasaran adalah obat kumur prebrushing yang
berguna untuk meningkatkan efektifitas menyikat gigi. Komponen aktifnya
adalah sodium benzoate. Namun penelitian menunjukkan hasil yang
bertentangan, yaitu bahwa menggunakan agen ini tidak lebih efektif daripada
menyikat gigi tanpa menggunakan agen tersebut.
Gambar 20. Plak supragingiva yang terlihat ketika diaplikasikan larutan disklosing
DAFTAR PUSTAKA
Rateitschak, K.H.; Rateitschak, E.M.; Wolf, H.F.; Hassell, T.M., 1985, Color Atlas of
Periodontology, Georg Thieme Verlag Stuttgart , New York
http://medicine.uii.ac.id/index2.php?
option=com_docman&task=doc_view&gid=7&Itemid=70
http://www.scribd.com/doc/20852893/Penyakit-Gingiva-Penyakit-Periodontal
http://www.pdgionline.com/v2/index.php?
option=com_content&task=view&id=574&Itemid=1/ 25 nov 2009/ 20.09
www.scribd.com/doc/.../Penyakit-Gingiva-Penyakit-Periodontal
Philip SJ, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary Oral and Maxillofacial Pathology
2nd. St.Louis Missouri: Mosby. 2004: p.292-4.
Langlais RP, Miller CS. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim.
Jakarta:Hipokrates. 2000: p.20.
Grant, DS, Stern IB. 1988. Periodontics, 6th Edition, CV Mosby and Co. St. Louis.